LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan
neurologic) dan/ atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre
eklampsia. (Eni Nur Rahmawati, 2014)
B. Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu: bertambahnya
frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan. Dapat terjadinya perbaikan
keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun
teori-teori tersebut antara lain:
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
Pada preeklampsia-eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI2) yang pada kehamilan
normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan
diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi anti trombin
III sehingga akan terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan
pelepasan tromboksan A2 dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel
2. Peran faktor imunologis. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi
system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
3. Peran faktor genetic/familial. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya
frekuensi preeklampsi/eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsi/eklampsi. Kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsi/eklampsia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-
eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
4. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).
1. Mola hidatidosa
2. Diabetes mellitus
3. Kehamilan ganda
4. Hidrops fetalis
5. Obesitas
C. Klasifikasi Preeklamsi
Preeklamsi dibagi menjadi 2, yaitu
1. Preeklamsi Ringan
Bila disertai keadaan ekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih; atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada
2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. Edema umum,
kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream.
2. Preeklamsi Berat
Bila disertai keadaanTekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr
atau lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan visusm dan rasa nyeri pada epigastrium.
Terdpat edema paru dan sianosis.
D. Manifestasi Klinis
1. Preeklamsi Ringan
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga
gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan
proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau
tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolic > 15 mmHg yang
diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada
trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat
preeklampsia. Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing
24 jam atau pemeriksaan kulalitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein ≥
1 g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
2. Preeklamsi Berat
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut:
g. Trombositopenia.
E. Patofisiologi
Ggn ektremitas
Medula oblongata &
merangsang sistem saraf Ekadan HT
parasimpatis Metabolism anaerob
Kurang terpajan
Hipoksia duodenal Penurunan ATP informasi
HCL meningkat
Intoleransi aktivitas
Nyeri epigastrik
Akumulasi gas
meningkat
Mual, muntah
Resiko/gang. Pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kerusakan multi organ
Risiko cidera
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
a. Pemeriksaan darah lengkap dan apusan darah
Pada pemeriksaan DL dapat ditemuakan
Penurunan HB (nilai rujukan HB pada wanita hamil 12-14 gr/dl)
Peningkatan HCT (nilai rujukan HCT pada wanita hamil 37-43 vol%)
Penurunan trombosit (nilai rujukan PLT pada wanita hamil 150-450
ribu/mm3)
b. Urinalisis
Pada pemeriksaan urin ditemukan adanya proteinuri
c. Fungsi hati
Pada pemeriksaan fungsi hati ditemukan
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45
u/ml )
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31
u/l )
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
I. Penatalaksanaan
1. Preeklamsi Ringan
Secara klinis, pastikan usia kehamilan, kematangan serviks dan kemungkinan
pertumbuhan janin terhambat. Pasien rawat jalan, anjurkan istirahat baring 2 jam
siang hari dan tidur > 8 jam malam hari. Bila susah tidur dapat diberikan
fenobarbital 1 – 2 x 30 mg atau asetosal 1 x 80 mg. dapat juga diberikan asetosal 1
x 80 mg. Kunjungan ulang 1 minggu kemudian untuk menilai perkembangan
kehamilan dan kesejahteraan janin, apakah ada perburukan keluhan subyektif,
peningkatan berat badan berlebihan, kenaikan tekanan darah, dan melakukan
pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan, terutama protein urin. Rawat pasien
bila tidak ada perbaikan dalam 2 minggu rawat jalan, berat badan meningkat
berlebihan (> 1 kg/minggu selama 2 kali berturut-turut) atau tampak tanda-tanda
preeclampsia berat. Berikan obat antihipertensi metildopa 3 x 125 mg (dapat
ditingkatkan sampai dosis maksimal 1500 mg), nifedipin 3 – 8 x 15 – 10 mg atau
Adalat Retard® 2 – 3 x 20 mg atau pindolol 1- 3 x 5 mg (dosis maksimal 30 mg).
Tidak perlu diberikan diet rendah garam dan jangan diberikan diuretik.
Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140 –
150/90 – 110 mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat
jalan dan anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga
tercapai dosis optimal. Bila tekanan darah sulit dikendalikan, berikan kombinasi
obat. Tekanan darah tidak boleh lebih rendah dari 120/80 mmHg.
Tunggu pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat
pertumbuhan janin terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal dan peningkatan
proteinuria (± 3). Pada kehamilan > 37 minggu dengan serviks matang, lakukan
induksi persalinan (spontan atau dipercepat dengan bantuan ekstraksi).
