Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. 7 PRINSIP HACCP
Prinsip 1: Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan produksi
pangan pada semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan, pengolahan di
pabrik dan distribusi, sampai kepada titik produk pangan dikonsumsi. Peningkatan
kemungkinan terjadinya bahaya dan menentukan tindakan pencegahan, untuk
pengendaliannya.
Prinsip 2: Menentukan titik atau tahap prosedur operasional yang dapat dikendalikan
untuk menghilangkan bahaya atau mengurangi kemungkinan terjadi bahaya tersebut.
CCP (Critical Control Point) berarti setiap tahapan di dalan produksi pangan dan /atau
pabrik yang meliputi sejak bahan baku yang diterima, dan/atau diproduksi, panen,
diangkut, formulasi, diolah, disimpan dan lain sebagainya.
Prinsip 3: Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin bahwa CCP
berada dalam kendali.
Prinsip 4: Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring) dari CCP
dengan cara pengujian atau pengamatan.
Prinsip 5: Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil pemantauan
menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak terkendali.
Prinsip 6: Menetapkan prosedur verifikasi yang mencakup dari pengujian tambahan
dan prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem HACCP berjalan efektif.
Prinsip 7: Mengembangkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan pencatatan
yang tepat untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya.
Konsep HACCP menurut CAC terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP
tercakup pula di dalamnya. CAC sendiri merupakan organisasi yang dibentuk oleh
FAO/WHO untuk menangani standar bidang pangan dan dibentuk dengan tujuan untuk
melindungi kesehatan konsumen serta menjamin perdagangan pangan yang adil dan
jujur.
Indonesia mengadopsi sistem HACCP versi CAC tersebut dan menuangkannya dalam
acuan SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik-Titik
Kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya yaitu Pedoman BSN 1004/1999.
Prinsip HACCP
E. ANALISIS BAHAYA
Bahaya dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu bahaya biologis (bakteri, fungi,
virus, parasit, protozoa, cacing, dan ganggang) yang dapat dipengaruhi oleh faktor
intrinsik, seperti pH, kadar air/aktivitas air (aw), nutrient, senyawa antimikroba, struktur
biologis, dll. Kedua adalah faktor ekstrinsik, seperti suhu, kelembaban, gas (karbon
dioksida, ozon, sulfur dioksida), dan lain-lain. Bahaya kimia (deterjen, residu pestisida,
allergen, logam beracun, nitrit, nitrat, senyawa N-nitroso, PCBs, migrasi bahan
pengemas, residu antibiotika dan hormone, aditif kimia, filotoksi-sianida, estrogen,
zootoksin). Dan yang terakhir adalah bahaya fisik (serangga, beling, logam, batu,
ranting, daun, perhiasan).
Untuk pencantuman di dalam daftar, bahaya harus bersifat jelas sehingga untuk
menghilangkan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima adalah
penting dalam produksi pangan yang aman. Selama analisis bahaya terhadap
rangkaian operasi di dalam rancangan penerapan sistem HACCP, perhatian harus
diberikan kepada pengaruh bahan baku, bahan tambahan, pedoman pengolahan
pangan, peranan proses dalam pabrik untuk mengendalikan bahaya, kemungkinan
penggunaan dari produk akhir, risiko pada masyarakat konsumen dan konsumen dan
bukti wabah dalam kaitannya dengan keamanan pangan.
Dalam analisis bahaya seharusnya mencakup:
· Kemungkinan terjadinya bahaya dan tingkat pengaruhnya terhadap kesehatan,
· Evaluasi kualitatif dan atau kuantitatif dari bahaya,
· Ketahanan hidup atau perkembangan bahaya potensial mikroorganisme,
· Produksi atau keberadaan toksin, bahan kimia atau fisik dalam makanan,
· Kondisi yang mempunyai tendensi menuju terjadinya bahaya.
Tingkat risiko (risk) juga dikelompokkan menjadi 3 tingkatan berdasarkan pengaruh
bahaya yang terjadi terhadap kesehatan konsumen, yaitu:
1. Low risk, yaitu jika kasus dapat terjadi kurang dari 3 kali dalam kurun waktu
setahun.
2. Medium risk, yaitu jika bahaya dapat terjadi 3 – 5 kali dalam kurun waktu setahun,
3. High risk, yaitu jika bahaya dapat terjadi lebih dari 5 kali dalam kurun waktu
setahun atau kemungkinan terjadinya setiap bulan.
Selain itu, tingkat risiko juga dapat dikategorikan seperti berikut:
Produk-produk kategori I (risiko tinggi)
Produk-produk yang mengandung ikan, telur, sayur, serealia, dan/atau berkomposisi
i
susu yang perlu direfrigerasi
ii Daging segar, ikan mentah, dan produk-produk olahan susu
iii Produk-produk dengan nilai ph 4,6 atau lebih yang disterilisasi dalam wadah yang
ditutup secara hermetic
Cryptosporidium parvum
Plesiomonas shigelloides
Vibrio parahaemolyticus
A. CRITICAL LIMIT
CL (Critical Limit) merupakan batas-batas kritis pada CCP yang ditetapkan
berdasarkan referensi dan standar teknis serta obesrvasi unit produksi. Batas kritis ini
tidak boleh terlampaui, karena batas-batas kritis ini sudah merupakan toleransi yang
menjamin bahwa bahaya dapat dikontrol (Winarno, 2004).
Batas kritis harus ditentukan untuk setiap CCP, dalam beberapa kasus lebih dari satu
batas kritis akan diperinci pada suatu tahap tertentu. Batas kritis menunjukkan
perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman sehingga proses produksi dapat
dikelola dalam tingkat yang aman. Batas kritis ini harus tidak boleh dilanggar untuk
menjamin bahwa CCP secara efektif mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia dan
fisik (Winarno, 2004).
Batas kritis harus mudah diidentifikasi dan dijaga oleh operator proses produksi,
sehingga perlu diusahakan dalam bentuk batas-batas kritis fisik, dan jika tidak
memungkinkan baru mengarah pada kimia atau mikrobiologi (Winarno, 2004).
C. TINDAKAN KOREKSI
Tindakan koreksi merupakan tindakan yang dilakukan jika terjadi penyimpangan
terhadap batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi bergantung kepada CCP itu sendiri,
yang paling parah mungkin dapat berupa penghentian produksi sebelum semua
penyimpangan dikoreksi.
D. VERIFIKASI
Verifikasi merupakan suatu metode atau uji yang digunakan untuk menentukan bahwa
sistem HACCP yang dibuat telah sesuai, semua bahaya telah teridentifikasi, semua
CCP telah memiliki critical limit dan juga memiliki tindakan koreksi yang tepat.
E. DOKUMENTASI
Pendataan secara tertulis seluruh program HACCP sehingga program tersebut dapat
diperiksa ulang atua dimodifikasi sesuai dengan perkembangan. Dokumen berupa
CCP, critical limit, tindakan koreksi, verifikasi, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA