ruam kulit pada pengguna diaper di Balita atau bayi dibawah lima daerah Lamongan menunjukkan tahun adalah anak yang telah bahwa 66.7% dari anak usia 0-5 memasuki usia di atas satu tahun dan tahun yang menggunakan diaper dibawah 5 tahun.1 Balita merupakan memiliki ruam kulit di tempat yang istilah yang umum bagi anak usia 1-3 memiliki kontak langsung dengan tahun (batita) dan anak prasekolah diaper, dimana terjadinya ruam ini (3-5 tahun). Usia 0-5 tahun dikaitkan dengan frekuensi merupakan anak yang masih sering penggunaan diaper, dimana 88.24% memakai diaper sehari-harinya.2 anak yang memiliki ruam mengaku Jumlah balita di Indonesia sering menggunakan diaper (r=0.04; diperkirakan mencapai 30% dari p=0.000).7 Ruam pada anak yang total penduduk dan sekitar 75 juta menggunakan diaper dapat balita dikatakan sulit untuk dihasilkan dari iritasi akibat kontak mengontrol buang air besar dan bahan kimia dalam diaper dengan buang air kecil nya sehingga kulit maupun karena adanya infeksi mendorong penggunaan diaper pada jamur seperti kandidiasis pada lokasi balita.3 Studi yang dilakukan oleh yang lembab akibat tertutup diaper Wanner dkk juga menunjukkan yang terisi urin dan material fekal bahwa terdapat 45% anak usia 1-3 Selain ruam kulit, tahun, yang masih menggunakan penggunaan diaper terutama yang diaper, dan 17% masih tidak tepat dapat menyebabkan menggunakan diaper sesekali terjadinya infeksi saluran kemih sembari memulai proses pelatihan (ISK). Pada anak yang menderita penggunaan toilet.4 ISK juga ditemukan bahwa 45%nya Salah satu efek tidak mengganti diaper kurang dari 4 kali menyenangkan dari penggunaan dalam sehari sedangkan pada diaper terjadinya ruam popok pada kelompok dengan kultur urin negatif daerah yang terekspos dengan sebagian besar (75%) mengganti diaper. Ruam kulit biasanya terdapat diaper lebih dari 6 kali dalam sehari pada lipatan paha, perut dan disekitar (p=0.0001). Penelitian ini bertujuan area ano genital. Berdasarkan studi untuk mengetahui hubungan dari Merill, diketahui bahwa ruam frekuensi penggunaan diaper dengan kulit akibat penggunaan diaper ruam popok dan infeksi saluran terjadi pada 17%-43% anak yang kemih pada usia anak 0-5 tahun di dirawat di rumah sakit.5 Sedangkan palembang. studi yang dilakukan oleh Yuduwanshi & Kumari di India, 2. Metode penelitian menemukan bahwa 17.27% anak Penelitian yang dilakukan adalah usia 1-2 tahun memiliki ruam kulit penelitian observasional analitik akibat diaper dengan tingkat ruang dengan desain potong lintang (design sedang yang ditandai dengan adanya cross-sectional). Dilakukan pada kemerahan dan sisik pada kulit, dan bulan September-Oktober 2018 di 3.63%nya memiliki ruam parah yang palembang. Populasi penelitian ditandai dengan ulserasi dan adalah seluruh ibu yang membawa kemerahan yang parah.6 Hasil studi bayi dan anak 0-5 tahun di rendah, menengah, tinggi, dan palembang. Pengambilan sampel sangat tinggi. Berdasarkan tingkat menggunakan teknik consecutive pendapatan per kapita per bulan sampling. Jumlah responden yang didapatkan ibu dengan tingkat sesuai kriteria inklusi pada penelitian pendapatan per kapita per bulan ini adalah 100 orang rendah 1%, tingkat pendapatan per Pengumpulan data penggunaan kapita per bulan sedang 9%, diaper menggunakan teknik tingkat pendapatan per kapita per kuesioner dan wawancara. Kuesioner bulan tinggi 45%, dan tingkat dibuat berdasarkan penelitian pendapatan per kapita sangat sebelumnya oleh Meirina Daulay tinggi 45%. Sedangkan tahun 2011 dan Shanon et al. tahun berdasarkan tingkat pendidikan 1990 dengan judul Hubungan didapatkan ibu dengan tingkat Frekuensi Penggantian Diaper pendidikan