Anda di halaman 1dari 8

KUIS

MATA KULIAH MANAJEMEN KINERJA


MANAJEMEN REGULER GANJIL

Kinerja Individu dalam Kelompok pada Lembaga Kemahasiswaan Economics


English Club (EEC) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Renja Wahyu Saputra
1711011071

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
BAB I
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.1 Pengertian Kinerja Individu dalam Kelompok

Manajemen kinerja individu merupakan suatu siklus proses manajemen untuk


mengukur kinerja individu yang bekerja di suatu kelompok organisasi. Siklus ini terdiri
atas tiga proses utama, yaitu perencanaan kinerja individu, di mana atasan
menyampaikan ekspektasinya kepada karyawan dalam bentuk ukuran dan target untuk
dicapai; pengelolaan kinerja individu, di mana karyawan melakukan tugas dan
tanggung jawabnya dan atasan memantau kinerja karyawan tersebut; dan evaluasi
kinerja individu, di mana kinerja karyawan dievaluasi dan dibandingkan
pencapaiannya dengan ukuran dan target yang sudah ditetapkan.

Sekalipun bukan lagi merupakan barang baru dalam organisasi, bukan berarti tidak
ada isu atau kendala yang ditemui organisasi ketika mengimplementasikan manajemen
kinerja individu. Berikut beberapa isu yang umumnya terjadi. Pada proses
perencanaan, muncul isu ketidakjelasan ukuran kinerja yang diharapkan. Ketika atasan
menyampaikan ekspektasi organisasi terhadap karyawan, ekspektasi tersebut
seringkali hanya disampaikan secara ambigu, tidak dituangkan dalam ukuran dan target
yang jelas, sehingga karyawan meninggalkan sesi perencanaan dengan kebingungan,
apa yang diharapkan organisasi dari dirinya untuk dicapai dan bagaimana
mencapainya.

Isu lain dalam sesi perencanaan adalah apa yang disebut dengan misalignment.
Banyak organisasi mendapati kejadian di mana karyawan-karyawannya mendapatkan
nilai yang termasuk kategori “Baik Sekali”, namun ternyata organisasi tidak mencapai
targetnya. Demikian pula sebaliknya, ada organisasi yang mengalami kejadian di mana
organisasi mencapai targetnya, namun karyawan tidak demikian. Kondisi ini terjadi
karena pada saat perencanaan kinerja individu, ukuran dan target yang diberikan
kepada karyawan tidak selaras dengan ukuran dan target organisasi.

Isu berikutnya dalam manajemen kinerja adalah dalam proses pengelolaan kinerja
individu, di mana banyak organisasi mengabaikan proses ini sama sekali. Pada saat
proses perencanaan kinerja, atasan memberikan ukuran dan target kepada karyawan di
awal tahun, kemudian berkata “sampai jumpa tahun depan”. Padahal proses ini justru
penting untuk menangkap adanya peringatan dini (early warning) mengenai
ketidaktercapaian target individu, dan melakukan intervensi yang diperlukan untuk
membawa kinerja individu kembali ke jalurnya, sebelum menyimpang semakin jauh
dari target.

Proses terakhir dalam manajemen kinerja individu, yaitu evaluasi kinerja individu,
juga memiliki isu tersendiri. Proses evaluasi kinerja yang seharusnya dapat mendorong
kinerja dan motivasi karyawan apabila dilakukan dengan benar, justru sering
disepelekan, sehingga sesi evaluasi hanya menjadi sesi pelaporan yang membosankan.
Di sisi lain, ada karyawan yang memandang proses evaluasi kinerja sebagai sesi yang
menakutkan dan cenderung dihindari, karena dalam sesi evaluasi karyawan merasa
dihakimi dan dicari-cari kesalahannya.

Jika isu-isu tersebut di atas masih terjadi pada organisasi, maka penerapan
manajemen kinerja individu belum dilakukan dengan benar sehingga belum
memberikan manfaat yang optimal. Apabila dilaksanakan dengan benar, organisasi
bukan hanya dapat memastikan bahwa karyawannya melakukan tugas dan tanggung
jawabnya sesuai dengan harapan, tetapi juga menggali dan mengatasi isu-isu kinerja
karyawan, meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, dan pada akhirnya
memastikan organisasi mencapai target kinerjanya.

