Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH PENYAKIT JANTUNG KORONER

DI SUSUN OLEH :

1. ADILAH DIANI SAFITRI (17039)


2. ARMI TRIISNA ARDILA (17042)
3. DILA ALFIONITA (17046)
4. JESI ARSITA FRANSISKA SARI (17052)
5. OVI CHINTYA (17058)
6. PANDU NURIMAN PRAKOSO (17059)

AKADEMI KEPERAWATAN
GIRI SATRIA HUSADA
WONOGIRI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah kami
dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa juga kami
haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang,
hingga hari akhir.

Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen, yang telah memberikan
bimbingan serta pengajaran kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah
ini, tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, mohon kritik
serta saran, yang kiranya dapat membangun, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang lebih
baik lagi. kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Wonogiri,26 Oktober 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada
manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet) ,
menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung
koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan.

Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis koroner. Merupakan
penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner.
Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh
kolesterol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai Kan, 2010).

Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan
dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah
mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan
tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol
maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2000).

Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat
perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan pada
saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New York
Heart Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka
karya telah mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan
dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan
banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan
termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi umum dengan karakteristik jelas.

Penyakit jantung yang dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol, banyak terjadi pada
individu dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan
makanan yang menjadi faktor penting penentu kadar kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat
kerja, dewasa ini lebih cenderung mengejar halhal yang bersifat praktis, termasuk di dalamnya
jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan cepat saji (fast food) atau yang juga dikenal sebagai
makanan sampah (junk food) menjadi pilihan bagi individu yang mengutamakan kecepatan
pelayanan karena waktu menjadi sangat berharga di dunia kerja.

Namun di sisi lain, makanan ini sebenarnya tidak memiliki kandungan gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan yang tinggi. Nystrom (2008) dalam penelitiannya di Perancis
mengatakan, responden yang makan dua kali sehari di McDonalds, Burger King atau restoran
cepat saji lain selama 4 minggu, 2 kali sehari, mengalami peningkatan berat badan hingga 15%
dan peningkatan kadar enzim alanine aminotrasnferase (ALT) hingga 10 kali.

Aktivitas fisik yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari kehidupan
pekerja kantor dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan pekerjaan sehingga tidak
ada kesempatan untuk berolah raga dan merujuk kepada perilaku hidup yang instan, misalnya
makanan. Gaya hidup yang demikian akan menyebabkan terjadinya penumpukan karbohidrat
dan kolesterol di dalam tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan dislipidemia yang merupakan
faktor risiko terjadinya PJK.

Di sisi lain, pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat namun tidak
diimbangi dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup. Keterbatasan ekonomi pada
pekerja kasar membuat mereka jarang memakan makanan hewani seperti daging dan ikan,
makanan cepat saji, atau makananmakanan lain yang cenderung berkolesterol tinggi. Walaupun
demikian, dewasa ini PJK bukan hanya menjadi penyakit bagi golongan ekonomi menengah ke
atas, namun juga sering terjadi pada masyarakat ekonomi bawah.

Diduga hal ini terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung minyak
tak jenuh dan trans yang bisa terdapat pada minyak goreng kualitas rendah atau minyak goreng
bekas (American Heart Association, 2008).

B. Rumusan Masalah

1) Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung koroner

2) Untuk mengetahui Etiologipenyakit jantung koroner

3) Untuk mengetahui penyebab penyakit jantung koroner

4) Untuk mengetahui gejala penyakit jantung koroner

5) Untuk mengetahui penanggulangan penyakit jantung koroner

6) Untuk mengetahui pencegahan penyakit jantung koroner

7) Untuk mengetahui penyakit jantung koroner pada pekerja

C. Tujuan

Untuk mengetahui penyakit jantung koroner pada pekerja.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh
koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang melindungi
rongga-rongga jantung (Yenrina, Krisnatuti, 1999).

Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan,


penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh
penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini
dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,
Krisnatuti, 1999).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh
koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang melindungi
rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat
ruang yang ruang terletak rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri
stemum (Elizabeth J.Corwin, 2009, 441).

B. Etiologi

Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makan makanan berlemak
tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan di serap
tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol (Yenrina, Krisnatuti,
1999).Aterosklerosis adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh endapan
lemak, trombosit, makrofag dan leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika
media (Elizabeth J. Corwin, 2009, 477). Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh
beberapa hal :

1) Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi penyempitan


terhadap akan memungkinkan berkembangnya koleteral yang cukup sebagai pengganti.

2) Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK

3) Penyempitan arteri koronaria pada sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis arteritis yang
mengenai arteri coronaria, dll.
Salah satu penyakit jantung akibat insufiensi aliran darah koroner yaitu, Angina pectoris
dan infark miokardium.

a. Angina pectoris

Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon, terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri angina
dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Elizabeth J
.corwin, 2009, 492).

1) Ateriosklirosis

2) Spasmearterikoroner

3) Anemia berat

4) Artritis

5) Aorta insufisiensa

Adapun jenis-jenis angina :

1. Angina stabil

Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat.
Peningkatan jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga atau naik tangga.

2. Angina prinzmental

Terjadi tampa peningkatan jelas beban kerja jantung pada kenyataannya sering timbul
pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmental terjadi spasme arteri koroner
yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan
dengan arterosklerosis.

3. Angina tak stabil

Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmental ; dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroer. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban
kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandi oleh
trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
b. Infark miokardium

Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian
tersangkut di bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah ke seluruh miokardium yang di
perdarahi oleh pembuluh tersebut. Infark miokardium juga dapat terjadi jika lesi trombosit
yang melekat di arteri menjadi cukup besar untuk menyumbat total aliran ke bagian hilir, atau
jika suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat
terpenuhi. (Elizabet J. Corwin, 2009,

C. Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini disebut
penyakit jantung koroner. Penyempitan dan penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan
jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak system golongan irama jantung
dan berakibat dengan kematian (Krisatuti dan Yenrina, 1999).

Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makanmakanan berlemak tinggi
terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan diserap tubuh maka
lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan di
hati dan metabolisme menjadi kolesterol pembentuk asam empedu yang berfungsi sebagai
pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam darah. Penumpukan
tersebut dapat menyebabkan (artherosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi koroner
(arteri koronoria).

Kondisi ini menyebabkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang, serangan


jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi mengalami penyumbatan ketika
itu pula darah yang membawa oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti (Sulistiani, W,
2005).

Penyakit jantung coroner (PJK) ternyata bukan ditimbulkan oleh satu penyebab saja.
Hasil penyelidikan medis mengungkapkan bahwa ada serangkaian keadaan yang
memungkinkan Anda terkena PJK, dan inilah yang dinamakan factor risiko.

Faktor risiko

Sebagaimana orang berbadan tinggi lebih mudah terantuk ambang pintu daripada
orang pendek, begitupun orang dengan satu atau lebih faktor risiko lebih mudah terkena
serangan jantung , meski kemungkinannya lebih besar.

Faktor risiko untuk penyakit jantung dapat dibagi dalam dua bagian, yang kami
sebut “dapat diubah” dan “yang tak dapat diubah” (lihat tabel hlm.29). Kemungkinan
terkena PJK akan semakin besar jika faktor risikonya lebih banyak.
Tidak semua faktor risiko sama beratnya. Beberapa faktor, seperti merokok, bisa
memiliki efek yang lebih besar untuk menimbulkan PJK. Jadi, misalnya, seorang perokok
dengan tingkat kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi mempunyai risiko lebih tinggi
daripada orang yang tidak mempunyai faktor – faktor tersebut.

Jadi , tingkat kolestrol yang tinggi pada seseorang tanpa faktor risiko lain berarti
bahwa risiko itu akan meningkat hanya sedikit di atas rata-rata. Hal ini mungkin tak perlu
terlalu dikhawatirkan, dokter Anda bisa memberi nasehat yang diperlukan.

1. Usia dan Gender

Penyakit jantung, sebagaimana penyakit lain, semakin meningkat seiring


pertambahan usia. Di Inggris, misalnya, separuh dari jumlah serangan jantung terjadi pada
mereka yang berusia di atas 65 tahun, dan jumlahnya bertambah sesuai rata – rata
pertambahan usia.

Hal yang mencolok pada PJK adalah dibawah usia 55 tahun, jumlah pria yang
terkena PJK lebih banyak daripada wanita. Penyebabnya, sebelum menopause (berhenti
haid pada wanita), sangat jarang wanita yang terkena serangan jantung. Setelah menopause,
jumlah wanita yang terkena PJK meningkat, dan diatas 75 tahun , jumlah wanita dan pria
yang terkena penyakit ini kira – kira sebanding.

