Anda di halaman 1dari 21

MKDU (Kedokteran Islam)

BAHAYA MAKANAN DAN MINUMAN


YANG HARAM DALAM ISLAM

Disusun Oleh:

 Najwa Citra Azzahra (10542064215)


 Harbiah (10542062115)
 A. Nurul Azizah (10542057814)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh,

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua hingga kita
selalu dalam keadaan sehat wal 'afiyat. Sesungguhnya hanya kepada Allah-lah kita memohon
ampunan dan pertolongan.

Sholawat serta salam tak lupa tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW,
yang diutus oleh Allah ke bumi untuk meluruskan manusia. Membawa kita dari kejahiliyahan
menuju cahaya Islam yang haq.

Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Pada
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, teman-teman, serta semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Akhirnya, penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan. Penulis
juga mohon kritik dan saran apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan.

Wabillathit taufiq wal hidayah, war ridho wal inayah,

Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Makassar, 23 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................……............................... 1

KATA PENGANTAR.............................................................................…................................... 2

DAFTAR ISI...............................................................................................……........................... 3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................……............................. 4

A. Latar Belakang...............................................................................….................................. 4

B. Rumusan Masalah..........................................................................….................................. 5

C. Tujuan...........................................................................................…................................... 5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................…….......…................... 6

A. Pengertian Makanan dan Minuman Dalam Islam...........................…................................ 6

B. Jenis-Jenis Makanan dan Minuman Dalam Islam........................……............................... 7

C. Karakteristik Makanan dan Minuman Dalam Islam.......................................................... 10

D. Manfaat Makanan dan Minuman yang Dihalalkan.................................…....................... 14

E. Makanan dan Minuman yang Diharamkan dan Dasar Hukumnya..........…..…................ 15

F. Mudarat Makanan dan Minuman yang Diharamkan...................................….................. 16

BAB III PENUTUP...........................................................................................…….................. 19

A. Kesimpulan........................................................................................................................ 19

B. Kritik dan Saran................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................……............... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan yang halal dan baik merupakan tuntunan agama. Halal dari segi dhahiriyah dan
sumber untuk mendapatkan makanan tersebut apakah melalui cara-cara yang halal.
Memakan makanan yang halal dan baik merupakan bukti ketaqwaan kita kepada Allah,
karena memakan makanan halal dan baik merupakan salah satu ibadah.

Allah membolehkan manusia seluruhnya memakan makanan yang telah diberikan Allah
di bumi ini, yang halal dan yang baik saja, serta meninggalkan yang haram. Allah menyeru
manusia supaya menikmati makanan-makanan yang baik dalam kehidupan mereka dan
menjauhi makanan-makanan yang tidak baik, karena dunia diciptakan untuk seluruh
manusia. Karunia Allah bagi setiap manusia adalah sama, baik beriman atau tidak
beriman. Kehidupan manusia tak pernah berpisah dengan lingkungan sekitarnya. Allah
SWT menciptakan berbagai makhluk hidup, diantaranya manusia, hewan, dan tumbuhan.
Makhluk hidup tersebut merupakan satu kesatuan dalam hubungan sosial antar makhluk
hidup. Manusia membutuhkan bahan yang dapat ia olah menjadi makanan yang dapat
membuat dia tidak letih dalam menjalankan aktivitas kehidupannya atau dapat dikatakan
manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan sebagai bahan untuk membuat olahan dari
kulit ia dapat makan dan dapat menambah energi tubuhnya yang akan habis,hewan juga
membutuhkan manusia namun ada juga hewan yang hidup di alam liar sehingga tidak
membutuhkan bantuan manusia dalam hidupnya. Makhluk hidup yang diciptakan Allah
SWT diciptakan untuk tetap bertasbih dan bersujud kepada-Nya, apakah itu manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Semuanya tetap harus mematuhi perintah dari Tuhan-nya dan
menjauhi segala larangannya. Terkhusus bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Manusia perlu menghindari setiap perbuatan/sikap dan sifat yang berdampak negatif, tidak
memakan makanan yang telah dilarang dalam agama.Maka dari itu, manusia harus selalu
mengingat hal-hal yang dilarang dalam agamanya.