1.2 Fasilitas Sosial


Fasilitas social merupakan suatu kecenderungan bahwa kehadiran orang lain
kadang-kadang meningkatkan kinerja individu dan pada waktu yang lain
menghalanginya (Greenberg dan Baron, 2003:284). Kata fasilitas sebenarnya
menunjukan makna perbaikan dalam kinerja. Para ilmuan menggunakan fasilitas sosial
untuk perbaikan kinerja atau pembatasan kehaidran orang lain.

Kehadiran orang lain dapat meningkatkan perkembangan yang selanjutnya


meningkatkan kecenderungan orang untuk menunjukan respons secara dominan.
Apabila respons dipelajari dengan baik, kinerja akan membaik. Akan tetapi, apabila
dibiarkan, kinerja akan memburuk. Seseorang yang bekerja sendiri prestasinya dapat
berbeda dengan apabila bekerja bersama orang lain dalam kelompok. Kinerjanya dapat
menjadi lebih baik dan meningkat, namun sering kali menjadi merosot apabila salah
dalam mnanganinya.

1.3 Social Loafing


Social Loafing atau kemalasan sosial adalah kecenderungan penurunan usaha atau
kinerja seseorang yang disebabkan oleh kehadiran orang lain atau saat di dalam
kelompok dibanding ketika bekerja secara individu, independen atau seorang diri.
Istilah social loafing dikenalkan pertama kali pada tahun 1979 oleh Latane, Williams
& Harkins dalam jurnal psikology berjudul Many hands make light the work: The
causes and consequences of social loafing.

Social loafing merupakan kecenderungan individu untuk mengurangi motivasi dan


usahanya saat bekerja dalam kelompok atau secara kolektif dibandingkan saat bekerja
sendiri. Mereka menurunkan usaha mereka karena yakin tugas tersebut juga dikerjakan
oleh orang lain (Karau dan Williams, 1993).
Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2004), social loafing adalah membiarkan orang
lain melakukan pekerjaan saat menjadi bagian dari kelompok. Social loafing cukup
umum terjadi dalam berbagai tugas, baik yang bersifat kognitif maupun yang
melibatkan usaha fisik. Social loafing memiliki dampak negatif, terutama bagi
organisasi maupun kelompok. Salah satu dampak negatif dari social loafing adalah
berkurangnya performa kelompok (group performance).

1.3..1 Faktor Penyebab Terjadinya Social Loafing


Menurut Latane, Williams dan Harkins (1979), terdapat beberapa faktor
yang menjadi sebab terjadinya social loafing, yaitu sebagai berikut:

1. Atribusi dan kesetaraan,


2. Pengaturan sasaran tidak maksimal,
3. Evaluasi kelompok,
4. Kohesi kelompok,
5. Distribusi Keadilan,
6. Kolektivitas Individu,
7. Kinerja rekan kerja,
8. Motivasi berprestasi,
9. Ukuran Kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Economics English Club (EEC) FEB Universitas Lampung

Economics English Club (EEC) adalah salah satu lembaga kemahasiswaan yang
terdapat dalam lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Organisasi ini bergerak dalam bidang bahasa inggris. Terbuka bagi seluruh
mahasiswa/i aktif yang di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Saat ini
EEc unila diketuai oleh Jovita Saras Putri mahasiswi manajemen angkatan 2016 dan
memiliki 3 divisi, 2 biro, dan tim council atau pengawas organisasi. EEC Unila aktif
mengikuti berbagai kompetisi berbahasa inggris dan sering membawa gelar juara baik
ditingkat nasional mapun internsional.

Disamping mengikuti berbagai perlombaan keluar organisasi, EEC juga pernah


mengadakan event-event perlombaan yang banyak diikuti oleh berbagai universitas di
seluruh Indonesia. Diantaranya adalah EEC English Battle (EEB) serta EEC In Action
(EIA) yang berskala regional maupun nasional. Selain mengadakan kegiatan
perlombaan bagi peserta di luar organisasi, EEC juga mengadakan perlombaan di
internal organisasinya yakni Internal Competition. Dimana kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk menjaring bibit-bibit dalam organisasi yang nantinya akan
diikutsertakan pada event-event perlombaan ke luar organisasi.

2.2 Kinerja dalam Kelompok pada EEC FEB Universitas Lampung

EEC Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung memiliki Visi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi mereka, yaitu:
Vision : To empower english competency in FEB Unila, specially in EEC through
brotherhood and professional effort, which can lead to a competitive and competent
English Club among the others.

Makna dari visi mereka adalah memberdatakan kemampuan berbahsa inggris dalam
lingkungan FEB Unila melalui EEC serta menjadi Organisasi baha inggris uang unggul
dan kompetitif dalam lingkungan kampus Unila. Dengan memiliki visi tersebut arah
kinerja EEC dalam mencapai tujuan menajdi lebih jelas dan terarah. Sehinggan dalam
penggelolaan sumber daya yang mereka miliki dapat dilakukan dengan efektif.
Seperti apa yang telah dibahas sebelumnya bahwa EEC dalam keorganisasiannya
memiliki 3 Divisi, 2 Biro, dan tim Council atau pengawas, dimana pengawas tersebut
masing-masing mengawasi kinerja biro dan divisi di dalam EEC. Pada setiap divisi dan
biro dalam EEC pada prakteknya dikerjakan secara berkelompok, dimana dalam setiap
divisi maupun biro memiliki struktur organisasinya sepeti sekretaris divisi dan biro
serta anggota divisi maupun biro. Dengan membagi pekerjaan secara berkelompok
seperti ini maka pekerjaan tersebut akan lebih mudah dikerjakan. Seperti yang
disebutkan dalam teori mengenai pekerjaan inividu dalam kelompok pada bab
sebelumnya, bahwa evaluasi merupakan hal yang paling penting namun sering
terabaikan dalam pelaksanaanya. Lalu, bagaimana keadaan tersebut di dalam
organisasi EEC?.
Pada pelaksanaannya organisasi EEC menerapkan evaluasi sebagai alat
pengukuran kinerja pada setiap kegiatan yang mereka lakukan. Hal ini dilakukan pada
saat akhir kegiatan berlangusung yang mana sering disebut oleh para anggota EEC
sebagai “eval” diaman eval yang merka maksudkan ini adalah evaluasi. Evaluasi
tersebut berupa penialian atau pengkuran apakah suatu kegiatan atau program yang
telah dilakukan berhasil atau tidak, apa sajakah hal-hal yang menjadi kendala,
keunggulan seperti apa yang harus dipertahankan, sebagai bahan untuk mengadakan
kegiatan dan program dimasa mendatang. Sehingga kekurangan-kekurangan yang telah
terjadi pada kegiatan yang telah dilakukan tidak terulang kembali.

2.2 Fasilitas Social pada EEC FEB Universitas Lampung

Pada teori fasilitas disebutka bahwa Kehadiran orang lain dapat meningkatkan
perkembangan yang selanjutnya meningkatkan kecenderungan orang untuk
menunjukan respons secara dominan. Apabila respons dipelajari dengan baik, kinerja
akan membaik. Akan tetapi, apabila dibiarkan, kinerja akan memburuk. Hal ini
diterapkan oleh EEC pada saat kepanitian kegiatan atau program organisasi yang akan
mereka lakukan. Pada saat membentuk kepanitian suatu kegiatan tentulah
membutuhkan banyak anggota, hal yang dilakukan EEC untuk menarik para anggota
tersebut adalah membentuk hubungan antar anggota satu dengan yang lain jauh-jauh
hari sebelum kegiatan tersebut dilaksakan. Sehingga ketika salah satu anggota
dijadikan panitia kegiatan yang akan dilakukan maka anggota lainnya dengan senang
hati akan bersedia menjadi panitia kegiatan pula. Fasilitas social merupakan suatu
kecenderungan bahwa kehadiran orang lain kadang-kadang meningkatkan kinerja
individu dan pada waktu yang lain menghalanginya. Sehingga jika hubungan antar para
anggota tidak dibina dengan baik maka akan menghalangi terjadinya fasilitas social ini,
maka penting bagi organisasi untuk membangun hubungan baik antar para anggotanya
sehingga timbul kecenderungan positif untuk meningkatkan kinerja organisasinya.