Penyebab yang tepat wanita jarang terkena PJK sebelum menopause belum
diketahui secara pasti, namun tampaknya berhubungan dengan hormon yang tidak
produksi lagi setelah haid berhenti. Terapi pengganti hormon (TPH) yang banyak dilakukan
kaum wanita ternyata dapat mencegah terjadinya serangan jantung. Karena itu, beberapa
dokter merekomendasikan TPH ini.

Faktor – Faktor yang menambah risiko terkena PJK

1) Dapat Diubah

a. Merokok

b. Kolesterol tinggi

c. Tekanan darah tinggi

d. Diabetes

e. Kegemukan

f. Stress

g. Kurang berolahraga
2) Tidak Dapat Diubah

a. Faktor genetika, misalnya tingkat kolesterol tinggi karena keturunan.

b. Masalah gender: lebih banyak pria terkena PJK daripada wanita

c. Usia

2. Riwayat Keluarga

Dokter biasanya akan menanyakan tentang riwayat keluarga Anda jika ada
anggota keluarga dekat(orang tua, kakak, adik, atau anak) terkena PJK. Jika ayah Anda
kena serangan jantung sebelum usia 60 tahun atau ibu terkena sebelum 65 tahun, Anda
berisiko tinggi terkena PJK. Namun, jika orang tua Anda hidup sampai usia ketika
serangan jantung biasanya terjadi, hal ini tidak mengkhawtirkan. Hal sama juga berlaku
untuk kakak dan adik. Walaupun dalam suatu keluarga besar, ternyata ada salah seorang
terkena serangan jantung, mungkin hanya suatu kebetulan saja.

Bagaimana PJk bisa menurun dalam keluarga ? Sebagian jawabnya bergantung


pada gen yang diwarisi dari orang tua yang membuat kita mudah terkena kolestrol
tinggi, tekanan darah tinggi atau diabetes. Selain itu kesamaan gaya hidup keluarga
juga menentukan, misalnya makan makanan yang sama dank jika orang tua merokok,
anak biasanya juga merokok.

Jika keluarga Anda cenderung terkena penyakit jantung, sebaiknya lakukan


pemeriksaan ke dokter untuk memastikan bahwa Anda tidak mengidap kolestrol
tinggi, tekanan darah tinggi, atau gangguan kesehatan lain yang harus segera diobati
untuk menghindari risiko tinggi.

3. Makanan dan Kolesterol

Seperti dikatakan sebelumnya, atheroma adalah penyebab utama penyakit


jantung koroner. Timbunan lemak, khususnya akibat kolesterol yang disebut plak,
terbentuk pada dinding pembuluh nadi. Inilah yang membuatnya makin sempit
sehingga menghambat aliran darah. Jika plak itu pecah , terbentuklah gumpalan darah
pada daerah yang terkena dan menghambat darah ke bagian otot jantung. Inilah yang
menyebabkan serangan jantung. Proses ini umumnya terjadi (dan menimbulkan
kerusakan lebih parah) pada seseorang dengan tingkat kolesterol tinggi dalam darahnya.

Faktor genetik juga berpengaruh pada tingkat kolesterol Anda. Beberapa


keluarga mempunyai gen dengan tingkat lemak tinggi dalam darah. Keadaan ini
disebut hyperlipidemia keluarga, atau disingkat HK. Namun, makanan juga berperan
besar dalam menentukan tingkat kolesterol. Semakin banyak lemak terutama lemak
hewan dan hasil susu yang anda makan, semakin tinggi kolesterol Anda, dan semakin
tinggi pula risiko terkena PJK (lihat diagram dihalman sebelah ). Karena itu, kurangilah
konsumsi lemak hewan dalam makanan Anda (lebih jauh , lht hlm. 84-86).

Studi Framingham

Salah satu riset yang mengaitkan tingginya kolesterol dengan PJK dilakukan setelah
Perang Dunia II di Framingham, sebuah kota kecil dekat Boston, AS. Semua penduduk
diperiksa setiap tahun sekali untuk melihat apakah mereka terkena PJK. Ternyata ada
kaitan yang erat dengan kolesterol tinggi: semakin tinggi kolesterol darah, semakin tinggi
risiko terkena serangan jantung. Studi Framingham ini juga memperlihatkan kepentingan
faktor-faktor risiko lain, seperti merokok, tekanan darah tinggi , dan diabetes. Berbagai
faktor risiko itu telah dapat dipastikan setelah pengamatan selama hampir 40 tahun, sejak
studi itu dimulai. Hingga kini studi itu masih berlangsung.

4. Merokok

Merokok sigaret berkaitan erat dengan risiko PJK. Zat-zat kimia dalam asap
sigaret terserap ke dalam aliran darah dari paru-paru lalu beredar ke seluruh tubuh ,
dan memengaruhi setiap sel tubuh. Zat-zat kimia ini sering membuat pembuluh darah
menyempit dan membuat sel-sel darah yang di sebut platelet menjadi lebih lengket,
sehingga mudah membentuk gumpalan.

Risiko para perokok pipa dan cerutu tidak setinggi perokok sigaret, namun
masih berisiko terkena PJK disbanding yang tidak merokok. Jumlah rokok yang diisap
juga berpengaruh ; risikonya meningkat sesuai tingkat konsumsi, yaitu ringan (kurang
dari 10 batang sehari) sedang (10-20 batang sehari), dan perokok berat (lebih dari 20
batang sehari).

Alasan dokter sangat menyarankan untuk berhenti merokok karena inilah faktor
risiko yang dapat anda control sendiri. Lagipula , Anda akan mulai merasakan manfaatnya
saat berhenti. Meskipun risiko terkena PJK tidak serendah orang bukan perokok,
hasilnya akan mendekati sekitar setahun kemudian.

5. Stres

Banyak orang yang pernah mendapat serangan jantung menyatakan bahwa stress
adalah penyebabnya, namun secara ilmiah hal ini sebnenarnya sulit dibuktikan. Ada
beberapa faktor pemicu lain, seperti olahraga secara tiba-tiba dan emosi yang meluap –
luap , dapat mengakibatkan serangan jantung meskipun hal ini jarang terjadi. Percaya atau
tidak, selama masa Perang Dunia II yang banyak menimbulkan stress pada warga sipil
dan militer, jumlah warfa sipil, yang terkena serangan jantung malah menurun.
Jenis kepribadian tertentu diduga berisiko lebih tinggi terhadap serangan
jantung. Teknologi modern memungkinkan orang melakukan sesuatu dalam beberapa
jam dibandingkan masa primitive yang mungkin memerlukan waktu berhari – hari.
Stres karena ingin sesuatu diluar kemampuan, ingin mencapai sesuatu yang tidak
realistis, digolongkan dalam kepribadian tipe A. Orang yang gelisah (biasanya pria),
yang sulit untuk rileks, akan semakin terikat pada pekerjaan yang mengandalkan
hubungan pribadi, dan akhirnya cenderung menghabiskan tenaga. Mereka ini
mempunyai risiko dua kali lipat terkena PJK dibanding dengan orang yang
berkepribadian tipe B yang dapat menahan diri.

PENYAKIT YANG TERKAIT DENGAN PJK

Dua jenis penyakit umum diyakini dapat menimbulkan risiko paling tinggi untuk
PJK adalah tekanan darah tinggi (TDT) dan diabetes.

a. Tekanan darah tinggi

Istilah tekanan darah berarti tekanan dalam pembuluh nadi dari jantung yang
mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh. Tekanan darah tinggi menyebabkan tekanan pada
jantung dan sirkulasi, dan hal ini dapat menimbulkan stroke. Namun, seringkali tekanan darah
tinggi menimbulkan serangan jantung pada orang yang tingkat kolesterolnya tinggi
disbanding stroke. Pengobatan tekanan darah tinggi bisa mengurangi risiko serangan
jantung dan stroke.

Tekanan darah biasanya diukur dibagian atas lengan. Pada setiap detak jantung,
tekanan sistolik pada alat pengukur akan naik , lalu jatuh ketitik rendah di antara detak
jantung (tekanan diastolik). Tekanan ini diukur dalam millimeter pada air raksa (mmHg).
Tekanan darah normal orang sehat saat istrahat adalah 120/70. Tekanan 140/90 adalah
ambang batas, sedangkan tekanan 150/100 saat istrahat jelas tinggi.

Tekanan darah tinggi (hipertensi ) ditemukan pada hampir semua bangsa didunia,
khususnya bangsa Afro-Karibia dan warga Amerika berkulit hitam. Di Inggris, hampir 25
persen penduduk berusia diatas 50 tahun mengidap tekanan darah tinggi.