4
B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dapat di tarik rumusan masalahnya, diantaranya:

a) Apakah pengertian dari makanan dan minuman dalam Islam?


b) Bagaimana pembagian jenis-jenis makanan dan minuman dalam Islam?
c) Bagaimana karakteristik makanan dan minuman dalam Islam?
d) Apa saja makanan dan minuman yang dihalalkan dalam Islam?
e) Apa dasar hukum makanan halal dan haram dalam Islam?
f) Apa saja manfaat dari makanan dan minuman yang dihalalkan dalam Islam?
g) Apa saja makanan dan minuman yang diharamkan dalam islam?
h) Apa dampak negatif dari mengkonsumsi makanan haram?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni:

a) Untuk mengetahui pengertian makanan dan minuman dalam Islam.


b) Untuk mengetahui pengertian dari halal dan haram dalam Islam.
c) Untuk mengetahui dasar hokum yang menerangkan tentang halal dan haram dalam
Islam.
d) Untuk mengetahui berbagai jenis dan karakteristik dari makanan dan minuman yang
halal dan haram.
e) Untuk mengetahui manfaat dari mengkonsumsi makanan yang halal.
f) Untuk mengetahui dampak negatif dari mengkomumsi makanan haram.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makanan dan Minuman Dalam Islam

Secara etimologi makan berarti memasukkan sesuatu melalui mulut, sedangkan


makanan ialah segala sesuatu yang boleh dimakan. Dalam bahasa arab makanan berasal
dari kata at-ta’am ( ‫ ) الطعام‬dan jamaknya Al - atimah ( ‫ ) االطیمھ‬yang artinya makan-
makanan. Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam makanan ialah segala sesuatu yang
boleh dimakan oleh manusia atau sesuatu yang menghilangkan lapar.

Minum, secara etimologi berarti meneguk barang cair dengan mulut, sedangkan
minuman adalah segala sesuatu yang boleh diminum. Dalam bahasa arab minuman
berasal dari kata al-asyribah ( ‫ ) االشربھ‬dan jamaknya al-syarb ( ‫ ) الشرب‬yang artinya
minuman-minuman. Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam diartikan dengan jenis
air atau zat cair yang bisa diminum.

Menurut Ibnu Manzūr dan Ensiklopedi Al-Qur‟an, lafaż ţa‟ām adalah kata yang
digunakan untuk semua jenis yang dimakan. Dan at-Thabari mengartikan lafaż ţa‟ām
sebagai apa yang dimakan dan diminum. Sedangkan pengertian makanan menurut istilah
adalah apa saja yang dimakan oleh manusia dan disantap, baik berupa barang pangan
maupun yang lainya. Penggunaan kata ţa‟ām dalam al-Qur‟an bersifat umum, yakni
setiap yang dapat dimakan, baik makanan itu berasal dari darat dan laut maupun makanan
yang belum diketahui hakikatnya. Dengan demikian kata ţa‟ām (makanan), adalah
menunjukkan arti semua jenis yang biasa dicicipi (makanan dan minuman). Makanan
menurut al-Qur‟an ada yang halal dan ada yang haram.

Makanan merupakan sumber protein yang berguna bagi manusia, yang berasal dari
hewan disebut protein hewani dan berasal dari tumbuh-tumbuhan disebut protein nabati.
Sebagaimana disebutkan dalam Q.S al-Baqarah ayat 172: “Wahai orang-orang beriman!
Makanlah dari pada yang baik-baik apa yang telah Kami karuniakan kepada kamu.”

6
B. Jenis-Jenis Makanan dan Minuman Dalam Islam
Di dalam al-Qur’an banyak sekali sumber-sumber makanan yang telah diuraikan
dengan berbagai jenisnya. Dalam hal ini penulis, membagi dalam dua kategori pokok,
yaitu makanan yang mengandung unsur hewani dan unsur nabati. Yang termasuk
makanan dalam unsur hewani, al- Qur’an membaginya dalam dua kelompok besar, yaitu
berasal dari darat dan laut. Adapun makanan hewani yang hidup di darat, maka al-Qur’an
menghalalkan secara eksplisit al-an’am (unta, sapi, kambing, dan lain sebagainya) dan
mengharamkan secara tegas babi.

1. Makanan hewani

Salah satu perhatian al-Qur’an terhadap kepentingan umat manusia untuk


mengkonsumsi makanan, terlihat pada tuntunan untuk memanfaatkan sumber makanan
yang berasal dari hewani yang terdapat pada berbagai jenis binatang. Setidaknya di
dalam al-Qur’an sumber-sumber makanan yang termasuk hewani telah menjadi
sorotan penting untuk kehidupan manusia. Yang diantaranya, yaitu yang berasal dari
darat dan laut. Adapun makanan yang berasal dari binatang yang hidup di darat, telah
dijelaskan secara eksplisit dengan lafazh al-an’am. sebagaimana yang terdapat dalam
QS. Al-Ma’idah ayat 1:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. dihalalkan bagimu


binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum-hukun menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.S al-Ma’idah: 1)

