SALWA PUTRA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul karakteristik susu dan keju
Mozarella dari susu kerbau sungai Sumatera Utara adalah benar karya saya
dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Salwa Putra
NRP D151120171
RINGKASAN
SALWA PUTRA. Karakteristik Susu dan Keju Mozarella dari Susu Kerbau
Sungai Sumatera Utara. Dibimbing oleh BAGUS PRIYO PURWANTO,
EVY DAMAYANTHI dan YOPI.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KARAKTERISTIK SUSU DAN KEJU MOZARELLA DARI
SUSU KERBAU SUNGAI SUMATERA UTARA
SALWA PUTRA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji pada Ujian Tesis: Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi
Judul Tesis : Karakteristik Susu dan Keju Mozarella dari Susu Kerbau
Sungai Sumatera Utara
Nama : Salwa Putra
NRP : D151120171
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui Oleh
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt, karena atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penelitian ini telah dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 sampai dengan bulan
Januari 2014 dengan judul Karakteristik Susu dan Keju Mozarella dari Kerbau
Sungai di Sumatera Utara. Hasil penelitian ini sudah dipublikasi di jurnal
internasional Applied Research Journal Vol. 1, Issue 4, pp. 216-221, June 2015
dengan judul Characteristics of Mozzarella Cheese from Water Buffalo Milk in
North Sumatra.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr Ir Bagus Priyo Purwanto
MAgr, ibu Prof Dr Ir Evy Damayanthi MSi, bapak Dr Yopi dan alm. Dr Rarah
Ratih Adjie Maheswari DEA selaku pembimbing yang telah banyak memberi
bimbingan, saran, waktu dan tenaga sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Terima
kasih kepada kedua orang tua penulis yang tercinta bapak Drs Surya Bakti MSi
dan ibu Sariah Sitepu SPd yang tidak henti-hentinya mendoakan dan memberi
dukungan kepada penulis, menjadi penyemangat, pendengar keluh kesah dan
menjadi guru sampai akhir. Terima kasih penulis ucapkan kepada abangda
tercinta Wewin Basarudin, adinda tercinta Syahrial Effendi dan Nur Sakinah yang
telah mendukung penulis untuk terus menatap ke depan. Terima kasih kepada
adinda Wiwiet Gesti Utami yang telah membantu dalam penelitian. Terima kasih
penulis ucapkan kepada ibu Heni Rizqiati dan Rahmadani Siregar yang telah
berpartisipasi dan dukungannya pada penelitian yang penulis lakukan. Terima
kasih kepada bapak Dr Ir Salundik MSi, ibu Dr Ir Niken Ulupi MS sebagai ketua
dan sekertaris program studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Sekolah
Pascasarjana IPB, kepada ibu Ade dan teh Okta yang telah banyak membantu
dalam bidang akademik dan kepada seluruh dosen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan. Terima kasih kepada bapak Tri (pengusaha keju) dan bapak Purwadi
(Dosen Universitas Brawijaya) yang telah memberi masukan dan arahan dalam
pembuatan keju Mozarella. Terima kasih kepada Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dalam proyek Kerjasama Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Nasional (KKP3N/IAARD) yang telah memberikan dana untuk
membiayai penelitian yang diketuai oleh Prof Dr Ir Evy Damayanthi, MSi dengan
SPK. no : 720/LB.620/I.1/2/2013 tanggal : 25 Februari 2013 dengan judul
penelitian Karakteristik susu kerbau sungai dan rawa di Sumatera Utara.
Ungkapan terima kasih penulis kepada teman-teman seperjuangan ITP
2012, seluruh teman ITP 2011 keatas dan teman-teman dari Laboratorium THT,
atas dukungan dan semangat kebersamaannya. Terima kasih juga penulis ucapkan
atas segala bantuan dari semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
selanjutnya.
Salwa Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
2 MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi 3
Materi 3
Metode Penelitian 3
Peubah yang diuji 3
Tahapan Penelitian 5
Analisis Data 6
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Peternakan 7
Kualitas Susu 8
Kadar Asam Lemak Susu 10
Kadar Asam Amino Susu 13
Karakteristik Keju Mozarella 15
Komposisi Kimia Susu untuk Bahan Keju Mozarella 15
Rendemen 16
Kimia Keju 17
Tekstur Keju 18
Mikrostruktur Keju 19
Uji Organoleptik 20
4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 27
RIWAYAT HIDUP 30
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
juga The original Mozzarella cheese yaitu produk asli dari susu kerbau,
sedangkan pembuatan keju Mozarella di Indonesia diolah dari susu sapi, belum
ada yang membuat dari susu kerbau.
Keju Mozarella adalah produk yang bernilai ekonomi tinggi. Di pasaran
Eropa, harga keju Mozarella mencapai €25/kg yang hanya menghabiskan kurang
dari €2 untuk menghasilkan 1 liter susu. Di Amerika Serikat, dari total 30 pon
konsumsi keju setiap tahunnya, 11.5 pon diantaranya adalah keju Mozarella dan
menyusul konsumsi keju cheddar (9.6 pon) yang berarti keju Mozarella adalah
keju terpopuler di Amerika serikat saat ini (USDA 2014). Di Italia, tercatat
peningkatan produksi keju Mozarella yang bahan dasarnya susu kerbau dari 4,655
ton pada tahun 1996 menjadi 23,636 ton pada tahun 2005 (CNIEL 2007). Untuk
meningkatkan nilai jual produk, pengolahan keju Mozarella dari susu kerbau
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak dan membuka peluang
usaha baru serta menjadi produk unggulan di Indonesia.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Materi
Materi yang digunakan adalah susu kerbau sungai yang diambil dari 30
ekor kerbau di tiga lokasi peternakan kerbau di tiga kecamatan di Sumatera Utara
yaitu kecamatan Siborong-borong, Lubuk Pakam dan Patumbak. Bahan untuk
pembuatan keju Mozarella, susu kerbau, renet komersial dalam bentuk tablet,
asam sitrat, garam dan air. Analisis keju menggunakan aquades, Na2SO3 2%,
alkohol 70 %, buffer pH 4 dan pH 7, K2SO4, HgO, H2SO4, NaOH-Na2SO3, H3-
BO3, HCL 0,02 N, indikator merah metil, indikator metil biru dan heksana.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian pembuatan keju dan analisis
keju diantaranya wadah tempat susu, temperatur tusuk untuk mengukur suhu,
timbangan digital, kompor gas, dandang aluminium, cetakan keju, pengaduk dari
kayu, freezer atau pendingin lainnya dan alat-alat untuk analisis, stomacher,
perangkat Kjeldhal, oven vakum, desikator, cawan porselen, perangkat soxhlet,
tanur dan textur analyzer tipe TA-XT2i. Peralatan lain yang digunakan adalah
autoklaf, vortex, lemari pendingin, timbangan digital.
Metode Penelitian
IA (%) = A x 100/B
Dimana :
A = Skor rata-rata pada produk
B = Skor tertinggi pada produk
Tahapan Penelitian
Pra Penelitian
Pra penelitian yang dilakukan yaitu pembuatan keju Mozarella dengan
metode trial and error untuk mendapatkan metode terbaik dalam pembuatan keju
Mozarella dari susu kerbau Sungai di Sumatera Utara. Metode yang terbaik yang
didapat akan digunakan dalam perlakuan penelitian.
Manajemen Peternakan
Pengumpulan data terdiri atas biografi dan demografi di daerah
pemeliharaan, ternak, kandang, peralatan kandang, pemeliharaan ternak,
pemberian pakan dan air minum, pengolahan pascapanen serta data yang dianggap
perlu dalam penelitian. Pengambilan data yang dilakukan yaitu data sekunder
peternak, kuisioner dan observasi lapangan.
Dipanaskan hingga 35 °C
Ditunggu 15 menit hingga clean break, lalu dipotong dadih ukuran 2 inci3 biarkan
10 menit
Dipanaskan dadih pada suhu 45°C selama 35 menit dan diaduk setiap 5-10 menit
Dilakukan pemuluran pada air dengan suhu 95 °C selama 3-4 menit hingga
menjadi keju Mozarella
Dilakukan pengemasan
Disimpan di freezer
Analisis Data
ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Data selanjutnya dianalisis lanjut dengan
uji jarak berganda Duncan.