Penyebab tekanan darah tinggi pada kebanyakan orang tidak ketahui. Penyakit ini
terdapat pada kebanyakan anggota keluarga dan penderita penyakit ginjal. Celakanya,
tekanan darah tinggi sering tidak menunjukan gejala. Karena itulah, sebaiknya Anda
melakukan pemeriksaan rutin agar segera mengetahui terkena bila tekanan darah tinggi.

Tekanan tinggi didalam pembuluh nadi akan merusak dindingya dan merangsang
timbulnya atheroma. Jantung juga harus bekerja lebih keras untuk memompa darah yang
bertekanan tinggi tanpa suplei oksigen yang mencukupi. Hal ini meningkatkan
kemungkinan orang terkena angina atau serangan jantung. Tekanan darah tinggi juga
meningkatkan risiko terjadinya stroke akibat kerusakan yang ditimbulkannya pada pembuluh
darah di otak.

b. Diabetes

Ini adalah suatu kondisi umum yang menimpa sekitar tiga dari seratus orang di
Inggris. Penyebanya adalah kekurangan atau resistensi terhadap hormone insulin yang
mengontrol penyebaran glukosa ke sel – sel di seluruh tubuh melalui aliran darah.

Diabetes bisa menimpa setiap kelompok usia, termasuk anak –anak. Semakin muda
usia penderita , semakin besar kemungkinannya ia butuh suntikan insulin untuk
mengontrolnya. Banyak juga yang baru mendapatkannya pada usia pertengehan atau usia
lanjut, dan jika hal ini terjadi, ada beberapa gejala yang dapat dikontrol dengan diet atau
tablet. Tujuan pengobatannya adalah mengontrol tingkat glukosa dalam darah hingga
mendekati tingkat yang normal. Namun demikian , meskipun diobati, diabetes dapat
meningkatkan risiko gangguan dalam peredaran darah, termasuk PJK. Bagi wanita, hal ini
sangat penting karena penyakit ini dapat melawan daya perlindungan dari hormon –
hormon wanita, dan hampir sama banyaknya wanita dengan pria penderita diabetes
mengalami PJK.

Kontrol yang baik terhadap diabetes dengan diet, tablet, atau insulin dapat
mengurangi timbulnya masalah pada aliran darah dan jantung. Sebaliknya , jika tidak
terkontrol, diabetes bisa meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk kolestrol tinggi,
dan seseorang penderita diabetes mungkin perlu minum obat tambahan untuk
mengontrolnya.
D. Gejala Penyakit Jantung Koroner

Meski kebanyakan penderita PJK mempunyai masalah pokok yang sama, yaitu
penyempitan arteri koronia, namun gejala yang timbul tidak sama. Beberapa menderita angina,
ada pula yang terkana serangan jantung. Sebagian kecil mengalami kegagalan jantung tanpa ada
gejala apapun sebelumnya. Semua akibat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti.

1. Nyeri Dada

Tidak semua nyeri dada disebabkan oleh nyeri dada . banyak orang mengira mudah untuk
mengenali nyeri dada akibat nyeri jantung daripada penyakit lainnya, tetapi sesungguhnya hal ini
sulit, bahkan bagi dokter berpengalaman sekalipun.

a. Angina

Angina pectoris adalah bahasa latin untuk rasa nyeri di dada, stelah melakukan kegiatan
fisik, dan hilang ketika anda beristirahat. Pda PJK, nyeri itu timbul dari urat otot di jantung
karena tidak mendapat oksigen cukup untuk melaksanakan tugasnya. Angina biasanya
berlangsung selama 2-3 menit tidak ebih dari 10 menit. Ini terjadi bila anda berjalan mendaki,
melawan angin kuat, atau bila anda naik tangga. Namun, ini bias juga terjadi setelah melakukan
aktifitas ringan, seperti berpakaian. Biasanya keadaan lebih parah bila cuaca dingin dan bila
kegiatan itu dilakukan setelah makan, misalnya berjalan-jalan setelah makan.

b. Angina tak pasti

Sebenarnya angina dapat diduga sebelumnya, namun bila arteri koronia terus menyempit
atau timbul bekuan darah pada permukaannya, angina dapat berkembang menjadi angina tak
pasti. Anda baru menyadari saat anda hanya mampu berjalan dalam jarak pendek, atau anda
merasa nyeri saat anda melakukan pekerjaan ringan diseputar rumah, atau saat naik tangga.
Mungkin juga anda terbangun dari tidur oleh serangan angina. Perubahan rasa nyeri perlu
dilaporkan kepada dokter agar dapat melakukan tindakan pencegahan karena bias berkembang
menjadi serangan jantung.

c. Serangan jantung

rasa nyerinya sama dengan angina, namun tak hilang bila anda beristirahat, malah tambah
parah. Mereka yang pernah mengalaminya mengatakn bahwa inilah rasa sakit paling buruk yang
pernah mereka rasakan. Orang yang terkena serangan jantung Nampak pucat, berkeringat, dan
tubuhnya terasa dingin. Mereka sering merasa sakit dan mungkin muntah. Sebagian malah tidak
pernah mengalami gejala penyakit jantung sbelumnya karena terjadi secara tiba-tiba. Namun,
banyak penderita merasakan nyeri yang sebentar-sebentar selama beberapa minggu atau
beberapa bulan akibat penyempitan pembuluh darah.
Perbedaan antara angina da serangan jantung adalah, jika angina timbul akibat otot
jantung kekurangan oksigen namun tidak menimbulkan kerusakan, pada serangan jantung
sebagian otot jantung menjadi mati akibat kekurangan oksigen.

Pada kira-kira 20 persen penderita, gejala serangan jantung cukup ringan dan dianggap
sebagai gangguan pencernaan. Hal ini sering terjadi pada orang tua dan para penderita diabetes,
mungkin karena saraf sakit ke jantung tidak begitu peka lagi pada kedua golongan ini.

Penyebab Lain Nyeri Dada

Kita semua pernah merasakan nyeri dada, seperti rasa nyeri dibagian tubuh lain.
Kemungkinan penyebabnya adalah :

a. Rasa panas dalam perut

Kerongkongan (osefagus) yaitu saluran dari mulut ke perut, letaknya persis dibelakang
jantung dan punya saluran saraf yang sama. Jadi, sakit dikerongkongan mungkin terasa seperti
sakit dibagian jantung. Rasa panas diperut ini bias terjadi setiap saat dan biasanya disebabkan
oleh makanan, dimulai sekitar setengah jam setaah makan, atau jika perut kosong. Panas diperut
ini juga bias timbul malam hari saat berbaring mendatar karena cairan asam dari perut mengalir
kembali ke kerongkongan dan menimbulkan iritasi. Makan lebih baanyak makanan atau minum
susu atau antacid bias mengurangi gejalanya, sedangkan minum panas serta alcohol bias
memperburuk keadaan.

Rasa sakit di perut ini bukan disebabkan oleh latihan fisik. Bila anda merasa nyeri dada
saat berjalan. Bahkan jika anda sampai bersendawa tampaknya gejala ini kemungkinan besar
berasal dari jantung daripada dari perut . periksakan ke dokter.

2. Pleuritis

Infeksi di dada seperti pneumonia (radang paru-paru) biasa menimbulkan nyeri hebat di
dada, yang dinamakan pleuritis (radang selaput dada). Rasa nyeri yang tajam disatu sisi dada
akan semakin parah bila anda batuk atau bernmafas dalam-dalam. Ini berbeda dari rasa sakit
yang kurang tajam dan terus menerus dari jantung yang menyebar tepat kedada.

3. Sakit Otot

Sepanjang punggung dan diantara tulaang rusuk terdapat otot-otot yang berperan penting
dalam pernapasan. Seperti otot lainnya, otot-otot ini bias terserang rematik. Sakitnya biasanya
terbatas di daerah dada tertentu, baik dibagian depan atau belakang. Rasa sakit semakin terasa
saat duduk, atau berbaring dalam posisi tertentu jika membalik. Sakit akibat rematik ini bias
berlangusung beberapa jam sampai beberapa hari dan mungkin hilang sbelum akan kambuh
beberapa minggu kemudian.
4. Debaran Jantung

Palpitasi, debaran jantung keras dan cepat yang teratur ataupun yang tidak teratur bisa
terjadi pada orang sehat. Penyebabnya adalah, stress, merokok, atau terlalu banyak minum kopi
atau teh. Ada juga orang yang mempunyai “sirkuit pendek” elektris pada jantungnya sehingga
membuat jantung berdebar sangat cepat, namun ini jarang terjadi.

Orang dengan PJK juga bisa mendapat masalah dengan debaran jantung, namun
biasanya ini terjadi setelah ada seraangan jantung. Dokter akan memberikan obat untuk mencoba
mengontrolnya. Jila palpirasi menyebabkan anda pingsan, sesak napas atau nyeri dada,
konsultasikan segera ke dokter.