2. Preeklamsi Berat
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital
pada keadaan normal, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada
ibu dan bayi.
a. Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 dalam infuse
dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO 4
2 g intravena dalam 10 menit selanjutnya 2 g/jam dalam drip infuse sampai
tekanan darah stabil (140-50/90-110 mmHg). Ini diberikan sampai 24 jam
pascapersalinan atau hentikan bila 6 jam pascapersalinan ada perbaikan
nyata ataupun tampak tanda-tanda intoksikasi. Syarat pemberian MgSdO 4
adalah reflex patella kuat, frekuensi pernapasan > 16 kali per menit, dan
dieresis > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kg BB/jam). Harus
tersedia antidote MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% yang dapat segera
diberikan secara intravena dalam 3 menit. Selama pemberian MgSO4,
perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.
b. Berikan nifedipin 3-4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan diastolic
belum turun sampai 20%, berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksimum
80 mg/hari.
c. Bila tekanan diastolic meningkat ≥ 110 mmHg, berikan tambahan
sublingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam,
kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100 mmHg). Bila sulit
dikendalikan, dapat dikombinasi dengan pindolol.
d. Periksa tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter dan
kantong urin. Ukur urin setiap 6 jam. Bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis
MgSO4 menjadi 1 g/jam.
e. Dilakukan USG dan kardiotokografi (KTG). Pemeriksaan KTG diulangi
sekurang-kurangnya 2 kali/24 jam.
3. Eklamsi
a. Eklampsia harus ditangani di rumah sakit. Bila pasien dirujuk, sebelumnya
pasien perlu diberi pengobatan awal untuk mengatasi kejang dan pemberian
obat antihipertensi. Berikan O2 4-6 l/menit, pasang infuse dekstrosa 5% 500
ml/6 jam dengan kecepatan 20 tetes per menist, pasang kateter urin, pasang
goedel atau spatel. Bahu diganjal kain setebal 5 cm agar leher defleksi sedikit.
Posisi tempat tidur dibuat sedikit fowler agar kepala tetap tinggi. Fleksi pasien
secara baik agar tidak jatuh.
b. Di rumah sakit, berikan MgSO4 intravena kemudian 2g/jam dalam drip infuse
dektrosa 5% untuk pemeliharaan sampai kondisi atau tekanan darah stabil
(140-150 mmHg). Bila kondisi belum stabil, obat tetap diberikan.
c. Bila timbul kejang, berikan dosis tambahan MgSO 4 2 g intravena sekurang-
kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan hanya dapat
diberikan sekali saja. Bila masih tetap kejang, berikan amobarbital 3-5 mg/kg
BB intravena perlahan atau fenobarbital 250 mg intramuscular atau diazepam
10 mg intravena.
d. Pada pasien koma, monitor kesadaran dengan skala Glasgow
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur : -
Gender : -
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Umur : -
Gender : -
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
a. Riwayat menstruasi
Menarche usia:
Banyaknya :
Keluhan :
HPHT :
Siklus : teratur/tdk
Lama :
b. Riwayat pernikahan
Menikah:……x
Lama: …….th
Status Obstetrikus
G..P..A..H.. UK…..minggu
TP:…
Masalah :……….
4. Riwayat Penyakit:
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Makan
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : dibantu orla dan alat
3 : dibantu sebagian
4 : tergantung atau tidak mampu
e. Pola Eliminasi
Dapat mengalami retensi urin, oliguri, atau anuri.
h. Pola Koping
Adalah masalah utama yang ditunjukkan klien sejak klien masuk rumah sakit
dan bagaimana klien dan keluarga menyelesaikan masalah yang dihadapi
tersebut, serta perubahan yang terjadi saat klien sakit. Karena penderita kurang
bahkan tidak mengetahui tentang penyakitnya maka pasien perlu konsul
dengan dokter.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda vital
TD dapat mengalami peningkatan TD
BB
b. Keadaan Umum
Adalah kesan umum yang ditunjukkan klien tentang kondisi kesehatan klien.
Klien dapat mengalami penurunan kesadaran
GCS klien
Respon motorik : 6
Respon verbal : 5
Respon mata : 4
d. Kepala
Inspeksi
Bentuk muka simetris dan mesosepalik, kulit kepala bersih,
wajah dapat pucat
Palpasi
Apakah mengalami nyeri tekan).
e. Mata
Mungkin mengalami gangguan penglihatan,
Sclera :
Konjungtiva :
f. Telinga
Inspeksi
Daun telinga simetris, tidak terdapat secret pada lubang telinga,
membrane tympani utuh.
Palpasi
Apakah terdapat lesi.
g. Hidung
Inspeksi
Hidung simetris, apakah mengalami perdarahan maupun penyumbatan
benda asing.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
h. Mulut
Inspeksi
Bibir normal, gigi lengkap, gusi merah, lidah pink.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
i. Leher
Inspeksi
Umumnya normal
Palpasi
Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Dada
Inspeksi : bentuk simetris.
