TUJUAN PEMBELAJARAN :
Ada berbagai pengertian Good Corporate Governance yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya.
b. Corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan
perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. (IICG dalam G.
1
c. Corporate governance adalah suatu konsep yang menyangkut struktur perseroan,
pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban tanggung jawab dari
masing-masing unsur yang membentuk struktur perseroan, dan mekanisme yang harus
antara unsur-unsur dari struktur perseroan itu mulai dari RUPS, direksi, komisaris, juga
unsur di luar perseroan yang pada hakekatnya merupakan stakeholders dari perseroan,
yaitu negara yang sangat berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang
bersangkutan, dan masyarakat luas yang meliputi para investor publik dari perseroan itu
(dalam hal perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon
kreditor perseroan. Corporate governance adalah suatu konsep yang luas. (Sutan Remy
Sjahdeini, 1999:1)
d. Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-
Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum).
bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara
umum.
2
1.2. Tujuan Good Corporate Governance
Penerapan prinsip-prinsip GCG akan meningkatkan citra dan kinerja Perusahaan serta
meningkatkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham. Tujuan penerapan GCG adalah:
3. Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perusahaan yang didasarkan pada
nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penerapan konsep Good Corporate Governance merpakan salah satu upaya untuk
memulihkan kepercayaan terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut Tjager
dkk (2003) mengatakan paling tidak ada lima alasan mengapa penerapan Good Corporate
1. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh McKinsey dan Company menunjukkan
2. Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan lemahnya tata kelola perusahaan.
3
4. Kalau Good Corporate Governance bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini
dapat menjadi dasar bagi pengembangannya system nialai baru yang lebih sesuai dengan
5. Secara teoris, praktik Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Mas Ahmad Daniri (2005:14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan
Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan
manfaat lainnya:
Selama ini pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul sebagai akibat dari
pendelegasian kewenangan kepada manajemen. Biaya ini bisa berupa kerugian karena
manajemen menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun berupa
biaya pengawasan yang dikeluarkan perusahaan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
Bisya biaya inilah yang disebut dengan agency cost. Dengan penyusunan struktur dan
pembagian fungsi yang baik biaya ini dapat ditekan serendah mungkin.
Perusahaan yang dikelola dengan baik dan sehat akan menciptakan suatu referensi positif bagi
kreditor. Kondisi ini sangat berperan dalam meminimalkan biaya modal yang harus
ditanggung bila perusahaan mengajukan pinjaman. Hal tersebut selain dapat memperkuat
kinerja keuangan juga akan membuat produk perusahaan yang dilepas ke pasaran menjadi
lebih kompetitif.
Sebuah perusahaan yang dikelola dengan baik akan menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya. Sebuah survey yang dilakukan oelh Russell Reynolds Associaties
4
(1997) mengungkapkan bahwa kualitas komisaris adalah salah satu faktor utama yang dinilai
oleh investor institusional sebelum mereka memutuskan untuk membeli saham. Hal ini akan
terlihat terutama ketika seorang investor bermaksud melakukan investasi untuk jangka waktu
yang lama.
global
3. Untuk mendorong terciptanya pasar yang efesien, transparan dan konsisten dengan
perusahaan.
b. Accountability (akuntabilitas)
c. Responsibility (pertanggungjawaban)
5
d. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Yaitu perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi hak stakeholders yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Esensi dari corporate
dalam Governance Mechanisms bisa dalam bentuk implisit atau eksplisit. Penggunaan perjanjian
yang berbasiskan dasar akuntansi dalam kontrak obligasi adalah salah contoh dari penggunaan
Penggunaan informasi ekuntansi untuk menyeleksi perusahaan yang akan dijadikan target
takeover adalah contoh dari penggunaan informasi akuntansi secara implisit. Informasi akuntansi
keuangan merupakan produk dari proses Governance. informasi akuntansi keuangan dihasilkan
oleh manajemen dan manajemen mengetahui informasi ini akan digunakan sebagai input dalam
proses Governance.
6
BAB 2
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Dalam mewujudkan transparansi itu sendiri, perusahaan harus menyediakan informasi yang
lengkap, akurat dan tepat waktu kepada para pemangku kepentingan (Stakeholder). Bank wajib
menyampaikan kepada Bank Indonesia selaku otoritas pengawas perbankan di Indonesia dan
mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak
signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Disamping itu, para investor
harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.
7
Dengan keterbukaan informasi tersebut maka para stakeholder dapat menilai kinerja berikut
mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Adanya
informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan
dapat diperbandingkan, dapat menghasilkan terjadinya efisiensi atau disiplin pasar. Selanjutnya,
jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dapat mencegah terjadinya
benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam perusahaan.
Beberapa bentuk implementasi lain dari prinsip akuntabilitas ini antara lain:
Praktek Audit Internal yang efektif, serta kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan
tanggung jawab dalam anggaran dasar perusahaan, kebijakan, dan prosedur di bank.
Penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan menyadari bahwa dalam kegiatan
operasionalnya seringkali ia menghasilkan eksternalitas (dampak luar kegiatan perusahaan)
negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat. Di luar hal itu, lewat prinsip responsibilitas ini
juga diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan
kesempatan kerja pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme
pasar.
9
2.5. Prinsip Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor
pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara
beragam kepentingan dalam perusahaan.
Secara sederhana kesetaraan dan kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan
yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
serta peraturan perundangan yang berlaku.
Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak stakeholder berdasarkan sistem hukum
dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor khususnya pemegang saham
minoritas dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini bisa berupa insider trading
(transaksi yang melibatkan informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai
perusahaan berkurang), korupsi-kolusi-nepotisme (KKN), atau keputusan-keputusan yang dapat
merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru,
merger, akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan lain.
BAB 3
STRUKTUR KEPEMILIKAN
10
Kepemilikan manajerial merupakan persentase saham yang dimiliki oleh pihak
manajemen. Pihak manajemen adalah pengelola perusahaan, seperti direktur, manajer,
dan karyawan (Boediono, 2005). Manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi
manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen
laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham
dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan sistem
pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria, yaitu: 1) Perusahaan yang dipimpin oleh
seorang manajer dan pemilik (owner manager); 2) Perusahaan yang dipimpin oleh
manajer dan non pemilik (non owners manager). Dua kriteria ini akan mempengaruhi
manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan
dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada
perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase
tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan
manajemen laba. Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap earning
juga sering dilakukan oleh manajemen. Penyusunan earnings dilakukan oleh
manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut
diprediksi oleh Dechow (1995) dalam Ujianto dan Pramuka (2007) dapat menimbulkan
masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja
perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Laba
yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan,
manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini akan
dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan
para pemilik. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut dengan
konflik keagenan. Beberapa mekanisme yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah keagenan tersebut adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial
11
(1976) menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan
meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Rosset al (1999)
menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka
manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk
kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan sendiri. Shleifer dan Vishny
(1986) dalam Ujiantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa kepemilikan saham
yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Sehingga
permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga
sekaligus sebagai seorang pemilik. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen
pada perusahaan maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan
pemegang saham yang juga termasuk dirinya. Hal ini mengindikasikan pentingnya
kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan (Suprayuga, 2006).
12
kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono,
2005). Menurut Bushee (1998) kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat
pengawasan yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan
manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan sehingga
memberikan kualitas laba yang dilaporkan. Pemikiran ini didukung oleh penelitian
Rajgepal dan Venkatchlam (1998) dan Pratama dkk (2003) dalam Boediono (2005).
Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional di perusahaan
dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Dengan tingginya kepemilikan
manajerial, para investor institusional akan mendapatkan kesempatan control
perusahaan yang lebih sedikit. Ini berarti bahwa hubungan antara kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional adalah negatif, hubungan ini sesuai dengan
penelitian Fitri dan Mahduh , 2003). Risiko mempunyai hubungan negatif dan
signifikan terhadap kepemilikan institusional. Tingginya risiko yang dihadapi
perusahaan meningkatkan risiko kebangkrutan dan volatilitas dari pendapatan, hal ini
akan mengurangi minat institusi untuk melakukan investasi pada saham perusahaan itu
karena institusi lebih mementingkan pada stabilitas pendapatan. Menurut Crutchley
et.al (1999) dalam Nasir (2006) pengaruh kebijakan hutang terhadap kepemilikan
institusional adalah positif. Kebijakan yang tinggi menyebabkan perusahaan dimonitor
oleh pihak debtholders. Karena monitoring dalam perusahaan yang ketat tadi
menyebabkan manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan debtholders dan
shareholders, sehingga kondisi ini akan menarik masuknya kepemilikan institusional.
BAB 4
13
tersebar, pencideraan hak-hak pemegang saham minoritas oleh pemegang saham mayoritas pada
perusahaan dengan struktur kepemilikan terpusat, perbedaan kepentingan antara pemegang saham
dengan pemberi pinjaman (debtholder), dan masih banyak masalah lainnya. Intinya, permasalahan
yang muncul adalah principal-agent problem namun dengan pemeran yang berbeda-beda.
Struktur kepemilikan perusahaan terbuka di Indonesia sebagian besar adalah terpusat pada
seseorang atau kelompok tertentu. Terpusat yang dimaksud adalah terpusat pengendaliannya
maupun hak atas arus kas. Negara lain di Asia pun mempunyai struktur yang mirip. Claessens, et
al., 1999, menyatakan bahwa dengan sruktur terpusat, peluang terjadinya ekspropriasi pemegang
saham minoritas mudah terjadi karena pengendali utama tidak/sedikit mempunyai cashflow rights.
Ditambah lagi dengan undang-undang perlindungan investor yang lemah, kesempatan untuk
melakukan ekspropriasi semakin besar. La Porta et al., 2010, menyatakan bahwa perlindungan
terhadap investor di negara yang menerapkan code law, salah satunya Indonesia, lebih rendah
dibandingkan negara yang menerapkan common law.
Hal yang akan disoroti di sini adalah bagaimana kerangka regulasi di Indonesia dalam
mencegah/mengatasi ekspropriasi. Namun sebelumnya, perlu dibedakan tujuan investor dalam
membeli saham. Pada dasarnya ada dua tujuan investasi yakni tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang. Tujuan investasi jangka pendek lebih berfokus pada pergerakan harga saham
sehingga investor mendapat keuntungan yang berasal dari capital gain, hal ini disebut juga dengan
trading. Tujuan investasi jangka panjang berupa pengendalian atas perusahaan untuk
meningkatkan performa. Imbal hasil yang diperoleh adalah dividen. Sebagian besar investor publik
yang mempunyai kepemilikan yang tidak signifikan mempunyai tujuan jangka pendek, hanya
14
untuk trading. Beberapa investor lainnya, dengan kepemilikan sekitar 5% atau lebih dianggap
mempunyai tujuan jangka panjang. Investor inilah yang dianggap sebagai pemegang saham
minoritas karena dia akan berusaha memperjuangkan haknya bila dicederai, sementara investor
lain akan mengalami kesulitan menempuh jalur hukum sehingga lebih memilih untuk menjual
sahamnya.
Pemilik utama (ultimate owner) mempunyai insentif untuk melakukan ekspropriasi karena
dia tidak memilki cash flow rights atas perusahaan yang dikendalikannya. Selain itu, banyak pula
perusahaan induk yang mempunyai berbagai usaha (diversifikasi) baik berkaitan maupun tidak
berkaitan sehingga risiko pemilik utama menjadi lebih kecil akibat diversifikasi tersebut.
Ekspropriasi dapat terjadi seperti berupa tunneling. Johnson et al., 2000, mendefinisikannya
sebagai transfer kekayaan antarperusahaan dalam suatu struktur piramida agar menguntungkan
pihak pengendali, dalam hal ini pemilik utama. Permasalahannya adalah pemegang saham
minoritas tidak mempunyai cukup bargaining power untuk mencegah hal tersebut. Prinsip one
man one vote yang melekat pada saham yang dimiliki membuatnya selalu kalah dalam hal
pengambilan suara untuk menentukan keputusan.
La Porta et al., 1999, menunjukkan bahwa perlunya cash flow rights yang tinggi bagi
pemilik utama sebagai komitmen untuk mencegah ekspropriasi di negara dengan perlindungan
pemegang saham yang lemah. Dengan adanya kepemilikan cash flow rights, maka tindakan
ekspropriasi akan merugikan dirinya sendiri juga secara langsung sehingga pemilik utama akan
mengurangi/tidak melakukan ekspropriasi.
4.2. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Untuk Perlindungan Pemegang Saham Minoritas
Agar pemegang saham minoritas mendapat perlindungan, maka yang harus di perhatikan
adalah beberapa hal sebagai berikut:
a) Personal Right
Pemegang saham sebagai subjek hukum mempunyai hak perseorangan atau personal right
yang dapat di pertahankan serta dapat menuntut pelaksanaan haknya. Dalam Undang-Undang
PT menyatakan bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap
perseroan melalui pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan dari
15
perseroan yang bersangkutan. Di sini jelas tampak bahwa undang-undang PT dimaksudkan
agar dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap pemegang saham. Namun demikian
yang lebih memperoleh peluang dalam memanfaatkan ketentuan tersebut adalah pemegang
saham minoritas, karena pemegang saham minoritas bisa menolak suatu tindakan yang
hendak dilakukan oleh perseroan meskipun hal tersebut telah diputuskan oleh RUPS.