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah menghalalkan jenis binatang ternak yaitu
unta, sapi, kambing dan kerbau. Dan selain binatang yang menyerupainya seperti
domba dan rusa. Karena Allah menciptakan binatang ternak tersebut untuk manusia
agar manusia dapat mempergunakan sebagaimana mestinya. Disebutkan dalam ayat
lain bahwasanya, manusia sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi daging, karena
daging itu memiliki kandungan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti
protein, lemak, vitamin- vitamin, mineral, zat besi, dan lain-lain. Bila dikonsumsi

7
secara teratur dan tidak berlebihan, daging dapat mencegah penyakit anemia (kurang
darah).
Selain makanan hewani di atas, al-Qur’an juga menjelaskan satu jenis burung yaitu
salwa, yang mana di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak tiga kali. Yaitu terdapat
dalam Q.S. al-Baqarah ayat 57: “Dan kami naungi kamu dengan awan, dan
kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang
baik-baik yang telah kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya kami,
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”

Salwa adalah sejenis burung puyuh yang datang berbondong-bondong, sehingga


mudah ditangkap untuk kemudian disembelih dan dimakan. Karena burung- burung
tersebut adalah rezeki yang dianugerahkan dari Allah kepada orang-orang Yahudi
yang sedang tersesat di padang pasir, yang seharusnya mereka syukuri.

Selanjutnya di al-Qur’an sangat jelas disebutkan bahwa, manusia dianjurkan untuk


mengkonsumsi hewan yang hidup di laut terutama ikan. Karena makanan yang berasal
dari laut seperti ikan dan semacamnya yang diperoleh dengan mudah atau telah mati,
Allah menghalalkan bagimu untuk memakannya.

2. Makanan Nabati

Di samping terdapat bahan-bahan makanan hewani, al-Qur’an juga memberikan


perhatian yang cukup besar terhadap sumber makanan nabati, baik itu berupa biji-
bijian, buah-buahan, maupun sayur-sayuran yang pada umumnya dikembangkan
oleh manusia lewat produksi pertanian.15 Sedangkan secara eksplisit di dalam al-
Qur’an tidak ditemukan satu ayat yang menjelaskan larangan untuk makan makanan
nabati. Kalaupun ada tumbuh-tumbuhan tertentu yang dilarang, maka hal tersebut
dalam larangan umum memakan sesuatu yang buruk, atau merusak kesehatan. Karena
Allah menciptakan segala sesuatu tentu selalu bermanfaat dan ada tujuannya.
Walaupun benda itu sekecil apapun. Bahkan bahan tersebut akan menjadi kebutuhan
pokok manusia, segala apapun yang diciptakannya terutama dalam segi makanan. Hal
demikian sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 191 yaitu:

Artinya: “ ….Ya Tuhan kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha

8
suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”( Q.S Ali-Imron: 191)
Semua mahkluk hidup yang diciptakan Allah di muka bumi, baik itu manusia,
binatang maupun tumbuh- tumbuhan tentu saja memerlukan makanan guna untuk
pemeliharaan hidupnya. Sebab, makanan memberikan kekuatan yang esensial bagi
kehidupannya, untuk menyuplai unsur-unsur yang akan membentuk sel tubuh dan
memperbaharui bagian yang rusak. Maka, dengan demikian sumber-sumber makanan
sangatlah urgen bagi kehidupan. Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam surat Abasa
ayat 24-32 yang artinya: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
Sesungguhnya kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami
belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan
buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-
binatang ternakmu.”( Q.S Abasa: 24-32)
Secara umum sumber-sumber makanan nabati mempunyai keistimewaan karena kaya
akan kandungan mineralnya. Seperti potassium, zat garam, kalsium, asam organic
yang esensial sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan darah dan menambahkan vitamin
yang tersimpan didalamnya.

Di atas telah disebutkan sejumlah ayat al-Qur’an yang di dalamnya membahas


tentang unsur-unsur nabati yang biasa dikonsumsi manusia serta hewan dalam
makanan dan obat-obatan. seperti biji-bijian, karena biji- bijian merupakan salah satu
dalam makanan pokok yang dijadikan penopang setiap individu manusia. Selain biji-
bijian, dalam ayat diatas juga disebutkan makanan yang digunakan untuk
penyeimbang dari biji-bijian tersebut. Yaitu diantaranya anggur dan sayur-sayuran.
Anggur merupakan buah yang memiliki kaya manfaat untuk tubuh. Misalnya anggur
sangat efektif dalam membangun, memperbaiki dan memperkuat sel-sel tubuh.
Manfaat anggur lainya juga berfungsi sebagai obat untuk berbagai penyakit. Selain
biji-bijian, dan anggur, ada juga makanan yang tidak jauh berbeda banyak manfaatnya
yaitu sayur- sayuran (al-qalb). Sayur di dalam al-Qur‟an diartikan sebagai hijau-
hijauan yang ditumbuhkan oleh tanah. Sebab, sayur-sayuran secara gamblang tidak
dijelaskan di al-Qur’an, hanya saja tercantum dalam beberapa ayat. Seperti sawi,
kubis, kacang adas, kacang kedelai, hilda dan lain-lainya.