Areola (dikaji tanda dimpling, pengeluaran asi)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : dapat mengalami sesak, biasanya terjadi suara nafas
antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor, biasanya ada irama teratur atau
tidak, apakah ada bising atau tidak.
Perkusi : normal
k. Abdomen
Inspeksi : biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan
aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak
Linea : (pembesaran sesuai UK, gerakan janin, luka bekas operasi
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
Palpasi : . untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
1. Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler.
2. Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian –
bagian kecil janin di sebelah kanan.
3. Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir.
4. Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk
pintu atas panggul
Kontraksi :
DJJ :
Bising usus:
Keputihan : , Karakteristik:……
Hemoroid :
m. Ekstermitas
Ekstermitas atas dan bawah lengkap dan dan dapat mengalami
kelemahan, dapat mengalami edema,, dikaji apakah terdapat varies, dan nilai
refleksnya
7. Data Penunjang:
USG:
C. Intervensi
RENCANA KEPERAWATAN PARAF/
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
MASALAH KOLABORATIF TERANG
JAM TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Risiko / Kelebihan Volume Cairan berhubungan NOC: NIC :
dengan : Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Retensi cairan dan natrium oleh ginjal keperawatan selama ….x…..menit/jam Batasi cairan sesuai kebutuhan
kelebihan volume cairan teratasi Pantau ketat tetesan IVFD
DO: dengan kriteria hasil : Pantau intake output tiap……jam
BB meningkat (……kg) Tidak terjadi oedema, efusi, Monitor vital sign tiap …….. jam
Intake > output anasarka Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
Distensi vena jugularis Bunyi nafas bersih, pola nafas (cracles, CVP, edema, distensi vena leher,
Peningkatan TD, PAP, CVP :………………….. teratur (RR :…….) tidak ada asites)
Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, dyspneu/ortopneu Kaji lokasi dan luas edema
orthopnoe, suara nafas abnormal (rales atau Distensi vena jugularis tidak ada Monitor BB tiap …… hari
crakles), pleural effusion Status mental baik
Oliguria, azotemia Tanda vital baik Kolaborasi :
Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan CVP : 5-12 cmH2O atau 5-10 Pemberian terapi diuretic sesuai program
Oedema di:…………… mmHg Pasangan kateter urine
Tidak terjadi peningkatan Pemeriksaan laboratorium dan rongen
dada (X-ray)
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TERANG
Kolaborasi :
Pemberian analgetik/ sedasi jika diperlukan
Ajarkan tentang metode penggunaan
analgetik untuk mengurangi nyeri
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TERANG
Intoleransi Aktivitas / Risiko berhubungan dengan: NOC : NIC :
Kelemahan umum Setelah diberikan tindakan Mandiri :
keperawatan ….x….jam, pasien Tentukan penyebab keletihan (karena
DS: menunjukkan toleransi terhadap perawatan, pengobatan, nyeri)
Pernyataan verbal tentang keletihan dan aktivitas yang biasa dilakukan dengan Gunakan teknik relaksasi distraksi, selama
kelemahan daya tahan, penghematan energy dan aktivitas
Ketidaknyamanan pada saat latihan, pusing perawatan diri Pantau respon kardiorepiratori terhadap
Riwayat intoleransi sebelumnya aktivitas (takipnea, dispnea, takikardi,
Kriteria hasil: pucat, berkeringat)
DO : Mengidentifikasi faktor-faktor Kaji respon emosi, social dan spiritual
Pada saat latihan : yang menurunkan intoleransi terhadap aktivitas
Dispnea/takipnea aktivitas Evaluasi motivasi dan keinginan pasien
Vital sign : nadi abnormal, tensi abnormal Menunjukkan penghematan untuk meningkatkan aktivitas
Aritmia, takikardia energy (menyadari keterbatasan Ajarkan kepada pasien dan keluarga:
Kondisi menurun energy, menyeimbangan aktivitas teknik perawatan diri yang meminimalkan
Ketidakmampuan beraktifitas ringan dan istirahat) konsumsi oksigen selama aktivitas
Melaporkan penuruan gejala- Ajarkan pengataran waktu aktivitas dan
gejala intoleransi aktivitas istirahat
Memperlihatkan penurunan Monitor tanda-tanda vital dan status
tanda-tanda hipoksia pada nutrisik
peningkatan aktivitas (nadi,
tekanan darah, respirasi dalam Kolaborasi :
