Anda di halaman 1dari 13

COVER

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI PANGAN

Pembuatan Kefir Ditinjau dari Jenis Susu, Lama Fermentasi dan


Presentase Starter Kefir

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Bioteknologi

Dosen Pengampu

Dr. Dra. Siti Harnina Bintari, MS.

Dr. Noor Aini Habibah, S.Si., M.Si.

Disusun oleh: Kelompok IV

Anis Alfian Fitriani NIM. 0402518002


Muhamad Khoirurrais NIM. 0402518011
Isvana Dalaila NIM. 0402518014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (KONS. BIOLOGI)


PASACASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kita haturkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul “Pembuatan Kefir
Ditinjau dari Jenis Susu, Lama Fermentasi, dan Presentase Starter Kefir” yang dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu tugas bioteknologi pada jurusan pendidikan IPA konsentrasi
Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan proposal
tesis ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihal yang telah membantu baik selama proses penelitian dan penulisan. Ucapan
terimakasih ini disampaikan kepada:Dr. Dra. Siti Harnina Bintari, MS. Dan Dr. Noor Aini
Habibah, S.Si., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah bioteknologi, karena telah
membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan secara mendalam dan sabar.
Semoga makalah ini dapat memberkan manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
bagi yang membacanya khususnya pada bidang pendidikan ipa dan biologi di sekolah
maupun di perguruan tinggi. Sekian yang dapat penullis sampaikan, dan terimakasih
Wassalamuallaikum Wr. Wb.

Semarang, 05 November2019

Penulis

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Fermentasi Pangan .................................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Kefir ............................................................................................................................ 4
2.3 Proses Pembuatan Kefir .............................................................................................. 7
2.4 Manfaat Makanan Fermentasi (Kefir) ......................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan
berbagai jenis mikroba atau mikroorganisme yang menguntungkan yang bertujuan
untuk menghasilkan produk bahan pangan manusia. Bioteknologi pangan atau
makanan memanfaatkan mikroorganisme untuk melakukan pengelolaan makanan
dengan mengubah bahan makanan menjadi bentuk lain. Pendapat lain mengatakan
bioteknologi dalam bidang pangan merupakan cabang ilmu yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi dan lainnya) maupun produk dari
makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan bahan
pangan. Maka bioteknologi pangan dapat diartikan solusi bioteknologi dibidang
pangan, sejak dari mempersiapkan bahan sampai dengan pengolahannya menjadi
produk siap olah maupun siaphidang (Seprianto, 2017). Salah satu proses pengolahan
makanan yang memanfaatkan mikroorganisme yaitu fermentasi.
Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat
organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin,
2010). Proses fermentasi dibutuhkan starter sebagai mikroba yang akan ditumbuhkan
dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi
fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi (Prabowo, 2011).
Fermentasi membawa rasa yang unik dan bermanfaat bagi konsumen. Fermentasi
pangan didefinisikan sebagai makanan atau minuman yang dibuat melalui
pertumbuhan mikroba terkontrol dan konversi enzimatik dari komponen makanan
utama dan komponen kecil. Proses fermentasi makanan dapat dikategorikan
berdasarkan metabolit primer dan mikroorganisme utama yang terlibat yaitu
alkoholdan karbon dioksida (ragi), asam asetat (Acetobacter), asam laktat (bakteri
asam laktat (BAL) termasuk genera seperti Leuconostoc, Lactobacillus, dan
Streptococcus), asam propionat (Propionibacteriumfreudenreichii), dan amonia dan
asam lemak (Bacillus, kapang). Dalam beberapa proses fermentasi terdapat perbedaan
taksa strain dominan dan dinamika populasi selama pemrosesan yang terjadi secara

1
kompleks. Salah satu produk minuman yang menggunakan proses fermentasi yaitu
kefir.

Kefir adalah minuman yang kental dan sedikit berbuih dengan rasa asam yang
dibuat melalui fermentasi susu dengan kefir grain yang mengandung kompleks bakteri
asam laktat dan bakteri asam asetat serta ragi dalam bentuk matriks protein dan
polisakarida. Bakteri asam laktat membantu pelestarian produk melalui produksi asam
laktat, asam asetat dan senyawa antimikroba dan juga sifat organoleptik dengan
menghasilkan senyawa volatil seperti asetaldehida, exopolysaccharide atau asam amino
bebas. Ragi menghasilkan alkohol dan karbon dioksida dalam susu yang berkontribusi
terhadap rasa kefir.Komposisi dalam pembuatan kefir mengalami banyak variasi,
variasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor seperti jens kefir grain, jenis susu, lama
waktu fermentasi yang dibutuhkan, dan presentase starter yang digunakan. Makalah ini
membahas mengenai pembuatan kefir yang berkualitas ditinjau dari jenis susu, lama
fermentasi dan presentase starter kefir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana jenis susu sapi dan susu kambing terhadap kualitas kefir?
2. Bagaimana pengaruh lama fermentasi dalam membuat kefir?
3. Bagaimana presentase starter kefir grain dalam membuat kefir?
4. Apa saja faktor sebab kegagalan dalam pembuatan kefir?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikanjenis susu sapi dan kambing terhadap kualitas kefir.
2. Mendeskripsikan pengaruh lama fermentasi yang ideal dalam membuat kefir.
3. Mendeskripsikan presentase starter kefir yang ideal dalam membuat kefir.
4. Mengetahui faktor sebab kegagalan dalam pembuatan kefir.

2
2 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis susu yang dapat digunakan dalam membuat kefir


Kefir grains terdiri dari Bakteri Asam Laktat (BAL) dan khamir antara lain
Lactobacillus lactisdan Lactobacillus kefirgranumyang berperan dalam pembentukan
asam laktat, Lactobacillus kefiranofacien penyebab terjadinya penggumpalan,
Leuconostocpembentuk diasetil dan Candida kefirpembentuk etanol dan
CO2.Komposisi kimiawi kefir tergantung dari susu yang digunakan sebagai bahan
bakunya, antara lain protein 3,91%, laktosa 2,88%, lemak 2,57% dan etanol 0,94%.
Sifat fisik kefir mempunyai pH 3,77 –4,19, dengan derajad keasaman 1% rasa asam
segar yang terbentukselama proses fermentasi BAL (Anonymous, 2004 dan
Anonymous, 2008). Kefir yang dibuat dengan konsentrasi bibit kefir 3% dengan lama
simpan 3 hari akan menghasilkan kefir dengan kualitas yang sesuai dengan standar susu
fermentas.
Rataan kualitas kefir dengan jenis susu yang berbeda dengan level kefir grain 2%,
dengan suhu inkubasi 37o C lama inkubasi 24 jam meliputi pertambahan berat butiran
kefir (PBBK), pH, persentase asam laktat, dan kadar etanol disajikan pada Tabel 1.
Jenis susu yang berbeda berpengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap parameter pH,
persentase asam laktat dan kadar etanol kefir, tetapi menunjukan pengaruh yang nyata
terhadap PBBK (p<0,05). Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan susu yang
berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap pertambhan berat butiran kefir.

Kefir dari susu kambing menghasilkan persentase pertambahan berat butiran kefir
tertinggi (26,61%) dibandingkan dengan kefir susu sapi (22,36%). Perbedaan ini
disebabkan karena jenis kandungan yang terdapat pada susu kambing berbeda dengan
susu sapi sehingga memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat butiran kefir.
Menurut Lengkey (2002), bahwa pertambahan berat butiran kefir sangat dipengaruhi

3
oleh kandungan laktosa yang terdapat pada susu. Redahnya kandungan laktosa
menyebabkan rendahnya pertambahan berat butiran kefir.
Kandungan laktosa susu sapi 4,7% (g/100g) dan kandungan laktosa pada susu
kambing 4,8% (g/100g) hal ini disebabkan oleh jenis bakteri asam laktat dan yeast yang
digunakan. Kesimpulannya menunjukan bahwa jenis susu yang digunakan memberikan
pengaruh terhadap kualitas fisikomia kefir yakni terhadap PBBK, pH, persentase asam
laktat, dan kadar etanol. Kefir yang terbaik terbuat dari susu kambing dengan nilai pH
3,89, persentase asam laktat 0,14; pertambahan berat butiran kefir 26,61%, dan kadar
etanol 0,72% (Sulmiyati, et al., 2018)
2.2 Lama fermentasi dalam membuat kefir
a. Pemeraman / lama fermentasi terhadap kualitas protein pada kefir
Proses lama fermentasi menurut penelitian dari Susanti, 2014 yakni:
menyiapkan 12 botol plastik yang telah disterilkan. Masing-masing botol telah diberi
label sesuai dengan perlakuan. Masing-masing botol dimasukan kefir grains sebagai
staeter sebanyak 5% dan ditambahkan susu sapi yang dimasukan ke dalam masing-
masing botol yakni selama 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Setelah diperhatikan pada
waktu yang telah ditentukan maka dilihat dari lama fermentasi yang terjadi
mendapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1 menunjukan adanya perbedaan prosentase keandungan protein