Lebih lanjut undang-undang memberikan hak suara khusus kepada pemegang saham
minoritas untuk dapat melakukan tindakan-tindakan atau bertindak selaku wakil perseroan
dalam memperjuangkan kepentingan perseroan terhadap tindakan perseroan yang merugikan,
sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan baik oleh anggota Direksi dan ataupun
oleh Komisaris (Pasal 85 ayat (3) jo. Pasal 98 ayat (2)).
Undang-undang menjelaskan bahwa dalam hal tindakan Direksi merugikan perseroan, maka
pemegang saham yang memenuhi persyaratan tersebut dapat mewakili perseroan untuk
melakukan tuntutan atau gugatan terhadap Direksi dan Komisaris melalui pengadilan.
c) Persyaratan
Dalam hal ini hak untuk melakukan gugatan atas nama perseroan dapat dilakukan oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (sepersepuluh) bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah. Selain itu pemegang saham yang mewakili paling sedikit
1/10 (sepersepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu
jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar perseroan yang
bersangkutan, dapat meminta untuk diselenggarakan RUPS (Pasal 66 ayat (2)).
Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan dapat
memberikan izin kepada pemohon untuk:
16
2) Melakukan sendiri pemanggilan RUPS lainnya atas permohonan pemegang saham
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2), apabila Direksi atau Komisaris setelah
lewat waktu tiga puluh hari terhitung sejak permintaan, tidak melakukan pemanggilan
RUPS lainnya (Pasal67 ayat ( 1) UUPT). Penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang
memberikan izin kepada pemohon untuk melakukan sendiri Pemanggilan RUPS (Pasal
67 ayat ( 1)) merupakan penetapan instansi pertama dan terakhir (Pasal ayat ( 4), yang
karena itu tidak dapat dimintakan bandingan sebagaimana biasa dimungkinkan terhadap
suatu putusan Pengadilan Negeri. Hal ini juga merupakan suatu kekhususan yang
diberikan oleh undang-undang dalam rangka penegakan kepentingan pemegang saham
minoritas agar pelaksanaan RUPS tidak tertunda. Dalam hak Ketua Pengadilan Negeri
memberikan izin kepada pemohon untuk melakukan sendiri pemanggilan RUPS
sebagaimana disebutkan di atas, Ketua Pengadilan Negeri dapat menetapkan bentuk, isi,
dan jangka waktu pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat tanpa terikat pada
ketentuan undang-undang (UUPT) dan Anggaran Dasar perseroan. Dalam hal ini pula
Ketua Pengadilan Negeri dapat memerintahkan agar Direksi dan atau Komisaris untuk
hadir dalam rapat tersebut.
e) Pemeriksaan Perseroan
Masalah lain yang juga merupakan suatu perbaikan dari peraturan yang berlaku sebelumnya
adalah kesempatan yang diberikan oleh undang-undang untuk melakukan pemeriksaan
terhadap perseroan, apabila permintaan langsung kepada perseroan untuk memperoleh data-
data atau keterangan yang diperlukan ditolak atau tidak diperhatikan oleh perseroan.
Permintaan data atau keterangan tersebut diajukan apabila terdapat dugaan bahwa:
1) Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau
pihak ketiga; atau
2) Anggota Direksi atau Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga (Pasal 110 UUPT). Pemeriksaan
seperti tersebut di atas dilakukan oleh pemegang saham atas nama diri sendiri atau atas
nama perseroan apabila mewakili paling sedikit 1/10 (sepersepuluh) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah, dengan rnengajukan permohonan secara
17
tertutis beserta alasannya ke Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya rneliputi tempat
kedudukan perseroan. Proses selanjutnya tentang pemeriksaan perseroan dapat diikuti
melalui "Perneriksaan terhadap Perseroan".
f) Pembubaran Perseroan
Jalan keluar lainnya adalah Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan atas
permohonan satu orang pemegang saham atau lebih yang mewakili jumlah tertentu
sebagaimana disebutkan di atas yaitu paling sedikit 1/10 (sepersepuluh) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah (Pasal 117 ayat (1) b UUPT). Perlindungan terhadap
pemegang saham rninoritas juga tertuang dalam Pasal 104 UUPT yang rnenyebutkan bahwa
perbuatan hukum penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perseroan harus
rnemperhatikan:
Di Indonesia, perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia harus mentaati Undang-
Undang Perseroan Terbatas (UU PT) tahun 2007 dan Peraturan Bapepam-LK.
18
Beberapa perlindungan hukum bagi para pemegang saham minoritas khususnya adalah
sebagai berikut:
Pada dasarnya, undang-undang ini memberikan hak bagi pemegang saham untuk mengajukan
gugatan terhadap perseroan jika dirinya merasa dirugikan. Lebih jelas di pasal 138, pemegang
saham dapat mengajukan pemeriksaan terhadap perusahaan atas dugaan adanya perbuatan
yang merugikan pemegang saham dengan syarat permohonan diajukan oleh setidaknya 1/10
dari hak suara.
Pasal 62 memfasilitasi para pemegang saham untuk dapat mengajukan pembelian saham oleh
perseroan pada harga wajar jika terdapat tindakan perseroan yang merugikan pemegang
saham. Tindakan perseroan yang dimaksud dapat berupa mengubah anggaran dasar,
pengalihan atau penjaminan kekayaan, atau penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan
pemisahan.
Hal ini tercermin pada pasal 43 dimana pemegang saham mempunyai hak penawaran terlebih
dahulu atas penambahan modal baru. Hal ini bertujuan untuk mencegah dilusi bagi para
pemegang saham yang sudah ada.
Hak derivatif merupakan hak yang diberikan kepada pemegang saham untuk bertindak untuk,
atau atas nama perseroan melakukan tindakan hukum dalam bentuk pengajuan suatu gugatan
terhadap anggota direksi yang melakukan pelanggaran. Hal ini tercantum pada pasal 97 ayat
6 dan pasal 114 pasal 6.
Perlindungan ini berupa hak untuk mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap perseroan
yang diduga telah melakukan penyimpangan yang merugian para pemegang saham, diatur
19
pada pasal 138. Selain itu, jika beberapa pemegang saham ingin mengadakan RUPS, maka
permintaan pengajuan RUPS harus dilakukan oleh minimal 1/10 dari hak suara. Selanjutnya,
RUPS dapat dilangsungkan jika dihadiri oleh minimal 50% dari hak suara.
Perlindungan hak pemegang saham minoritas juga terdapat pada Undang-Undang Pasar
Modal (UU PM) terkait dengan kewajiban keterbukaan informasi sebagaimana tertuang pada pasal
85 dan pasal 86. Selain itu, pasal 87 mengatur pelaporan kepemilikan direktur dan komisaris serta
pengungkapan pihak-pihak yang memiliki minimal 5% kepemilikan. Selain itu, dalam peraturan
Bapepam-LK nomor X.K.6 tahun 2012 mengatur megenai kewajiban pengungkapan identitas
pemegang saham utama atau pengendali hingga lapis indvidu tertentu dalam laporan keuangan
tahunan. Pengungkapan tersebut disajikan dalam bentuk skema atau diagram. Meskipun peraturan
ini tidak mewajibkan pengungkapan hingga beneficial utimate owner, namun setidaknya dengan
ketentuan ini para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui transaksi afiliasi dan melakukan
penelusuran ultimate owner secara mandiri. Regulasi ini sangat vital untuk kondisi perusahaan
seperti di Indonesia dimana struktur kepemilikan berbentuk piramida dan terdapat cross-
shareholding.
Peraturan Bapepam-LK lainnya adalah terkait keterbukaan informasi yang harus segera
diumumkan seperti diatur pada peraturan Bapepam-LK nomor X.K.1. Informasi yang dimaksud
berupa fakta material yang dapat mempengaruhi harga saham dan keputusan investor seperti:
penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, pemecahan saham, pembagian dividen,
dan lain-lain.
20
BAB 5
1. Pengertian
Dalam praktik ini terdiri dari beberapa orang, sehingga lebih dikenal dengan dewan
21
pengawasan secara umum dan / atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
bernama Dewan komisaris. Hal ini dipertegas dengan ketentuan pasal 28 UU perbankan
jawab, serta hal lain yang menyangkut dewan komisaris dan direksi bank syari’ah diatur
dalam anggaran dasar bank syariah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Yang dimaksud dengan
“untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan” adalah bahwa
pengawasan dan pemberian nasehat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk
kepentingan pihak atau golongan tertentu tetapi untuk kepentingan perseroan secara
menyeluruh sesuai dengan maksud serta tujuan perseroan. Dan perseroan harus
mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan
Maksud dan tujuan perseroan ini menjadi dasar kewenangan dan batasan bagi
melanggar maksud dan tujuan perseroan maka ia dapat dimintai pertanggung jawaban
yang tidak terbatas oleh pihak – pihak yang merasa dirugikan, hal ini misalnya komisaris
22
sepantasnya dewan komisaris perlu memberikan pertimbangan terhadap kegiatan
dimaksud.
Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
sebagaimana dimaksud diatas. Dalam hal dewan komisaris terdiri atas dua anggota
dewan komisaris atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku secara tanggung renteng
bagi setiap anggota dewan komisaris. Ketentuan ini menegaskan bahwa apabila dewan
pada perseroan karena pengurusan yang dilakukan oleh direksi, anggota dewan
a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati hatian untuk
b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas
c. Telah memberikan nasehat kepada direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
Dalam hal terjadi kepailitan disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian dewan
direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban
perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota dewan komisaris secara tanggung
renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum
23
dilunasi. Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota dewan komisaris yang
sudah tidak menjabat lima tahun sebelum putusan pernyatan pailit di ucapkan.
b. Tidak melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehatihatian untuk
c. Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas
c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun
Risalah rapat Dewan komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan putuskan
dalam rapat tersebut. Yang dimaksud dengan salinannya adalah salinan risalah rapat dewan
komisaris karena asli risalah tersebut dipelihara direksi sebagaimana dimaksud pasal 100
UUPT bahwa setiap perubahan dalam kepemilikan saham tersebut wajib juga dilaporkan.
1. Pengertian
24
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan
perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan tidak
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Direksi berwenang menjalankan pengurusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat,
dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar.
b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tersebut.
Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan
gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau
25
pada ayat (5) pasal 97 tidak mengurangi hak anggota Direksi lain dan / atau anggota
terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk
membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi
secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi
dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berlaku
juga bagi anggota Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota
Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung
jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
a. Tidak termasuk kedalam daftar orang orang yang dilarang menjadi pemegang saham
dan atau pengurus bank sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank indonesia.
26
b. Menurut penilaian bank Indonesia yang bersangkutan memiliki kompetensi dan
Memiliki komitmen yang tinggi dalm mengikuti fatwa dewan syariah nasional.
sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dapat menempatkan warga negara asing sebagai
anggota direksi dan dewan komisaris. diantara anggota direksi dan dewan komisaris bank,
sekurang kurangnya terdapat 1 (satu) orang anggota direksi dan 1 (satu) orang anggota dewan
Sedangkan Dalam jajaran direksi Bank Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
wajib terdapat 1 (satu) orang direktur yang bertugas untuk memastikan kepatuhan Bank Syariah
Pasal 24 PBI No 6/24/PBI/2004, menguraikan mengenai larangan yang harus di patuhi oleh
1. Sesama anggota dewan direksi saling memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua
termasuk besan.
2. Saling memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua termasuk besan dengan
3. Merangkap jabatan sebagai anggota direksi, dewan komisaris atau pejabat eksekutif pada
27
4. Memiliki saham melebihi 25% (dua puluh lima per seratus) dari modal disetor pada suatu
5. Memberikan kuasa umum pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan
Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih. Dewan Komisaris yang
terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota Dewan
Komisaris.
Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh anggota dewan komisaris sebagai berikut :
bukan bank.
Dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan sesama
Adapun ketentuan dan persyaratan terhadap direksi dan dewan komisaris untuk BPRS
pada umumnya adalah sama dengan bank syariah. Namun ada beberapa perbedaan seperti yang
Anggota Direksi dan Dewan komisaris wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Integritas, yaitu memiliki akhlak dan moral yang baik, komitmen untuk mematuhi
28
pengembangan operasional bank yang sehat, dan tidk termasuk dalam daftar tidak lulus
b. Kompetensi, yaitu :
jabatannya.
Memiliki pengalaman dan keahlian dibidang perbankan dan atau bidang keuangan.
Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang
cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatannya pernah:
1. dinyatakan pailit;
2. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
3. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau
29
1. Memiliki pengetahuan dibidang perbankan yang memadai dan relevan dengan
Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang perseorangan yang
cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatannya pernah:
1. dinyatakan pailit;
2. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
3. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh Perseroan.