Analisis asam lemak dan asam amino terhadap susu kerbau Sungai
menggunakan alat GC (Gas Chromatography) dan HPLC (High Performance
Liquid Chromatography). Data hasil pengukuran dengan HPLC dan GC disajikan
dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.
Data yang didapat dari uji Mikrostruktur keju dengan menggunakan alat
Scanning Electron Microscopy (SEM) disajikan dalam bentuk gambar dan
dianalisis secara deskriptif.
Data hasil uji organoleptik untuk uji mutu hedonik dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan skor modus, sementara untuk uji hedonik
menggunakan nilai rataan untuk masing-masing perlakuan. Pengaruh perlakuan
(tempat) terhadap penerimaan konsumen dianalisis dengan uji Friedman, apabila
menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan.
Kualitas Susu
Tabel 2. Perbedaan kualitas susu kerbau Sungai di tiga lokasi di Sumatera Utara
dan perbandingan dengan beberapa literatur
Lokasi Peternakan Literatur Lain
Komponen Susu
Patumbak Lubuk Pakam Siborong- borong a b c
Kadar Air (%) 81.94±3.43ab 81.02±1.70b 82.66±1.19a 81.55 ±0.85 87.2 87.5
Lemak (%) 7.52±2.51ab 7.85±1.34b 7.19±0.99a 7.97 ±0.44 4.0 4.0
Protein (%) 4.53±0.53ab 4.98±0.29b 4.54±0.16a 4.36 ±0.23 3.4 3.3
BKTL (%) 10.55±1.14ab 11.13±0.65b 10.15±0.34a - 8.8 4.5
TPC (cfu/ml) 5.28 x 105 4.34 x 105 5.63 x 105 - - -
Berat Jenis 1.0366 1.0366 1.0358 1.033 1.036 1.000
Keterangan: Perbedaan huruf pada baris menyatakan terdapat perbedaan nyata pada taraf uji 5 %
BKTL : Bahan Kering Tanpa Lemak, TPC: Total Plate Count. a: Susu kerbau
Sungai (Mahmood and Sumaira 2010), b : Susu sapi (Pandey and Voskuil 2011),
c : Susu sapi (Susilorini 2007).
60.00
50.00
40.00
29.56 30.61 29.40
30.00
20.00
10.00
-
P LP SB
Lokasi Peternakan
Asam lemak jenuh (SFA) Asam lemak tak jenuh (UFA)
Gambar 2. Grafik persentase asam lemak susu kerbau sungai di tiga daerah di
Sumatera Utara. P: Patumbak, LP: Lubuk Pakam dan SB: Siborong-
borong.
Total persentase asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh pada
Gambar 2 tidak berbeda dengan yang dilaporkan oleh Lindmark-Mansson et al.
(2003) pada sapi Swedish, dengan perbandingan asam lemak jenuh sebesar 69.4%
dan asam lemak tak jenuh sebesar 30.6%. Mihaylova and Peeva (2007)
melaporkan asam lemak jenuh pada susu kerbau Murrah dapat mencapat rata-rata
72.15% dengan keragaman dari 64.92%-77.60%.
Asam lemak tak jenuh (UFA) sangat penting untuk kesehatan manusia,
terbagi menjadi dua bagian yaitu asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan
asam lemak tak jenuh ganda (PUFA). Konsentrasi MUFA yang terbesar adalah
asam oleat (C18:1n9c). Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi MUFA
sebesar 15.93-16.95% sedikit lebih rendah dari yang dilaporkan oleh
12
Mihaylova and Peeva (2007) sebesar 18.79%. Lemak susu kerbau sangat sedikit
mengandung PUFA, konsentrasi terbesar adalah Asam linoleat (C18:2n6c)
sebesar 0.37-0.89%.
Tabel 5. Komposisi asam amino esensial dari kerbau sungai di Sumatera Utara
Parameter Hasil (mg/g protein)
Lisina 17
Metionina 5
Fenilalanina 11
Tirosina 7
Treonina 11
Isoleusina 13
Valina 14
Leusina 21
Histidina 12
Data dari Tabel 8 diketahui bahwa susu kerbau (76.0%) memiliki nilai
PDCAAS lebih rendah daripada susu manusia (81.7%) namun lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai PDCAAS daging sapi (71.0%) dan putih telur (69.0%).