5. Sesak Napas

Banyak penyebab sesak napas, dan yang paling umum diantaranya adalah brinkitis
kronis, emfisema (melebarnya gelembung paru) dan asma. Gagal jantung juga menyebabkan
sesak napas dan bisa menyerang orang pernah terkena serangan jantung. Jika jantung tidak
memompa dengan baik, cairan akan tertimbun dalam jaringan tubuh dan paru-paru, sehingga
mengakibatkan sesak nafas. Anda akan sulit jika berbaring ditempat tidur atau terbangun waktu
malam karena sesak napas. Anda juga bisa terserang batuk dengan dahak mengandung sedkit
busa atau darah.

Jika cairan tertimbun di bagian tubuh, pergelangan kaki membengkak atau perut terasa
sakit karena hati dan usus membengkak. Jika telah jelas bahwa jantung anda tidak beres, napas
yang semakin sesak, atau abtuk yang tak kunjung hilang sangat berbahaya. Kini telah ada obat-
obatan ampuh untuk mengatasi gagal jantung, dan semakin cepat anda di obati akan semakin
baik.

E. Mengatasi Serangan Jantung (Penanggulangan)

1. Rehabilitasi

Rehabilitasi setelah serangan jantung sangat berbeda daripada yang biasa. Jika rasa nyeri
dan lesu telah lewat, biasanya dalam waktu beberapa hari usaha yang dilakukan adalah kembali
ke keadaan normal selama 6-8 minggu ke depan.Kebanyakan rumah sakit mempunyai bagian
rehabilitasi jantung, atau disingkat “rehab”. Tujuan rehabilitasi jantung adalah:

a) Pendidikan

Memahami penyebab masalah itu dan mengetahui cara menjadi sehat kembali

b) Pelatihan

Program pelatihan secara bertahap, sehingga anda bisa kembali ke aktivitas normal
Program rehab biasanya dimulai di rumah sakit. Seorang perawat akan menjenguk anda
dan menjawab beberapa hal yang menjadi masalah anda atau keluarga. Anda akan diberi
petunjuk mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh anda lakukan setelah keluar dari rumah
sakit. Program pelatihan biasanya dimulai 2-4 minggu kemudian dan diawasi oleh seorang ahli
fisioterapi di bangsal rumah sakit. Mungkin anda akan bergabung dalam satu kelompok, sekitar
10-15 orang sehingga anda dapat bercakap-cakap dan saling bertukar pengalaman. Kondisi ini
sangat sering membesarkan hati saat melihat seseorang berlatih penuh semangat pada akhir
program pelatihan, sedangkan anda baru akan memulai dan masih ragu-ragu mengikuti pelatihan
itu.

Bagi banyak penderita berusia separuh baya, mungkin ini merupakan pelatihan fisik
teratur pertama yang mereka ikuti selama bertahun-tahun sehingga awalnya akan terasa aneh.
Namun, banyak orang merasakan pelatihan itu semakin mudah setelah beberapa minggu dan
merasa jauh lebih baik pada akhir program pelatihan daripada bertahun-tahun sebelumnya.
Program rehabilitasi biasanya berlangsung selama 1-2 jam, dua kali seminggu selama 6-8
minggu. Selain berlatih, biasanya diadakan diskusi mengenai penyabab serangan jantung dan
hal-hal yang bias dilakukan untuk mencegahnya. Mungkin juga ada kunjungan dari apoteker,
ahli diet, dan spesialis jantung untuk menjawab pertanyaan anada atau keluarga anda mengenai
kondisi anda.

2. Kembali ke Kehidupan Normal

Anda mungkin merasa ragu untuk melakukan kegiatan normal dalam minggu-minggu
atau bulan pertama setelah terkena serangan jantung, seperti bekerja atau kegiatan seks.

a) Mengemudi

Biasanya anda tidak dianjurkan untuk mengemudikan mobil satu bulan setelah
terkena serangan jantung. Hal ini terutama berlaku bagi para pengemudi. Oleh karena itu
bicarakanlah hal ini dengan dokter anda.

b) Kegiatan seks

Setelah terkena serangan jantung, biasanya orang takut melakukan kegiatan seks.
Mula-mula anda mungkin kurang berminat, namun wajar untuk melakukannya kembali
setelah 3-4 minggu jika anda menginginkannya. Hindari sikap terlalu menggebu sampai anda
benar-benar pulih, yang biasanya makan waktu sekitar 6-8 minggu. Beberapa jenis obat yang
anda makan mungkin akan mengurangi nafsu seks, dan jika anda merasa hal ini menjadi
masalah, bicarakanlah dengan dokter anda.

c) Bekerja

Orang yang terkena serangan jantung biasanya dapat kembali bekerja setelah 2-3
bulan . bagi mereka yang bekerja tanpa mengeluarkan banyak tenaga, delapan minggu cuti
sudah cukup. Untuk pekerja yang memerlukan banyak tenaga diperlukan waktu lebih lama,
serta tambahan kegiatan fisik dalam program pelatihan untuk memulihkan tenaga kembali.

d) Berlibur

2-3 bulan pertama setelah terkena serangan jantung, dianjurkan tidak bepergian ke
luar negeri dulu. Anda bolrh pergi kemana pun bila telah pulih kembali. Jika anda ragu,
bicarakanlah dengan dokter. Bila anda masih dalam pengobatan, usahan untuk membawa
obat-obatan yang cukup sampai anda kembali, dan bawalah selalu bersama anda.

e) Cemas dan depresi

Setiap orang pasti merasa cemas setelah terkena serangan jantung, meskipun dokter,
perawat, dan keluarga telah member nasihat positif, banyak penderita masih tetap merasa
cemas. Anda cemas jika terkena serangan jantung lagi, dan semua itu berlanjut. Perasaan ini
memang wajar dan dapat dipahami. Serangan jantung bias merupakan tamparan kuat bagi
kepercayaan diri anda, terutama jika anda belum pernah mengalami keluhan sakit apa pun
sebelumnya sehingga mudah menjadi depresi.

Mengenali masalahnya

Depresi boleh dikatakan penyakit yang sama parahnya dengan sakit jantung, yang juga
dapat disembuhkan. Anda terkena depresi bila ada gejala-gejala seperti berikut:

1. Merasa sedih dan mudah menangis.

2. Hilang semangat atau minat dalam bekerja dan hobi.

3. Kehilangat minat dalam seks.

4. Rasa percaya diri rendah.

5. Terlalu memperhatikan kesehatan diri.

6. Konsentrasi lemah.

7. Tidur sering terganggu, sulit tidur, atau bangun terlalu pagi.

8. Selalu merasa lelah.

Pada keadaan depresi, tingkat kimiawi yang meneruskan sinyal ke otak biasanya rendah
dan pengobatan dengan obat-obatan antidepresi bias membuatnya normal kembali. Obat-obatan
ini tidak menyebabkan ketagihan, berbeda dengan obat penenang, dan anda bias
menghentikannya bila sudah merasa tidak tertekan lagi. Umunya obat ini dimunum selama 3-6
bulan.
Dalam minggu-minggu pertama setelah serangan jantung, begitu banyak hal yang terjadi
dan perlu dipikirkan sehingga depresi tidak begitu kentara. Namun, bila semuanya telah normal
kembali, anda mungkin punya banyak waktu untuk mencemaskan masa depan, dan inilah saat
berbagi masalah bias timbul.Reaksi yang paling umum adalah mudah marah meskipun pada
orang yang biasanya tenang. Pasangan mereka sering mengeluh “ dimarahi habis-habisan”
karena kesalahan kecil saja . Masalah ini biasanya akan reda jika orang itu mulai bekerja
kembali, meskipun ada juga orang yang “mudah marah “ untuk waktu yang lebih lama.

Hal yang penting dalam mengatasi rasa cemas dan depresi adalah menyadari bahwa hal
ini adalah wajar dan dapat diatasi. Berbagi rasa dengan orang yang pernah mangalami hal ini,
atau berkonsultasi dengan kelompok yang biasanya ada dibagian rehab jantung, akan banyak
membantu. Jika anda mengalami masalah dengan berbagai gejala depresi, jangan biarkan hal itu
berlarut-larut, tetapi bicarakanlah dengan dokter anda.

3. Menjaga Kesehatan Jantung

Ada dua jenis factor yang beresiko, yakni factor yang tak dapat dikontrol, dan yang bisa
anda pengaruhi. Penyakit lain, khususnya diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi), bisa
meningkatkan resiko terjadinya PJK, namun resiko ini akan berkurang jika kondisinya terkontrol
baik disertai pengobatan yang cocok.

a) Menurunkan Kolesterol

Lipid adalah istilah umum yang digunakan dokter untuk menyebut bahan menyerupai
lemak dalam darah. Kolesterol merupakan penyebab utama, namun ada jenis lain yang
disebut trigliserid yang juga berperan dalam PJK.Kolesterol mempunyai reputasi buruk
sebagai penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah meskipun juga mempunyai beberapa
fungsi penting bagi tubuh, dan setiap orang membutuhkannya. Zat ini di produksi dalam hati
dan digunakan dalam selaput sel tubuh untuk membuat empedu dan hormone. Jadi, meskipun
anda telah menghindari kolesterol dalam makanan, zat ini akan selalu ada dalam darah.