tertinggi adalah pada perlakuan protein tertinggi pada perlakuan lama fermentasi
selama 24 jam sebesar 23,9730%. Susu sapi yang difermentasi dengan kefir grains
selama 24 jam menunjukan kadar protein yang paling tinggi, hasil penelitian ini
sesuai dengan yang dilakukan (Motaghi et al, 1997) bahwa susu kefir yang
difermentasi selama 24 jam adalah susu kefir yang terbaik. Susu kefir yang
difermentasi selama 24 jam memilki pH3,89 dan susu kefir yang fermentasi 36 jam
meiliki pH 3,01. Menurunkan nilai pH karena jumlah asam laktat yang dihasilkan
bakteri asam laktat semakin banyak dan terakumulasi di dalam susu yang
difermentasi sehingga menyebabkan nilai pH menurun. Hal ini disebabkan karena

4
fermentasi 12 jam kandungan protein lebih rendah dibangdingkan dengan fermentasi
24 jam, karena pada fermentasi 12 jam bakteri dan khamir sedang padafase adaptasi
sehingga pertumbuhan bakteri belum maksimal dan mengakibatkan jumlah bakteri
yang terdapat dalam susu fermentasi lebih 12 jam lebnih rendah (Susanti dan Sri, U.,
2014)
b. Pemeraman / lama fermentasi terhadap kualitas Bakteri Asam Laktat, Khamir
dan pH pada kefir

1) Bakteri Asam Laktat


Diketahui bahwa perlakuan T1 sampai T3 mengalami pertumbuhan bakteri
asam laktat yang semakin meningkat dan mulai menurun pada T4. Diduga bakteri
asam laktat mengalami penurun karena kadar asam pada kefir susu kambing
terlalu tinggi, dapat dilihat dari rerata drajat keasaman pH pada perlakuan T4 yang
sangat rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Viljoen (2001) yang menyatakan
bahawa meningkatnya populas bakteri asam laktat menyebabkan pH kefir turun
dan keasaman meningkat, sehingga bakteri asam laktat yang tidak tahan
keasaman terlalu tinggi akan mati atau tidka aktif. Penurunan jumlah bakteri
selain disebabkan oleh lama frementasi dan jumlah nutrisi juga dipengaruhi oleh
suhu selama proses fermentasi. Hal ini diperkuat oleh (Haryadi et al, 2013)
bahwa proses fermentasi selain dipengaruhi nutrisi dan waktu, kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor, suhu inkubasi (370C) sehingga akan berpengaruh
terhadap aktivitas mikrobiologis yang bekerja (Kinteki, et al., 2018)
2) Khamir
Diketahui bahwa jumlah khamir yang sesuai dengan standar yang baik pada
kefir susu berada pada perlakuan T1 dan T4 . Hal ini didukung oleh (Mubin dan
Zubaidah, 2016) bahwa standar total khamir untuk kefir susu minimal 104cfu/ml.
Ketika keasaman meningkat, bakteri asam tidak tahan keasaman terlalu tinggi
akan mati. Pada saat bersamaan ragi akan mengambil kesempatan menghidrolisis

5
laktosa, sehigga menghailkan CO2 dan alkohol. Senyawa OH dari alkohol akan
bereaksi dengan senyawa H+ dari asam laktat, sehingga keasaman kefir turun dan
pH meningkat. Kondisi ini menyebabkan bakteri asam laktat dapat tumbuh
kembali. Menurut Viljoen, 2001, bahwa ragi yang mempu memfermentasi laktosa
dapat memberikan nutrisi penting bagi pertumbuhan bakteri asam laktat seperti
asam amino dan vitamin, sehingga populasi bakteri asam laktat meningkat
kembali (Kinteki, et al., 2018)
3) pH
Kualitas susu fermentasi berdasarkan pH yang baik menurut Haryadi et al.,
(2013) adalah 3,8-4,6. Jika terjadi cukup banyak pengasaman oleh aktivitas
bakteri asam laktat maka pH susu dapat menurun. Perlakuan lama fermentasi
akan menyebakan pH semakin turun karena aktivitas BAL dalam memecah
karbohidrat menjadi asam laktat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat et al.,
(2013) bahwa selama proses fermentasi, bakteri asam laktat akan memfermentasi
karbohidrat yang ada hingga terbentuk asam laktat. Pembentukan asam laktat ini
menyebabkan peningkatan keasaman dan penurunan nilai pH. Kartikasari dan
Nisa (2016) bahwa asam laktat yang terbentuk akan disekresikan keluar sel dan
terakumulasi dalam media fermentasi sehingga makin lama waktu fermentasi,
jumlah total asam yang terakumulasi semakin meningkat dan menurunkan pH
(Kinteki, et al., 2018).
2.3 Presentase starter kefir
Bahan baku yang sudah lazim digunakan dalam pembuatan kefir adalah susu
segar utuh (whole milk) atau susu skim. Pembuatan kefir dapat disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan kandungan fungsional kefir yang diinginkan. Perlakuan tingkat
penambahan konsentrasi kefro grain dan lamanya inkubasi diharapkan dapat
menghasilkan jumlah mikroba yang dapat mencukupi kebutuhan probiotik dalam
tubuh. Jumlah mikroba yang dihasilkan dapat mempengaruhi kekentalan kefir dan
menghasilkan tingkat kesukaan yang diterima oleh konsumen.