Sumber protein nabati memiliki nilai PDCAAS lebih rendah dibandingkan protein
hewani seperti beras putih yang memiliki nilai PDCAAS sebesar 34.3%.
Tabel 9. Rataan komposisi kimia susu kerbau sungai di Sumatera Utara sebagai
bahan baku keju Mozarella
Lokasi Peternakana
Komponen Susu Rataan
Patumbak Lubuk Pakam Siborong- borong
Kadar Air (%) 82.12±0.16a 83.48±0.32b 84.30±0.13c 83.3±1.10
Lemak (%) 9.40±1.51b 7.91 ±0.82b 6.01±0.44a 7.77±1.70
Protein (%) 3.93±0.30a 3.78±0.33a 3.36±0.21a 3.69±0.29
Bahan Kering (%) 17.88±0.16a 16.53±0.32b 15.70±0.13c 16.7±1.10
BKTL (%) 8.49±0.97c 8.62±0.66b 9.70±0.18a 8.93±0.66
Abu (%) 0.50±0.00a 0.50±0.00a 0.50±0.00a 0.05±0.00
pH 6.5 ±0.05a 6.7 ±0.05b 6.7 ±0.05b 6.6 ±0.08
a
Angka-angka pada baris yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda menyatakan terdapat
perbedaan nyata pada taraf uji 5% (Uji selang berganda Duncan)
BKTL: Bahan Kering Tanpa Lemak
Susu terbaik dari ketiga lokasi penelitian adalah susu kerbau sungai dari
Patumbak karena memiliki kadar air terendah yaitu 82.12 ± 0.16% , kadar lemak
dan protein tertinggi masing-masing 9.40 ± 0.81 % dan 3.93 ± 0.30%. Komposisi
susu kerbau lebih tinggi dibandingkan susu sapi memiliki kadar air sebesar
86%-88% (Barlowska et al. 2011). Kadar air yang tinggi menunjukkan bahan
kering yang rendah, tingginya bahan kering dapat menghasilkan keju Mozarella
yang lebih banyak karena memiliki kadar lemak dan protein yang lebih tinggi.
Rendemen
pH susu, dadih serta jumlah whey, pH dadih dan keju selama proses
pengolahan keju Mozarella disajikan pada Tabel 10. Hasil pada pengolahan keju
Mozarella menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada pH susu,
dadih, pH dadih, keju dan rendemen yang dihasilkan (P<0.05). Rendemen keju
tertinggi yang dihasilkan yaitu 11.17 % dan terendah 10.46%. Besarnya rendemen
keju yang dihasilkan masih diatas penelitian yang dilakukan pada susu sapi oleh
Metzger et al. (2000) yaitu 6.91%-7.45 % dan penelitian Rudan et al. (1999) yaitu
6.59%-9.20%, sedangkan rendemen yang dihasilkan oleh Rehman et al. (2003)
yaitu sebesar 10.34%.
Bahan kering (Total solid) susu kerbau sungai pada penelitian ini
mencapai sekitar 15.70 %-17.88 %, akan tetapi rendemen masih belum mencapai
17
titik efisiensi karena banyaknya bahan yang terbuang. Rendahnya rendemen dapat
disebabkan hilangnya lemak bersama whey yang disebabkan rendahnya pH dan
proses pemanasan yang terjadi pada saat pembuatan keju Mozarella. Penambahan
asam sitrat pada penelitian ini menurunkan pH susu sampai 5.0 pada susu
Patumbak dan menurunkan pH sampai 5.2 pada susu Lubuk Pakam dan
Siborong-borong. Fox et al. (2000) menyatakan pH yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi yang membuat dadih yang dihasilkan lembek dan rapuh sehingga
lemak dan kasein hilang bersama whey. Jana and Mandal (2011) menyatakan
dengan perbedaan pH whey 6.2, 5.9 dan 5.3, konsentrasi abu dan phospor pada
keju menurun dengan turunnya pH whey, namun pH 5.3 merupakan yang terbaik
jika dilihat dari rendemen dan kalsium yang dihasilkan.
pH pada keju Patumbak berada pada kadar terendah dan menghasilkan
rendemen yang lebih rendah (10.46%). Merzger et al. (2000) melaporkan bahwa
terjadi penurunan rendemen yang dihasilkan sebanyak 2.5% dengan penurunan
pH sebesar 0.2.