sedang 4%, tingkat dengan Kejadian Infeksi Saluran pendidikan tinggi 48%, dan Kemih pada Anak dan Diaper :What tingkat pendidikan sangat tinggi do Parents Choose and Why.8,9 48% (table 1). Kriteri inklusi penelitian ini yaitu Berdasarkan usia didapatkan ibu yang membawa bayi dan anak 75% kelompok usia 0- <3 tahun, usia 0-5 tahun yang menggunakan dan 25% kelompok usia >3-5 diaper dan ibu yang bersedia mengisi tahun. Sedangkan berdasarkan kuisioner. Kriteria eksklusi pada jenis kelamin didapatkan 45% penelitian ini yaitu ibu yang kurang laki-laki dan 55% perempuan. mampu mencerna maksud kuisioner. Berdasarkan usia awal Analisis univariat dilakukan penggunaan didapatkan 93% terhadap semua variabel dari hasil kelompok sejak lahir, 5% penelitian untuk menjelaskan dan kelompok usia >1-2 tahun, dan mendeskripsikan karakteristik 2% untuk kelompok usia >2-3 masing-masing variabel yang telah tahun. diteliti. Selanjutnya, dilakukan Sebanyak 93% ibu memilih analisis terhadap variabel independen diaper karena praktis dan efisien, dan variabel dependen yang diduga 6% karena berdaya serap tinggi, berhubungan atau berkorelasi. 1% karena harga yang terjangkau. Hubungan dua variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan uji Tabel 1. Distribusi sampel Chi square . berdasarkan pendidikan orang tua, pendapatan perkapita, karakteristik bayi, usia awal pemakaian diaper, 3. Hasil alasan ibu, dan sumber informasi Karakteristik (N=100) sosiodemografi responden yang menggunakan popok sekali pakai pada bayi dan anaknya berdasarkan tingkat pendapatan per kapita per bulan dan tingkat pendidikan yang masing-masing dibagi menjadi 4 kategori yaitu setiap bulannya, 39% mengeluarkan Dari 100 subjek Sosiodemografi Responden Frekuensi penelitian sebagian besar N % responden mendapatkan Pendidikan terakhir orang tua informasi mengenai diaper dari keluarga, yaitu sebanyak 36 Sanggat tinggi 48 48 orang (36%) sedangkan sumber Tinggi 48 48 informasi dari teman, Sedang 4 4 TV/majalah, dan lain lain Rendah 0 0 masing-masing 6 orang (6%), 49 orang (49%), dan 9 orang (9%). Pendapatan per kapita Tabel 2 menunjukkan perbulan frekuensi penggantian popok Sanggat tinggi 45 45 sekali pakai pada bayi dan anak, Tinggi 45 45 didapatkan 72% diganti ≤4 kali Sedang 9 9 dalam sehari dan 28% diganti >4 Rendah 1 1 kali dalam sehari. Sebanyak 78% Karakteristik bayi dan anak Frekuensi ibu mengganti popok karena N % popok sudah terasa berat, 6% Usia karena anak BAK berkali-kali, 0 - <3 tahun 75 75 15% karena anak BAB dan 1% >3 – 5 tahun 25 25 lain-lain. Tabel 2 menunjukkan Jenis kelamin durasi penggantian diaper pada Laki-laki 45 45 bayi dan anak, didapatkan 3% Perempuan 55 55 diganti 2 jam sekali dalam sehari Usia awal Frekuensi dan 97% diganti 3-4 jam sekali n % dalam sehari. Berdasarkan cara Usia penggantian diaper pada bayi Sejak lahir 93 93 dan anak, didapatkan 29% di lap 1 – 2 tahun 5 5 menggunakan kain/ tisu basah, >2 – 3 tahun 2 2 33% cuci dengan air bersih dan >3 – 5 tahun 0 0 38% cuci dengan menggunakan Alasan ibu Frekuensi sabun. Total pemakaian diaper n % setiap bulan pada bayi dan anak, Alasan ibu didapatkan 25% yang Praktis dan efisien 93 93 menggunakan < 30 pcs setiap Berdaya serap tinggi 6 6 bulannya, 32% menggunakan Harga terjangkau 1 1 31-60 pcs setiap bulannya, 14 % Dan lain – lain 0 0 menggunkan 61-90 pcs setiap Sumber informasi Frekuensi bulannya dan 29% menggunakan n % > 91 pcs setiap bulannya . total Sumber informasi biaya pengeluaran pembelian Anggota keluarga 36 36 diaper setiap bulan pada bayi Teman 6 6 dan anak, didapatkan 30% yang Tv atau majalah 49 49 mengeluarkan biaya < 100.000 Dan lain – lain 9 9 biaya 