batas normal) Berikan pengobatan nyeri sesuai program
dokter sebelum aktivitas
Rujuk ke ahli fisioterapi sebagai sumber
perencanaan aktivitas
RENCANA KEPERAWATAN PARAF/
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
MASALAH KOLABORATIF TERANG
JAM TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit Yang NOC : NIC :
Diderita berhubungan dengan : Pasien mendapatkan informasi dan Mandiri :
Kurang informasi tentang : edukasi setelah dilakukan tindakan Jalin hubungan terapeutik dengan
Tindakan pengobatan dan perawatan yang keperawatan dalam waktu pasien/klg yang bertanggung jawab
diberikan …..x…..menit/jam Siapkan lingkungan yang kondusif,
metode,strategi yang tepat, bahan-bahan
DS : Kriteria hasil : pengajaran/leaflet yang tepat sesuai
Mengungkapkan permasalahannya secara verbal Pasien/klg mendapatkan informasi kebutuhan pasien
tentang : Beri pengajaran kepada pasien/klg yang
DO : Pengobatan dan perawatan yang bertanggung jawab sesuai dengan tingkat
Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara diberikan pemahaman dan kebutuhan pasien
akurat Pemeriksaan lanjut/khusus Sediakan waktu yang cukup bagi
Perubahan aktivitas sehari-hari pasien/klg untuk bertanya dan
Perencanaan diet/menu mendiskusikan pemahamannya
Perawatan setelah dirumah Dokumentasikan isi, hasil dan pemahaman
pasien pada catatan medis
Kolaborasi :
Berikan pengajaran dan informasi
terintegrasi dari tim medis lain:
Dokter Spesialis/Umum
Ahli Gizi
Fisioterapis
Apoteker
Perawat/bidan
RENCANA KEPERAWATAN PARAF/
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ NAMA
MASALAH KOLABORATIF TERANG
JAM TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Risiko cidera berhubungan dengan : NOC : NIC :
Setelah diberikan tindakan keperawatan Mandiri
….x….jam pasien menunjukkan tindakan Orientasi psien terhadap
□ Gerakan tonik/klonik akibat kejang untuk menghilangkan atau menurunkan lingkungannya,fasilitas dan cara
ancaman kesehatan, perilaku penggunaannya
meminimalkan faktor risiko cidera Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
DO : Identifikasi faktor-faktor yang menjadi
□ Gelisah, kejang Kriteria Hasil : predisposisi pasien terhadap cidera
□ Selang endotrakheal tergigit Mengidentifikasi faktor-faktor yang Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
□ Ventilator alarm, nafas tidak sinkron dengan meningkatkan kemungkinan cidera bahaya dan resiko
ventilator Mengungkapkan keinginan untuk Gunakan jenis transportasi pasien yang tepat
melakukan tindakan pengamanan (brankard, kursi roda, tempat tidur pasien,
mencegah cidera box bayi)
Pasien tidak gelisah Gunakan alat pelindung (misalnya restrain,
Pola nafas sinkron dengan ventilator susuran pegangan tangan, pintu terkunci)
(tidak fighting) untuk membatasi mobilitas fisik yang bisa
Tidak terdengar alarm berlebihan membahayakan
Tidak terjadi barotrauma Ajarkan kepada pasien dan keluarga
tindakan keamanan pada area yang spesifik
Monitor ventilator terhadap peningkatan
tekanan/volume secara tajam
Observasi tanda dan gejala barotraumas
Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati
dan gunakan kateter suction yang lunak
Atur posisi selang/tubing ventilator setiap 3-
4 jam
Kolaborasi :
Berikan pengobatan (sedasi) sesuaiprogram
dokter . . . . . . . . . . . . . . .
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
OLEH
KELOMPOK 3
Elsevier. 2013. Edisi keenan Nursing Interventions Classification dan Edisi kelima
Nursing Outcomes Classification. Yogyakarta: Mokomedia
Wilkinson & Ahren. 2012. Diagnosa Keperawatan Nanda Edisi ke Sembilan. Jakarta:
EGC
(https://rahayukurniawati.wordpress.com/2014/04/29/konsep-dasar-teori-pre-
eklampsia-dan-eklampsia/)
D. Implementasi
(disesuaikan)
E. Evaluasi
1. Dx. 1 :kelebihan volume cairan teratasi
2. Dx 2 : pasien menunjukkan
perbaikanterhadapeliminasi urin
3. Dx 3: gangguan pertukaran gas teratasi
4. Dx 4 : ketidakefektipan perfusi jaringan serebral teratasi
5. Dx 5 : curah jantung adekuat
6. Dx 6 : pasien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat
7. Dx 7 : nyeri terkontrol
8. Dx 8 : pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas yang
biasa dilakukan dengan daya tahan dan penghematan energi dan perawatan
diri
9. Dx 9 : pasien mendapatkan edukasi tentang penyakitnya
10. Dx 10 : cidera tidak terjadi