Anda di halaman 1dari 4

Desi Mulyani

desimulyani111@gmail.com

17.09.0265

Konsentrasi Perbankan Syariah V

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu : Haqibul Mujib, S.Pd.I,. M.E

Tema : Penganggur Muda Berpendidikan

PEMUDA IDAMAN (?)

Indonesia mengandung berjuta Insan didalamnya, hiruk pikuk keadaan sontak


menjadi gejolak yang tak terelakan dalam kurun waktu yang tidak singkat ini. 74 tahun
Indonesia mengibarkan Sang Saka Merah Putih dan berhasil membuat sejarah Kemerdekaan
yang luar biasa. Menjadi negara yang kaya akan limpahan Sumber Daya Alam, Seni Budaya,
Bahasa, Culture dan Manusia-manusia dari Sabang sampai Merauke yang tetap berjalan
seiringan dengan persatuan Bhineka Tunggal Ika.

Kekayaan yang melimpah ini ternyata tidak menjamin keadaan Indonesia baik-baik
saja. Banyak timbul permasalahan yang kerap menyelimuti negeri ini. Sumber Daya Manusia
Indonesia dipupuk menjadi Insan yang terdidik dan berpendidikan tidak lain demi
mempertahankan Kedaulatan dan menjungjung tinggi gagasan Bapak Pendidikan Indonesia
Ki Hajar Dewantara. Anak muda Indonesia itu dioptimalkan pendidikannya supaya mampu
menjadi sejahtera, mampu memberantas kemiskinan, mampu menciptakan daya tangkap dan
peluang bagus demi terwujudnya negeri aman dan damai. Namun kenyataannya tidak sedikit
yang belum mewujudkan hal tersebut.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) masih
memiliki permasalahan yang besar, Februari 2019 6,82 juta orang menganggur, angka ini
memang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, menurun hingga 50 ribu orang.
(Berita Resmi Statistik, Keadaan ketenagakerjaan Indonesia Februari 2019. No.
41/05/Th.XXII, 06 Mei 2019) Namun hal ini bukan berarti sesuatu hal yang
menggembirakan, pasalnya aka nada lulusan baru yang kemungkinan menyusul angka
tersebut. Angka terbesar didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, disusul
dengan lulusan diploma I, II, II dan SMA. Namun bukan berarti hal ini menggembirakan
karena pasalnya penurunan angka tersebut akan kemballi disusul dengan lulusan baru ditaun
berikutnya. Hal inilah yang patut menerima perhatian lebih pemerintah, karena Indonesia
memerlukan Sumber Daya Manusia yang berpendidikan dan mampu membuat kontriibusi
bagi bangsa ini, salah satunya memiliki pekerjaan dan penghasilan yang mencerminkan
keberhasilan hidup yang berkecukupan.

Program Wajib Belajar Indonesia dimulai sejak tahun 1984 afirmasi wajib belajar 6
tahun, tahun 1994 pemerintah kemudian mengeluarkan regulasi wajib belajar 9 tahun. Setelah
capaian The Millennium Development Goals tersebut terlaksana amanahnya, pada sepuluh
taun berikutnya pemerintah kembali me-launching Pendidikan Menengah Universal,
pendidikan 12 tahun, namun belum wajib dilaksanakan. Sepertinya pemerintah
mengkhawatirkan masalah sarana dan prasarana yang lebih tinggi lagi sehingga tidak cepat
mewujudkannya, padahal ini salah satu solusi peningkatan mutu Sumber Daya Manusia yang
telah lebih dahulu dilakukan oleh negara-negara lain di dunia seperti Korea dan Jepang.

Peningkatan mutu pendidikan ini memang cukup signifikan dalam ranah konsep
namun aktualisasi dari penerapannya belum begitu terasa. Angka pengangguran yang masih
tinggi ternyata belum secara gamblang membuktikan bahwa program pemerintah dalam
kasus ini berhasil. Tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh lulusan SD dan SMP yang
pada ranah mereka daya saing yang ditimbulkan masih rendah.

Adanya pengalihan pekerja tenaga manusia terhadap alat-alat elektronika dan robotika
tidak rasionalistis dijadikan alasan untuk tidak bekerja. Geleng-geleng kepada apabila Anak
muda Indonesia berfikir demikian. Kemajuan teknologi yang tak terbatas ini bahkan menjadi
solusi bagi mereka yang mampu mengalihkan pandangan pada peluang kemajuan era
Revolusi Industri 4.0. Kemajuan teknologi itu bukan untuk dijadikan musuh tetapi menjadi
teman dalam upaya membangun impian.