100.000-200.000 setiap bulannya, 19 % mengeluarkan biaya 200.001-300.000 setiap bulannya dan 12% mengeluarkan biaya > 300.000 setiap bulannya. Diantara kasus ruam popok Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan pada pengguna popok sekali pakai Dampak dengan Jenis Kelamin Pengguna Popok Sekali Pakai dan Usia Pengguna didapatkan 54 anak mengalami ruam Popok Sekali Pakai (n=100) popok dan 46 anak tidak mengalami ruam popok. Berdasarkan usia anak, Usia terdapat 39 ruam popok dan 36 tidak Dampak 0-3 > 3 tahun ruam popok di kelompok usia 0-3 tahun – 5 tahun tahun. Pada kelompok usia >3-5 Ruam popok tahun didapatkan 15 ruam popok dan Ya 39 15 10 tidak ruam popok. Berdasarkan Tidak 36 10 jenis kelamin, terdapat 32 ruam Sakit mengedan popok dan 23 tidak ruam popok pada BAK anak perempuan. Pada anak Ya 11 3 perempuan didapatkan 22 ruam Tidak 64 22 popok dan 23 tidak ruam popok Perubahan warna (Tabel 3). BAK Ya 1 0 Tabel 2. Distribusi sampel penelitian Tidak 74 25 berdasarkan durasi penggantian diaper Jenis kelamin dan cara penggantian diaper Durasi penggantian N % Dampak Perem Laki diaper puan Laki 1 jam sekali 0 0 Ruam popok Ya 32 22 2 jam sekali 3 3 Tidak 23 23 3-4 jam sekali 97 97 Sakit mengedan Cara penggantian diaper N % BAK Ya 9 5 Di lap menggunakan kain/ 29 29 Tidak 46 40 tisu basah Perubahan warna Cuci dengan air 71 71 BAK Ya 1 0 Tidak 54 45 Sedangkan pada gejala ISK, dibagi menjadi 2 yaitu sakit mengedan BAK dan perubahan warna BAK. Untuk yang sakit mengedan BAK terdapat 14 anak gejala ISK dan 86 anak bukan gejala tersangka ISK. Berdasarkan usia anak, terdapat 11 terkena gejala ISK dan 64 bukan terkena gejala ISK di kelompok usia 0-3 cross sectional. Sehingga tahun. Pada kelompok usia >3 rumusnya lebih tepat ke cohort. tahun- 5 tahun didapatkan 3 Nilai OR adalah 1.226 yang tersangka ISK dan 22 bukan artinya frekuensi penggantian tersangka ISK. Sedangkan popok <=4 kali lebih berisiko berdasarkan jenis kelamin, 1,226 kali untuk terjadi ruam terdapat 9 terkena gejala ISK dan popok dibandingkan penggantian 46 bukan terkena gejala ISK pada popok >4 kali. nilai OR yang anak perempuan . Pada anak laki- didapatkan tidak memiliki bukti laki didapatkan 5 terkena gejala yang signifikan bahwa frekuensi ISK dan 40 bukan terkena gejala penggantian popok <=4 kali lebih ISK. Untuk yang perubahan warna berisiko untuk terjadi ruam popok BAK terdapat 1 anak gejala ISK dibandingkan frekuensi >4 kali. dan 99 anak bukan gejala tersangka ISK. Berdasarkan usia Tabel 4. Hubungan Frekuensi anak, terdapat 1 terkena gejala Penggantian Popok Sekali Pakai dalam Sehari dengan Terjadinya ruam ISK dan 74 bukan terkena gejala popok dan erjadinya gejala Infeksi ISK di kelompok usia 0-3 tahun. Saluran Kemih (ISK) (N=100) Pada kelompok usia >3 tahun- 5 tahun tidak didapatkan tersangka Ruam popok ISK dan 25 bukan tersangka ISK. Frekuensi OR P Sedangkan berdasarkan jenis Ya Tidak Jarang 41 31 1,226 (CI kelamin, terdapat 1 terkena gejala 95% : ISK dan 54 bukan terkena gejala Sering 13 15 0,469 0,785 – ISK pada anak perempuan . Pada 1,915) anak laki-laki tidak didapatkan Sakit anak yang terkena gejala ISK dan mengedan Frekuensi OR P 45 bukan terkena gejala ISK. BAK Ya Tidak Tabel 4 menunjukkan data Jarang 13 59 5,056 (CI pada 72 anak yang jarang ganti 95% : Sering 1 27 0,120 popok sekali pakai didapatkan 41 0,693 – anak ruam popok dan 31 anak 36,857) tidak ruam popok. Sedangkan Perubahan Frekuensi pada 28 anak yang sering ganti Warna BAK OR P Penggantian Ya Tidak popok didapatkan 13 anak ruam Jarang 1 71 popok dan 15 anak tidak ruam - 1,000* Sering 0 28 popok. Pada uji statistic Chi Square *Fisher exact test