9
Selanjutnya, makanan yang termasuk kedalam unsur nabati dan tercantum pada ayat
di atas yaitu buah zaitun. Tanaman jenis ini disebut dalam firman Allah sebanyak 6
kali dengan kata ṣariḥ yang merujuk pada buah tersebut. Pohon ini berwarna hijau,
banyak tumbuh di daerah Laut Tengah. Banyak manfaat yang diperoleh jika
mengkonsumsi buah ini, antara lain mencegah timbulnya penyakit arteri koronaria,
tonggi kadar kolesterol dalam darah, tekanan darah tinggi, serta diabetes dan lain
sebagainya. Tanaman ini dinamai oleh al-Qur’an sebagai syajarah mubarakah (pohon
yang mengandung banyak manfaat). Maka beruntunglah orang yang dapat keberkahan
dan kebaikan serta manfaat dari buah ini.

Disamping buah zaitun, ada buah yang tidak kalah dahsyatnya yaitu buah kurma.
Buah kurma merupakan buah yang memiliki banyak keistimewaan, karena buah ini
adalah makanan dan rezeki yang halal dan baik yang dianugerahkan oleh Allah untuk
kepentingan manusia.

Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa kurma mengandung berbagai


protein, vitamin B1 dan B2 yang sangat berguna bagi proses pertumbuhan. Karena
buah ini dapat membangun tubuh dan memperbaharui sel-sel otak yang telah rusak.
Selain itu, kurma juga mengandung banyak mineral penting, sebab mineral-mineral ini
sangat penting dalam kaitannya dengan proses kimiawi dalam tubuh manusia.

C. Karakteristik Makanan dan Minuman Dalam Islam

Kemuliaan Ahklak dan adat istiadat suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh jenis
makanan yang dikonsumsi dan cara memperolehnya. Oleh karena itu Islam sangat
memperhatikan makanan kaum muslimin sejak 14 abad yang silam. Diantara jenis
makanan yang ada, oleh Islam diharamkan karena berbahaya bagi kesehatan atau pada
akhlak manusia. Atau jenis makanan yang dianjurkan agar ditinggalkan karena jenis
makanan itu melemahkan badan dan jiwa. Telah dijelaskan juga bahwa makanan yang
sehat yang dianjurkan oleh Islam, tidak hanya terbatas pada persoalan halal dan haram,
akan tetapi menyangkut pula kualitas maupun kuantitas gizi dan porsi dari makanan
tersebut. Karena dua hal itu sangat penting dalam kaitannya dengan kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut, Islam memandang bahwa makanan merupakan salah satu

10
faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dari situlah di dalam ajaran Islam
banyak peraturan yang berkaitan dengan makanan, mulai dari etika makan, mengatur
identitas kuantitas makanan di dalam perut, bahkan yang terpenting adalah mengatur
makanan yang halal dan haram untuk dimakan.

Masalah halal dan haramnya makanan bukanlah persoalan sederhana yang dapat
diabaikan, melainkan merupakan masalah yang amat urgen dan mendapat perhatian dari
ajaran agama secara umum. Karena masalah ini tidak hanya menyangkut hubungan antar
sesama manusia, tapi juga hubungan manusia dengan Tuhan. Oleh karenanya, di dalam
al-Qur’an dijelaskan dengan tegas bahwa manusia diperintahkan untuk memilih makanan
yang halal untuk dikonsumsinya. Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al- Baqarah
ayat 168: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kehalalan suatu makanan merupakan unsur
penting yang wajib diperhatikan oleh umat islam dalam memilih makanannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa karakteristik makanan sehat
menurut al-Qur’an adalah harus halal dan baik (thayyib).

1. Makanan yang halal

Kata halal berasal dari bahasa Arab halla, yahillu, hillan, yang berarti
membebaskan, melepaskan, memecahkan, membubarkan dan membolehkan.
Sedangkan pengertian halal menurut istilah mengandung dua arti, yaitu :

1) segala sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak dihukum jika menggunakannya.