Jika Anda memeriksakan kolesterol dalam darah, laboratorium biasanya juga akan
mengukur jenis lemak lainnya. Tingkat kolesterol dijumlahkan dari dua macam unsur, yakni
LDL ( low-density lipoprotein) dan HDL (high-density lipoprotein). LDL adalah kolesterol
“jahat”, yang bila tingkatnya tinggi akan memnempel pada dinding pembuluh nadi dan
menimbulkan ateroma. Seitar dua per tiga dari kolesterol dalam darah adalah LDL, dan inilah
yang dimaksudkan dokter bila dikatakan tingkat kolesterol Anda tinggi.

Sebaliknya, HDL adalah kolesterol “baik” dan semakin tinggi tingkatnya, semakin
kecil kemungkinan Anda terkena serangan jantung. Kaum wanita biasanya mempunyai
tingkat HDL yang lebih tinggi daripada laik-laki, namun perbedaan ini biasanya menghilang
setelah menopause.
Trigliserid adalah jenis lemak ketiga dalam pemeriksaan darah. Trigliserid
kebanyakan dibuat dari lemak yang ada dalam sel-sel lemak tubuh. Bila zat ini dilepaskan,
tubuh akan mendapatkan energi yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Meski trigliserid
tidak terdapat dalam timbunan lemak pada dinding pembuluh nadi, namun jika tingkatnya
tinggi, yang merupakan akibat dari apa yang mereka makan, dan sebagian karena faktor
genetik. Dengan diet yang cermat, tingkat lipid atau kolesterol bisa turun hingga 10-20
persen, namun jika ingin menurunkan lebih dari itu, biasanya diperlukan obat-obatan.

Dokter Anda mungkin memberikan lebih dari satu jenis obat untuk menurunkan
tingkat lipid karena cara kejanya memang berlainan. Bisanya Anda juga diberi petunjuk cara
menurunkan kolesterol dengan makanan agar pengobatan Anda benar-benar berhasil.

4. Statin

Perubahan besar dalam pengobatan terhadap kolesterol dalam lima tahun terakhir ini
adalah berkat jenis obat-obatan ini yang mampu menghambat produksi kolesteorl di hati. Statin
mampu menurunkan kolesterol hingga 20-30 persen dengan hanya sedikit efek samping.
Beberapa penyelidikan penting telah dilakukan terhadap ribuan pasien di Eropa, Australia, dan
Amerika. Hailnya menunjukkan bahwa penurunana kolesrterol diikuti oleh menurunnya 20-30
persen resiko terkena serangan jantung. Jenis obat-obatan statin yang paling banyak digunakan
adalah amvastatin dan pravastatin, namun masih banyak lagi yang diproduksi.

Obat-obatan ini biasanya diminum sekali sehari setelah makan hanya dengan sedikit efek
samping. Kadang-kadang timbul radang pada otot tangan dan kaki, serta nyeri yang rasnya
seperti flu. Hal ini terjadi pada minggu-minggu pertama setelah memulai pengobatan dan harus
segera dilaporkan ke dokter. Keluhan itu segera akan hilang setelah Anda berhenti makan obat.
Jika Anda tdak ada keluhan terhadap obat-obatan ini dalam minggu-minggu pertama setelah
meminimnya, biasanya Anda tidak akan mendapat masalah untuk selanjutnya.

5. Fibrat

Bagi beberapa orang, khususnya penderita diabetes, masalah lipid mungkin tidak
sebanyak dengan kolesterol serta trigliserid karena mereka bisa menggunakan kelompok obat
lain yang disebut fibrat. Sebagaimana statin, obat-obatan ini hanya sedikit efek sampingnya dan
diminum makan. Dalam minggu-minggu pertama setelah ada keluhan nyeri pada otot, namun
selain itu hampir tidak ada keluhan lain. Fibrat dapat menurunkan tingkat kolesterol hingga 10-
15 persen dan mengurangi resiko terkena PJK.
6. Resin

Resin menurunkan tingkat kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dalam usus dan
mempengaruhi penyerapannya dalam tubuh. Obat ini berupa bubuk, biasanya dicampurkan
dalam sari buah, diminun satu atau dua kali sehari. Karena tidak diserap oleh tubuh, tidak ada
efek samping bagi jaringan tubuh, namun bisa menyebabkan perut kembung dan sendawa, atau
sembelit pada beberapa orang. Resin juga dapat mencegah terulangnya serangan jantung,
meskipun kurang ampuh dibandingkan dengan statin dan hanya mengurangi resiko 10-15 persen.

7. Memperbaiki Makanan

Mengubah jenis makanan yang biasa Anda makan tidaklah mudah, namun penting untuk
mengurangi resiko terulangnya serangan jantung. Caranya sangat sederhana. Makan makanan
sehat bukan berarti Anda harus berpantang semua makanan yang Anda sukai hanya makan
sayuran mentah. Kebanyakan orang makan terlalu banyak lemak, khususnya yang berasal dari
hewan atau susu. Menguranginya adalah bonus yang sehat untuk seluruh keluarga Anda.
Kurangilah makan daging, keju keras, mentega, krim, susu full-cream, dan yoghurt, serta
makanan lain yang kaya lemak. Makanlah sedik saja, atau hanya pada acara khusus.

Selain mengurangi jumlah lemak dalam makanan Anda, gunakan lemak tak jenuh ganda
(polyunsatu-rated fat), biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, atau lemak tak jenuh tunggal
(monounsaturated fat), seperti minyak zaitun. Jika Anda tidak yakin menentukan minyak yang
baik untuk kesehatan, periksalah labelnya atau tanyakan pada ahli gizi karena berapa jenis
minyak tidak baik untuk jantung. Minyak kelapa sama buruknya untuk jantung, seperti lemak
dari hewan. Mengurangi lemak adalah juga cara yang baik untuk menurunkan berat badan dan
banyak orang merasa bahwa setelah mengubah makanan, gangguan pencernaan mereka akan
berkurang. Bila Anda cemas akan tingkat kolesterol Anda, hindari makanan yang berkolesterol
tinggi, seperti telUR, hati, dan kerang. Namun makanan ini masih lebih baik daripada makanan
yang mengandung lemak hewan. Ingatlah juga banyak makanan yang diproses dan makanan jadi,
seperti pai, biscuit, cake yang banyak mengandung lemak hewan, demikian juga buger! Mulailah
dengan program hidup lebih sehat dan perhatikan label makanan ditoko yang menginformaikan
kandungan lemak.

Perubahan penting lain untukmemulai program diet yang sehat adalah dengan
mengonsumsi sebanyak mungkin buah dan sayuran, paling sedikit lima porsen setiap hari.Bila
anda dapat meningkatkan makanan yang kaya serat, seperti roti gandum, beras merah, pasta, dan
sereal untuk sarapa, terutama havermut, makanan anda sangat baikuntuk kesehatan dan jantung
anda.Untung lah banyak pabrik makanan mulai menyadari pentingnya makanan sehat dan
banyak buku resep makanan sehat yang dapat membantu. Kendala untuk mengikuti pola
makanan sehat mungkin adalah masalah biaya. Jika demikian, bicarakan hal ini dengan dokter
atau ahli gizi yang akan membantu memecahkan masalah anda.
8. Berhenti Merokok

Manfaat menghentikan kebiasaan merokok sungguh besar dan mulai saat anda
menghentikannya, dan dalam lim tahun ke depan, resiko terulangnya serangan jantung berkurang
hingga setengahnya. Namun, anda harus berhenti merokok sama sekali. Bila anda hanya
mengurangi jumlahnya atau mengubahnya dari sigaret ke cerutu atau pipa, risikonya hampir
tidak berkurang. Para dokter menyadari hal ini 30 tahun yang lalu ketika hubungan Antara
merokok dan penyakit jantung mulai diberitakan. Hingga waktu itu, para dokter termasuk
perokok paling berat, kini hanya sedikit saja yang suka merokok.

Banyak orang merasa lebihmudah berhenti merokok di rumah sakit,namun agak sulit
memper tahanya bila anda pulang. Bila anda telah merokok sejak remaja, hal ini bias menjadi
masalah. Inilah kesempatan seluruh keluarga untuk membantu, sebap sulit menghilakan
kebiasaan merokok apa bila anggota keluaga anda merokok. Rumah sakit kini adalah wilayah
‘’dilarang merokok’’ dan begituh lah sehausnya rumah anda. Bagaimana caranya berhenti
merokok? Hal ini berbeda pada setiap orang.ada yang dengan mudah tiba-tiba berhenti
merokok. Anda yang secara perlahan-lahan mulai menguranginya, hingga perlu waktu beberapa
minggu. Masalah sebenarnya adalah kecanduan pada nikotin sehingga beberapa orang perlu
mengunyah permen karet yang mengandung zat ini. Kadang-kadang berbagi rasa dengan orang
lain dapat juga membantu.

Beberapa sebab mengapa orng enggan berhenti merokok-terutama wanita- adalah karena
ada kalanya berat badan akan bertambah setelah berhenti merokok. Belum di ketahui secara
jelas mengapa hal ini bias terjadi. Nafsu maka jelas akan bertambah dan beberapa orang suka
mengudap untuk menghilangkan kebiasaan merokok. Rata-rata berat badan memang akan
naiksetengah sampai satu kilogram dalam enam bulan pertama setelah berhenti merokok.
Namun, jika anda telah mengubah makanan anda menjadi lebih sehat dan rendah lemak,
biasanya kelebihan berat badan itu akan menurun lagi dalam waktu 6-12 bulan.

9. Mengurangi Stres

Jika anda terkena angina untuk serangan jantung, ini lah kesempatn untuk
mempertimbang kan prioritas dalam hidup anda. Anda mungkin merasa bahwa pekerjaan selama
ini menyita waktu dan energi anda begitu banyak di bandinkan waktu untuk keluerga, teman-
teman, maupun minat andayang lain. Meski belum ada bukti secara ilmiah bahwa mengubah
gaya hidup akan mengurangi risiko, hal ini jelas akan meningkat kan kualitas hidup anda

F. Faktor-faktor Pencegah
Beberapa faktor yang di yakini dapat melindungi anda terhadap PJK adalah mengurangi
jumlah minuman baralkohol dan melakukan pelatihan fisik secara teratur

1) Alkohol

Banyak di beritakan tentang manfaat alkohol bila di minum dan jumlah cukup ,
namun alkohol dalam jumah tinggi yang di minum secara teratur dapat menjadiracun bagi
jantung ,otak,dan hati. Jadi, berapakah ukuran yang cukup? Jumlah yang cukup adalah kira-
kira 2-3 unit sehari bagi pria,dan jumlahnya agak kurang bagi wnita.satu unit adalah ukuran
minuman keras, gelas anggur, atau setengah pint bir atau cider (sari buah apel). Pernah ada
anggapan bahwa anggur merah baik untuk mencegah serangan jantung, namun ternya ta
setiap jenis alkohol punya efek yang sama.

2) Pelatihan Fisik

Pelatihan fisik secara teratur baik bagi anda dan dapat mencegah terjadinya PJK.
Banyak penyelidikan di amerika dan eropa menunjukan bahwa pelatihan secara teratur (20
menit, 2-3 kali seminggu) berhasil menurun kan risiko PJK. Jika anda pernah terkena
serangan jantung, anda akan di ajarkan pelatihan fisik di bagian rehabilitasi jantung rumah
sakit, dan mereka yng terkena PJK jenis apapun di anjurkan melakukan lebih banyak latihan.
Jika anda belum pernah mengikuti pelatihan fisik sebelumnya dan tidak tahu cara
memulainya, mintalah nasihat dokter. Jenis pelatihan yang anda lakukan mungkin idak
begitupenting, asal cukup merangsang jantung dan aliran darah dengan cukup lakukanlah apa
yang paling anda sukai, seperti berjalan, berenang, jogging, senam lantai atau berdansa.

Banyak orang mulai dengan perlahan-lahan dan akahirnya menambah waktu dan
jumlah pelatihan, dalam pelatihan atau senam terpimpin, anda akan diajarkan cara melakukan
pemnasan terlebih dahulu, dan hal ini sebaiknya dilakukan dalam setiap pelatihan. Pelatihan
untuk “membakar kalori sebanyak-banyaknya” hingga badan Anda terasa sakit dan pegal
sangat tidak dianjurkan. Jika Anda merasa nyeri, pusing, atau sesak napas, beristrahat dan
berhentilah dulu sampai Anda mersa sehat kembali.

3) Kerja sama dengan dokter

Meskipun merokok dan tingkat lipid merupakan faktor utama yang sepenuhnya
berada dalam kontrol Anda , ada hal-hal lain ketika Anda dan Dokter Anda bisa bekrja sama
untuk meminimalkan risiko lebih lanjut. Mereka yang cenderung mudah terkena PJK, seperti
para penderita diabetes dan hipertensi , harus berusaha untuk ttap mengontrol kesehatannya.

4) Hipertensi
Berusahalah untuk minum obat secara teratur meski tidak ada gejala apapun.
Periksakan tekanan darah Anda secara teratur ke dokter.

5) Diabetes

Cobalah mempertahankan berat badan Anda sedekat mungkin dnga yang seharusnya.
Usahakan agar tingkat gula darah Anda normal dengan menjga diet Anda secara ketat dan
minum obat yang diberikan dokter secara teratur. Pelatihan fisik penting karena dapat
menurunkan berat badan dan juga menurunkan kebutuhan insulin Anda.

6) Tingkat Lipid Naik

Usahan untuk tetap menjalankan diet yang ketat dan makanlah obat yang diberikan
dokter secara teratur.

7) Mengatasi Keadaan Darurat

Serangan jantung bisa terjadi di mana saja dan setiap orang harus tahu apa yang perlu
dilakukan untuk menolong orang yang pingsan dan jantungnya berhenti berdenyut. Basic
Life Support (BLS) atau bantuan dasar untuk mempertahankan hidup tidak sulit dipelajari
dan sangat bermanfaat untuk menolang mempertahankan hidup seseorang. Banyak istruktur
bisa didapatkan di berbagai kota, baik yang bekerja secara sukarela maupun dari rumah sakit
terdekat. Jika Anda atau seseorang secara tiba-tiba merasa nyeri dada yang menjurus ke
serangan jantung, inilah langkah-langkah yang perlu dilakukan:

a. Istirahatlah sambil duduk atau berbaring

b. Minumlah obat GTN dan tunggu lima menit

c. Jika rasa nyeri masih sama atau bertambah buruk setelah 5-10 menit, minum dosis kedua

d. Jika tidak berhasil juga, telepon ambulans

e. Kunyah sebutir aspirin (kecuali Anda atau orang itu alergi pada aspirin) karena ini akan
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan.

G. Penyakit Jantung Koroner pada Pekerja


Tabel 2.1 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner Menurut Jenis Kelamin

Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013

Hasil penelitian pada tabel 2.1 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner lebih
banyak terjadi pada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori
Davidson, (2003) risiko PJK lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian oleh Supriyono (2008) yang melakukan olahraga
teratur bisa mengurangi risiko penyakit jantung koroner.

Tabel 2.2 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur PJK

F %

30-40 tahun 2 3,3

41-50 tahun 11 18,3

51-60 tahun 11 18,3

61-70 tahun 6 10

Jumlah 30 50

Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013

Hasil penelitian pada table 2.2 menunjukkan sebagian besar responden yang mengalami
penyakit jantung koroner dengan usia lebih dari 40 tahun, hal ini menunjukkan prevalensi
penyakit jantung koroner akan meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini sesuai dengan
teori Davidson, (2003) bertambahnya umur akan meningkatkan risiko kejadian penyakit jantung
koroner. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Djohan (2004) ada hubungan antara umur
dengan kejadian PJK. Kasus PJK akan meningkat dengan bertambahnya umur.

Tabel 2.3 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan PJK

F %

Tidak bekerja 12 20,0

PNS 7 11,7

Swasta 4 6,7

Wiraswasta 7 11,7

Petani 0 0

Jumlah 30 50

Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013

Hasil penelitian pada tabel 2.3 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner
sebagian besar terjadi pada yang tidak bekerja, PNS dan wiraswasta. Hasil penelitian oleh
Supriyono (2008) yang melakukan studi kasus di RSUP Dr. Kariyadi dan RS Telogorejo
Semarang pekerjaan tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner.

Tabel 2.4. Analisis Bivariat Kejadian Penyakit Jantung Koroner dengan Variabel yang Diteliti

Sumber: Hermansyah 2009

Hasil penelitian juga menunjukkan, tidak ada hubungan yang bermakna antara gangguan
kesehatan mental dengan kejadian PJK. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,082

Tabel 2.5 Analisis Hubungan Gangguan Kesehatan Mental dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner

Sumber: Hermansyah 2009

Tidak ada hubungan antara gangguan kesehatan mental dengan kejadian


PJK(p=0,082).Hal ini didukung oleh teori dari Anthonovsky ( dalam Notosoedirdjo, 2007) yang
menyatakan bahwa stres dapat bersifat netral, yaitu tidak memberikan efek buruk maupun baik.
Ini terjadi bila intensitas atau durasi stresor sangat kecil atau kemampuan adaptasi individu
sangat baik sehingga stressor dapat dikendalikan.

Penelitian yang dilakukan di Framingham dan juga di negara-negara barat tidak terlalu
menonjolkan stres sebagai faktor risiko PJK. Seseorang yang mengalami gangguan kesehatan
mental akan dapat mengatasinya dengan melakukan aktifitas fisik seperti olahraga secara rutin.
Sejalan dengan penelitian di British Journal of Sports Medicine, yang menyimpulkan bahwa
melakukan aktifitas fisik selama 20 menit per minggu cukup untuk meningkatkan kesehatan
mental dan memperkecil kemungkinan stress.

Tabel.2.6

Prevalensi Penyakit Jantung Koroner Menurut Status IMT Di Laboratorium Klinik Prodia
Makassar Tahun 2005

Sumber: Medical report Laboratorium Klinik Prodia Makassar tahun 2005

Prevalensi penyakit jantung koroner menurut status IMT pada table 2.6.menunjukkan
pasien dengan status IMT normal (18 – 24,9 kg/m2) terdapat 21,8 % menderita PJK , Status IMT
kurus (< 18 kg/m2) terdapat 83,3 % menderita PJK, sedangkan pada obesitas (> 25 kg/m2
terdapat 35,6 % yang menderita PJK.

Tabel . 2.7

Analisis Hubungan Obesitas dengan Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Penyakit


Jantung Koroner Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005

Sumber: Medical report Laboratorium Klinik Prodia Makassar tahun 2005

Hasil analisis berdasarkan pada table 2.7 menunjukkan bahwa dari 26 penderita obesitas
disertai diabetes melitus ditemukan 14 (53,8 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih
banyak dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit jantung koroner yaitu 12 (46,2 %).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,018) lebih kecil a (0,05) dengan demikian dapat
dinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes mellitus terhadap
kejadian penyakit jantung koroner. Hasil penelitian terhadap 270 sampel menunjukkan bahwa
dari 26 penderita obesitas disertai diabetes melitus ditemukan 14 (53,8 %) yang menderita
penyakit jantung koroner, lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit
jantung koroner yaitu 12 (46,2 %). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,018) lebih
kecil a (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara
obesitas dengan diabetes melitus terhadap kejadian penyakit jantung koroner.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hisayama Hearth Study di Jepang, yang
menunjukkan angka kematian kardivaskuler meningkat pada kelompok obesitas yang disertai
dengan diabetes melitus. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah Henry
RR, Mudaliar dimana didapatkan sekitar 60 % dari mereka yang obes menderita diabetes melitus
tipe 2. Semakin besar indeks massa tubuh (IMT) semakin besar risiko menderita diabetes meltus
tipe 2 yang disertai dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner.
Diabetes melitus tipe 2 terjadi oleh dua kelainan utama yaitu adanya defek Sel b pankreas
sehingga pelepasan insulin berkurang, dan adanya resistensi insulin. Pada umumnya para ahli
sepakat bahwa diabetes melitus dimulai dengan adanya resistensi insulin, kemudian menyusul
berkurangnya pelepasan insulin. Pada penderita obes juga ditemukan adanya resistensi insulin.
Peningkatan risiko penyakit kardivaskuler sebesar 50-70 % salah satunya berkaitan dengan
resistensi insulin.

Tabel 2.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Merokok pada Pekerja Kantoran dan
Pekerja Kasar

No Status Merokok Pekerja Kantoran Pekerja Kasar

1 Ya 4 30

2 Tidak 26 0

Jumlah 30 30

Sumber : Christian Sandi 2008

Berdasarkan Tabel 2.8 dapat diketahui bahwa pada pekerja kasar seluruhnya merokok,
sedangkan pada pekerja kantoran hanya sebagian kecil yang merokok yaitu 4 responden (13,3%).
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada pekerja kantoran yang mempunyai kebiasaan
merokok mempunyai kadar kolesterol yang tinggi. Sedangkan pada pekerja kasar, meskipun
mempunyai kebiasaan merokok, namun karena disertai aktivitas yang tinggi maka pembakaran
kolesterol tinggi pula, sehingga kadarnya di dalam darah menjadi rendah.

Tabel 2.9 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut aktivitas olahraga

Olahraga PJK

F %

Tidak Rutin 18 30,0

Rutin 12 20,0

Jumlah 30 50,0

Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013

Hasil penelitian pada tabel 2.9 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner
sebagian besar terjadi pada responden yang tidak rutin berolahraga. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Febriani (2011) bahwa orang yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga
beresiko lebih besar terkena PJK daripada orang yang mempunyai kebiasaan olahraga. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hariadi & Ali (2005) yang menyatakan bahwa olahraga teratur bisa
mengurangi risiko penyakit jantung koroner.

Tabel 2.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol pada Pekerja Kantoran dan
Pekerja Kasar

No Kadar Kolesterol Pekerja Kantoran Pekerja Kasar Uji t P

1 Normal/kurang 26 30 -2.511 0,016

2 Tinggi 4 0

Jumlah 30 30

Sumber : Christian Sandi 2008

Berdasarkan Tabel 2.10 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan
terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan dengan pekerja kasar. Pekerja kasar mempunyai
aktivitas yang berat, sehingga memungkinkan terjadi pembakaran kolesterol yang tersisa di
dalam pembuluh darah. Aktivitas yang rendah pada pekerja kantoran diduga berperan dalam
tingginya kadar kolesterol tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyono
dkk., (2004) yang menyatakan bahwa aktivitas yang berat memerlukan energi yang banyak dan
energi ini diperoleh dari glukosa dan kemudian lipid sebagai alternative berikutnya. Pada pekerja
kasar umumnya berasal dari sosial ekonomi yang rendah, sehingga asupan nutrisinya terbatas.
Hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya simpanan energi dan produk sisa termasuk
kolesterol.

Berdasarkan uji T diperoleh t = -2.511 (p=0,016), hasil ini menunjukan ada perbedaan
kadar kolesterol darah yang bermakna antara pekerja kantoran dan pekerja kasar di desa
Majasari, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga. Individu yang bekerja sebagai pegawai
kantoran biasanya memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik di bidang finansial bila
dibandingkan dengan seorang tukang becak. Dengan penghasilan yang tertentu setiap bulan,
pekerja kantoran dapat merencanakan kehidupannya dengan baik. Namun, pekerjaan yang
monoton dalam ruangan, terlebih lagi di belakang meja kerja, membuat individu itu tidak banyak
melakukan aktivitas fisik. Keadaan ini membuat metabolisme tubuh berjalan lambat. Di sisi lain,
tuntutan pekerjaan yang selalu mendesak, membuat karyawan kantoran pada umumnya memilih
gaya hidup praktis, antara lain masalah makanan.

Makanan cepat saji (fast food) telah menjadi pilihan untuk memudahkan dalam
beraktivitas bagi karyawan kantoran dewasa ini. Selain praktis dan cepat, makanan ini juga
meningkatkan gengsi dan prestise individu yang mengkonsumsinya. Di sisi lain, kandungan gizi
pada makanan ini sebenarnya tidak mencukupi kebutuhan gizi harian. Bahkan kandungan
kolesterol tinggi yang ada, dapat mejadi sumber berbagai macam penyakit. Antara lain penyakit
atherosclerosis, diabetes mellitus, dan sebagainya (Nystrom, 2008). Bila sering dikonsumsi dan
tidak diimbangi dengan kegiatan fisik yang cukup, dapat terjadi dislipidemia yang merupakan
factor risiko terjadinya berbagai penyakit. Inilah yang menjadi penyebab penyakit-penyakit di
atas cenderung terjadi pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas (Lee, 2008).

Berbeda dengan pekerja kasar, tukang becak tidak bermotor, pendapatan yang sedikit dan
tidak menentu, membuatpara pekerja kasar tidak mempunyai banyak pilihan berbagai jenis
makanan. Umumnya para pekerja kasar hanya mengkonsumsi tahu, tempe, dan sayur, ikan asin.
Tentunya jarang sekali pekerja kasar dapat mengkonsumsi makanan cepat saji, atau bahkan
makanan dengan tinggi lemak yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Aktifitas fisik yang
berat sebenarnya perlu diimbangi dengan asupan makanan yang bergizi tinggi, namun jarang
tercukupi.