Kimia keju
Komposisi kimia keju (Tabel 11) memperlihatkan perbedaan signifikan
pada kadar lemak, protein dan kadar abu (P<0.05), namun tidak ada perbedaan
signifikan pada kadar air (P>0.05). Kadar lemak tertinggi terdapat pada Lubuk
Pakam yaitu 10.13 ± 2.36%, sedangkan Patumbak memiliki kadar lemak sangat
rendah yaitu 3.79 ± 0.99%, rendahnya kadar lemak pada keju disebabkan oleh
banyaknya lemak yang terbuang di whey pada saat koagulasi dan pada pemuluran
dengan air panas.
Tabel 11. Rataan komposisi kimia keju Mozarella dari susu kerbau sungai
Lokasi Peternakana
Komponen Keju Rataan
Patumbak Lubuk Pakam Siborong- borong
Kadar Air (%) 50.44 ± 1.31a 49.72 ± 0.67a 48.97 ± 2.82a 49.71 ± 0.74
Kadar Lemak (%) 3.79 ± 0.99a 10.13 ± 2.36b 8.92 ± 5.21b 7.61 ± 3.36
Kadar Protein (%) 29.07 ± 1.64b 26.24 ± 2.01a 24.88 ± 2.52a 26.73 ± 2.14
Bahan Kering (%) 49.56 ± 1.31a 50.28 ± 0.67a 51.04 ± 2.82a 50.29 ± 0.74
Lemak dalam
Bahan Kering (%)
7.70 ± 2.20a 20.15 ± 4.68b 17.07 ± 9.31b 14.97 ± 6.48
Abu (%) 2.38 ± 0.28b 1.96 ± 0.30a 1.76 ± 0.22a 2.03 ± 0.32
pH 5.00 ± 0.12a 5.20 ± 0.08b 5.20 ± 0.08b 5.13 ± 0.12
a
Angka-angka pada baris yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda menyatakan terdapat
perbedaan nyata pada taraf uji 5% (Uji selang berganda Duncan)
Tabel 12. Standar keju Mozarella menurut USDA (2005) dan McMahon (2006)
Komponen Keju USDA (2005) McMahon (2006)
Kadar Air (%) 52.0 – 60.0 46.0
Kadar Lemak (%) ≤ 10.8 23.0
Garam (%) 1.2 1.2
pH 5.3 5.1-5.4
Kadar lemak keju olahan tergantung dari kadar lemak keju alami yang
digunakan, namun dalam proses pembuatan keju olahan terdapat kemungkinan
lemak keluar dari keju olahan selama proses pemanasan apabila temperatur lebih
dari 80 ºC. Sehingga semakin tinggi temperatur pemanasan maka semakin banyak
lemak yang keluar (Fox et al. 2000). Standar dari keju hanya dapat digunakan
sebagai pembanding, tapi tidak dapat menjadi acuan. Hal ini disebabkan jenis dan
metode pembuatan keju yang berbeda. Hal ini disebabkan jenis dan metode
pembuatan keju yang berbeda. Menurut USDA (2007) untuk keju Mozarella
rendah kadar air, kadar air harus lebih besar dari 45% namun harus sama atau
kurang dari 50% dengan pH 5.0-5.4.
Tekstur keju
Pengujian Tekstur Keju (Texture Analysis) dalam penelitian ini yaitu
tingkat kekerasan (Hardness) dan tingkat kelengketan (adhesiveness) keju
Mozarella disajikan pada Tabel 13. Hasil analisis tingkat kekerasan menunjukkan
perbedaan signifikan pada tingkat kekerasan keju di tiga lokasi peternakan
(P<0.05). Tingkat kekerasan tertinggi dihasilkan di Patumbak, dengan rataan
866.1 g.f dan tingkat kekerasan terendah dihasilkan di Lubuk Pakam yaitu sebesar
430.2 g.f.