2) sesuatu yang boleh di kerjakan menurut syara‟.

Islam telah menetapkan bahwa yang berhak atau berwenang menentukan kehalalan
segala sesuatu adalah Allah swt. Tidak ada seorangpun yang berhak melarang sesuatu
yang dibolehkan oleh Allah, demikian pula sebaliknya. Berkaitan dengan masalah
makanan yang halal, maka hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an QS. Al-Jatsiyah
ayat 13, yang artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan

11
apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir.”

Bertitik tolak pada ayat-ayat tersebut, maka makanan yang halal adalah segala
sesuatu yang ada di alam raya ini halal untuk digunakan, sehingga makanan yang
terdapat didalamnya adalah halal. Namun, diantara makanan-makanan tersebut
terdapat beberapa makanan yang secara khusus diharamkan oleh al-Qur’an dan hal ini
adalah pengecualian. Artinya makanan tersebut harus bersumber dari Allah atau
melalui al-Qur’an maupun Rasul. Halal adalah kebalikan dari haram, ungkapan lain
yang menunjukkan kepada pengertian yang sama ialah mubah. dan jaiz.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa halal adalah kebalikan dari haram. Oleh
karena itu perlu kiranya dijelaskan bagaimana definisi dari haram itu sendiri. Secara
garis besar para ulama ushul fiqih mengemukakan dua definisi haram yaitu dari segi
batasanya serta esensinya, dan dari segi bentuk serta sifatnya. Adapun pembagian
hukum haram dapat dibagi menjadi dua yaitu haram li dzatih dan haram li ghairih.
Apabila keharaman terkait dengan esensi perbuatan haram itu sendiri, suatu yang
diluar esensi yang diharamkan, tetapi berbentuk kemafsadatan, maka disebut haram li
ghairih.

2. Haram li Dzatih

Yaitu suatu keharaman yang langsung dan sejak semula ditentukan syari‟ bahwa
yang hal itu haram. Misalnya, memakan bangkai, babi, berjudi, meminum-minuman
keras, berzina, membunuh dan memakan harta anak yatim. Contoh kaharaman ini
termasuk dalam keharaman pada zat (esensi) pekerjaan itu sendiri. Berkenaan dengan
makanan tersebut secara esensial Allah sudah menetapkan dengan tegas dalam Al-
Qur’an Q.S al-Baqarah ayat 173 dan Q.S al-Ma’idah ayat 90.

3. Haram li Ghairihi

Yaitu sesuatu yang pada mulanya disyariatkan, tetapi dibarengi oleh sesuatu yang
bersifat mudarat bagi manusia, maka letak keharamanya tersebut disebabkan adanya

12
mudarat. Misalnya, melaksanakan shalat dengan pakaian hasil ghashab (meminjam
barang orang lain tanpa izin), melakukan transaksi jual beli ketika suara adzan untuk
shalat jum’at telah dikumandangkan, berpuasa di Hari Raya dan lain-lain. Pada
dasarkan perbuatan-perbuatan itu disunnahkan, diwajibkan, atau dibolehkan, akan
tetapi karena berbarengan dengan sesuatu yang bersifat mudharat, maka menjadi
haram. Sebagaimana yang tertera dalam ayat al-Qur’an Q.S al-Baqarah ayat 275- 276
dan an-Nisa’ ayat 10.

4. Makanan yang Thayyib

Kata ‫ الطيبات‬adalah bentuk jamak dari ‫ الطيب‬yaitu baik. Sedangkan secara


bahasa thayyib berarti ‫( الطاهر‬suci), sesuatu yang halal disifati dengan
thayyib, sedangkan yang haram disifati dengan khabits. Adapun yang dimaksud
thayyib disini adalah makanan-makanan yang baik, bergizi dan sesuai dengan selera
serta kondisi yang memakannya. Selain itu makna baik juga biasa diartikan berkhasiat
pada tubuh manusia, mengandung zat-zat yang menumbuhkan, menyuburkan, dan
menjadikan manusia sehat dan kuat.

Dijelaskan juga yang dimaksud dengan kata thayyib disini adalah semua makanan
atau hidangan yang dianggap baik menurut selera manusia normal dan bermanfaat
bagi agama dan badannya. Di dalam al- Qur’an surah al-Maidah ayat 87 dijelaskan
bahwa: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S al-
Mai’dah: 87)
Berdasarkan ayat tersebut, Hamka menjelaskan bahwa, yang dimaksud barang baik
yang dihalalkan Allah adalah makanan-makanan yang enak dan bermanfaat. Seperti
daging yang halal dimakan, buah- buahan, sayur-sayuran, beras, gandum, jagung, dan
lain- lain. Di dalam semua makanan tersebut itu terkandung berbagai macam zat gizi
seperti Protein, Vitamin A, B, C dan D, kalori, Hormon dan sebagainya.