dengan tabel 2x2, didapatkan nilai P value sebesar 0,469 yaitu tidak Pada 72 anak yang jarang ada hubungan bermakna ganti popok sekali pakai Frekuensi Penggantian Popok didapatkan 13 anak terkena gejala Sekali Pakai dalam Sehari dengan ISK dan 59 anak tidak terkena Terjadinya ruam popok. Nilai OR gejala ISK. Sedangkan pada 28 yang dilihat adalah For Cohort anak yang sering ganti popok dikarenakan tipe penelitian adalah didapatkan 1 anak terkena gejala ISK dan 27 anak tidak terkena diaper pada bayi dan anaknya. gejala ISK. Pada uji statistic Chi Kemudian yang menjadi alasan Square dengan tabel 2x2, terbanyak ibu dalam memilih didapatkan nilai P value sebesar menggunakan diaper untuk bayi dan 0,120. Hal ini artinya tidak ada anaknya adalah karena praktis dan cukup bukti untuk menolak efisien. Tingkat sosial ekonomi dan hipotesis nol, p<alfa. Dengan pendidikan ibu berperan penting demikian, kesimpulannya adalah dalam penggunaan diaper pada bayi tidak ada hubungan bermakna dan anak.10 Rata-rata masyarakat Frekuensi Penggantian Popok atau keluarga dengan tingkat sosial Sekali Pakai dalam Sehari dengan ekonomi yang cukup baik akan lebih terjadinya gejala infeksi saluran memilih menggunakan diaper pada kemih berupa sakit mengedan anak karena alasan kenyamanan dan BAK. Nilai OR yang dilihat kepraktisan meskipun harga yang adalah For Cohort dikarenakan ditawarkan diaper lebih mahal dari tipe penelitian adalah cross popok kain.10 Tingkat pendidikan sectional. Sehingga rumusnya ibu juga akan memberikan dampak lebih tepat ke cohort. Nilai OR bagi pola pikir dan pandangan ibu adalah 5.5056 yang artinya dalam penggunaan diaper pada anak. frekuensi penggantian popok Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sekali pakai<=4 kali lebih berisiko dan berpengetahuan luas akan lebih 5,056 kali untuk terjadi gejala ISK cepat dan mudah menerima yaitu sakit mengedan informasi mengenai hal-hal baru dibandingkan penggantian popok seperti diaper yang telah digunakan >4 kali. nilai OR yang didapatkan luas di banyak negara.10 tidak memiliki bukti yang Berdasarkan karakteristik signifikan bahwa frekuensi pengguna diaper, anak usia 0-3 penggantian popok <=4 kali lebih tahun dan berjenis kelamin berisiko untuk terjadi gejala ISK perempuan paling banyak yaitu sakit mengedan menggunakan diaper. Usia anak juga dibandingkan frekuensi >4 kali. berperan penting bagi ibu dalam Tidak ada hubungan bermakna memilih menggunakan diaper pada Frekuensi Penggantian Popok anak. Anak usia 1-3 tahun diketahui Sekali Pakai dalam Sehari dengan memproduksi lebih dari 170 ml urin terjadinya gejala infeksi saluran setiap harinya.11 Oleh karena itu, ibu kemih berupa sakit mengedan membutuhkan diaper untuk BAK. menampung urin dan feses anak karena memiliki daya serap urin 4. Pembahasan yang tinggi, bahkan dapat menampung urin sebanyak kurang Berdasarkan dari karakteristik lebih 5 gelas (1 gelas=60 ml), sosiodemografi responden, sehingga dapat lebih lama diganti didapatkan ibu dengan tingkat (Daulay, 2011). diaper yang berdaya pendapatan per kapita per bulan serap tinggi ini tidak jarang membuat sangat tinggi & tinggi dan tingkat ibu lalai. Banyak ibu yang bahkan pendidikan sangat tinggi & tinggi tidak mengganti popok anaknya yang paling bayak menggunakan walaupun anak telah buang air kecil sekali pakai ≤4 kali dalam sehari atau berkali-kali dan banyak juga yang mengganti setiap 6-8 jam sekali per – jarang memeriksa isi diaper anaknya hari. Hal ini tidak sesuai dengan selama berjam-jam sehingga resiko rekomendasi sebuah studi yang terjadinya ruam popok dan gejala mengharuskan mengganti diaper tersangka ISK pun meningkat. Hasil