Persentase yang diberikan pada proses pembuatan kefir yaitu (Safitri, dan
Swarastuti, 2013). Presentase konsentrasi kefir grain berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) bahwa jumlah koloni dalam susu fermentasi sebesar 1x106 (6 log
CFU/g). Perlakuan konsentrasi kefir grain yang digunakan yaitu (faktor A) a1=
konsentrasi penggunaan kefir grain 2,5% (v/v), a2 = konsentrasi penggunaan kefir grain

6
5% (v/v), a3 = konsentrasi penggunaan kefir grain 7,5% (v/v) dan a4 = konsentrasi
penggunaan kefir grain 10% (v/v). Dengan lama fermentasi (faktor B) b1= lama
fermentasi 8 jam, b2= lama fermentasi 16 jam dan b3= lama fermentasi 24 jam.

Tabel 1. Rerata jumlah total mikroba kefir susu skim dengan perlakuan
konsentrasi kefir grain dan lama inkubasi.

Hasil analisis ragam perlakuan konsentrasi kefir grain (faktor A) dan lama
inkubasi (faktor B) masing-masing memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05)
terhadap total mikroba kefir susu skim. Peningkatan pemberian konsentrasi kefir grain
dari level 2,5% (a1) ke 5% (a2) dan dari 5% (a2) ke 7,5% (a3) memberikan pengaruh
yang nyata terhadap total mikroba. Namun kenaikan konsentrasi dari 7,5% (a3) ke 10%
(a4) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap total mikroba. Jumlah
total mikroba kefir paling tinggi yaitu pada penggunaan kefir grain sebesar 10% dengan
lama inkubasi 24 jam (a2b3) dengan menghasilkan total mikroba sebesar 6,69 log
CFU/g. Maka berdasarkan tabel 1 menunjukkan makin besar pemberian presentase
kefrir grain makin tinggi total populasi mikrobanya. Hal ini karena semakin banyak
starter yang ditambahkan maka semakin banyak bakteri dan yeast yang terdapat pada
kefir susu skim. Peningkatan jumlah total mikroba kefir juga dapat terjadi karena
semakin lama masa inkubasi maka semakin banyak mikroba yang dapat tumbuh dan
berkembang sehingga jumlah total mikroba meningkat tiap perlakuan.

Faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan mikroba diantaranya yaitu suhu.


Suhu fermentasi kefir paling optimal yaitu pada suhu 370C. Faktor lain yaitu pH dan
keasaman kefir. Keasaman kefir mencapai 0,8% sedangkan pH kefir mencapai 4 – 5 .
pH kefir yang normal untuk perkembangan bakteri dan yeast adalah 4,6.

2.4 Faktor sebab kegagalan dalam pembuatan kefir


Kegagalan dalam pembuatan kefir merupakan peristiwa yang umum terjadi.

7
Sebab kegagalan terjadi karena faktor-faktor dari jenis susu, lama fermentasi dan kefir
grain yang digunakan. Berikut tabel sebab kegagalan dan cara mengatasinya
berdasarkan teknik pengolahan (Widodo, 2002).
Tabel 2. Sebab kegagalan pembuatan kefir dan cara mengatasinya
Masalah Kemungkinan sebab Cara mengatasi
Kefir tidak jadi
Susu pecah atau Susu dimasak terlalu lama Susu dimasak dengan api
menggumpal saat atau api terlalu besar kecil atau sedang. Diaduk
dimasak secukupnya. Susu yang
pecah tidak dapat
digunakan lagi karena
telah rusak. Oleh sebab
itu perlu diganti dengan
susu yang baru.
Rasa susu asam karena basi Diganti dengan susu yang
atau terkena larutan asam. baru. Pemasakan dan
penyimpanan di lemari
pendingin tak boleh lebih
dari 2 hari.
Rasa kefir kurang
Rasa kefir hambar Suhu fermentasi terlalu Suhu fermentasi diatur
tinggi (lebih dari 370C agar tetap berada pada
suhu optimal), suhu ideal 370C, agar
menyebabkan kefir grain pertumbuhan mikroba
memproduksi laktase dan kefir stabil.
asam asetat berkurang.
Rasa kefir terlalu asam Fermentasi telalu lama Fermentasi optimal kefir
lebih dari 36 jam dan suhu yaitu tidak lebih dari 36
fermentasi rendah dibawah jam dan Suhu fermentasi
250C 370C.

8
3 BAB III
KESIMPULAN

A. Jenis susu terbaik yang digunakan dalam pembuatan kefir yaitu susu kambing.
Perbandingan antara susu kambing dan susu sapi, susu kambing memiliki pH 3,89,
persentase asam laktat 0,14; pertambahan berat butiran kefir 26,61%, dan kadar etanol
0,72%.........
B. Lama Fermentasi ditinjau dari beberapa kandungan yang terdapat pada Saat fermentasi
yakni:
1. Protein; susu kefir yang difermentasi selama 24 jam adalah susu kefir yang terbaik.
Susu kefir yang difermentasi selama 24 jam memilki pH3,89 dan susu kefir yang
fermentasi 36 jam meiliki pH 3,01. karena pada fermentasi 12 jam bakteri dan khamir
sedang padafase adaptasi sehingga pertumbuhan bakteri belum maksimal dan
mengakibatkan jumlah bakteri yang terdapat dalam susu fermentasi lebih 12 jam
lebnih rendah.
2. Bakteri asam laktat; Senyawa OH dari alkohol akan bereaksi dengan senyawa H+ dari
asam laktat, sehingga keasaman kefir turun dan pH meningkat. Kondisi ini
menyebabkan bakteri asam laktat dapat tumbuh kembali
3. pH; Kualitas susu fermentasi berdasarkan pH yang baik (2013) 3,8-4,6. Karena asam
laktat yang terbentuk akan disekresikan keluar sel dan terakumulasi dalam media
fermentasi sehingga makin lama waktu fermentasi, jumlah total asam yang
terakumulasi semakin meningkat dan menurunkan pH
C. Peningkatan jumlah total mikroba kefir juga dapat terjadi karena semakin lama masa
inkubasi maka semakin banyak mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang sehingga
jumlah total mikroba meningkat tiap perlakuan. Faktor yang berpengaruh dalam
pertumbuhan mikroba diantaranya yaitu suhu. Suhu fermentasi kefir paling optimal yaitu
pada suhu 370C. Faktor lain yaitu pH dan keasaman kefir. Keasaman kefir mencapai
0,8% sedangkan pH kefir mencapai 4 – 5 . pH kefir yang normal untuk perkembangan
bakteri dan yeast adalah 4,6.
D. Faktor sebab kegagalan dalam pembuatan kefir berdasarkan teknik pengolahan, ditemui
masalah rasa kefir kurang asam ataupun hambar.

9
4 DAFTAR PUSTAKA
Evanuarini, H. (2010). Pengaruh duhu dan lama pemeraman pada inkubator terhadap kualitas
fisik kefir. Ilmu-ilmu Peternakan , 8-13.
Kinteki, et al. (2018). Pengaruh Lama Fermentasi Kefir Susu Kambing terhadap Mutu
Hedonik, Total Bakteri Asma Laktat (BAL), Totak Khamir dan pH. Teknologi
Pangan , 42-50.
Safitri, M.F., dan A. Swarastuti. (2013). Kualitas Kefir Berdasarkan Konsentrasi Kefir Grain.
J. Aplikasi Teknologi Pangan, 2(2).
Sulmiyati, et al. (2018). Perbandingan Kualitas Fisikomia Kefir Susu Kambing dengan Kefir
Susu Sapi. Jurlal Veteriner , 263-268.
Susanti dan Sri, U. (2014). Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Susu
Kefir Sebagai Bahan Penyusun Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Biokimia. Florea ,
41-46.
Wahyu. (2002). Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Perkembangan BioteknologiUniversitas
Muhammadiyah Malang.

10

Anda mungkin juga menyukai