Di atas telah dijelaskan tentang definisi dari makanan yang baik (thayyib) menurut
al-Qur’an. Oleh karena itu, di bawah juga akan dijelaskan pula apa yang dimaksud

13
dengan makanan yang buruk (khabits). Adapun yang dimaksud dengan khabîts adalah
segala sesuatu yang tercela atau keji yang dilarang oleh ajaran Islam, baik bersifat
lahiriah maupun batiniah. Sedangkan makanan-minuman yang khabîts adalah makanan
dan minuman yang dilarang dalam syari’at Islam. Makanan dan minuman yang
dilarang ini dikategorikan sebagai najis. Menurut Fuqaha Madzhab Syafi’I makanan
dan minuman yang khabîts adalah:
 Babi, seluruh bagian tubuhnya
 Anjing, seluruh bagian tubuhnya
 Bangkai, seluruh bagian tubuhnya, kecuali bangkai ikan dan belalang.
 Semua bagian tubuh yang terpisah dari hewan yang masih hidup
 Darah yang mengalir
 Khamr dan semua jenisnya dan lain-lain.

D. Manfaat Makanan dan Minuman yang dihalalkan

Makanan dan minuman yang dihalalkan akan memberikan manfaat yang cukup besar
bagi yang mengkonsumsinya. Dari ketentuan al-Quran sebagaimana disebutkan di atas,
bahwa mengkonsumsi makanan yang halal itu merupakan keharusan bagi manusia.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman yang Artinya:”Dan makan dan minumlah, dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. al-A’raf (7): 31).

Dari ayat itu jelas, bahwa makan dan minum itu merupakan perintah agama, sehingga
kita dilarang membiarkan diri kita kelaparan sehingga membahayakan fisik kita, apalagi
sengaja membiarkan kelaparan agar cepat mati. Namun demikian, Allah juga melarang
berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang juga dapat
membahayakan kondisi fisik kita. Makan dan minum yang diperintahkan adalah yang
sekedarnya saja untuk dapat mempertahankan fisik kita, agar tetap sehat dan kuat,
sehingga dapat melakukan berbagai aktivitas dalam hidup kita, baik yang berhubungan
dengan ibadah maupun muamalah. Karena itu, dalam keadaan terpaksa, kita
diperbolehkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram untuk sekedar

14
mempertahankan hidup kita, atau tidak menjadikan diri kita jatuh dalam kebinasaan.
Sebab membiarkan diri kita jatuh dalam kebinasaa dilarang oleh agama kita. Allah
berfirman yang Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.” (QS. al-Baqarah (2): 195).

Yang pokok adalah makanan dan minuman yang halal dapat mendukung kita untuk terus
melakukan ibadah kepada Allah dengan baik, sebab kalau makanan dan minuman yang
kita konsumsi tidak halal akan sangat mengganggu ibadah kita. Bagi kita yang aktif
dalam kegiatan muamalah (hubungan antar manusia), kebutuhan akan makanan dan
minuman yang cukup sangat membantu kelancaran dan kesuksesan kita dalam
beraktivitas. Bagaimana mungkin jika fisik kita lemah dapat melakukan aktivitas
muamalah, seperti bekerja mencari nafkah, dengan maksimal, apalagi pekerjaan-
pekerjaan yang membutuhkan stamina yang kuat.

E. Makanan dan Minuman yang Diharamkan dan Dasar Hukumnya

Makanan dan minuman yang berasal dari binatang banyak diperselisihkan oleh manusia
tentang kehalalan atau keharamannya. Penjelasan mengenai binatang yang diharamkan
secara rinci akan diuraikan kemudian. Sedang makanan dan minuman yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan tidak banyak diperselisihkan. Islam tidak mengharamkannya kecuali
yang sudah menjadi khamer (yang memabukkan), baik terbuat dari anggur, kurma,
gandum, maupun benda-benda lain. Islam mengharamkan sesuatu yang menyebabkan
hilangnya kesadaran, melemahkan fisik, dan membahayakan tubuh seseorang. Di atas
sudah dijelaskan beberapa ketentuan mengenai jenis-jenis makanan dan minuman yang
diharamkan, seperti bangkai, darah, dan daging babi. Secara umum ketentuan mengenai
haramnya makanan dan minuman selain binatang dapat dijelaskan seperti berikut:
a) Haram jenisnya, seperti darah, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat al-
Baqarah (2): 173 dan ayat-ayat yang lain, kecuali hati dan limpa (seperti penjelasan
Nabi Saw.)
b) Memakan makanan yang halal tetapi berlebihan atau melampaui batas (QS. al-A’raf
(7): 31) sehingga muntah atau mengakibatkan perutnya sakit.

15
c) Mengkonsumsi makanan dan minuman yang ada pada piring atau gelas yang terbuat
dari emas atau perak. Demikian penjelasan Nabi dalam hadisnya.
d) Makanan yang kotor atau najis. Dalam hal ini Allah berfirman yang artinya: “Dan
Allah menghalalakan bagi mereka segala yang baik-baik dan mengharamkan bagi
mereka yang buruk.” (QS. al-A’raf (7): 157).
Termasuk haram juga makanan yang halal yang bercampur makanan yang kotor atau
najis dan makanan dan minuman yang sudah busuk dan berbau (menjijikkan).
e) Sesuatu yang kalau dimakan membahayakan badan kita, seperti racun, batu, kaca, dan
lain-lain.
f) Haram karena usahanya, seperti makanan dan minuman yang diperoleh dari hasil
mencuri, merampok, mencopet, berjudi, curang, menipu, riba, atau yang semisalnya.
g) Haram karena akan membahayakan badan, merusak kesehatan, atau merusak mental
yang memakannya (QS. al-Baqarah (2): 195).
h) Makanan dan minuman yang memabukkan (khamer) (QS. al-Maidah (5): 90), seperti:
 Semua jenis minuman keras, seperti whiskey, arak, beer, dan lain sebagainya.
 Semua jenis narkotika dan obat-obatan terlarang, seperti sabu-sabu, ganja, dan
yang sejenisnya.
Itulah beberapa macam makanan dan minuman yang diharamkan, baik haram dari segi
jenisnya maupun dari segi usahanya.

F. Mudarat Makanan dan Minuman yang Diharamkan

Islam merupakan agama yang sesuai dengan akal manusia (rasional). Hal ini dibuktikan
dengan ketentuan-ketentuannya yang dapat diterima oleh akal manusia. Contoh yang
konkrit dapat dilihat dari hukum halal dan haramnhya makanan dan minuman. Semua
makanan dan minuman yang halal dapat memberikan manfaat yang besar kepada
manusia. Sebaliknya semua makanan dan minuman yang haram akan membahayakan
manusia. Beribadah kepada Allah membutuhkan kesucian jiwa dan raga kita. Kesucian
jiwa dan raga tidak cukup hanya dengan niat yang ikhlas karena Allah, akan tetapi juga
harus didukung oleh semua aktivitas kita, termasuk makanan dan minuman yang kita
konsumsi. Di sinilah pentingnya menghindarkan diri dari makanan dan minuman yang

16
haram. Makanan dan minuman yang haram akan mengganggu kita dalam beribadah
kepada Allah, dan dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas kita yang juga dapat
dipengaruhi oleh syetan. Seperti dijelaskan di atas bahwa mengkonsumsi makanan dan
minuman yang haram merupakan salah satu dari langkah-langkah syetan. Karena itu
usahakan dalam hidup kita menghindari langkah-langkah syetan ini dengan cara salah
satunya menjauhi makanan dan minuman yang haram.

Orang yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram akan menodai
kehormatan dirinya. Makanan dan minuman yang haram dapat merendahkan martabat
kita di hadapan Allah dan di hadapan manusia. Jika yang kita konsumsi adalah makanan
yang haram karena kotor atau busuk, maka akan dapat membahayakan kondisi kesehatan
fisik kita. Makanan yang kotor banyak kumannya yang dapat menimbulkan aneka macam
penyakit jika kita konsumsi. Karena itu, Islam juga mengatur masalah kebersihan tidak
hanya pada badan dan pakaian kita, tetapi juga terhadap makanan dan minuman yang
akan kita konsumsi. Makanan yang baik dan bersih akan dapat menyehatkan fisik kita,
sebaliknya makanan yang najis dan kotor akan dapat membahayakan kesehatan fisik kita.
Jika yang kita konsumsi itu dari jenis narkotika atau minuman yang memabukkan maka
bahayanya sangat besar. Kita diwajibkan menjaga akal sehat kita dengan menghindarkan
diri dari makanan dan minuman yang memabukkan. Jika kita mabuk dan tidak sadar
berarti hilanglah kemanusiaan kita yang sesungguhnya. Orang yang mabuk tidak
menyadari akan dirinya dan apa yang diperbuatnya. Bahaya yang lain, orang yang sudah
terbiasa mengkonsumsi makanan dan minuman ini akan sulit melepaskan diri dari
kebiasaan yang buruk ini. Akibatnya, semua jaringan syaraf otak kita akan rusak dan
tidak dapat digunakan untuk berfikir yang sehat dan jernih. Jika hal itu sampai berlebihan
(over dosis) maka akan membahayakan nyawa kita.