setiap satu jam sekali pada bayi dan penelitian ini menunjukkan bahwa 3-4 jam sekali pada anak, tidak kebanyakan ibu mengganti popok peduli apapun jenis popok yang sekali pakai ≤4 kali dalam sehari atau digunakan.12 mengganti setiap 6-8 jam sekali per – Pada analisis uji kuadrat juga hari. Hal ini tidak sesuai dengan tidak didapatkan hubungan yang rekomendasi sebuah studi yang bermakna antara frekuensi mengharuskan mengganti diaper penggantian popok sekali pakai dan setiap satu jam sekali pada bayi dan gejala tersangka ISK. Hasil 3-4 jam sekali pada anak, tidak penelitian ini tidak didukung oleh peduli apapun jenis popok yang penelitian sebelumnya yang digunakan.12 menyatakan bahwa terdapat Berdasarkan karakteristik hubungan yang signifikan antara pengguna diaper, anak usia 0-3 penggunaan diaper dan gejala ISK tahun dan berjenis kelamin dengan p value 0,000 hasilnya anak perempuan paling banyak dan bayi yang jarang (< 4 kali) menggunakan diaper. Usia anak juga mengganti diaper lebih beresiko berperan penting bagi ibu dalam terkena gejala ISK.13 Pada anak yang memilih menggunakan diaper pada frekuensi penggantian popok sekali anak. Anak usia 1-3 tahun diketahui pakai lebih sedikit per harinya dapat memproduksi lebih dari 170 ml urin mengakibatkan peningkatan resiko setiap harinya.11 Oleh karena itu, ibu ISK.14 Begitu juga dengan penelitian membutuhkan diaper untuk yang dilakukan oleh Dauley et al., menampung urin dan feses anak (2013) pada pasien rawat jalan RS H. karena memiliki daya serap urin Adam Malik di Medan yang yang tinggi, bahkan dapat mendapatkan hubungan bermakna menampung urin sebanyak kurang antara jarangnya penggantian popok lebih 5 gelas (1 gelas=60 ml), sekali pakai dan kejadian ISK pada sehingga dapat lebih lama diganti.8 anak.15 Hal ini bisa terjadi karena Diaper yang berdaya serap tinggi ini orang tua telah mengetahui cara yang tidak jarang membuat ibu lalai. benar untuk membersihkan daerah Banyak ibu yang bahkan tidak yang tertutup diaper di waktu akan mengganti popok anaknya walaupun melakukan pergantian diaper yang anak telah buang air kecil berkali- baru waktu diaper lama anak sudah kali dan banyak juga yang jarang penuh. Peningkatan resiko ISK dapat memeriksa isi diaper anaknya terjadi karena penggunaan diaper selama berjam-jam sehingga resiko yang lama diganti sehingga terjadinya ruam popok dan gejala menyebabkan daerah perineal tersangka ISK pun meningkat. Hasil menjadi lembab dan munculnya penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri uropatogenik. Bakteri dari kebanyakan ibu mengganti popok saluran kemih ini dapat naik ke ureter sampai ke ginjal, melalui suatu lapisan tipis cairan (films of fluid), bertambah lagi bila ada refluks vesiko ureter dan refluks intrarenal. Hal ini sering terjadi pada anak oleh karena kurangnya kontraksi pada dasar pelvis sehingga setiap habis berkemih masih ada sisa urin yang tertahan sehingga mengakibatkan refluks bakteri dari uretra ke kandung kemih.8 Prevalensi ISK pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Demam dengan sebab tidak jelas pada anak berusia 2 bulan-2 tahun sekitar 5% disebabkan oleh ISK. Pada usia ini prevalensi ISK pada anak perempuan dua kali lebih tinggi dari pada anak laki- laki.16 Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian ini yang mendapatkan tersangka ISK terbanyak pada kelompok usia 1-2 tahun dan berjenis kelamin perempuan.
5. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian didapatkan kesimpulan yaitu Durasi penggantian diaper pada anak kebanyakan lebih dari 4 jam baru diganti, hal itu bisa lebih meningkatkan resiko terkena ruam popok dan gejala tersangka isk.