Adapun jumlah anggota direksi BPRS sekurang kurangnya 2 (dua) Orang dan
sekurang kurangnya 50 % (Lima puluh persen) dari anggota direksi termasuk direktur
1. 1(satu) tahun sebagai pejabaat dibidang pendanaan dan atau pembiayaan diperbankan
syariah atau
syariah,atau
30
3. 2 (dua) tahun sebagai pejabat dibidang pendanaan dan atau perkreditan diperbankan
Ketentuan lain yang harus dipenuhi oleh direksi adalah sebagai berikut:
b. Bagi anggota direksi lain yang belum berpengalaman perbankan syariah wajib
c. Direktur utama BPRS wajib berasal dari pihak independen terhadap pemegang saham
pengendali;
e. Dilarang merangkap jabatan sebagai anggota direksi, komisaris atau pejabat eksekutif
g. Seluruh anggota direksi BPRS harus berdomisili dekat dengan tempat kedudukan
Ketentuan lain yang harus dipenuhi oleh anggota dewan komisaris sebagai berikut:
1. Jumlah anggota dewan komisaris sekurang kurangnya 2 (dua) orang dan sebanyak
2. Sekurang kurangnya 1 (satu) orang anggota dewan komisaris wajib berdomisili dekat
31
4. Merangkap jabatan hanya dapat dilakukan sebagai berikut:
Calon anggota direksi atau dewan komisaris di bank islam dan BPRS wajib
memperoleh persetujuan ari bank Indonesia sebelum diangkat dan menduduki jabatannya
oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota dengan berpedoman pada ketentuan
diajukan oleh bank kepada gubernur bank Indonesia dan wajib disertai dengan dokumen –
dokumen yang berkaitan dengan calon anggota direksi dan dewan komisaris.
Adapun persetujuan atau penolakan atas pengajuan calon anggota direksi dan atau
dewan komisaris diberikan selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak dokumen
Dalam hal rapat umum pemegang saham atau rapat anggota telah mengangkat calon
anggota direksi dan atau calon anggota dewan komisaris sebelum persetujuan Bank
Indonesia dan apabila Bak Indonesia tidak mnyetujui pihak pihak yang dimaksud, maka
bank wajib mengajukan kembali calon anggota direksi dan atau calon anggota dewan
komisaris atau sesuai dengan ketentuan. Dalam hal rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota membatalkan pngangkatan calon anggota direksi atau calon anggota dewan
32
komisaris yang telah disetujui oleh Bank Indonesia, maka bank wajib melaporkan
pembatalan tersebut kepada bank indonesia, selambat –lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah
pemegang saham atau fotocopy notulen rapat anggota. pengangkatan anggota direksi dan
atau dewan komisaris wajib dilaporkan oleh bank kepada Bank Indonesia selmbat
lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pengangkatan efektif, disertai dengan fotocopy
notulen rapat umum pemegang saham atau fotocopy notulen rapat anggota.
BAB 6
KOMISARIS INDEPENDEN
pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada dewan direksi
khususnya pemegang saham adalah diwakili oleh dewan komisaris (Tunggal, 2002:33).
Dewan komisaris merupakan komponen yang penting sebagai pihak yang dapat
memecahkan masalah keagenan yang terjadi antara principal atau pemegang saham
33
Praktik good corporate governance mengharuskan adanya komisaris independen
dalam perusahaan yang diharapkan mampu mendorong dan menciptakan ilkim yang lebih
two tiers system yang dianut oleh sistem korporasi di Indonesia, maka peranan para
pemegang saham akan dilaksanakan oleh dewan komisaris yang menjalankan fungsi
peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa
harus mempunyai komisaris independen yang secara proposional sama dengan jumlah
saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders).
Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari
seluruh anggota dewan komisaris. Karakteristik dewan komisaris secara umum dan
khususnya dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba
memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan
keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris yang terdiri dari anggota luar
34
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Chtourou (2001), yang memberikan
kesimpulan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan atau outside director dapat mempengaruhi tindakan
manajemen laba. Sehingga, jika anggota dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan
pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan makin rendahnya aktivitas manajemen
laba (Cornett, 2006). Namun hasil penelitian tersebut tidak sama dengan hasil penelitian
yang didapatkan oleh Veronica (2005) yang meneliti pengaruh praktik corporate
governance terhadap manajemen laba. Praktik corporate governance yang diteliti yaitu
proporsi dewan komisaris independen. Hasil dari penelitian ini bahwa proporsi dewan
komisaris independen tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan
dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good
corporate governance. Selain itu ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar
30% mungkin belum cukup tinggi untuk para komisaris independen dapat mendominasi
kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Suranta (2005) juga menemukan bahwa
proporsi komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Hal
independensinya.
mempunyai pengaruh terhadap praktek manajemen laba karena dengan adanya komisaris
independen maka tingkat pengawasan dapat semakin meningkat karena independen yang
35
Secara langsung keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena
didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang
dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
perusahaan.
Disadari bahwa menurut UUPT semua komisaris pada hakekatnya harus bersikap
mata untuk kepentingan perusahaan, terlepas dari pengaruh berbagai pihak yang memiliki
kepentingan yang dapat berbenturan dengan kepentingan pihak lain. Dengan demikian
Profesional adalah penguasaan tugas atau pekerjaan yang didasarkan kepada keahlian dan
keterampilan yang teruji serta dukungan oleh dedikasi dan etika profesi. Stakeholders
adalah seluruh pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau tidak langsung
36
pemerintah, pelanggan, pemasok kreditor, dan masyarakat. Benturan Kepentingan adalah
Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara
1. Afiliasi adalah :
a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik
b. Hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari pihak
tersebut;
c. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat satu atau lebih anggota
d. Hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun tidak langsung,
2. Eksekutif adalah jabatan yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan untuk
37
3. Eksekutif adalah jabatan yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan untuk
4. Pemegang Saham Pengendali adalah pemegang saham yang memiliki 20% (dua puluh
perseratus) atau lebih saham perusahaan yang ditempatkan, atau pemegang saham yang
dengan cara apapun pengelolaan dan atau kebijaksanaan perusahaan meskipun jumlah
6. Profesional adalah penguasaan tugas atau pekerjaan yang didasarkan kepada keahlian
dan keterampilan yang teruji serta didukung oleh dedikasi dan etika profesi.
7. Stakeholders adalah seluruh pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada perusahaan di Indonesia.
38
Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong
diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di
dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat melakukan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan
melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi yang terkait dengan,
profesional.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan
baik.
39
f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance dipatuhi dan
b. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain.
adil.
Di Indonesia, istilah dewan direksi memiliki makna yang berbeda dari board of
directors tergantung dari istilah yang digunakan. Umumnya, di Indonesia dewan direksi
adalah dewan eksekutif, sedangkan di negara barat, board of directors adalah dewan
pengawas. Sebagai contoh, di Bank OCBC NISP, dewan pengawas dinamakan dewan
(sebagai eksekutif). Untuk keperluan artikel ini, istilah yang akan digunakan adalah dewan
pengawas (biasanya disebut dewan komisaris) dan dewan eksekutif (biasanya disebut
40
dewan direksi) untuk menghindari kekeliruan karena penggunaan istilah dewan direksi di
Indonesia bisa mengacu ke salah satu fungsi dari kedua dewan tersebut.
biasanya tugas dan tanggung jawab kedua dewan tersebut dijadikan satu dalam dewan
direksi, yang beranggotakan direksi dalam (di Indonesia dinamakan komisaris) dan direksi
jawab yang diberikan kepadanya oleh suatu otoritas yang berada diluarnya. Biasanya, hal-
hal ini dijelaskan dalam anggaran dasar (AD) organisasi tersebut. Anggaran dasar biasanya
juga menyebutkan jumlah anggota dewan, bagaimana mereka dipilih, dan kapan mereka
mengadakan pertemuan.
Dalam organisasi yang anggotanya memiliki hak pilih (voting rights), dewan
pengawas bergerak atas nama, dan tunduk kepada, quorum. Quorumlah yang biasanya
memilih anggota dewan pengawas. Dalam perusahaan terbuka (dengan saham), dewan
dipilih oleh pemegang saham, dan dewan merupakan otoritas tertinggi dalam manajemen
perusahaan. Dalam sebuah perusahaan tanpa saham, tanpa anggota yang memiliki hak
tertinggi institusi tersebut; yang mana anggotanya terkadang dipilih oleh oleh dewan itu
sendiri.
perusahaan yang telah go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam
rangka perbaikan dan peningkatan ekonomi. Dengan Good Corporate Governance (GCG)
41
diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
yang berlaku.
Hal ini didukung dengan adanya Peraturan Bapepam No. I-A tentang Ketentuan
Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam rangka
wajib memiliki:
jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan
2. Komite Audit.
3. Sekretaris perusahaan.
42
Oleh karena itu, dalam mengelola perusahaan menurut kaedah-kaedah umum GCG,
praktek keadilan menurut ketentuan yang berlaku di suatu sitem perekonomian (negara)
salah satu pendorong implementasi Good Corporate Governance (GCG) (Effendi, 2008).
Sebelum diberlakukan ketentuan tentang komisaris independen, tidak ada pihak yang
bertanggungjawab yang mewakili pemegang saham minoritas dalam forum Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) maupun rapat Direksi (Board of Directors) & komisaris (Board
of Commissioner) perusahaan publik (Effendi, 2008). Oleh karena itu, makalah ini
Governance (GCG).
stakeholder perusahaan yang digunakan untuk menetapkan dan mengawasi arah stratejik
dan kinerja usaha suatu organisasi. Dalam prakteknya GCG merupakan acuan tertulis
kawan2, 2000). Dengan bekal dari pedoman tersebut maka dapat dibangun saling
kepercayaan antara pemilik perusahaan dan para pimpinan perusahaan (Dewan Direksi dan
para Manajer tingkat puncak). Guna mengawasi lebih lanjut kinerja perusahaan dan
43
menjaga kepentingan para pemilik modal secara profesional, maka pemilik perusahaan
melalui RUPS, mengangkat anggota komisaris untuk duduk dalam Dewan Komisaris.
Menurut konsep GCG perusahaan akan memperoleh nilai perusahaan (value of the
firm) yang maksimal apabila fungsi dan tugas masing-masing pelaku organisasi bisnis yang
(1) Board of Directors, dengan syarat mereka bekerja full time dengan tidak boleh
Independen serta berbagai komite yang dibentuknya. Fungsi utama BOC adalah
Menurut Bank Dunia, Corporate Governance “is a blend of law, regulation and
appropiate voluntary private sector practices which enable a corporation to attract financial
and human capital, perform effectively and thereby perpetuate itself by generating long
dengan tujuan akhir bahwa aplikasi konsep ini di perusahaan dapat memberikan nilai
Dalam ketentuan yang ditetapkan oleh Kantor Meneg BUMN, corporate governance
dipandang sebagai proses pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya
perusahaaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi, yang
44
pengelolaan sumberdaya dan risiko secara lebih efisien dan efektif dengan pertanggung
jawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stake holder terkait. Jadi semakin jelas
dari uraian ini konsep GCG akan membawa manfaat bagi penciptaan pertambahan nilai
saham, pengurus, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern
dan ekstern.
Manfaat ini dapat diperoleh karena adanya peraturan hubungan antar para
(1) Mengawasi Direksi perusahaan dalam mencapai kinerja dalam business plan dan
Agar supaya fungsi dan tugas Dekom ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dipastikan bahwa setiap kebijakan dan keputusan Dekom yang dikeluarkan tidak memihak
kepentingan BOD sebagai “agent” atau bias kepada “kepentingan pemilik”. Dalam hal ini
saham minoritas.
45
Dalam kaitannya dengan upaya menjalankan GCG di perusahaan seluruh Anggota
Komisaris atau Komisaris Independen perlu mengerti dan menjalankan tugasnya dengan
kepentingan terkait untuk melihat dan memahami proses dan acuan yang digunakan dalam
sistem prosedur yang baku untuk ditaati dalam proses pengambilan keputusan. Berkaitan
dengan proses pengambilan keputusan penting yang berkaitan dengan azas ini mencakup
antara lain penunjukan komisaris dan direksi, remunerasi komisaris dan direksi, kinerja
komisaris dan direksi, hubungan dengan pihak eksternal, trasaksi dengan pihak ketiga, dan
penunjukan auditor.
Pada tahap awal menerima tugas pekerjaannya, BOC dan BOD perlu memastikan
bahwa eksternal auditor, internal auditor dan Komite Audit mempunyai akses terhadap
informasi yang dimiliki perusahaan, dengan syarat kerahasiaan informasi perusahaan ini
tetap dijaga. Kemudian, pada tahap berikutnya, BOD perlu menyampaikan laporan
keuangan audited dan kinerja usaha kepada publik secara rutin (RUPS, lembaga bursa,
public expose, berita surat kabar). BOC dan BOD perlu memberikan laporan corporate
governance kepada pihak pemerintah atau badan pengawas eksternal (Bank Indonesia,
46
Perusahaan perlu juga menyampaikan pada publik sejauh mana tingkat kepatuhan
telah mereka jalankan, yang meliputi ketaatan pada peraturan dan Undang-Undang yang
berlaku, arahan pemerintah, peraturan perpajakan, prosedur standar akuntasi serta standar
operasional lainnya.
(c) Akuntanbilitas yang berkaitan dengan pertanggungan jawab BOC dan BOD
atas keputusan manajerial dan hasil kinerja usaha yang dicapai, sesuai dengan wewenang
BOD dan BOC perlu menyampaikan laporan realisasi pencapaian kinerja usahanya
dikaitkan dengan pencapaian target-target usaha yang ditetapkan dalam business plan dan
menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit secara rutin dan tepat waktu kepada
publik. Bahkan untuk beberapa perusahaan laporan keuangan dan kegiatan operasional
disampaikan oleh BOD kepada BOC secara rutin dalam laporan semesteran, triwulanan,
atau bulanan.
(d) Kemandirian yang menuntut pemilik perusahaan, BOD dan BOC dalam
menjalankan kegiatan usaha melepaskan diri dari berbagai pengaruh atau tekanan yang
berasal dari pihak tertentu yang dapat menggangu, merugikan, atau mengurangi
anggota direksi, akses terhadap pendapat konsultan independen, proses alokasi kredit,
(e) Keadilan, yang menjamin terselengaranya perlakuan adil pada para pihak
perlakuan adil ini diberikan kepada pihak tersebut diatas, maka perlu dijamin hal serupa
47
akan diberikan pada karyawan dan pegawai perusahaan serta kelompok masyarakat yang
Kelompok Sampoerna dan perusahaan Coca-Cola dan Unilever bahkan telah menjalankan
berbagai bentuk social resposibility programs atau community development yang dirasakan
yang membantu fungsi Dewan Komisaris agar berjalan secara lebih efektif.
(2) Komite Nominasi yang menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi
anggota Komisaris dan Direksi dan eksektutif lainnya, merancang sistem penilaian, dan
penggajian dan pemberian tunjangan serta rekomendasi atas penilaian sistem remunerasi,
pemberian saham, sistem pensiun dan kompensasi dalam kasus pengurangan pegawai.
(4) Komite Asuransi dan Resiko Usaha yang melakukan penilaian berkala dan
GCG atau Good Corporate Governance adalah tata kelola perusahaan dengan baik.
Sejak Indonesia masuk dalam krisis ekonomi, maka prinsip Good Corporate Governance
diharapkan dapat menjadi bagian untuk pembenahan pengelolaan corporasi. Setiap emiten,
direksi dan komisaris harus secara ikhlas bersedia mengubah dan menjadikan setiap gerak
48
Secara formal, Good Corporate Governance hanya ditujukan bagi perusahaan yang
statusnya merupakan perusahaan publik, khususnya emiten yang telah menyerap dana dari
masyarakat dan memiliki saham publik yang sifatnya minoritas dan independen. Secara
sederhana dapat digambarkan sebagai bentuk dari pelaksanaan tanggung jawab antara
perusahaan sebagai badan hukum, direksi dan komisaris sebagai pengurus dengan para
pemegang saham. Caranya dengan menjalankan ketentuan Anggaran Dasar (AD) dalam
independen yang duduk dalam jajaran pengurus perseroan. Perkembangan ini patut dapat
pujian karena memperlihatkan adanya kesadaran untuk menata ulang keberadaan dan
kegiatan usahanya secara baik. Diharapkan kehadiran komisaris independen tidak hanya
sekedar simbol, atau hiasan belaka. Mengapa? Karena pada prakteknya, tidak jarang
komisaris independen hanya diperlukan sebagai suatu schock terapy bagi orang orang yang
Sebagai contoh, dijaman sebelum orde reformasi, banyak pensiunan perwira tinggi
yang diangkat sebagai komisaris, meskipun mereka jarang ke kantor, bahkan mereka tidak
DIRECTOR (BOD)
49
Secara teori dan praktek fungsi organ perseroan Board Of Director ( Direksi )
melakukan perbuatan kepengurusan, sedang fungsi Dewan Komisaris (Dekom) atau dalam
Saat ini di dalam suatu perseroan, diwajibkan mempunyai sekurang kurangnya satu
orang komisaris independen, yang berasal dari luar perusahaan serta tidak mempunyai
pengambilan keputusan dewan komisaris. Oleh sebab itu, harus ada tolak ukur penilaian
kinerja perseroan adalah indikator performa Board of Director. Hal ini sebagai konsekuensi
kepentingan mereka. Dengan demikian badan ini bukanlah independen, tetapi dalam setiap
masalah berpihak kepada pemegang saham. Konsep ini berdasarkan pemikiran bahwa
perseroan didirikan oleh pemilik sebagai pemegang saham terutama untuk kepentingannya.
Kedudukan pemegang saham minoritas yang jumlahnya besar dan tersebar tidak
dapat dipersatukan dan sering tidak terwakili dalam pengambilan keputusan, sehingga
dan menentukan siapa yang akan menjadi board of directors. Akhirnya yang menentukan
50
Dalam hal ini fungsi dan efektifitas dari komisaris independen berperan, namun
demikian efektifitasnya sangat tergantung dari desain, kualitas pengawasan yang patut
diterapkan secara terus menerus, serta perilaku dan tanggung jawab hukum terhadap
dasar perseroan. Keterkaitan antara aspek pengawasan dan tanggung jawab secara yuridis
dalam setiap langkah usaha yang dilakukan oleh manajemen akan sangat mempengaruhi
prinsip dalam melaksanakan GCG / Tata Kelola Perusahaan yang baik meliputi:
(1) keadilan; antara lain adanya perlindungan dan perlakuan sama kepada para pemegang
saham minoritas dan juga asing. Kemudian melarang untuk pembagian pihak sendiri dan
(2) transparansi; antara lain pengungkapan informasi yang benar dan tepat tentang kondisi
perusahaan secara terbuka ke semua pemangku kepentingan agar mereka tahu pasti apa
yang telah dan bisa terjadi. Diperlukan sistem audit yang terbuka, sistem informasi
(3) akuntabilitas; antara lain ada pengawasan yang efektif terhadap manajemen
51
direksi. Ada pelaporan keuangan dengan cara dan waktu yang tepat, pertanggung-jawaban
(4) tanggung jawab yakni yang mencerminkan adanya kepatuhan perusahaan pada
peraturan dan undang-undang yang berlaku, penegakkan etika dan lingkungan bisnis,
(5) etika dan budaya kerja; sebagai landasan moral dan nilai-nilai integritas yang
mengatur komisaris dan direksi serta pihak karyawan (manajemen dan non-manajemen).
batasan atau konsepnya. Sebaik-baik prinsip-prinsip GCG dan peraturan bukanlah jaminan
tidak akan timbul penyimpangan kalau tanpa adanya integritas termasuk moralitas yang
(ketidakpatuhan), dan konflik peran dan fungsi pengambilan keputusan diantara para
pengelola perusahaan. Kalau sudah seperti itu keberhasilan GCG sangatlah bergantung
BAB 7
KOMITE AUDIT
52
a. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsinya
b. Komisaris independen adalah anggota komisaris yang:
1) Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik
2) Tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau
perusahaan publik
3) Tidak mempunyai hubungan Afiliasih dengan Emiten atau perusahaan publik
Komisaris,Direksi , atau Pemegang Saham utama Emiten atau perusahaan.
4) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.
2. Pembentukan Komite Audit
a. Eminten atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit.
b. Emiten atau perusahaan publik wajib memiliki pedoman kerja komitre audit.
c. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
d. Komite audit terdiri sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari emiten atau
perusahaan publik.
53
1) Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya, serta maupun
berkomunikasi dengan baik.
2) Salah seorang dari anggota audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi
atau keuangan.
3) Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan
keuangan.
4) Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan di bidang
pasar modal dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
5) Bukan merupakan orang dalam kantor. Akuntan publik, kantor konsultan
Hukum, atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non audit dan atau
jasa konsultasi lain kepada Emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan
dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir sebelum diangkat komisaris;
6) Bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab
untuk merencanakan, memimpin, atau mengandalkan kegiatan Emiten atau
perusahaan publik dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir sebelum diangkat oleh
komisaris, kecuali komisaris independen.
7) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten
atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite Audit memperoleh saham
akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak
lain.
8) Tidak mempunyai:
a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat
kedua, baik secara horizontal maupun vertical dengan komisaris , Direksi
atau pemegang saham utama Emiten atau perusahaan publik, dan atau
b. Hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha Emiten atau perusahaan publik.
4. Tugas dan tanggung jawab komite audit
54
Komite audit bertugas memberikan pendapat Dewan komisaris terhadap laporan atau
hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi hal-
hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
berkaitan dengan tugas dewan komisaris antara lain meliputi:
1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan di keluarkan perusahaan
seperti laporan keuangan , proyeksi, dan informasi keuangan lainnya:
2) Melakukan penelaahan atas kegiatan perusahaan terhadap peraturah perundang-
undanagn di bbidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
3) Melakukan penelaahan dan pelaksanaan oleh auditor internal.
4) Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan
pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
5) Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada komisaris atas pengaduan yang
berkaitan dengan Emiten atau perusahaan publik
6) Menjaga kerahasian dokumen, data dan informasi perusahaan.
5. Wewenang Komite Audit
Komite audit berwewenag untuk mengakses atas informasi tentang karyawati , dana,
aset serta sumber daya perusahaan yang berkaitan tentang dengan perlakukan
perlaksanaan tugasnya.
Dalam melaksanaan wewenang Komite Audit wajib bekerja sama dengan pihak yang
melaksanakan fungsi internal audit.
55
c. Seorang dari Pihak Indenpenden yang memiliki keahlian di bidang hukum atau
perbankan.
(2) Komite Audit diketahui oleh Komisaris Independen.
(3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit Komisaris Indenpenden
dan Pihak Indenpenden yang menjadi anggota Komite Audit paling kurang 51%
(lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota Komite Audit.
(4) Anggota Komite Audit wajib memiliki integritas, akhlak, dan moral yang baik.
2. Tugas Komite Audit
(1) Komite Audit melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan
pelaksanaan audit serta pemantauan atas tidak lanjut hasil audit dalam rangka
menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan
keangan.
(2) Dalam rangka melaksanakan tugas, Komite Audit paling kurang melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap:
a. Pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern;
b. Kesesuaian pelaksanaan audit Kontor Akuntan Publik dengan standar audit
yang berlaku;
c. Kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku;
d. Pelaksanaan tidak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Satuan Kerja Audit
Intern. Akuntan publik, dan hasil pengawasan Bank Indonesia, guna
memberikan kepada dewan Komisaris.
(3) Komite Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada dewan Komisaris untuk disampaikan
kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-117/M-MBU/2002
Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN)
Pembentukan Komite Audit dalam peraturan ini memuat perihal komposisi Komite
Audit yang diatur dalam Pasal 18, sebagai berikut:
(1) Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, terdiri dari;
a. Sekretariat Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, jika diperlukan;
56
b. Komite Audit;
c. Komite Lainnya, jika diperlukan.
(2) Komite Lainnya, terdiri dari namun tidak terbatas pada Komite Pemantau Manajemen
Risiko, Komite Nominasi dan Remunerasi, dan Komite pengembangan Usaha.
(3) Seorang atau lebih anggota komite berasal dari anggota Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sekretariat, Komite Audit dan Komite Lainnya, diatur
dalam Peraturan Menteri tersendiri.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
KEP-134/BL/2006
Laporan tahunan wajib memuat uraian singkat mengenai penerapan tata kelola
perusahaan yang telah dan akan dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode laporan
keuangan tahunan terakhir.
Adapun Komite audit harus dicantunkan dalam laporan tersebut yang mencakup
antara lain:
a. nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota komite audit;
b. uraian tugas dan tanggung jawab;
c. frekuensi pertemuan dan tingkat kehadiran masing-masing anggota komite audit; dan
d. laporan singkat pelaksanaan kegiatan komite audit.
2.2 Piagam Komite Audit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk tentang Pedoman dan
Tata Tertib Kerja Komite Audit
A. Tujuan Pembentukan Komite Audit
Komite membantu dewan komisaris untuk memperkuat fungsi pengawasan (over
sight) guna meningkatkan kepercayaan kepercayaan publik terhadap pengelolaan
perseroan. Komite harus memonitor proses perbaikan yang berkesinambungan atas
kebijakan, prosedur, dan praktek pada semua tingkat dalam perseroan guna memastikan
telah dilakukan pengelolaan perseroan dan pengendalian resiko yang baik.
B. Tugas Komite Audit
Komite bertugas untuk membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas
pengawasan berkenaan dengan :
57
1. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit baik
internal maupun eksternal serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit baik internal
maupun eksternal dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk
kecukupan proses pelaporan keuangan;
2. Mengaji kecukupan dari Pengendalian Interal Perseroan secara menyuluruh termasuk
kepatuhan terhadap kebijakan Good Corporate Governance, Kode Etik Bank, dan
Hukum, serta peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal;
3. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perseroan
seperti laporan keuangan, laporan tahunan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya;
4. Mengaji kecukupan dari fungsi Audit Intenal, termasuk jumlah auditornya, tencana
kerja tahunan, dan pekerjaan yang telah dilaksanakan;
5. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas Audit Intern,
kesesuaian pelaksaan audit oleh akuntan publik dengan standar audit yang berlaku, dan
pelaksanaantindak lanjut oleh direksi atas hasil temuan audit interen dan audit ekstern
guna memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris.
6. Mengkaji kompetisi dan idenpendensi dari auditor ekternal dan juga
merekomendasikan auditor eksternal dalam rapat umum pemegang saham.
7. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang
berkaitan dengan perseroan dan
8. Menyampaikan laporan atas kegiatan dari komite audit kepada dewan komisaris berupa
laporan triwulan, laporan tahunan dan laporan insidentil (penugasan khusus dari dewan
komisaris) dan setiap tahunnya disajikan dalam laporan tahunan Bank.