2.3 Social Loafing pada EEC FEB Unila

Kemalasan social adalah suatu kewajaran dalam suatu organisasi. Begitupun


dengan EEC. Hal ini merupakan kebalikan dari fasilitas social. Jika fasilitas social
adalah kecendrungan peningkatan kinerja karena kehadiran orang lain, maka social
loafing adalah penurunan kinerja karena kehadiran orang lain. Oleh karena itu, penting
dilakukan untuk membangun hubungan baik antar para anggota organisasi agar hanya
fasilitas social yang terjadi sehingga akan meningkatkan kinerja dalam organisasi.
Berikut adalah aspek-aspek social loafing :

1. Menurunnya motivasi individu untuk terlibat dalam kegiatan kelompok.


Seseorang menjadi kurang termotivasi untuk terlibat atau melakukan suatu
kegiatan tertentu pada saat orang tersebut berada dalam keadaan bersama-sama
dengan orang lain. Mereka kurang termotivasi untuk terlibat dalam diskusi
karena berada dalam lingkungan di mana ada orang lain yang mungkin mau
melakukan respon yang kurang lebih sama terhadap stimulus yang sama.
2. Sikap pasif. Anggota kelompok lebih memilih untuk diam dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk melakukan usaha kelompok.
3. Pelebaran tanggung jawab. Usaha untuk mencapai tujuan kelompok
merupakan usaha bersama yang dilakukan oleh para anggotanya.
4. Free ride atau mendompleng pada usaha orang lain. Individu yang
memahami bahwa masih ada orang lain yang mau melakukan usaha kelompok
cenderung tergoda untuk mendompleng (free ride) begitu saja pada individu
lain dalam melakukan usaha kelompok tersebut.
5. Penurunan kesadaran akan evaluasi dari orang lain. Pemalasan sosial dapat
juga terjadi karena dalam situasi kelompok terjadi penurunan pada pemahaman
atau kesadaran akan evaluasi dari orang lain (evaluation apprehension) terhadap
dirinya.
BAB III
KESIMPILAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya EEC adalah organisasi yang baik terbukti dengan adanya
pengelolaan sumber daya manusia yang dimiliki dengan baik dengan diterapkannya
pengukuran kinerja pada setiap kegiatan atau program yang telah dilakukan. Cara
bagaimana fasilitas social tercipta dalam EEC juga dapat dijadikan contoh bagi
organisasi lain. Karena terbukti dengan adanya fasilitas social akan meningkatkan
kinerja organisasi, sebagaimana yang dilakukan oleh EEC. Adanya tim pengawas
dalam organisasi EEC berpengaruh dalam pencapaian kinerja mereka dengan adanya
hal tersebut pencapaian program dan tujuan menjadi lebih terarah dan tercapai sesuai
target.

3.2 Saran

Seperti yang kita ketahui permasalahan yang terjadi pada organisasi EEC FEB
Unila adalah adanya kemalasan social atau social loafing. Adapun saran dari penulis
untuk mengatasi permasalah tersbut adalah meperbaiki hunungan antar para anggota
EEC. Pada dasarnya social loafing muncul karena ketidaknayman yang timbul akibat
kehadiran seseorang sehingga menyembankan penuruna kinerja organisasi. Maka hal
pertama yang harus dilakukan adalah mencegah rasa ketidaknyamanan akan orang lain
itu muncul pada setiap anggota EEC. Uapaya pencegahan itu dapat dilakukan dengan
melakukan konseling kepada anggota, atau kegiatan-kegiatan bonding seperti liburan
bersama, berkumpul, dan sebagainya. Harapannya hubungan para anggota EEC dapat
terjalin dengan baik, sehingga menjadi organisasi yang solid sehingga dalam mengikuti
maupun melakukan kegiatan akan berjalan lancar.

Anda mungkin juga menyukai