Tabel 13, tingkat kelengketan keju Mozarella terendah yaitu pada keju Patumbak
dan keju dengan tingkat kelengketan tertinggi adalah Siborong-borong. Keju
Patumbak diketahui memiliki tingkat kekerasan paling tinggi dan memiliki tingkat
kelengketan paling rendah.
Perbedaan Kualitas keju dari beberapa hasil penelitian disajikan pada
Tabel 14. Perbedaan yang besar terjadi pada kadar protein dan kadar lemak keju.
Tekstur kekerasan dan kelengketan hampir sama dengan tekstur pada Siborong-
borong dengan kekerasan sebesar 504.9 g.f dan kelengketan sebesar 62.4 g.s.
A B
PM
PM
C D
PM F
F
Uji Organoleptik
Dari data uji hedonik pada Tabel 15 diindikasi bahwa untuk parameter
warna, aroma, tekstur dan rasa memiliki nilai teratas paling disukai oleh panelis.
Daya terima diukur dari data keseluruhan dari organoleptik, Menurut Winarno
(2002), pengaturan terhadap cita rasa untuk menunjukkan penerimaan konsumen
terhadap suatu bahan pangan umumnya dilakukan dengan alat indera manusia.
Daya terima terhadap suatu makanan ditentukan oleh rangsangan yang timbul
oleh makanan melalui panca indera penglihatan, penciuman, pencicipan dan
pendengaran. Rangsangan citarasa yang ditimbulkan oleh makanan adalah faktor
utama yang akhirnya mempengaruhi daya terima terhadap makanan. Pada Tabel
15 menunjukkan tingkat daya terima panelis dari nilai rataan menurut prioritas
utama keju dengan nilai minimal penerimaan terhadap keju yaitu
disukai/disenangi oleh panelis dengan penilaian normal sampai suka sekali. Di
dapat bahwa 67.9% panelis menyukai keju Mozarella dari patumbak dan 69.8 %
menyukai keju Lubuk Pakam. 79.4 % panelis menyukai keju Siborong-borong.
Hal ini menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai tekstur keju dengan tingkat
kelengketan lebih tinggi dengan tingkat kekerasan 504.9 g.f. (tidak terlalu
lembek).
Dari uji mutu hedonik tekstur, nilai tertinggi yaitu pada keju Patumbak
dalam artian memiliki teksur yang lebih keras dibandingkan dua keju lainnya yang
memiliki tekstur yang lebih kenyal. Untuk uji mutu hedonik rasa, nilai tertinggi
adalah pada keju Siborong-borong, keju Patumbak dan keju Lubuk Pakam
memiliki rata-rata nilai 1.3 yang berarti keju dari dua tempat ini tidak memiliki
rasa asin, hal ini disebabkan oleh tekstur yang keras dan kadar lemak yang kurang,
sehingga kurangnya penyerapan garam pada saat perendaman keju pada air
garam. Untuk keju Siborong-borong masih memiliki rasa asin karena penyerapan
garam pada keju berlangsung namun kurang baik. Dari pembahasan nilai rataan
22
dari 20 panelis diketahui bahwa panelis lebih menyukai warna kuning pada keju,
aroma sedikit berbau susu, tekstur kenyal dan rasa keju yang asin.
Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas susu berbeda antar
tiga lokasi peternakan. Kuantitas dan kualitas susu kerbau sungai lebih baik
daripada susu sapi. Susu kerbau mengandung lebih tinggi kadar lemak, protein
dan bahan kering dibandingkan dengan susu sapi. Tingginya kadar lemak dan
bahan kering merupakan bahan ideal untuk pengolahan dalam rangka penambahan
nilai produk susu seperti keju. Dilihat dari komposisi kimia dan kekayaan
nutrisinya, susu kerbau sungai di Sumatera Utara memiliki potensi yang besar
untuk pengembangan industri susu lokal demi memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sanitasi dan kebersihan kandang perlu ditingkatkan karena perhitungan mikroba
pada susu mencapai 5x105 cfu/ml, hal ini perlu ditekan guna memenuhi keamanan
pangan yang dikonsumsi.
Terdapat perbedaan signifikan dari kadar protein dan bahan kering tanpa
lemak susu kerbau sungai, perbedaan signifikan pada kadar air dan lemak pada
susu untuk bahan keju, dan perbedaan kadar lemak, protein dan abu pada keju
Mozarella. Didapatkan bahwa susu kerbau sungai memiliki nilai PDCAAS
sebesar 76.0%. Keju yang terbaik berasal dari Lubuk pakam dan Siborong-borong
yang masing-masing memiliki rendemen keju yang lebih banyak (11.50% dan
11.17%), kadar lemak yang lebih tinggi (10.13 ± 2.36 % dan 8.92 ± 5.21 %),
tekstur yang lebih lunak (430.2 ± 54.67 gf.s dan 504.9 ± 131.5 gf.s). Keju
Mozarella Siborong-borong lebih disukai oleh panelis (79.4%) dengan mutu keju
berwarna agak kuning, agak berbau susu, agak lunak dengan rasa sedikit asin.
Dari hasil organoleptik keju Mozarella, tekstur dan rasa berpengaruh terhadap
tingkat kesukaan konsumen.
Saran
penelitian Karakteristik susu kerbau sungai dan rawa di Sumatera Utara yang
diketuai oleh Prof Dr Ir Evy Damayanthi, MSi.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of official analytical chemists. 2005. Official Methods of
Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Edisi ke-18.
Washington DC (US):Horwitz William Publisher.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Basis data statistik populasi kerbau.
http://www.BPS.com [18 April 2013].
Ayesha S, FM Anjum, N Huma, H Nawaz. 2008. Quality evaluation of
Mozzarella cheese from different milk Sources. Pakistan J Nutr.
7(6):753-756.
Barbano DM, Sherbon JW. 1980. Polyunsaturated protected lipid: Effect on
triglyceride molecular weight distribution. J Dairy Sci. 63:731-740.
Barlowska J, Szwajkowska M, Litwinczuk Z, Krol J. 2011. Nutritional value and
technological suitability of milk from various animal species used for dairy
production. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety,
10:291-302
Boutrif E. 1991. Recent developments in protein quality evaluation. Food Nutr
Agric 1:36-40.
Bryant A, Z Ustunol, J Steffe. 1995. Texture of cheddar cheeses as influenced by
fat reduction. J Food Sci. 60:1216-1219.
Buriti FCA, Cardarelli HR, Filisetti Tullia MCC, Saad SMI. 2007. Synbiotic
potential of fresh cream cheese supplemented with inulin and Lactobacillus
paracasei in co-culture with Streptococcus thermophilus. Food Chem.
104 :1605-1610.
Christie W. 1995. Composition and Structure of Milk Lipids. In: Fox PF, editor
Advanced Dairy Chemistry. 2nd ed. London: Chapman & Hall.
CNIEL, L’économie laitière en chiffres, Éditions 1998 à 2007, Centre National
Interprofessionnel de l’Économie Laitière, Paris, France.
Corradini SA da S, Madrona GS, de Souza NE, Bonafe EG, Carvalho CB, do
Prado IN. 2013. Sensorial characteristics and fatty acid mozzarella cheese
from milk of crossbred cows fed with palm oil and coconut fat. Acta
Scientiarum. Technology. Maringá, v. 35, n. 4:789-795
Dirjen Peternakan. 2013. Populasi kerbau berdasarkan Provinsi. Direktorat
Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Available
at http://www.deptan.go.id
Edwards PB, Creamer LK, Jameson GB. 2009. Structure and stability of whey
proteins. Di dalam: Thompson A, Boland M, Singh H, editor. Milk
Proteins: From Expression to Food. San Diego:Academic Press.
EU Directive 92/46/EEC. 2004. Health rules for the production and placing on the
market of raw milk, heat-treated milk and milk-based products. EU: EU
Directive.
FAO/WHO, 1991. Protein Quality Evaluation in Human Diets. Report of a joint
FAO/WHO Expert Consultation. Rome, foot and agriculture organization of
the united nations, (FAO food and nutrition paper no.51)
24
FAO/WHO/UNU. 2007. WHO Technical Report Series 935. Protein and Amino
Acid Requirements in Human Nutrition; Report of a Joint FAO/WHO/UNU
Expert Consultation.