C. Kewenangan Komite Audit
Dewan komisaris memberikan kewenangan kepada komite dalam lingkup tanggung
jawab komite untuk:
1. Mengakses secara penuh, bebas dan tidak terbatas terhadap catatan, karyawan, dana,asset
serta sumber daya lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya;
2. Mendapatkan masukan atau saran dari para profesional diluar perseroan yang berkaitan
dengan tugasnya; dan
3. Memberikan pendapat dan rekomendasi kepada dewan komisaris dalam pemilihan kepala
auditor internal dan auditor eksternal. Jika diperlukan atas dasar penugasan dewan
58
komisaris, komite audit dapat melakukan pendalaman informasi dan/ atau dewan
komisaris meminta pelaksanaan audit/penelitian tersebut dilakukan oleh audit
internal,eksternal auditor, konsultan atau pihak lain yang ditunjuk.
D. Organisasi Komite Audit
1. Kedudukan Komite
1. Komite berada dibawak koordinasi dewan komisaris dan secara struktural
bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
2. komite diketuai oleh komisaris independen
3. untuk melaksanakan tugas sehari-hari, komite dapat dibantu oleh staf dan/atau
sekertaris komite audit,yang dapat berasal dari kalangan intern maupun ekstern
Bank.
2. Keanggotaan Komite
1. anggota komite paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang. Salah satu diantaranya
adalah komisaris independen yang akan bertindak sebagai ketua komite;
2. anggota komite paling kurang terdiri dari:
a. seorang komisaris independen;
b. Seorang pihak independen yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan
keuangan; dan
c. Seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang hukum atau
perbankan
3. Seorang anggota komite harus independen dengang pengertian :
a. Tidak menerima kompensasi dari perseroan dan anak persero, atau afiliasinya,
kecuali upah, gaji, dan fasilitas lainnya yang diterima berkaitan dengan tugas-
tugas yang dilaksanakan sebagai anggota komute audit.
b. Tidak mempunyai hubungan keluarga maupun bisnis dengan direksi dan dewan
komisaris.
c. Tidak mempunyai kedudukan rangkap pada perseroan dan perseroan lainnya
yang terafiliasi dengan Bank; dan.
d. Tidak memiliki tugas, tanggung jawab, dan kewenangan yang menimbulkan
bentuk kepentingan.
59
4. Anggota komite yang nin komisaris dapat berasal dari pekerjaan intern dan ekstern
perseroan.
5. Dalam hal terdapat anggota Komite yang berasal dari perkeja ekstern Perseroan,
maka berlaku ketentuan:
a. Dipilih oleh Dewan Komisaris melalui mekanisme perekrutan dan seleksi.
b. Masa kerja paling lamaa adalah 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang kembali
untuk masa kerja berikutnya dengan memperhatikan masa kerja Dewan
Komisaris dan peraturan pekerja kontrak yang berlaku di Perseroan, dengan
tidak menutup kemungkinan diberhentikan oleh Dewan Komisaris sebelum
jangka waktu kontrak berakhir.
6. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite; dan
7. Anggota Komite diangkat oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan
Komisaris.
60
2.1 Pengertian Manajemen Resiko
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu
pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk : penialaian resiko, pengembangan strategi
untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber
daya. Stratergi yang dapat diambil antara lain adalah memimdahkan resiko kepada pihak lain,
menghindari resiko, mengurangi efek negative resiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul
oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan
hukum) Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi,
mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang
tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer resiko pada pihak lain,
menghindari resiko, mengurangi efek buruk dari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh
konsekuensi dari resiko tertentu. Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi
dengan kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen senior.
Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran
operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan merespon secara menyeluruh
pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan pekerja memandang manajemen resiko sebagai
bagian dari deskripsi kerja. Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukur dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua tingkatan.
Definisi manajemen resiko (risk management) di atas dapat dijabarkan lebih lanjut berdasarkan
kata kunci sebagai berikut :
1. On going process : manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara
berkala. Manajemen resiko bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (on time event)
2. Effected by people : manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan
organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah, manajemen resiko dirumuskan oleh pimpinan
dan pegawai institusi/departemen yang bersangkutan.
3. Applied in strategy setting : manajemen resiko telah disusun dari perumusan strategi organisasi
oleh manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen resiko, strategi yang
disiapkan oleh manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen resiko, strategi
61
yang disiapkan disesuaikan dengan resiko yang dihadapi oleh masing-masing bagian/unit dari
organisasi.
4. Applied across the enterprised : strategi yang telah dipilih berdasarkan manajemen resiko
diaplikasikan dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian/unit pada organisasi.
Mengingat resiko masing-masing bagian berbeda, maka penerapan manajemen resiko berdasarkan
penentuan resiko oleh masing-masing bagian.
5. Designed to identify potential events : manajemen resiko dirancang untuk mengiden tifikasi
kejadian atau keadaan yang secara potensial menyebabkan tertanggunya pencapaian tujuan
organisasi.
6. Provide reasonable assurance : resiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan
jaminan bahwa kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara optimal.
7. Geared to achieve objectives : manajemen resiko diharapkan dapat menjadi pedoman
bagi organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Sasaran dari pelaksanaan
manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan
bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa
berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan
politk. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi
manusia, khususnya entitas manajemen resiko (manusia. Staff, organisasi).
Dalam perkembangannya resiko-resiko yang dibahas dalam manajemen resiko dapat diklasifikasi
menjadi :
a. Resiko OPerasional
b. Resiko Hazard
c. Resiko Finansial
d. Resiko Strategis
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan manajemen resiko erintegrasi korporasi
(enterprise risk management). Manajemen resiko dimulai dari proses identifikasi resiko, penilaia
resiko, mitigasi, monitoring, dan evaluasi.
a. Mengidentifikasi resiko
62
Proses ini meliputi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.Identifikasi resiko
secara akurat dan kompleks sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting
dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin.
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain :
1. Brainstorming
2. Survey
3. Wawancara
4. Informasi historis
5. Kelompok kerja
b. Menganalisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko dengan
cara melihat seberapa besar potensi terjadinya kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya
resiko tersebut. penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun
sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga,
pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat
memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen resiko. Kesulitan
dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu resiko karena informasi
statistic tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak
kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk assets immaterial.
c. Monitoring resiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan bagian penting dalam
perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko tidaklah berhenti sampai disini saja.
Praktek, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana
dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor
proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk
mengidentifikasi adanya resiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu resiko terjadi
maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
2.2 Konsep Resiko
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya
cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat
63
menguntungkan atau merugikan. Istilah resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan
dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi. menurut Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi resiko sebagai
berikut :
Risk is the chance of loss (resiko adalah kans kerugian)
Istilah Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan
kerugian. Dalam ilmu statistic, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga
resiko tidak ada.
Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu.
Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
Risk is uncertainty (resiko adalah ketidakpastian)
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian
individu terhadap situasi resiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang
bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi resiko berikut.
Risk is the dispersion of actual from expected results (resiko merupakan penyebaran hasil actual
dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik mendefinisikan resiko sebagai derajat penyimpangan
sesuatu nilai di sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. Risk is the probability of
any outcome different from the one expected (resiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda
dengan outcome yang diharapkan) Menurut definisi di atas, resiko bukan probabilitas dari suatu
kejadian tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.
Dari berbagai definisi diatas, resiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk
(kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah
menunjukkan adanya ketidakpastian. Konsep lain yang berkaitan dengan resiko adalah peril dan
hazard. Peril merupakan suatu peristiwa yang dapat menimbulkan terjadinya suatu kerugian.
Sedangkan hazard merupakan keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya perilaku.
Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu :
1. Physical hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari
objek yang memperbesar terjadinya kerugian.
64
2. Moral hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber dari orang yang berkaitan dengan sikap
mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang dapat memeprbesar kemungkinan terjadinya
perilaku.
3. Moral hazard merupakan suatu kondisi dari orang yang merasa sudah memperoleh jaminan dan
menimbulkan kecerobohan sehingga memungkinkan timbulnya peril. Legal hazard merupakan
suatu kondisi pengabaian atas suatu peraturan atau perundangan dangan yang bertujuan
melindungi masyarakat sehingga memperbesar terjadinya perilaku.
2.3 Kategori Resiko
Resiko dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk :
1. Resiko Spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal
dengan istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu
tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau
malah investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif.
2. Resiko Murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi
apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila
perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian.
Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya
menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara
menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat
diminimalkan. Itu sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat
diasuransikan (insurable risk). Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan resiko murni
adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan
untung sedangkan untuk resiko murni tidak dapat kemungkinan untung. Kejadian sesungguhnya
terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada kemungkinan penyimpangan yang
menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu
bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari resiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu hanya ada
65
kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer resiko tugas
utamanya menangani resiko murni dan tidak menangani resiko spekulatif, kecuali jika adanya
resiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi resiko murni tersebut. menentukan sumber
resiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Sumber resiko dapat
diklasifikasikan sebagai resiko social, resiko fisik, dan resiko ekonomi. Biaya-biaya yang
ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut :
1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan.
2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri.
2.4 Mengidentifikasi Resiko
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan secara sistematis dan
berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh karena
itu, diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam menentukan kerugian potensial.
Salah satu alternative sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist adalah : kerugian
hak milik (property losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan
kerugian personalia (personnel losses). Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan
resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Perusahaan
yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis, maka diperlukan metode yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan keuangan (financial statement method)
3. Metode peta airan (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistic dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan
Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan, lingkungan kerja,
kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko dapat mempelajari kemungkinan tentang
hazard. Oleh karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko tergantung pada kerja
sama yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan. Manajer resiko dapat
menggunakan tenaga pihak luar untuk proses mengidentifikasikan resiko, yaitu agen asuransi,
broker, atau konsultan manajemen resiko. Hal ini tentunya memiliki kelemahan, dimana mereka
66
membatasi proses hanya pada resiko yang diasuransikan saja. Dalam hal ini diperlukan strategi
manajemen untuk menentukan metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang
dihadapi.
2.5 Peranan Penting Audit Internal dalam Sebuah Organisasi
Pengertian audit internal secara umum adalah suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif
dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organinsasi. Ini membantu organisasai mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang
sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen
risiko, pengendalian dan tata kelola. Audit internal juga merupakan katalis untuk meningkatkan
efektivitas organisasi dan efisiensi dengan memberikan wawasan dan rekomendasi berdasarkan
analisis dan penilaian data dan proses bisnis.
Berikut ini merupakan beberapa pengertian dari beberapa ahli mengenai internal audit : Menurut
Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan intern) adalahpemeriksaan yang
dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah
ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi
yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan dibidang perpajakan, pasar modal,
lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan dan
ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan.
Menurut Mulyadi (2002:29), audit intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan negara dan perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
organisasi.
Audit internal menurut IIA (Institute of Internal Auditor) yag dikutip oleh Boynton (2001:980)
yakni : Internal auditing is an independent, objective, assurance and consulting activity designed
to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its
objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness
of risk management, control, and governance processes”. (Audit internal adalah aktivitas
independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan
67
meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektifitas manajemen resiko, pengendalian danproses tata kelola). Berbicara tentang peranan
penting auditor dalam sebuah organisasi kami rasa tugas dan tanggung jawab auditor internal juga
wajib kami paparkan disini.
Menurut Sukrisno Agoes ( 2004:222), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor
dalam membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen0 dalam melaksanakan
tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan
yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-
kegiatan berikut :
a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian
manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan
oleh manajemen.
c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari
kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.
d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh
manajemen.
f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas.
Auditor internal juga punya kualitas auditor internal yang diharapkan, diantaranya independen,
yaitu keadaan atau posisi dimana kita tidak terikat dengan pihak manapun artinya tidak memihak
auditee. Pendengar dan pengamat yang baik pencatat yang baik, komunikatif dan bijaksana, tidak
menyinggung perasaan auditee memiliki pemahaman tentang audit dan auditee yang cukup.
Berikut ini kami paparkan juga rangkuman tugas dan tanggung jawab auditor internal.
1. Mencari informasi awal terkait bagian yang akan diaudit (auditee). Salah satu hal penting yang
harus dikuasai auditor adalah pengetahuan yang cukup tentang auditee. Pengetahuan yang
dimaksud disini mencakup cara kerja, prosedural, hierarki jabatan, dan catatan mutu atau laporan
68
yang selama ini digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Tanpa menguasai hal ini, maka tidak
banyak yang bisa dilakukan auditor saat mengaudit.
2. Melakukan tinjauan dokumen dan persyaratan lain yang berkaitan dengan auditee. Memeriksa
dokumen dan persyratan lain untuk kemudian dicatat hal-hal yang bersifat critical merupakan
faktor penting kesuksesan audit, denganmeninjau dokumen auditee, auditor akan mengetahui
proses-proses pentingyang perlu ditelusuri lebih jauh.
3. Mempersiapkan program audit tahunan dan jadwal tahunana dan jadwal pelaksanaan audit
secara terperinci. Dalam kamus ISO 9001, tidak dikenal audit mendadak. Semua kegiatan audit
internal harus direncanakan dari awal dan diinformasikan kepada seluruh auditee. Karena, tujuan
audit internal bukan untuk mencari-cari kesalahan, akan tetapi untuk melakukan perbaikan secara
berkesinambungan.
4. Membuat daftar pertanyaan audit (audit checklist). Audit checklist dibuat untuk mempermudah
auditor mengingat hal-hal penting yang perlu ditanyakan. Selain itu, audit checklist juga dapat
dijadikan pedoman oleh auditee untuk mempersiapkan diri sebelum diaudit
5. Melaksanakan pemeriksaan sistem secara menyeluruh. Dalam pelaksanaan audit, seorang
auditor harus jeli dan telaten dalam memeriksa area auditee.Auditor tidak boleh hanya berpaku
pada audit checklist dan standar, tapi lebih dari itu, auditor dapat memeriksa lingkungan kerja
auditee, komitmen dan kesungguhan mereka dalam memperbaiki sistem. Dengan mengabaikan
komitmen, kegiatan audit internal hanya akan terlihat seperti audit administratif belaka yang hanya
berkutat pada ini belum lengkap, itu kurang bagus, dan ini itu belum ditandatangani.
6. Mengumpulkan dan menganalisis bukti audit yang cukupdan relevan. Semua masalah atau
temuan yang ditemukan selama proses audit harus didukung dengan bukti yang cukup. Artinya,
auditor tidak boleh gegabah dalam melaporkan temuan. Harus ada bukti kuat bahwa auditee
melakukan kesalahan. Satu perlu dicatat, audit internal tidak hanya mengumpulkan temuan
melaikan juga mengumpulkan bukti-bukti prestasi yang sudah dicapai.
7. Melaporkan temuan audit atau masalah-masalah yang ditemukan selama audit internal. Auditor
harus menerbitkan laporan temuan audit internal untuk ditindaklanjuti oleh auditee. Auditee harus
diberi tenggak waktu tertentu agar proses perbaikan tidak dibarkan berlarut-larut.
8. Memantau tindak lanjut hasil audit internal sampai dinyatakan selesai. Untuk memastikan
seluruh temua telah diperbaiki, maka auditor internal harus memeriksa tindakan yang sudah
69
dilakukan setelah melewati tenggak waktu perbaikan yang diberikan. Beberapa peran yang dapat
dibawakan oleh auditor internal adalah :
a. Peran sebagai pemecah masalah. Temuan audit pada hakikatnya adalah masalah. Auditor intern
harus mampu menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving) yang rasional.
b. Temuan yang ada dari pelaksanaan audit bisa menjurus pada timbulnya konflik bila seorang
auditor kurang mampu menyelesaikannya denganaudit
BAB 9
Stakeholders
70
Pengertian Stakeholders
Menyadari adanya realitas baru hubungan antara perusahaan korporasi dengan pemangku
kepentingan, (Freeman dan Reed dalam Solihin, 2009:50) mengajukan dua rumusan pemangku
kepentingan, yakni: pemangku kepentingan dalam pengertian luas dan pemangku kepentingan
Dalam hal ini pemangku kepentingan dalam arti luas yaitu kelompok maupun individu-
individu yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan mereka atau pencapaian perusahaan yang
dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan pada saat perusahaan mengejar tujuannya. Yang termasuk
dalam pemangku kepentingan dalam pengertian ini mencakup : kelompok kepentingan publik,
kelompok yang melakukan aktivitas protes (protest group), pegawai pemerintah, asosiasi
perdagangan, pesaing, serikat pekerja dan juga karyawan, pelanggan pada segmen tertentu, serta
pemegang saham.
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya kepada pemangku kepentingan ini yang terdiri
atas kelompok-kelompok maupun beberapa individu tertentu. Pemangku kepentingan ini terdiri
dari karyawan, pelanggan pada segmen tertentu, pemasok tertentu, pegawai kunci di pemerintahan,
Kategori Stakeholders
Stakeholders menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu internal stakeholders,interface stakeholders dan eksternal
stakeholders.
a) Internal Stakeholders, terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan
terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Perusahaan
71
secara terus-menerus memberikan imbalan yang memadai kepada kelompok pemangku
kepentingan jenis ini untuk memperoleh kontribusi hasil kerja mereka. Yang termasuk ke
dalam inside stakeholders adalah para manajer (managers), para profesional, dan staf
nonoperasional.
bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan dan bukan pula karyawan
keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Yang termasuk ke dalam
c) Interface Stakeholders, yaitu mereka yang melaksanakan fungsi organisasi secara internal
maupun eksternal, atau mereka yang menjadi penghubung antara organisasi dengan
Dari ketigajenis tersebut dapat diketahui mengenai peran pada masing-masing jenis
stakeholders terhadap program CSR perusahaan. Pada jenis internal Stakeholders, orang-orang
yang termasuk dalam jenis tersebut memiliki peran dalam rangka merumuskan program CSR. Pada
jenis Interface stakeholders hanya menjalankan rumusan program CSR perusahaan. Sedangkan
orang-orang yang termasuk pada jenis eksternal stakeholders memiliki peran sebagai pendukung
ataupun sebagai objek dari program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan.
Peranan stakeholders
72
Keran gk a corporat e governance h arus memberikan pengakuan terhadap hak-hak
stakeholders, seperti yang telah ditentukan dal am undang -undang, dan m endorong
kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan para stakeholders tersebut dalam rangka
Agency Problem lahir dari adanya pemisahan antara manajemen dan penyandang dana, dimana
manajer berusaha untuk meningkatkan incentive mereka dalam rangka memakmurkan dirinya dan
menagabaikan tugas utamanya yaitu memaksimumkan kemakmuran pemilik. Hal ini bisa
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pengeluaran untuk dirinya manajemen. Sistim
akuntansi keuangan menyediakan informasi yang penting untuk Governance Mechanisms, yang
Mechanisms bisa dalam bentuk implisit atau eksplisit. Penggunaan perjanjian yang berbasiskan
dasar akuntansi dalam kontrak obligasi adalah salah contoh dari penggunaan informasi akuntansi
secara eksplicit. Penggunaan informasi ekuntansi untuk menyeleksi perusahaan yang akan
dijadikan target takeover adalah contoh dari penggunaan informasi akuntansi secara implisit.
Informasi akuntansi keuangan merupakan produk dari proses Governance. informasi akuntansi
keuangan dihasilakan oleh manajemen dan manajemen mengetahui informasi ini akan digunakan
sebagai input dalam proses Governance.dibawah ini dijelaskan mengenai informasi akuntansi
keuangan sebagai produk dari proses Governance, penggunaan informasi akuntansi secara
73
Proses bagaimana informasi akuntansi lahir dan merupakan tanggung jawab dapat dilihat pada
bagan 1. Bagan 1 menfokuskan kepada kasus Amerika dan bisa aplikasikan ke negra laannya.
Proses pelaporan keuangan bagi perusahaan umumnya diatur oleh pemerintah atau sistim hukum
yang berlaku (kalau di Amerika SEC). selanjut harus mengaju pada prinsip Akuntansi Yang
Berterima Umum ( GAAP). Laporan keuangan juga akan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
(audit eksternal) untuk di periksa apakah dalam menyiapkan laporan keuangan sudah sesuai
dengan aturan dan prinsip yang berlaku. Perusahaan kemudian menunjuk Audit Committtee dari
Banyak peneliti yang mengkaji bagaimana kualitas sistim pelaporan keuangan dihubungkan
dengan bentuk dan mekanisme Governance lainnya (diantaranya adalah La Porta, Lopez-De-
Silanes, Shleifer and Vishny, 1998; Bushman, Chen, Engel dan Smith, 2000). Penelitian lainnya
juga mengembangkan literature tentang isu lainya yang berhubungan dengan kualitas sistim
pelaporan keuangan. Literature ini di bagi atas tiga kelompok. Kelompok pertama mengkaji
tentang kualitas disclosure dengan biaya modal (contoh, Lang and Lundholm, 1996; Botosan,
1997; dan Botosan dan Plumlee, 2000). Corporate Governance dijadikan sebagai ukuran apakah
perusahan yang dijadikan sample trasfaran atau tidak, khususnya terhadap kreditor. Hasil
peneitiannya tidak bervariasi, ada yang menemukan tingka disclosure mempengaruhi biaya
hutang dan sebagaian lagi todak. Kedua adalah menguji tentang efektivitas mekanisme
pengawasan spesifik terhadap proses pelaporan keuangan. Area - 3 - ini termasuk kajian tentang
kualitas audit (contoh, Becker, DeFond, Jiambalvo dan Subramanyam, 1998; Francis,
Maydew dan Sparks, 1999) dan kualitas BOD dan Komite Audit ( contoh, Beasley, 1996;
Dechow, Sloan dan Sweeney, 1996; Carcello dan Neal, 2000; Peasnell, Pope dan Young, 2000 ).
74
Area terakhir mengkaji sebab dan akibat gagalnya proses pelaporan keuangan penelitian ini
1999; Teoh, Wong and Welch, 1999) dan manipulasi earning (contoh.,
Feroz, Park dan Pastena, 1991; Dechow, Sloan dan Sweeney 1996).
informasi akuntansi secara eksplisit dalam kontrak antara manajemen dan individu atau lembaga
yang memberikan dana pada perusahaan merupakan contoh dari penggunaan informasi akuntansi
dalam mekanisme Governance. khususnya penggunaan informasi akuntansi sebagai alat ukur
kinerja manajemen pada kontrak mengenai sistim kompensasi untuk manajemen. Ini merupakan
berbasiskan laporan keuangan hanya merupakan bagian kecil dari insentif yang ada. Insentif yang
berdasarkan kenaikan harga saham cendrung sebagai dasar mereka investor untuk memberikan
insentif pada manajemem (penelitian tentang isu ini telah dilakukan peneliti diantaranya adalah ,
Berlawanan dengan literature tentang peran informasi akuntansi dalam kompensasi diatas,
penggunaan informasi akuntansi secara eksplisit pada perjanjian hutang masih berlanjut.
Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Smith dan Warner (1979) dan Leftwich (1983)
mendokumentasikan keberadaan dan fungsi akuntansi dalam perjanjian kontrak hutang antara
kreditor dan perusahaan.. penelitian pada area ini memfokuskan pada pada implikasi pemilihan
metode akuntansi yang digunakan(contoh., Press dan Weintrop, 1990; Sweeney, 1994). Tapi,
peran informasi akuntansi pada kontrak keuangan telah terus berlangsung perkembangannya dan
hutang. Contoh penggunaan informasi akuntansi adalah berapa bunga harus dikenakan pada
75
perusahaan didasarkan atas kekuatan keuangan perusahaan dan ini didasarkan atas data akuntansi.
Data akuntansi di analisa yang dijadikan rasio-rasio keuangan dan dikelompokan atas beberapa
merupakan peran informasi akuntansi yang paling penting. Dalam kontek ini, valuasi dan peran
akuntansi menjadi saling berhubungan. Dalam konteks bahwa investor bersedia berinvestasi pada
perusahaan merupakan fungsi information efficiency dan tingkat likuiditas pasar modal.
modal dan memfokuskan penggunaan informasi akuntansi dalam penilaian surat-surat berharga
merupakan implikasi pada isu Corporate Governance. Tapi, daripada memfokuskan pada peran
governance akuntansi melalui peranya dalam menfasilitasi informational efficiency harga saham.
Governance spesifik. Penelitian empiris mendukung bahwa informasi akuntansi secara implisit
digunakan dalam mekanisme Governance yang beragam. Ada dua area paling, kajian tentang
peran informasi akuntansi dalam mekanisme Corporate Governance yaitu Legal Protection dan
Large Investor. Dalam kategori legal protection, beberapa penelitian telah mendokumentasikan
peran informasi akuntansi dalam menjalankan hak legal investor dalam melawan menajem.
Investor tidak bisa membawa masalah tersebut ke pengadilan karena manajemen telah melakukan
kecurangan atau kegiatan yang tidak sesuai dengan apa yang digariskan oleh investor (pemilik).
Karena sistim pelaporan keuangan adalah mekanisme internal utama yang memberi fasilitas
akuntansi dan pengungkapan sangat berhubungan dengan perkara hokum pemegang saham dan
76
bahwa manajemen melakukan seolah-olah mereka memenage strategi pelaporan keuangan untuk
mengurangi biaya yang berhubungan dengan perkara hukum investor (contoh ., Kellogg, 1984;
Francis, Philbrick dan Schipper, 1994; Skinner, 1994; Skinner 1996). Informasi akuntansi juga
memainkan peran penting dalam menjalankan hak kreditor dalam kasus tidak di lunasinya hutang
Dalam kategori kedua, informasi akuntansi secara implisit memfasilitasi jalanya mekanisme
Governance adalah large investor. Large investor bisa mempengaruhi tindakan manajemen
melalui Board of Diretor, yaitu atoritas untuk menggunakan manajemen atau memberhentikannya
penelitian akademik memyimpulkan bahwa BOD menggunaka kenerja laba akuntansi sebagai
input untuk keputusan memberhentikan manajemen (Weisbach,1988). Tapi, dalam banyak kasus,
investor yang memiliki saham besar tidak mempunyai hak suara mayoritas di dewan komisaris
dan mungkin harus mengambil tindakan yang lebih drastis seperti takeover atau proxy contest
untuk merebut control BOD dan mendisiplinkan manajemen. Penelitian juga menemukan bahwa
(DeAngelo, 1988), dan institutional investor activism (Opler dan Sokobin, 1998). Selain
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti diatas, banyak peneliti lain yang menguji pengaruh
institutional investor activism terhadap kinerja perusahaan telah banyak dilakukan dengan
menggunakan informasi akuntansi. Secara umum melaporkan tidak ada bukti yang meyakinkan
perusahaan. Walaupun sebagian kecil melaporkan bahwa ada pengaruh perusahaan yang menjadi
target CalPERS terhadap tingkat pengembalian jangka panjang (Nesbitt, 1994). Tapi hasil Nesbitt
(1994) di kounter oleh Guercio dan Hawkins (1997) yang menyimpulkan bahwa masih ada
perusahaan yang menjadi target CalPERS (perusahaan yang mempunyai kinerja tidak bagus)
77
mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pengembalian.
Penelitian yang menemukan tidak adanya pengaruh aktivisme investor institusi terhadap kinerja
perusahaan dilakukan banyak peneliti yaitu Daily, John, Elstrand dan Dalton (1996), Bear dan
Sias (1997), Opler dan Sokobin`s (1997), Carleton, Nelson dan Weisbach (1997) dan lain-lain.
Walaupun aktivisme investor institusi tidak berdampak positif terhadap kinerja perusahaan, tapi
aktivisme ini bisa merubah budaya perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan
secara keseluruhan. Seperti yang dikemukan oleh Gordon (1997b), Black dan Coffee (1994), dan
Coffee (1997). Perubahan budaya memang tidak dapat di uji secara langsung. Tapi melalui
perubahaan Governance yang didukung oleh institusi akan berdampak terhadap kinerja
perusahaan. Bukti empiris menyimpulkan bahwa sudah tiga perubahan yaitu (i) perubahan
komposisi dewan komisaris, (ii)komite nominasi dan kompensasi yang berasal dari dewan
komisaris independen dan (iii) pemisahan posisi pimpinan dewan komisaris dengan CEO.
Investor institusi sangat mendukung yang duduk di dewan komisaris adalah komisaris
independen. Tapi tidak ada jaminan dengan banyak komposisi komisaris independen dan
pemisahan posisi pimpinan dewan komisaris dengan CEO akan meningkatkan kinerja perusahaan
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa informasi akuntansi mensuplai input yang paling
digunakan baik untuk menunjukan apakah aksi governance melawan manajemen dibutuhkan dan
untuk membantu menentukan pengeluaran untuk stakeholder lainnya jika terjadi masalah hukum
78
Corporate Social Responsibility (CSR)
(Kotler dan Lee dalam Solihin, 2009:5) menyebutkan bahwa definisi tanggung jawab sosial
being through discretionary business practices and contribution of corporate resources”. “Dalam
definisi tersebut, Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata discretionaryyang berarti
kegiatan CSR semata-mata merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan
oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban untuk membayar pajak atau kepatuhan
nuansa bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas CSR haruslah perusahaan yang telah menaati
hukum dalam pelaksanaan bisnisnya”. Jadi kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan tidak
diperkenankan hanya untuk menyembunyikan kinerja operasional perusahaan yang buruk dan
harus dilakukan sungguh-sungguh menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat, aman, dan
sejahtera.
Menurut (Maignan & Ferrell dalam Susanto, 2009:10) mendefinisikan CSR sebagai “A
business acts in socially responsible manner when it’s decision and actions account for and
balance diverse stakeholder interests”. “Definisi ini menekankan perlunya memberikan perhatian
secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan
dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung
jawab”.
79
(Elkington dalam Alfitri, 2011:92) mengemukakan bahwa, “sebuah perusahaan yang
menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas
(planet bumi). Pertama, profit menyangkut keuntungan perusahaan sebagai motivasi utama dari
setiap kegiatan usaha. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak keuntungan antara lain
dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya. Kedua, People menyangkut
masyarakat. Perusahaan perlu melakukan kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat sebagai
kompensasi atas dampak yang diterima masyarakat. Ketiga, Planet, diartikan sebagai kegiatan
perusahaan yang peduli terhadap lingkungan sekitar agar terjaga keseimbangan lingkungan fisik
Berdasarkan rencana implementasi (draft) (ISO 26000 dalam Solihin, 2009:31) yang akan
mengatur mengenai standar CSR Corporate Social Responsibilityadalah “tanggung jawab sebuah
masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang
harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang berlaku dan norma-norma perilaku
Penulis dapat menyimpulkan bahwa definisi CSR yaitu komitmen dan upaya perusahaan
yang beroperasi secara legal dan etis untuk berkontribusi terhadap pembangunan sosial, ekonomi,
dan lingkungan hidup serta pembangunan berkelanjutan guna meningkatkan kualitas hidup
80
Dasar Hukum Corporate Social Responsibility(CSR)
Dalam Pasal 74 ayat 1 UU Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas disebutkan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan; Tanggung
jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Sedangkan dalam Pasal 15 (b) UU Republik Indonesia No.25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal menyatakan bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan.”
Berdasarkan (Kotler dan Lee dalam Solihin, 2009:131) menyebutkan bahwa terdapat 6
81
masyarakat atau perekrutan 3D.
tenaga sukarela untuk suatu (dilihat,diraba,diterawang).
kegiatan tertentu. Komunikasi
persuasif untuk menciptakan
kesadaraan serta perhatian
terhadap suatu masalah sosial.
2 Cause-Related Perusahaan memiliki “Berbagi 1000 kebaiakan”
Marketing komitmen untuk dengan cara
menyumbangkan persentase menyumbangkan Rp 1000
tertentu dari penghasilannya untuk setiap penjualan es
untuk suatu kegiatan sosial krim vienetta walls ke
berdasarkan besarnya kegiatan sosial.
penjualan produk.
3 Corporate Perusahaan mengembangkan Pampers melalui program
Social dan melaksanakan kampanye “back to sleep” bertujuan
Marketing untuk mengubah perilaku mengedukasi masyarakat
masyarakat dengan tujuan amerika untuk menidurkan
meningkatkan kesehatan dan bayi dengan posisi telentang,
keselamatan publik, menjaga hal ini dilakukan karena
kelestarian lingkungan hidup sudden infant death
serta meningkatkan syndrome(SIDS) yang
kesejahteraan masyarakat. mengakibatkan kematian
bayi secara mendadak pada
saat menidurkan bayi dalam
keadaan tengkurap.
4 Corporate Perusahaan memberikan PT Telkom Divre III
Phylanthropy sumbangan langsung dalam melakukan pemberian paket
bentuk derma untuk kalangan sembako menjelang hari raya
masyarakat tertentu. Idul Fitri.
82
5 Community Perusahaan mendukung serta McDonald memberikan
Volunteering mendorong para karyawan, makanan dengan para
rekan pedagang eceran, atau profesional dan sukarelawan
para pemegang franchise agar pada musibah 9/11.
menyisihkan waktu mereka
secara sukarela guna
membantu organisasi
masyarakat lokal maupun
masyarakat.
Dari keenam kategori aktivitas CSR tersebut, dapat disimpulkan bahwa inti atau output
yang dihasilkan dari program CSR salah satunya adalah sebagai wadah atau sarana untuk
mengembangkan masyarakat.
Pelaksanaan program CSR melibatkan beberapa pihak, oleh sebab itu diperlukan beberapa
kondisi yang akan menjamin terlaksananya implementasi program CSR dengan baik. Kondisi
pertama, implementasi CSR memperoleh persetujuan dan dukungan dari para pihak yang terlibat
83
sehingga pelaksanaan program CSR didukung sepenuhnya oleh sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Kondisi kedua yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan implementasi
program CSR adalah ditetapkannya pola hubungan di antara pihak-pihak yang terlibat secara jelas.
Hal ini akan meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR. Tanpa adanya pola
hubungan yang jelas di antara berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan CSR, maka
kemungkinan besar pelaksanaan program CSR tersebut tidak akan berjalan secara optimal. Selain
itu tanpa adanya pola hubungan yang jelas, maka kemungkinan program CSR tersebut untuk
berlanjut (sustainable) akan berkurang. Kondisi ketiga adalah adanya pengelolaan program yang
baik. Pengelolaan program yang baik hanya dapat terwujud bila terdapat kejelasan tujuan program,
terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan program dari
para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan CSR. Perwujudan program tersebut juga memerlukan
dukungan terhadap program yang tengah dijalankan dari pihak-pihak yang terlibat dan terdapat
kejelasan mengenai durasi waktu pelaksanaan program serta siapa yang bertanggung jawab untuk
memelihara kontinuitas pelaksanaan kegiatan bila program CSR sudah berakhir (Ismail Solihin,
2009 :
BAB 10
84
besifat umum. Dalam tingkatan negara, Bushman, piotroski, dan smith (2004)
mengidentifikasi 2 jenis transparansi perusahaan yaitu transparansi keuangan dan
transparansi pemerintah. Transparansi keuangan tingkat negara disusun berdasarkan
intensitas pelaporan perusahaan, waktu pelaporan, jumlah analisis, dan media
penyebarannya.
Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercaya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan (KK,
SAP, 2005).
Sumber utama tekanan untuk meningkatkan pengungkapan laporan keuangan adalah
dari komunitas keuangan dan investasi. Perusahaan multinasional dan badan pengaturan
standar Negara dengan pasar modal yang berkempang pesat, seperti ; Ameraka Serikat,
Inggris, Prancis, Jerman, dan Jepang telah memberiu perhatian lebih terhadap dorongan dari
pihak-pihak tersebut.
Dorongan untuk pengungkapan informasi perusahaan multinasional sepanjang
menyangkut aturan yang tenyata meningkatkan persyaratan untuk pengungkapan informasi
dipputuskan dengan pengaturan badan dan standar perwakilan pada tingkat pemerintah dan
profesional. Banyak investor dan pemegang saham tidak membuat keputusan investasi
sendiri tetapi bergantung pada saran dari para ahli. Sebuah perusahaan analisis komprehensip
tidak hanya mengharuskan penggunaan informasi keuangan, tetapi data tambahan, serta
untuk menilai tren saat ini dan masa depan, pada pusat, perusahaan multinasional sangat
kompleks, dan begitu pula dengan laporan perusahaannya.Transparansi adalah bersifat
terbuka, mudah dan dapat diakses dengan semua pihak yang membutuhkan dan disediakan
secara memadai serta dapat dipahami.
85
Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, dan Jepang, telah memberi perhatian lebih terhadap
dorongan dari pihak – pihak tersebut.
10.3. Dorongan untuk Pengungkapan Informasi Perusahaan
Multinasional sepanjang menyangkut aturan yang ternyata meningkatkan
persyaratan untuk pengungkapan informasi diputuskan dengan pengaturan badan dan
standar perwakilan pada tingkat pemerintahan dan professional. Cepatnya permintaan
informasi untuk tujuan penanaman modal, perkembangan pasar saham dan pembagian
kepemilikan yang mendunia, dipadukan dengan berkembangnya kekhawatiran
terhadap perbedaan standar dan perlakuan akuntansi dinegara berbeda, telah
meningkatkan permintaan terhadap bertambahnya pengungkapan akuntansi untuk
peningkatan kualitas maupun perbandingan laporan Perusahaan Multinasioal.
10.4. Mengkomunikasikan kepada Pengguna
Pertumbuhan saat ini mengindikasikan banyak pengguna informasi keuangan
yang tidak bisa membaca atau mengerti isi laporan, terutama investor dari kalangan
awam akuntansi. Pengguna langsung yang jumlahnya relatif kecil, yang memiliki
kemampuan dan pengalaman untuk memahami laporan keuangan. Banyak investor
dan pemegang saham tidak membuat keputusan investasi sendiri tetapi bergantung
pada saran dari para ahli. Sebuah perusahaan analisis komprehensif tidak hanya
mengharuskan penggunaan informasi keuangan, tetapi data tambahan, serta untuk
menilai tren saat ini dan masa depan. Pada pusat, Perusahaan Multinasional sangat
kompleks, dan begitu pula dengan laporan perusahaannya.
10.5. Pentingnya Pengungkapan Informasi
Meskipun tidak ada keraguan tentang pentingnya pengukuran dari isu-isu
akuntansi, pentingnya informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dan
laporan perusahaan dengan semakin diakui oleh perusahaan multinasional. Informasi
ini memberikan masukan penting bagi analisis keuangan proses evaluasi kualitas laba
dan posisi keuangan, baik saat ini dan masa yang akan datang. Pada saat yang sama,
kebutuhan ini harus ditimbang terhadap kepentingan analis, investor, dan masyarakat
dalam transparansi usaha multinasional. Dengan adanya pengungkapan informasi,
maka perusahaan dapat menyampaikan kebijaksanaan dan informasi mengenai
orientasi perusahaan dimasa yang akan datang. Diakui secara umum, bahwa biaya
86
dalam penyediaan informasi tidak boleh melebihi keuntungan yang diperoleh oleh
pengguna informasi. Perlunya perusahaan multinasional dalam memelihara
kepercayaan diri usahanya dalam area sensitif dan untuk menghindari bahaya dalam
persaingan, harus dicantumkan dalam akun-akun perusahaan. Dalam prakteknya,
muncul anggapan bahwa semakin spesifik, semakin berorientasi ke depan dan semakin
kuantitatif suatu informasi yang diusulkan untuk diungkapkan, maka semakin pekalah
Kinerja perusahaan ke arah pencegahan.
10.6. Insentif Manajerial Untuk Mengungkapkan Informasi.
Manajemen secara sukarela memberikan informasi dan respon terhadap
peraturan. Penelitian oleh Meek dan Gray (1989) dan lain-lain telah menunjukkan,
misalnya, bahwa pengungkapan sukarela yang akan datang adalah ketika perusahaan
berkompetisi untuk pembiayaan dari investor, khususnya dalam konteks lintas batas.