Dari Ibnu ‘Umar diceritakan, bahwa Rasulullah Saw. bersbda: “Ada tiga golongan
yang Allah haramkan bagi mereka surga, yaitu pecandu khamer (minuman keras), orang
yang durhaka kepada orang tua, dan mucikari yang memberikan keburukan kepada
keluarganya.”
Rasulullah Saw. juga bersabda: “Pecandu khamer jika meninggal dunia akan
menjumpai Allah dalam keadaan seperti penyembah berhala.” Rasulullah Saw. melaknat

17
khamer maupun peminumnya, pemberinya, penjualnya, distributornya, pemerasnya, dan
pembawanya.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia, halal untuk dimakan sampai ada dalil
yang melarangnya. Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh
jadi makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa
mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan dibakar di
hari kiamat dengan api neraka. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang makanan
halal dan makanan haram, namun tentu saja tidak dapat kami tampilkan semua, diantaranya
sebagaimana yang telah kami uraikan dalam pembahasan di atas. Makanan yang halalan
thoyyibah atau halal dan baik serta bergizi tentu sangat berguna bagi kita, baik untuk
kebutuhan jasmani dan rohani. Hasil dari makanan dan minuman yang halal sangat
membawa berkah, barakah meskipun jumlahnya sedikit. Makanan dan minuman haram,
selain dilarang oleh Allah, juga mengandung lebih banyak mudharat (kejelekan) daripada
kebaikannya. Hasil haram meskipun banyak, namun tidak barokah atau cepat habis
dibandingkan yang halal dan barokah.

B. Kritik dan Saran


Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun kami berharap makalah ini
tetap dapat memberikan manfaat meskipun sedikit. Selain itu kami juga berharap pembaca
berkenan memberikan masukan baik berupa kritik maupun saran.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Balai Pustaka, 1998), Cet I, h. 547
 Abdul Azizi Dahlan at. Al., Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), Cet. I, Jilid IV, h. 1071
 Hassan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1983), jilid IV, h. 2096
 Sahabuddin..(et al.),- E. rev.-, Ensiklopedi Al-Qur’an: Kajian Kosa kata, (Jakarta:
Lentera Hati, 2007), h. 994
 Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab, (Beirut: Dat Al-Fikr, t. th), Juz XV, h. 256
 Ahmad at-Thariqi, Ahkam al-Ath‟imah fi asy-Syari’ah al-Islamiyyah, (Riyadh:
1984), cet. I.
 Ibid.
 Ibnu Manzur, Lisanul Arab, h. 2673; Tim Penyusun , Ensiklopedi al-Qur’an: Kajian
Kosa-Kata, t.t: Lentera Hati/ Pusat Studi Al-Qur‟an/ Yayasan Paguyuban, 2007 M/
1428 H, CET. Ke-1, jilid3, h. 994
 Tim Penyusun, Ensiklopedi Al-Qur‟an: Kajian Kosa-Kata, h. 994, 996
 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2009).
 H. Lukman Saksono, Al-Qur‟an sebagai Obat dan Penyembuhan melalui makanan,
(Bandung: Al-Ma‟arif, 1996), h. 121-122
 Dr. H. Abuddin Nata, Kajian Tematik al-Qur‟an Tentang Kemasyarakatan
(Bandung: Angkasa, 2008), h. 343
 Mubȃsyir, Al-Qur‟an Bertutur tentang Makanan dan obat-obatan, op.cit., h. 202-
203
 Fairuzah Tsabit, Makanan Sehat Dalam Al-Qur‟an, Kajian Tafsir bi al-„Ilm dengan
pendekatan Tematik, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013) , h. 79
 Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam syariat Islam, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), cet I, h. 44

20
 Abdul Aziz Dahlan, et. Al., Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1996),cet I, Jilid 2, h. 505-506
 Wahbah Zubaidi, Ushul al- Fiqih al-Islami, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986), cet I, Juz I,
h. 80
 H. Fachruddin Hs, Ensiklopedi Al-Qur‟an, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), cet I,
Jilid II, h. 21
 HAMKA, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993), juz VII, h. 18
 Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), cet I, jilid
III, h. 896

21

Anda mungkin juga menyukai