Fox PF, TP Guinee, TM Cogan and PLH McSweeney. 2000. Fundamentals of
Cheese Science. Aspen Publishers, Inc. Maryland.
GB 19301-2003. 2003. Hygenic Standard for Raw Milk. Beijing, China: China
National Standard.
Graciela C-J, Francisco A. Vázquez-Ortiz and M I. Grijalva-Haro. 2013. Amino
acid composition, score and in vitro protein digestibility of foods commonly
consumed in Norhwest Mexico. Coordinación de Nutrición. Centro de
Investigación en Alimentación y Desarrollo. Hermosillo. Sonora. México.
Nutr Hosp. 28(2):365-371.
Han X, Frank LL, Lanwei Z, Mr Guo. 2012. Chemical composition of water
buffalo milk and its low-fat symbiotic yogurt development. Functional
foods in health and disease. 2(4):86-106. Available at:
functionalfoodscenter.net/files/50948434.pdf
Jana AH, PK Mandal. 2011. Manufacturing and quality of Mozzarella cheese: A
Review. J Dairy Sci. 6:199-226.
Jenkins TC, McGuire MA. 2006. Major advances in nutrition: Impact on milk
composition, J. Dairy Sci. 89:1302-1310.
Jenny E. 1992. Isolasi Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Hasil Limbah Industri
Pengolahan Ikan Tuna. Bogor: Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu
Pangan, Bogor (ID). Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Jensen RG, Newburg DS. 1995. Bovine Milk Lipids. In: Jensen RG, ed. Handbook
of milk composition. London (UK). Academic Press: 543-75.
Jensen RG. 2002. The composition of bovine milk lipids: January 1995 to
December 2000. J Dairy Sci. 85:295-350.
Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press. Hal 1-12.
Kuo MI, Gunasekaran S. 2003. Effect of frozen storage on physical properties of
pasta filata and non-pasta filata Mozzarella cheeses. J Dairy Sci. 86:1108-
1117. doi:10.3168/jds.S0022-0302(03)73693-5.
Kuo MI, Gunasekaran S. 2009. Effect of freezing and frozen storage on
microstructure of Mozzarella and pizza cheeses. J Food Sci Technol.
42(2009):9-16.
Kusumo S, M Hasanah, S Moeljopawiro, M Thohari, Subandriyo, A Hardjamulia,
A Nurhadi, H Kasim. 2002. Pedoman pembentukan komisi daerah dan
pengelolaan plasma nutfah. Komisi Nasional Plasma Nutfah, Badan Litbang
Pertanian Departemen Pertanian.
Lien J, Taylor DG, Borggaard D. 1995. Management of underwater explosions in
areas of high whale abundance. In: MARIENV ’95: Proceedings of the
International Conference on Technologies for Marine Environment
Preservation. pp. 627-632. Organized by The Society of Naval Architects of
Japan, 24-29 September 1995, Tokyo, Japan.
Lindmark-Mansson H, Fonden R, Pettersson HE. 2003. Composition of Swedish
dairy milk. Swedish Dairy Association. Internat Dairy J. 13:409-425.
doi:10.1016/S0958-6946(03)00032-3
Lucey JA, Johnson ME, Horne DS. 2003. Perspectives on the basis of the
rheology and texture properties of cheese. J Dairy Sci. 86:2725-2743.
25
LAMPIRAN
Peternakan ini memiliki 108 ekor kerbau sungai (jantan dan betina). Pada
Tabel 18. disajikan keadaan umum peternakan di Lubuk Pakam.
Komponen
Lokasi pH Rendemen
Whey (l) Dadih (g) pH Dadih Keju (g)
Susu (%)
Patumbak 6.5±0.05a 3.13±0.10 960±29.44a 5.00±0.12a 418.3±44.18a 10.46a
Lubuk Pakam 6.7±0.05b 2.98±0.05 1010±27.08ab 5.20±0.08b 459.9±22.92b 11.50b
Siborong-
6.7±0.05b 3.00±0.08 1030±36.51b 5.20±0.08b 446.6±28.23b 11.17b
borong
30
RIWAYAT HIDUP