Dimana pemerintah dan Perusahaan yang berusaha mempengaruhi lingkungan di
mana MNE beroperasi, ada juga yang akan berpengaruh kuat pada MNE untuk
memberikan informasi. Faktor-faktor kompleks yang mempengaruhi pengungkapan
perusahaan, ditunjukkan dalam figure berikut ini:
1. Biaya Infomasi Produksi
Pengungkapan informasi memerlukan biaya keuangan langsung. Perusahaan
multinasional mengerti dan enggan untuk mendatangkan peningkatan biaya kecuali
mereka diminta untuk melakukannya atau potensi keuntungan melebihi perkiraan
biaya. Biaya langsung adalah nilai sumber daya yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengolahan informasi serta dalam mengaudit dan
mengkomunikasikan. Biaya langsung seperti pengungkapan informasi akan
bergantung pada struktur internal MNE dan informasi yang dihasilkan dalam
rangka untuk mengelola struktur ini.
2. Kerugian Kompetitif dari Pengungkapan
Dalam beberapa keadaan pengungkapan informasi bisa merugikan Perusahaan
Multinasional. karena informasi akan dapat diakses oleh siapa saja sehingga
pesaing juga dapat mengetahui informasi tersebut. Informasi yang memungkinkan
perusahaan pesaing untuk meningkatkan kekayaan mereka dengan menggunakan
informasi ini.
87
3. Perilaku Manajerial untuk Pengungkapan Sukarela
Tambahan permintaan pengungkapan informasi datang dari organisasi
internasional (khususnya PBB, OECD, Uni Eropa, dan IASB), pemerintah dan
masyarakat dimana Perusahaan Multinasional beroperasi. Namun, pertumbuhan
globalisasi dari pasar modal menunjukkan adanya tekanan pasar yang signifikan
untuk tambahan informasi mengenai operasi Perusahaan Multinasional serta
adanya prospek dan kekhawatiran mengenai koordinasi internasional dari peraturan
pasar modal. Tekanan ini membuat manajemen harus menimbang biaya dan
manfaat dari pengungkapan informasi secara sukarela.
4. Praktek Pengungkapan Perusahaan
Praktek pengungkapan secara sukarela oleh Perusahaan Multinasional, sebuah
studi oleh Meek, Roberts, dan Gray (1995) menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan sukarela pada 226 Perusahaan Multinasional dari
Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara benua Eropa. Pengungkapan telah
diteliti dan diklasifikasikan menjadi tiga jenis : strategi, nonfinansial, dan financial.
Melihat faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi secara sukarela,
dukungan statistik ditemukan untuk ukuran perusahaan, status daftar perusahaan
internasional, asal negara atau kawasan. MNE terbesar adalah perusahaan yang
menentukan kecendrungan dalam memberikan keterbukaan informasi non financial
dan financial.
5. Peraturan Pengungkapan Internasional
Pola pengungkapan manajemen ditentukan tidak hanya dengan keinginan
sendiri dan kecendrungan budaya akan tetapi juga ditentukan dengan regulasi
pengungkapan permintaan internasional. Pengungkapan informasi juga diharuskan
di AS, dimana SEC mengharuskan adanya pembahasan dan analisis manajemen
dalam laporan keuangan, dan hal tersebut harus disertakan dalam laporan tahunan.
88
a. Pernyatan Ketua; pernyataan ini memberikan pedoman dasar dari seorang
ketua atau Chief Executive dalam kepemimpinannya mengenai kinerja
perusahaan secara keseluruhan dan prospek perusahaan
b. Kajian Strategi dan Hasil Perusahaan; Perusahaan multinasional memberikan
komentar naratif dan data yang sesuai dengan kajian strategi perusahaan dan
didalamnya juga termasuk pernyataan misi.
c. Komentar-komentar pada Peristiwa Eksternal dan Tidak Biasa; MNEs juga
cenderung menunjukkan beberapa komentar-komentar pada pengaruh
peristiwa eksternal seperti tingkat pertukaran, tingkat bunga, kebijakan
pemerintah, kondisi pasar, dan kompetisi asing.
d. Informasi Akuisisi dan Pembubaran; Diskusi dan analisis akuisisi dan
pembubaran tidak tersebar luas. Ketika tingkat pengungkapan relatif tinggi di
Amerika Serikat dan Inggris, informasi akuisisi dan pembubaran jarang
menyeluruh atau meliputi banyak hal.
e. Informasi Sumber Daya Manusia; Beberapa MNE menunjukkan informasi
yang relevan untuk penilaian Sumber Daya Manusia. Lingkup yang
diungkapkan termasuk informasi tentang manajemen dan struktur organisasi
seperti tenaga kerja dan pegawai.
f. Informasi Bernilai Tambah; Informasi bernilai tambah sering terbukti cukup
menarik dan bermanfaat. Pernyataan bernilai tambah menunjukkan istilah
keuangan, kontribusi untuk semua pemegang saham, dan khususnya pegawai,
untuk performen bisnis.
g. Informasi Pertanggungjawaban Sosial; Istilah pertanggungjawaban merujuk
pada akuntabilitas masyarakat sebagai suatu kesatuan dengan memperhatikan
kepentingan umum seperti kesejahteraan masyarakat, keamanan public, dan
lingkungan.
h. Informasi Riset dan Pengembangan; Secara umum Riset dan Pengembangan
merupakan hal utama dari keberhasilan sebuah perusahaan jangka panjang.
i. Informasi Program Investasi; Secara umum dapat diterima bahwa kualitas
pengeluaran modal perusahaan berlawanan dengan akuisisi bisnis yang sedang
89
berjalan daripada perusahaan lain, adalah hal yang utama dalam kesuksesan
perusahaan jangka panjang.
j. Informasi Prospek Masa Depan; Para pengguna tertarik untuk menambah
pengertian mereka tentang aktivitas MNE di masa sekarang dan di masa lalu,
karena tertarik pada prospek masa depan dari MNE.
7. Pemeriksaan operasi
Bagian pelaporan sekarang dikenal dengan pendirian praktek penyingkapan
informasi oleh MNEs, tetapi perhatian berfokus pada kuantitatif daripada kualitatif
informasi. Dalam praktek, mayoritas MNEs memberikan tambahan ulasan cerita,
dan terkadang data kuantitatif, pada segmen dasar dalam pemeriksaan operasi
mereka.
8. Pemeriksaan keuangan
Pemeriksaan keuangan menceritakan untuk diskusi dan analisi pada
keuangan akhir dan posisi perusahaan keseluruhan, topik diskusi mencakup
likuiditas akhir dan sumber modal dan penilaian asset dan inflasi. Bidang
pemeriksaan ini relevan untuk memperbaiki pengertian pada factor pengaruh
pelaksanaan perusahaan. Bidang ini mencakup hal yaitu : Analisis akhir U. S.
MNEs sesuai dengan keperluan SEC. Juga memasukkan korelasi tren masa lalu
dengan arus penjualan dan laba, Menganalisis likuiditas dan sumber modal. Tingkat
penyingkapan relative tinggi di Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Inggris, dan
Amerika Serikat. Menganalisis nilai asset dan inflasi. Pihak dari Afrika Selatan,
dalam keperluan arena nilai asset dan inflasi yang terbatas meskipun beberapa
pengalaman inflasi akuntansi dalam nomor daerah.
9. Frekuensi dan garis waktu dari pelaporan
Di Amerika Serikat dan Kanada pelaporan dilakukan dua kali setahun. Di Eropa, EU mengurus
pada pelaporan interm mewajibkan daftar perusahaan untuk memberikan laporan per enam bulan.
IASB juga memiliki standar pada pelaporan keuangan internal. tetapi frekuensi ini pada pelaporan
90
BAB I1
Sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk menuruti keinginan
pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal
kebijakan akuntansi dengan sebenar-benarnya yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas
karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak kelebihan
batas.
positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor
dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Dalam signaling
theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa
yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan.
Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan
direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 1999 dalam Jama'an, 2008).
91
Signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi
antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya
informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan
memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai
perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi
asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi
keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak
(agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan
keuangan. Sinyal opini bebas yang diberikan oleh kantor akuntan publik (KAP) merupakan sinyal
yang mencerminkan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah di
audit. Kualitas kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan sinyal kepercayaan pihak
perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas legalitas
dan integritas opini bebas yang dikeluarkan akuntan. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer
berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (prinsipal). Sinyal
yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan
keuangan.
92
Audit
a. Dapat dipahami, artinya laporan keuangan mudah untuk dipahami oleh pemakai.
b. Relevan, artinya laporan keuangan harus sesuai dengan tujuan operasional perusahaan dan
c. Materialitas, artinya suatu laporan atau fakta dipandang material apabila kelalaian dalam
pemakai dengan analisis bahwa keadaan lain sebagai bahan pertimbangan lengkap.
d. Keandalan (reliable), artinya informasi laporan keuangan harus bebas dari pengertian yang
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
dengan jujur, maka transaksi perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
g. Netralitas, artinya informasi akuntansi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai,
i. Kelengkapan, artinya informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
93
j. Dapat dibandingkan, artinya informasi akuntansi harus dapat dibandingkan dengan laporan
periode sebelumnya serta dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas melaksanakan
pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan
keuangan, peran dan tanggung jawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan
keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi,
memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan
tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite
audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal
(KNKCG, 2002), berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite audit telah dibuat
diantaranya:
a. Pedoman Good Corporate Governance (Maret 2001) yang menganjurkan semua perusahaan di
Komite audit berperan penting dalam proses pelaporan keuangan, sebagai sebuah financial
monitor dan berperan penting dalam proses laporan keuangan Abbott, Peters, & Raghunandan
(2003) dalam Azibi, Tondeur, & Rajhi (2008). Komite audit akan berhubungan dengan
94
pengendalian internal yang dimiliki perusahaan serta kepatuhan (compliance) terhadap berbagai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Cakupan tugas komite audit dengan melakukan
“hubungan” tidak saja dengan internal auditor perusahaan tetapi juga dengan auditor eksternal
dalam upaya menghasilkan laporan keuangan perusahaan yang dapat mencermin tingkat good
governance (Abbott, Peters, & Raghunandan, 2003; Asbaugh & Warfield, 2003 dalam Azibi,
tercatat memiliki komisaris independen dan komite audit. Keanggotaan komite audit sekurang-
kurangnya tiga anggota dan seorang di antaranya komisaris independen perusahaan tercatat
sekaligus menjadi ketua komite. Sebaliknya, pihak lain adalah pihak ekstern yang independen dan
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan
oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Bradbury et al., 2004 dalam
Suaryana, 2006). Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh
perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan
antara dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal (Bradbury,et al. 2004 dalam
Suaryana, 2006).
Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal
akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal
dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian
meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan (Anderson, et al. 2003 dalam Suaryana,
2006). Komite audit juga bertugas sebagai pihak penengah apabila terjadi selisih pendapat antara
95
manajemen dan auditor mengenai interpretasi dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(Dye, 1988; Antle dan Nalebuff, 1991 dalam Suaryana, 2006). untuk mencapai keseimbangan
akhir sehingga laporan lebih akurat (Klien, 2002 dalam Suaryana, 2006). Komite audit yang
beranggotakan pihak independen dan memiliki pengetahuan dalam bidang keuangan dan akuntansi
cenderung mendukung pendapat auditor (Carcello dan Neal, 2000 dalam Suaryana, 2006).
BAB I2
untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi
perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan
1. Tahap Persiapan
awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama
dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli
96
GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya
memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna
memastikan titik awal level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-
langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang
kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata lain, GCG Assessment
terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mewujudkannya.
GCG dapat disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli
independen dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk
Pedoman perilaku
Roadmap implementasi
2) Tahap Implementasi
memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni:
97
a) Sosialisasi, diperlukanuntuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai
penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang
dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah pengawasan direktur utama atau
b) Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang
ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down
bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini
dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar
3) Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dariwaktu ke
waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan
dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas
praktik GCG yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan
jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan
scoring. Evaluasi dalam bentuk assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan
98
secara mandatory misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi
dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian
di Indonesia. Bukti dari kepedulian pemerintah dapat dilihat dari dibuatnya berbagai
regulasi yang mengatur tentang GCG. Berawal dari dibentuknya Komite Nasional tentang
Bapepam Nomor Se-03/PM/2000 tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya
Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten, dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
mendukungnya seperti :
99
2. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 Tentang Pedoman umum
3. Keputusan Menteri BUMN No. 09A/MBU/2005 Tentang Proses Penilaian Fit & Proper
4. SE Menteri BUMN No. 106 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri BUMN No. 23 Tahun
Komitmen GCG juga diberlakukan pada sector swasta non-BUMN. Pada tahun
2000, Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) memberlakukan Keputusan
Pencatatan Efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai
100
Asosiasi Auditor Internal (AAI), Klinik GCG Kadin, dan lahirnya Lembaga Komisaris
dan Direksi Indonesia (LKDI) yang kegiatannya antara lain mengadakan Forum LKDI
untuk membahas berbagai hal seperti tanggung jawab hukum bagi Komisaris dan
Masih banyak yang harus dibenahi dan terus dikembangkan pelaksaanaan GCG
di Indonesia. Karena KKN yang merajalela mengartikan GCG masih belum dapat
terlaksana dengan baik. Pelaksanaan GCG di Indonesia tidak dapat dilakukan sendiri-
sendiri. Tapi memerlukan Integrasi dari seluruh komponen bisnis. Agar dapat dicapai
Empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu
penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan
101