Mengingat kembali masa proses pembelajaran di bangku sekolah yang mengantarkan


jiwa-jiwa muda menjadi manusia terdidik, harus malu apabila kembali dengan kemampuan
yang hanya sekedar teori. Kemampuan itu patut dikembangkan, disalurkan dan dibawa pada
porsi action nya. Membangun jiwa optimis akan mendorong semangat bekerja sehingga
langkah awal untuk melompati garis pengangguran dapat dimulai dengan baik. Setelah
percaya diri, timbul masalah lain seperti lowongan kerja dan permodalan. Keduanya menjadi
pilihan bagi lulusan baru berseragam putih abu ini. Apakah akan nenaruhkan nasib mencari
peluang lowongan kerja pada PT, Pabrik atau sebagainya ataukan akan memulai usaha baru
seperti berdagang atau membuka lapak pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Pilihan pertama yang sering diambil menjadi alternative pada umumnya, karena hanya
bermodalkan Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah yang disodorkan pada perusahaan terkait
yang membuka lowongan pekerjaan, lagi lagi ini menjadi pemicu kemalasan itu muncul
kembali, dengan menunggu terlalu lama dan terlena dengan penantian pengumuman apakah
lamaran pekerjaan tersebut diterima atau tidak sehingga Anak muda ini menjadi tidak percaya
diri akan kemampuan yang dimilikinya dan menngklaim bahwa dirinya tak mampu bekerja.

Dorongan dan motivasi bagi Anak muda yang memasuki angkatan kerja memang
sangat berpengaruh bagi karirnya dimasa yang akan datang. Peran pemerintah juga
seharusnya lebih maksimal lagi pada pemberantasan pengangguran Indonesia. Pembentukan
Usaha-usaha yang dipelopori pemerintah setidaknya akan meminimalisir pengangguran,
hingga tumbuh jiwa ingin bekerja dan penyediaan lowongan pekerjaannya bagi sebagian
diantaranya yang tidak berani mengambil keputusan berwirausaha, sehingga mampu
menggugah minat bekerja pada lulusan muda.

Anak muda Indonesia perlu meningkatkan kualitas bukan hanya menjadi penikmat
trend yang akan habis oleh zaman, kembali pada focus pembicaraan yang telah diulas
sebelumnya bahwa pendidikan itu bukan hanya dijadikan sebagai konsep namun bukti hasil
daripadanya. Banyak orang yang mengatakan pendidikan tidak menjamin kesuksesan.
Abaikan. Indonesia tidak akan merdeka tanpa Proklamator-proklamator dan para Pahlawan
yang cerdas. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan tidak terjebak gaya hidup
menumpuk materi, ubahlah haluan hidup dengan giat, jujur serta bijaksana. Mengedepankan
proses dengan tidak mengandalkan cara instan dan menghalalkan segala cara.

Solusi yang diharapkan untuk mengurangi peningkatan angka pengangguran selain


dari pembukaan lowongan pekerjaan baru, pemerintah perlu memberikan perhatian khusus
pada sector Industri yang siap membuka peluang bagi pencari kerja muda untuk
menghasilkan tenaga kerja yang lebih berkualitas. Membuka pelatihan dalam upaya
peningkatan keterampilan kerja, memberlakukan standar baru bagi para pekerja dengan
lulusan/tamatan baru sehingga tidak memberatkan mengenai pengalaman kerja sebelumnya
yang belum merasakan bagaimana dunia kerja.

Pemuda milenial Indonesia, anak muda penerus negeri nan kaya ini harus berani
mengambil tindakkan yang tegas dan lugas dalam menghadapi keadaan dan permasalahan
yang ada, jangan sampai Anak Muda yang sudah memasuki angkatan kerja gagal paham
menentukan cara agar kemampuan mereka tersalurkan. Ironi apabila masa produktif yang
dimiliki hanya digunakan untuk hal-hal yang tak berguna, segera bangkit dan lakukan
gebrakan. Memiliki keberanian untuk tak mululu menjadi pengikut dan membuntuti kiprah
pendahulu, percaya diri membangun kepala baru tidak menjadi masalah apabila mampu,
memiliki tekad yang bulat dibubuhi dengan kemampuan pendidikan yang telah diukir pada
masa bangku sekolah. Menjadikan Ide-ide kreatif dan inovativ sebagai landasan perjuangan
menjadi Pemuda Idaman.

Anda mungkin juga menyukai