Walaupun demikian, bukan berarti berbagai jenis penyakit seperti atherosclerosis tidak
terjadi pada masyarakat golongan ekonomi bawah. Hal ini dapat terjadi akibat mengkonsumsi
makanan yang salah. Untuk mendapatkan kemudahan dalam memasak, umumnya masyarakat
menggoreng makanan tersebut. Namun karena kesulitan ekonomi, sering kali digunakan minyak
goreng berkualitas rendah atau bahkan minyak goreng bekas. Padahal telah terjadi perubahan
rantai karbon pada minyak goreng tersebut menjadi minyak jenuh dan ikatan trans, sehingga
mengandung kolesterol tinggi dan dapat memicu dislipidemia (American Heart Association,
2008).

Kolesterol diperoleh dari makanan dan juga disintesis di dalam tubuh. Kolesterol yang
disintesis yaitu sekitar 500 mg/hari dan dari makanan yang hanya sekitar 20% dari seluruh
kolesterol yang ada di dalam tubuh. Pembentukan kolesterol di dalam tubuh terutama di hati
(50% total sintesis), sisanya disintesis di usus, kulit dan semua jaringan yang memiliki sel-sel
berinti (Siburian, 2005). Fessenden dan Joan (1989) mengatakan bahwa hati dan kuning telur
merupakan bahan makanan yang kaya akan senyawa kolesterol. Kadar kolesterol yang tinggi
dalam darah dapat menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah (atherosclerosis), yang
disebabkan oleh endapan kolesterol dan lipid-lipid lain pada dinding sel pembuluh darah.

Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan kolesterol di sel, yang
menyebabkan munculnya atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah arteri) dan
penimbunan plak di dinding pembuluh darah (Murray, 2003). Hal ini dihubungkan dengan
peningkatan risiko penyakit akibat gangguan pembuluh darah (misalnya: penyakit jantung
koroner, stroke, gangguan pembuluh darah tepi) (Anwar, 2004). Makanan kaya lemak jenuh
dianggap sebagai salah satu penyebab atherosclerosis. Bila terjadi sumbatan pada pembuluh
darah jantung, maka dapat terjadi kematian tiba-tiba. Pada tahun 1992, penyakit jantung koroner
menempati urutan pertama dan merupakan 15,5% dari seluruh penyebab kematian
(Darmojo,1993).
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
penyebab kadar kolesterol yang tinggi adalah genetik, diet tinggi lemak, kelebihan berat badan,
kurangnya aktivitas fisik, dan merokok. Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan
menurunkan kadar kolesterol HDL. Kadar kolesterol LDL yang tinggi dapat pula disebabkan
oleh konsumsi alkohol atau obat-obatan (misalnya: steroid atau pil kontrasepsi).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak, antara lain riwayat
keluarga dengan hiperlipidemia, obesitas, diet kaya lemak, kurang melakukan olah raga,
penggunaan alkohol, merokok sigaret, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, kelenjar tiroid
yang kurang aktif, dan lainnya (Anwar, 2004). Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang
memiliki kecepatan yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak
pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya menjalani
diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260
mg/dL.

Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan
perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah. Lemak yang masuk ke
dalam tubuh, terutama dipengaruhi oleh jenis asupan makanan. Membatasi pemasukan beberapa
lemak juga penting. Dari berbagai jenis lemak, lemak jenuh dan trans menjadi faktor utama
risiko penyakit jantung koroner. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati
untuk memproduksi banyak kolesterol sehingga menaikkan kadar kolesterol darah. Kemudian
kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga
menggangu metabolisme sel otot jantung.

Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan
dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran
dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control
terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol.
Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran darah dan
keseimbangan metabolisme.

Risiko penyakit jantung koroner terkait dengan kombinasi antara tekanan kerja dan gaya
hidup individu, disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan kohort. memiliki salah satu faktor
risiko gaya hidup merokok, aktivitas fisik atau obesitas tetapi tidak ada tekanan pekerjaan
dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner. Selain itu tekanan kerja pada
obesitas meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, tetapi risiko tidak meningkat cukup
besar ketika tekanan kerja ditambah dengan merokok, peminum berat ataupun aktivitas fisik
(Mika Kivimaki, 2013).

Hubungan antara jam kerja yang panjang dan rumah sakit masuk karena AMI dilaporkan
oleh Russek dan Zohman sedini tahun 1958, untuk 100 kasus laki-laki dan mereka 100 kontrol .
Menggunakan sampel yang sama tapi lebih tua usia , Theorell dan Rahe, Falger dan Schouten,
dan Sokejima Kagamimori , Liu dan Tanaka, dan Fukuoka et al . juga menemukan hubungan
yang signifikan antara kerja yang panjang jam dan PJK (Marianna Virtanen, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh antara kerja lembur dengan peningkatan
risiko kejadian PJK. Adapun faktor yang berperan penting dalam penelitian ini seperti jenis
kelamin, usia, kelas kerja, beberapa hal yang berkaitan dengan biologis, perilaku, psikososial dan
psikologis terhadap faktor risiko terjadinya PJK, termasuk karakteristik pekerjaan dan jenis pola
perilaku.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa peserta yang bekerja lembur lebih
muda umurnya dibandingkan peserta yang tidak bekerja lembur. Peserta laki-laki, peserta yang
sudah menikah dan orang-orang yang bekerja di kelas kerja yang lebih tinggi lebih sering bekerja
lembur dibandingkan dengan peserta wanita, peserta yang belum menikah dan orang-orang yang
bekerja di kelas bawah.

Riwayat penyakit seperti diabetes, kebiasaan merokok dan penggunaan alkohol yang
melebihi batas juga dikaitkan dengan kerja lembur. Peserta yang bekerja lembur dilaporkan
mengonsumsi buah dan sayuran setiap hari dan sering berolah raga akan tetapi kurang tidur dan
sedikit yang absen karena sakit. Peserta yang kerja lembur juga dilaporkan bahwa mempunyai
prevalensi tekanan psikologis dan tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak
bekerja lembur. Kerja lembur juga mempunyai kadar kolestrol HDL yang lebih tinggi
dibandingkan peserta yang tidak bekerja lembur.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebanyak 67.543,9 orang terdapat 369
kasus baru yang terjadi dalam periode tersebut sehingga apabila dirata-ratakan terdapat 546
kejadian per 1.000 orang per tahunnya. Dari penelitian ini, merokok dan indeks massa tubuh juga
terkait dalam terjadinya PJK (Marianna Virtanen, 2010).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala
dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung secara
umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK
terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah tinggi (hipertensi),
tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK
pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung
koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor
resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan
olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.

Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan
dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran
dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control
terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol.
Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran darah dan
keseimbangan metabolisme.

B. Saran

1) Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.

2) Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol kolesterol,


kontrol tekanan darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan secara rutin.

3) Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh


darah berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri yang memicu
stroke.

4) Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.


DAFTAR PUSTAKA

Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in Physical
Workers and Managers.

Anwar, B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.


www.library.usu.ac.id [diakses 18 Mei 2014].

Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan Kadar
Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.

Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1. Jakarta : EGC,
2009.

Darmojo, dkk, 1993, Pengelolaan Pengajaran Sains, Rineka Cipta, Jakarta.

Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.

Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati

Penyakit Jantung. Jakarta: Pustaka Swara

Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik dengan Faktor
Resiko Terjadinya Penyakit jantung Koroner.

Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik dan Kesehatan Mental


Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner.

Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit
Jantung Koroner.

Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia.

Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart Disease: A Systematic
Review and Meta-Analysis.

Marianna Virtanen, (2010). Overtime Work and Incident Coronary Heart Disease:The Whitehall
II Prospective Cohort Study.

Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk of coronary
artery disease: a meta-analysis of individual participant data.
Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan. (2012), Hubungan Obesitas
Umum dan Obesitas Sentral dengan Penyakit Jantung Koroner

Sallim Annisa Yuliana, (2013), Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner.

Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A. 2000. Powell American
Journal of Roentgenology, 175, 45-51

Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit Jantung.
Universitas Diponegoro.

Kuswadji, S. 2009. Kadar Lemak Darah pada Pekerja Bergilir di Suatu Instalasi Pengeboran
Minyak dan Gas Bumi. www.cerminduniakedokteran.com [diakses 18 Mei 2014].

Yuet Wai Kan. 2000. Adeno-associated viral vector-mediated vascular

www.digilib.unimus.ac.id Diakses tanggal 15 Mei 2014

www.americanhearth.org. (2009). Aktivitas Penderita Kardiovaskular. Diakses tanggal 15 Mei


2014

www.ipaq.com.(2005). Diakses tanggal 16 Mei 2014

www.searo.who.int.(2002). Physical Activity Fundamental. Diakses tanggal 16 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai