Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan

berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik

dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, dalam

masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang

tidak terlibat dalam komunikasi. Komunikasi memiliki peranan yang

sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu, kelompok,

maupun dalam organisasi. Komunikasi manusia yang lebih komprehensif,

yaitu Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu

dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam

masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi

untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain (Hastuti,S : 2009).

Komunikasi yang berkualitas adalah komunikasi yang efektif.

Maksudnya adalah bagaimana dalam sebuah proses interaksi komunikasi,

pesan oleh komunikator dapat tersampaikan dengan baik, dan memberi

efek pada si penerima pesan (komunikator). Efek-efek yang diharapkan

dalam berkomunikasi antara lain efek kognitif (pengetahuan), efek pada

sikap, maupun efek pada perilaku. Melalui informasi dan pesan yang

disampaikan melalui proses komunikasi, seseorang yang tadinya tidak

mengetahui apa-apa menjadi tahu, menjadi lebih paham akan pesan yang

disampaikan. Sehingga, dalam menyampaikan pesan agar sesuai dengan

1
tujuan komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi seperti

communicator (komunikator), message (pesan), channel (media), dan

communicant (komunikan) harus diperhatikan, agar komunikasi yang

dilakukan dapat memberikan efek bagi penerima (Hastuti,S : 2009).

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dimungkiri

begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Komunikasi dalam organisasi

memiliki kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana menyampaikan

informasi dan menerima informasi merupakan hal yang tidak mudah, dan

menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi

organisasi, aliran informasi merupakan proses yang rumit, karena

melibatkan seluruh bagian yang ada dalam organisasi. Informasi tidak

hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga sebaliknya dari bawah ke

atas dan juga mengalir diantara sesama karyawan. Untuk membentuk

kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota, maka dibutuhkan

bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara para anggota

organisasi. Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila

tidak ada komunikasi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan dengan

baik (Hastuti,S : 2009).

Teamwork menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan

keberhasilan kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong

yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang

tergabung dalam teamwork. Tanpa kerjasama yang baik tidak akan

memunculkan ide-ide cemerlang. Sebagaimana yang dinyatakan Bachtiar

2
(2004) bahwa kerja sama merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa

orang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan. Kerjasama akan

menyatukan kekuatan ide-ide yang akan mengantarkan pada kesuksesan.

Teamwork adalah kemampuan individu yang yang bekerjasama

untuk mencapai tujuan yang sama (Hastuti,S : 2009). Orang pada semua

tingkat organisasi merupakan faktor yang sangat penting dari suatu

organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan

kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi. Dengan

demikian, setiap orang dalam struktur organisasi perusahaan dengan

tujuan tertentu membutuhkan teamwork yang baik untuk mencapai

tujuannya itu. Bukti menunjukkan bahwa tim biasanya bekerja lebih baik

daripada individu ketika tugas-tugas yang dilakukan membutuhkan banyak

keterampilan, pendapat, dan pengalaman.

Tim memiliki kecakapan untuk berkumpul, menyebarkan,

berkumpul kembali, dan membubarkan diri dengan cepat. Misalnya, kira-

kira 80% dari perusahaan Fortune 500 saat ini menempatkan separuh atau

lebih karyawan mereka dalam tim. 68% dari manufaktur kecil di AS juga

menggunakan tim di berbagai area produksi mereka (Robbins, 2008).

Dapat disimpulkan, teamwork yang efektif memiliki peran yang signifikan

bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah sebagai

berikut: Bagaimana cara membangun kerjasama, komunikasi dan

relationship?”

C. Tujuan

1. Ingin mengetahui cara membangun keterampilan komunikasi.

2. Ingin mengetahui cara membangun keterampilan bekerjasama/

teamwork.

3. Ingin mengetahui cara membangun keterampilan komunikasi.

4. Ingin mengetahui cara membangun keterampilan kepemimpinan /

leadership.

5. Ingin mengetahui cara membangun keterampilan relationship.

6. Ingin mengetahui aplikasi membangun keterampilan komunikasi dan

kerjasama.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Komunikasi

Organisasi ataupun perusahaan pasti memiliki sumber daya

manusia untuk menjalankan kegiatannya, agar kegiatan tersebut dapat

berjalan dengan baik maka diperlukaan hubungan yang baik antar anggota

organisasi maupun perusahaan tersebut. Hubungan baik tersebut dapat

terjadi dengan adanya komunikasi. Pratminingsih (2006: 2) kata

komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti memberi,

mengambil bagian atau meneruskan sehingga terjadi sesuatu yang umum

(common), sama atau saling memahami.

Mangkunegara (2011: 145) komunikasi adalah aktivitas yang

menyebabkan orang lain menginterpetasikan suatu ide, terutama yang

dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Hovland, Janis dan Kelley

dalam Muhammad (2009: 4) mengatakan bahwa communication is the

process by which an individual transmits stimuly (usually verbal) to

modify the behaviour of other individuals, dengan kata lain komunikasi

adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk

verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Sedangkan menurut

Robbins (2008: 5) komunikasi adalah transfer dan pemahaman makna.

5
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa komunikasi adalah suatu kegiatan mengirimkan pesan atau berita

dari pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan sehingga pesan

dapat dipahami dan dapat mempengaruhi penerima pesan.

B. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau

mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sehingga komunikasi mempunyai peranan

yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang- orang bekerja

sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tersebut.

Stanton (1998) mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada

lima tujuan komunikasi manusia, yaitu:

1) Mempengaruhi orang lain

2) Membangun atau mengelola relasi antarpersonal

3) Menemukan perbedaan jenis pengetahuan

4) Membantu orang lain

C. Unsur-unsur dalam komunikasi

Menurut Pratminingsih (2006: 3) unsur-unsur komunikasi adalah sebagai

berikut:

1. Sumber informasi (source) adalah orang yang menyampaikan pesan.

Pada tahap ini sumber informasi melakukan proses yang kompleks

yang terdiri dari timbulnya suatu stimilus yang menciptakan

6
pemikiran dan keinginan untuk berkomunikasi, pemikiran ini

diencoding menjadi pesan, dan pesan tersebut disampaikan melalui

saluran atau media kepada penerima.

2. Encoding adalah suatu proses di mana sistem pusat syaraf sumber

informasi memetintahkan sumber informasi untuk memilih simbol-

simbol yang dapat dimengerti yang dapat menggambarka pesan.

3. Pesan (Message) adalah segala sesuatu yang memiliki makna bagi

penerima. Pesan merupakan hasil akhir dari proses encoding. Pesan

ini dapat berupa kata-kata, ekspresi wajah, tekanan suara, dan

penampilan.

4. Media adalah cara atau peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan pesan kepada penerima. Media tersebut dapat berupa

surat, telepon atau tatap muka langsung.

5. Decoding adalah proses di mana penerima pesan menginterpretasikan

pesan yang diterimanya sesuai dengan pengetahuan, minat dan

kepentingannya.

6. Feedback (Umpan Balik) adalah respon yang diberikan oleh penerima

pesan kepada pengirim sebagai tanggapan atas informasi yang dikirim

sumber pesan. Pesan ini dapat berupa jawaban lisan bahwa si

penerima setuju atau tidak setuju dengan informasi yang diterima.

7. Hambatan (Noise) adalah berbagai hal yag dapat membuat proses

komunikasi tidak berjalan efektif. (Pratminingsih, 2006)

7
D. Model Komunikasi

Siapa Apa Saluran Siapa


Efek
(Pembicara) (Pesan) (Medium) (Audien)

Gambar 1. Model Komunikasi Lasswell dalam Arni (2009: 6)

Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan dan

dijawab dalam melihat proses komunikai yaitu:

1. Who adalah menunjuk kepada siapa siaapa orang yang mengambil

inisiatif untuk memulai komunikasi.

2. Says what adalah berhubungan dengan isi komunikasi atau apa pesan

yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.

3. Through what adalah melalui media apa. Yang dimaksudkan dengan

media adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan,

kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat, buku dan gambar.

4. To whom adalah menanyakan siapa yang menjadi audience atau

penerima dari dari komunikasi. Atau dengan kata lain kepada siapa

komunikator berbicara atau kepada siapa pesan yag ia ingin

disampaikan diberikan.

5. What effect adalah efeknya dari komunikasi tersebut. Pertanyaaan

mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan dua hal yaitu apa

yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa

yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi.

8
E. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Menurut Arni (2009: 95) pada dasarnya ada dua bentuk dasar komunikasi

yang lazim digunakan dalam organisasi, yaitu komunikasi verbal dan

komunikasi nonverbal.

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-

simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan

maupun secara tulisan. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas

komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat

didefinisikan sebagai suatu proses di mana seorang pembicara

berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi

tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan adalah apabila

keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam

simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang

bisa dibaca, kemudian dikirimkan pada karyawan yang dimaksudkan.

2. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan

tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan

gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata,

ekspresi muka, kedekatan jarak, dan sentuhan

9
F. Format Interaksi Komunikasi

Arni (2009: 158) berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi dalam

komunikasi, komunikasi tersebut dapat sibedakan atas tiga kategori yaitu

komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi

publik.

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di

antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya

di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.

Menurut Thoha (2010: 185) Karakteristik umpan balik komunikasi

antar pribadi yang efektif dan tidak efektif dalam Manajemen Sumber

Daya Manusia adalah sebagai berikut.

Tabel 1.
Karakteristik Umpan Balik Komunikasi Antar Pribadi yang Efektif
dan Tidak Efektif dalam Manajemen Sumber Daya Manusia.

Umpan Balik yang Efektif Umpan Balik yang Tidak Efektif

1. Cenderung untuk membantu 1. Cenderung memperkecil arti


pegawai peranan pegawai
2. Khusus dan terperinci 2. Bersifat umum
3. Deskriptif 3. Bersifat menilai
4. Bermanfaat 4. Tidak bermanfaat
5. Memperhitungkan waktu 5. Tidak memperhitungkan
ketepatan waktu
6. Kesiapan pegawai untuk menerima 6. Membuat pegawai bertahan
dan memberikan umpan balik
7. Jelas 7. Tidak memudahkan pengertian

8. Sah dan benar 8. Tidak sah dan tidak benar

Sumber: Thoha (2010: 185)

10
2. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang

dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan

satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil

peranan, terikat satu sama lain, dan berkomunikasi tatap muka.

3. Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah

orang yang berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi,

secara tatap muka atau melalui media.

G. Fungsi Komunikasi

Menurut seperti Robbins dan Judge (2008: 5) mengatakan bahwa

komunikasi memiliki 4 fungsi yakni :

1. Kontrol

Komunikasi dengan cara-cara tertentu bertindak untuk mengontrol

perilaku anggota. Organisasi memiliki hierarki otoritas dan garis

panduan formal yang wajib ditaati oleh karyawan.

2. Motivasi

Komunikasi menjaga motivasi dengan cara menjelaskan kepada para

karyawan mengenai apa yang harus dilakukan, seberapa baik pekerjaan

mereka, dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja

sekiranya hasilnya kurang baik.

11
3. Ekspresi emosional

Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka adalah sumber utama

interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok merupakan

sebuah mekanisme fundamental yang meleluinya para anggota

menunjukkan rasa frustasi dan rasa puas mereka.

4. Informasi

Komunikasi memberikan informasi yang dibutuhkan oleh individu dan

kelompok untuk mengambil keputusan dengan cara menyampaikan

data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan

alternatif yang ada.

H. Pengelompokkan Komunikasi

Menurut Pratminingsih (2006: 12) ditinjau dari segi formalitas,

komunikasi organisasional bisa dikelompokkan menjadi komunikasi

informal dan formal.

1. Komunikasi Informal

Komunikasi informal merupakan suatu proses komunikasi yang terjadi

di antara para anggota organisasi tanpa menggunakan jalur komunikasi

formal yang berlaku di organisasi.

2. Komunikasi Formal

Komunikasi formal merupakan suatu arus komunikasi yang terjadi

secara formal sesuai dengan struktur organisasi.

12
Ditinjau dari arahnya, komunikasi formal bisa dikelompokkan menjadi

tiga yaitu:

a. Komunikasi ke bawah (downward communication)

Komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang terjadi antara

seseorang dengan bawahannya dalam suatu organisasi. Adapun

bentuknya bisa berupa memo, kebijaksanaan, perintah, presentasi,

rapat, majalah perusahaan, buletin dan sebagainya.

b. Komunikasi ke atas (upward communication)

Komunikasi ke atas merupakan komunikasi dari bawahan ke

atasan, dan biasanya dalam laporan, baik tertulis maupun tidak.

c. Komunikasi sejajar (lateral communication)

Komunikasi sejajar merupakan komunikasi di antara orang-orang

yang mempunyai jabatan yang selevel tapi berbeda departemen.

I. Cara Mengembangkan Komunikasi

Berikut beberapa hal untuk mengembangkan komunikasi di lingkungan

bekerja:

1. Kesopanan

Suatu tindakan untuk selalu mempertahankan kesantunan ketika

berbicara di tempat kerja, kesopanan tidak memandang lawan bicara

dari kepangkatan, senior/junior serta merendahkan lawan bicara.

13
2. Presisi

Suatu ketepatan dalam berkomunikasi dalam rangka memfasilitasi

suatu kebutuhan pekerjaan dan harus diselesaikan secepatnya.

Kegiatan seperti mendelegasikan tugas dan pelaporanhasil suatu

pekerjaan. Menghindari komunikasi tidak penting atau mengobrol

pada waktu kerja.

3. Bahasa

Penggunaan bahasa dalam komunikasi di tempat kerja adalah bahasa

formal, menghindari penggunaan bahasa gaul untuk menghindari

kesalah pahaman dan tidak profesional.

4. Volume berbicara

Saat berkomunikasi, volume berbicara tidak keras, atau rendah.

Berbicara dengan keras akan mengganggu lingkungan sekitar dan

menarik perhatian orang lain.

5. Kejelasan

Ketika menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan jelas

(Kejelasan Informasi). Hal ini penting untuk memastikan bahwa

lawan berbicara telah benar-benar mengerti mengenai hal yang telah

dikatakan. Saat berbicara intonasi lambat dan jelas. Apabila terdapat

aksen etnik yang kuat, perlu memastikan lawan bicara telah

memahami pesan dengan bertanya “ Apakah anda telah mengerti?”

6. Mendengarkan orang lain

14
Komunikasi yang efektif merupakan komunikasi dua arah,

mendengarkan merupakan salah satu keterampilan komunikasi yang

efektif di tempat kerja.

7. Postur dan Bahasa Tubuh

Sikap dan bahasa tubuh memberikan respon lebih besar dibandingkan

dengan berbicara, menjaga sikap dan bahasa tubuh di tempat kerja

menunjang komunikasi verbal yang disampaikan.

J. Hambatan-Hambatan Komunikasi

Menurut Pratminingsih (2006: 8) hambatan dalam proses komunikasi

dapat dikelompokkan menjadi hambatan nonverbal dan verbal.

1. Hambatan Nonverbal

a. Perbedaan persepsi. Persepsi merupakan pandangan seseorang

terhadap suatu kenyataan atau fakta.

b. Perbedaan kepentingan

c. Perbedaan pengetahuan tentang topik yang dikomunikasikan.

Pengetahuan tentang topik yang dibicarakan antara pengirim berita

dan penerima berita hendaklah sama tingkatannya.

d. Keterlibatan emosi

Komunikasi yang baik haruslah bersifat objektif dan rasional, tidak

melibatkan emosi pengirim dan penerima yang dapat menimbulkan

konflik kepentingan.

15
e. Kurangnya intropeksi. Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik

kedua pihak yang berkomunikasi hendaklah selalu melakukan

evaluasi diri.

f. Kesalahan dalam menilai penampilan. Seringkali penampilan

seseorang mempengaruhi penilaian orang lainnya. Agar komunikasi

dapat berjalan dengan efektif maka janganlah penempilan seseorang

mempengaruhi informasi yang dikirimnya.

g. Pesan yang disampaikan kurang jelas. Salah satu hal yang sering

menyebabkan kegagalan komunikasi adalah penerima pesan tidak

mengerti apa maksud informasi yang diterimanya. Untuk itu maka

pesan harus dibuat dengan jelas dan disusun dengan sistimatis.

h. Hanya mendengarkan pesan secara pasif

2. Hambatan Verbal

Menurut Pratminingsih (2006: 9) ada beberapa hal yang dapat menjadi

hambatan verbal, antara lain:

a. Kesalahan pemilihan kata

b. Kurangnya perbedaan kosa kata

c. Kesalahan penulisan atau pengucapan

d. Perbedaan level antara pengirim dan penerima pesan

K. Pengertian Kemampuan Teamwork

Pratminingsih (2006) mendefinisikan teamwork adalah kemampuan

individu untuk melakukan kerjasama dengan baik dalam mencapai maksud

16
dan tujuan tim serta para anggotanya mampu berpartisipasi di dalam tim

dan memperoleh kepuasan di dalam tim tersebut, dengan ciri memiliki

tujuan, memahami peran dan tugas, saling percaya dan mendukung serta

bertanggungjawab dalam menjalankan tugas-tugas untuk mencapai tujuan

bersama. Pratminingsih (2006) menjelaskan sebuah tim sebagai

sekelompok orang giat yang bekerja untuk meraih sasaran umum, di mana

bekerja bersama dengan baik dan menikmatinya, dan menghasilkan hasil

kualitas tinggi. Pratminingsih (2006) mengartikan sebuah tim adalah

seperangkat struktur hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan,

sementara itu Arni (2009) mengartikan sebuah tim sebagai sekelompok

orang yang bekerja bersama dimana kesuksesan dari setiap individu

bergantung pada kesuksesan dari keseluruhan kelompok.

Konsep yang berhubungan erat dari tim dan kelompok sering

dibahas secara sinonim, walaupun beberapa pengarang sudah mencoba

untuk menjelaskan perbedaannya. Hitt (2002), sebagai contohnya,

mendiskusikan definisi dari Dyer bahwa tim adalah koleksi dari orang

yang harus mempercayakan pada kerjasama kelompok jika setiap anggota

adalah untuk mengalami jumlah maksimum dari kesuksesan dan pretasi

tujuan, dan point keluar bahwa tidak semua koleksi dari orang menemukan

persyaratan ini. Levi (2001) berusaha untuk menunjukkan perbedaan di

antara karakterisitik kelompok dan tim. Kelompok berfungsi seperti tim

yang secara khas memiliki sebuah tujuan yang bersih dan umum. Anggota

tim mengerti dimana mereka saling ketergantungan pada kepalsuan lain.

17
Huszczo (1999) mengemukakan pendapat bahwa teamwork merupakan

lambungan gagasan dari satu orang ke orang lainnya dan mendatangkan

solusi untuk permasalahan kritis, dan organisasi tersebut dimulai dengan

mengambil strategi team untuk bekerja dengan kompetisi. Tciptono (2000)

menawarkan sebuah definisi praktis dari tim dengan memfokuskan dalam

aktivitas khas dari teamwork. Teamwork memiliki arti bahwa kita

mengenali nilai dari para anggota dari tim di luar hanya mengerjakan

pekerjaan mereka, bahwa kita ingin mereka menjadi terlibat dalam strategi

kita. Ini berarti mendorong level kreativitas dan membuat keputusan lebih

lanjut.

Teamwork adalah kumpulan orang-orang yang mampu bekerjasama

dalam sebuah tim, setiap orang memiliki derajat yang sama dan penting

dalam organisasi. Setiap individu berhubungan dengan individu lain

melalui seorang pemimpin yang ditetapkan (Hughes, 1988). Sedangkan

menurut Jhonsosn (2000) teamwork adalah sebuah jalan penting untuk

menaikkan efektifitas organisasi. Teamwork adalah sekumpulan

keterampilan yang dibutuhkan untuk dikembangkan selama latihan (Levi,

2001). Pendapat lain juga dikemukakan oleh Johlke (2002) yang

menyatakan bahwa teamwork merupakan perbuatan dua orang atau lebih

yang bekerja sama ke arah tujuan umum, saling membagi waktu, bakat,

dan pengetahuan dan menggunakan metode yang cocok untuk semua

anggota tim.

18
L. Aspek-aspek Kemampuan Teamwork

Hitt (2002) mengutarakan karakteristik teamwork adalah sebagai berikut:

1. Persetujuan umum dalam harapan tinggi untuk tim.

2. Suatu komitmen untuk tujuan umum.

3. Tanggung jawab diasumsikan untuk kerja yang harus dilakukan.

4. Jujur dan komunikasi terbuka.

5. Akses untuk informasi.

6. Iklim kepercayaan.

7. Perasaan umum bahwa seseorang dapat mempengaruhi apa yang

terjadi.

8. Dukungan untuk keputusan yang telah dibuat.

9. Suatu pendekatan yang sama-sama untung untuk pengendalian konflik.

10. Suatu fokus pada proses seperti hasil.

Huszczo (1999), seperti Hitt sebelumnya, memberikan daftar karakteristik

yang lebih luas dan memiliki penjelasan yang lebih kritis yang dapat

membentuk dasar dari penilaian tim yang sistematis, yaitu :

1. Tujuan. Arah harus jelas dan berhubungan dengan organisasi paling

luas. Hal ini juga harus menjadi komitmen dari para anggota.

2. Bakat. Tim harus memiliki bakat dan keterampilan yang melengkapi

untuk tugas. Hal ini harus menjadi dorongan anggota untuk

perkembangan selanjutnya.

19
3. Tugas. Para anggota harus mengerti tugas mereka dalam keikutsertaan

untuk kesuksesan tim. Mereka harus memiliki komitmen terhadap

tugas-tugas tersebut dan kejelasan tentang kontribusi individu.

4. Pelaksanaan. Menjalankan pelaksanaan yang efektif dan berguna harus

ada di dalam tim. Pertemuan dan perencanaan harus efektif, dan para

anggota harus mengetahui bagaimana membuat keputusan, mengatasi

masalah, dan membagi serta menerima informasi sebagai sebuah tim.

5. Hubungan Interpersonal. Para anggota tim perlu untuk berhubungan

baik satu dengan yang lainnya, komunikasi dan memecahkan konflik.

Mereka harus saling mendukung satu sama lain. Mereka harus

menunjukkan perhatian sehingga level keterampilan semakin tinggi.

6. Penguatan. Sistem penguatan yang efektif dibutuhkan untuk

peningkatan teamwork. Pada level personal, apresiasi harus tegas, dan

ini sangat penting untuk pembentukan perilaku tim. Organisasi juga

bertanggungjawab untuk penguatan ini.

7. Hubungan external. Pembentukan hubungan external dengan

lingkungan external harus ada, dan ini harus juga harus menjadi

hubungan yang sehat dengan unit lain dalam organisasi itu sendiri.

Tim juga perlu untuk meninjau lingkungan tersebut untuk mengenali

yang menyangkut ancaman dan kesempatan.

M. Manfaat Teamwork

Manfaat Teamwork adalah sebagai berikut :

20
1. Bagi Organisasi Tim

a) Meningkatkan produktivitas kerja.

b) Meningkatkan kualitas kerja.

c) Meningkatkan mentalitas kerja.

d) Meningkatkan kemajuan organisasi.

2. Bagi Anggota Tim

a) Tanggung jawab atas pekerjaan ditanggung bersama.

b) Sebagai media aktualisasi diri.

c) Stres atau beban kerja berkurang. (Thoha, 2010)

N. Tujuan Teamork

Tujuan Bekerja Dalam Tim

1. Kesatuan Tujuan

Setiap anggota tim memiliki kesamaan visi,misi dan program kerja.

2. Efisiensi

Setiap anggota tim menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara

cepat,cermat dan tepat tanpa pemborosan dan kecerobohan.

3. Efektif

Setiap anggota tim memiliki tujuan yang jelas, memiliki keterampilan

yang memadai, memiliki komitmen, saling percaya, memiliki

komunikasi yang baik, memiliki kemampuan bernegoisasi, dan

memiliki kemampuan yang tepat. (Thoha, 2010)

21
O. Jenis Teamwork

Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:

1. Tim Formal

Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi

sebagai bagian dari struktur organisasi formal.

2. Tim Vertikal

Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer

dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi

formal.

3. Tim Horizontal

Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa

karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area

keahlian yang berbeda.

4. Tim dengan Tugas Khusus

Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar

organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan

atau kreativitas khusus.

5. Tim Mandiri

Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang

pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan

untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan

pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih.

22
6. Tim Pemecahan Masalah

Tim pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12

karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana

mereka bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas,

efisiensi, dan lingkungan kerja.

P. Tahapan Pengembangan Teamwork

1. Forming

Forming adalah tahapan di mana para anggota setuju untuk bergabung

dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang

membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri.

Kelompok cenderung belum dapat memilih pemimpin (kecuali tim

yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).

2. Storming

Storming adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di dalam

tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan

kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk

mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu. Faksi-faksi mulai

terbentuk, terjadi pertentangan karena masalah- masalah pribadi,

semua bersikeras dengan pendapat masing-masing. Komunikasi yang

terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau lagi

menjadi pendengar.

23
3. Norming

Norming adalah tahapan di mana individu-individu dan subgroup yang

ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja bersama dan

berjuang untuk menghindari team tersebut dari kehancuran (bubar).

Karena semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai

merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya

kepada seluruh anggota tim.

4. Performing

Performing adalah tahapan merupakan titik kulminasi di mana team

sudah berhasil membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat

bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim

akan terlihat dari prestasi yang ditunjukkan. (Thoha, 2010)

Q. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Teamwork

Arni (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan sebuah tim atau

kelompok kerja merupakan:

1. Tujuan yang jelas

Kurang jelasnya Tujuan dari suatu kumpulan kerja biasanya menjadi

penyebab utama kegagalan kelompok. Saat Tujuan kelompok

dikatakan dengan jelas pada masing-masing anggota, maka ada

semangat untuk bergerak maju dan keinginan untuk bertahan di waktu

sulit, serta bagaimana menanggulangi halangan-halangan.

2. Struktur tim atau kelompok kerja yang saling mendukung

24
Untuk menjangkau suatu struktur yang saling mendukung, orang yang

bertanggung jawab dalam menyusun tim/kelompok mesti

membubuhkan perhatian kepada faedah kelompok, peran anggota tim,

tanggung jawab dan tingkat keterampilan anggota, stabilitas dan besar

kecilnya suatu kumpulan serta peran kepemimpinan dalam

tim/kelompok.

3. Dukungan yang kuat

Salah satu urusan yang dapat mengakibatkan kegagalan ialah

kurangnya dukungan secara organisasi terhadap anggota. Dukungan

dalam format pelatihan, pemantauan kerja dan diskusi secara rutin

ialah bentuk dukungan yang dibutuhkan dalam kondisi kerja

kelompok. Dukungan laksana ini memastikan bahwa masing-masing

anggota bisa dengan bebas mengeksplorasi kemampuannya dalam

memajukan kumpulan secara terkoordinasi, tanpa mengakibatkan

hambatan-hambatan yang terlampau berarti.

4. Hubungan internal yang positif

Banyak kendala serta kelemahan anggota dalam tim yang dapat

mengakibatkan ketegangan dalam hubungan dan hadir ke permukaan

sebagai perilaku yang buruk, kekurangpercayaan dan perebutan

kekuasaan. maka hubungan internal yang positif sangat mempengaruhi

kefektifan suatu tim. (Arni, 2009)

25
R. Ciri-Ciri Teamwork yang Efektif

Efektifitas tim kerja didasarkan pada dua hasil – hasil produktif dan

kepuasan pribadi. Kepuasan berkenaan dengan kemampuan tim untuk

memenuhi kebutuhan pribadi para anggotanya dan kemudian

mempertahankan keanggotaan serta komitmen mereka. Hasil produktif

berkenaan dengan kualitas dan kuantitas hasil kerja seperti yang

didefinisikan oleh tujuan – tujuan tim. Faktor – faktor yang mempengaruhi

efektifitas tim yaitu konteks organisasional, struktur, strategi, lingkungan

budaya, dan system penghargaan. Berikut ciri-ciri teamwork yang efektif:

1. Tujuan yang sama

Jika semua anggota tim mendayung ke arah yang sama, pasti

kapal yang didayung akan lebih cepat sampai ke tempat tujuan, dari

pada jika ada anggota tim yang mendayung ke arah yang berbeda,

berlawanan, ataupun tidak mendayung sama sekali karena bingung ke

arah mana harus mendayung. Jadi, pastikan bahwa tim memiliki tujuan

dan semua anggota tim Anda tahu benar tujuan yang hendak dicapai

bersama, sehingga mereka yakin ke arah mana harus mendayung.

2. Antusiasme yang tinggi

Pendayung akan mendayung lebih cepat jika mereka memiliki

antusiasme yang tinggi. Antusiasme tinggi bisa dibangkitkan jika

kondisi kerja juga menyenangkan: anggota tim tidak merasa takut

menyatakan pendapat, mereka juga diberi kesempatan untuk

26
menunjukkan keahlian mereka dengan menjadi diri sendiri, sehingga

kontribusi yang mereka berikan juga bisa optimal.

3. Peran dan tanggung jawab yang jelas

Jika semua ingin menjadi pemimpin, maka tidak akan ada yang

mendayung. Sebaliknya, jika semua ingin menjadi pendayung, maka

akan terjadi kekacauan karena tidak ada yang memberi komando untuk

kesamaan waktu dan arah mendayung. Intinya, setiap anggota tim harus

mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing yang jelas.

Tujuannya adalah agar mereka tahu kontribusi apa yang bisa mereka

berikan untuk menunjang tercapainya tujuan bersama yang telah

ditentukan sebelumnya.

4. Komunikasi yang efektif

Dalam proses meraih tujuan, harus ada komunikasi yang efektif

antar-anggota tim. Strateginya: Jangan berasumsi. Artinya, jika Anda

tidak yakin semua anggota tim tahu apa yang harus menjadi prioritas

utama untuk diselesaikan, jangan berasumsi, tanyakan langsung kepada

mereka dan berikan informasi yang mereka perlukan. Jika Anda tidak

yakin bahwa tiap anggota tim tahu bagaimana melakukan ataupun

menyelesaikan suatu tugas, jangan berasumsi mereka tahu, melainkan

informasikan atau tujukanlah kepada mereka cara melakukannya.

Komunikasi juga perlu dilakukan secara periodik untuk tujuan

monitoring (misalnya: sudah seberapa jauh tugas diselesaikan) dan

27
correcting (misalnya: apakah ada kesalahan yang perlu diperbaiki dalam

menyelesaikan tugas yang telah ditentukan).

5. Resolusi Konflik

Dalam mencapai tujuan mungkin saja ada konflik yang harus

dihadapi. Tetapi konflik ini tidak harus menjadi sumber kehancuran

tim. Sebaliknya, konflik ini yang dapat dikelola dengan baik bisa

dijadikan senjata ampuh untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek

yang berbeda sehingga bisa diperoleh cara baru, inovasi baru, ataupun

perubahan yang memang diperlukan untuk melaju lebih cepat ke arah

tujuan. Jika terjadi konflik, jangan didiamkan ataupun dihindari.

Konflik yang tidak ditangani secara langsung akan menjadi seperti

kanker yang menggerogoti semangat tim. Jadi, konflik yang ada perlu

segera dikendalikan.

6. Shared power

Jika ada anggota tim yang terlalu dominan, sehingga segala sesuatu

dilakukan sendiri, atau sebaliknya, jika ada anggota tim yang terlalu

banyak menganggur, maka pasti ada ketidakberesan dalam tim yang

lambat laun akan membuat tim menjadi tidak efektif. Jadi, tiap

anggota tim perlu diberikan kesempatan untuk menjadi “pemimpin”,

menunjukkan “kekuasaannya” di bidang yang menjadi keahlian dan

tanggung jawab mereka masing-masing. Sehingga mereka merasa ikut

bertanggung jawab untuk kesuksesan tercapainya tujuan bersama.

7. Keahlian

28
Bayangkan sebuah paduan suara dengan anggota memiliki satu

jenis suara saja: sopran saja, tenor saja, alto saja, atau bas saja. Tentu

suara yang dihasilkan akan monoton. Bandingkan dengan paduan

suara yang memiliki anggota dengan berbagai jenis suara yang

berbeda (sopran, alto, tenor dan bas). Paduan suara yang dihasilkan

pasti akan lebih harmonis.

Demikian pula dengan tim kerja. Tim yang terdiri dari anggota-

anggota dengan berbagai keahlian yang saling menunjang akan lebih

mudah bekerja sama mencapai tujuan. Berbagai keahlian yang

berbeda tersebut dapat saling menunjang sehingga pekerjaan menjadi

lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan. Anggota tim dengan

keahlian yang berbeda juga bisa saling memperluas perspektif and

memperkaya keahlian masing-masing Apresiasi.

Setiap anggota yang telah berhasil melakukan apa yang

menjadi tanggung jawabnya dengan baik, atau telah memberikan

kontribusi positif bagi keuntungan tim, pantas mendapat apresiasi.

Tentu saja apresiasi yang diberikan dengan tulus akan lebih terasa

dampaknya.

Apresiasi bisa menambah semangat anggota tim yang

bersangkutan untuk terus berprestasi. Apresiasi tidak harus diberikan

dalam bentuk uang. ”Saya sangat menghargai ketulusan Anda

membantu pelanggan memilih produk kita yang paling tepat

untuknya,” merupakan satu bentuk apresiasi sederhana berupa kata-

29
kata tulus. Banyak bentuk apresiasi lain yang bisa diberikan,

misalnya: promosi, bonus dalam berbagai bentuk (wisata keluarga

yang dengan menggunakan fasilitas transportasi dan vila perusahaan,

beasiswa bagi anak).

Sikap dan pikiran positif. Dengan menggunakan kacamata

hitam, dunia yang Anda lihat akan lebih redup. Dengan menggunakan

kacamata kehijauan, dunia pun terlihat bernuansa hijau. Demikian

pula dengan ”kacamata” sikap dan pikiran yang positif, dunia di

sekitar Anda akan terlihat positif. Kesulitan pun akan terlihat lebih

mudah diatasi, karena kesulitan bukanlah masalah yang harus

dihindari, tetapi tantangan yang harus ditangani. Sikap dan pikiran

yang positif merupakan modal utama sebuah tim.

8. Evaluasi

Bagaimana sebuah tim bisa mengetahui sudah sedekat apa mereka

dari tujuan, jika mereka tidak menyediakan waktu sejenak untuk

melakukan evaluasi? Evaluasi yang dilakukan secara periodik selama

proses pencapaian tujuan masih berlangsung bisa membantu

mendeteksi lebih dini penyimpangan yang terjadi, sehingga bisa segera

diperbaiki. Evaluasi juga bisa dilakukan tidak sekadar untuk koreksi,

tetapi untuk mencari cara yang lebih baik. Evaluasi bisa dilakukan

dalam berbagai cara: observasi, riset pelanggan, riset karyawan,

interview, evaluasi diri, evaluasi keluhan pelanggan yang masuk, atau

sekedar polling pendapat pada saat meeting. (Arni, 2009)

30
S. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat di artikan proses mempengaruhi dan

mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah

ditugaskan kepada pegawainya.1 Kepemimpinan merupakan aspek

penting bagi seorang pemimpin, karena seorang pemimpin harus berperan

sebagai organisator kelompoknya untuk mencapai yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai suatu proses untuk

mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berhubungan dengan

penugasan karyawan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan. (Siagian, 1989)

Adapun pengertian kepemimpinan Islam adalah cara-cara

memimpin, mengatur, mengarahkan umat / rakyat yang sesuai dengan

syariat Islam. Dalam budaya perusahaan (the corporate cultre), arah dan

bentuk manajemen sebuah perusahaan atau organisasi sangat bergantung

pada kemampuan seorang pemimpin dalam menjalankan

kepemimpinannya (model kepemimpinan), guna mengantarkan

perusahaan atau organisasi mencapai tujuan yang diimpikan. (Siagian,

1989)

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Seorang

pemimpin diharapkan memiliki kemampuan mengarahkan dan memimpin

perusahaan atau organisasi untuk maju dalam meraih tujuan kolektif yang

31
diimpikan bersama. Kepemimpinan dipahami dalam pengertian sebagai

kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi orang dan sebagai alat,

sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan

sesuatu dengan ikhlas. (Hastuti: 2009)

T. Syarat-Syarat Kepemimpinan

Pada kenyataannya kepemimpinan yang banyak diakui

penerapannya jika kecerdasan, keyakinan diri atau percaya diri dan

karakteristik sosial itu dapat disesuaikan dengan perilaku seorang

pemimpin itu sendiri. Dikatakan demikian karena seorang pemimpin yang

cerdas dan berkemampuan itu mempunyai kecenderungan untuk dapat

berbuat atau berperilaku yang positif terhadap karyawannya. Itu sebabnya

perilaku pemimpin dapat dijadikan acuan dalam upaya mengetahui apakah

kepemimpinan efektif atau tidak. Selain itu terdapat syarat-syarat atau sifat

kepemimpinan yang efektif yaitu :

1. Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi-

fungsi manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan perkerjaan

para karyawan.

2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian

tanggung jawab dan keinginan untuk sukses.

3. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran kreatif dan daya

pikir.

32
4. Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan

memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.

5. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai

kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah. inisiatif, atau

kemampuan untuk bertindak tidak tergantung mengembangkan

serangkain aktivitas dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.

(Hastuti: 2009)

U. Upaya-upaya dalam Kepemimpinan

Upaya untuk meningkatkan kemampuan, kualifikasi dan kompetensi

seseorang dalammempimpin suatu oraganisasi / perusahaan itu harus

melihat kualitas pemimpin dalam memimpin. Sebagai seorang pemimpin

ia harus memahami bahwa kualitas dirinya sangat dibutuhkan oleh orang

lain, sehingga ia harus berusaha menyesuaikan dirinya dengan tuntutan

organisasi dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya.

(Hastuti: 2009)

Usaha-usaha tersebut adalah sebagai berikut :

1. Berpikir efektif dalam menetapkan keputusan

Berpikir merupakan potensi psikis yang sangat istimewa yang

diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam sejarah berpikir manusia

ternyata dengan kemampuannya itu, manusia telah berusaha

memikirkan segala sesuatu termasuk juga berpikir mengenai proses

berpikir itu sendiri. Kepemimpinan dapat berjalan secara efektif

33
bilamana setiap masukan dari oranglain atau karyawan itu di

manfaatkan secara maksimal dalam menganalisis sesuatu agar suatu

masalah terselesaikan lalu menetapkan suatu keputusan tersebut sesuai

dengan berbagai masukan tersebut.

2. Mengkomunikasikan hasil berpikir

Pemimpin tidak cukup hanya memiliki kemampuan membuat

komitmen atau keputusan di dalam proses berpikir. Hasil keputusan itu

harus diterjemahkan menjadi gagasan yang jelas berupa lisan maupun

tertulis agar diketahui oleh karyawan atau anggota dalam organisasi.

Tetapi terdapat beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam

mengkomunikasikan hasil berpikir tersebut :

a. Hasil berpikir yang dikomunikasikan sebaiknya yang telah memalui

proses berpikir rasional, kritis, dan obyektif. Untuk itu pemimpin

harus mengetahui secara tepat dan baik mengenai kata-kata dan

kalimat yang diucapkan atau dituliskan agar tidak keliru dalam

menafsirkan maksudnya.

b. Pemimpin harus mengetahui secara tepat tujuan pembicara atau

tulisan yang akan dikomunikasikannya, agar dapat mengetahui

manfaat atau keberhasilannya apabila telah disampaikan itu

diwujudkan menjadi kegiatan.

c. Pemimpin harus berusaha menguasai secara baik bahan atau pesan

dan masalah yang akan dibicarakan atau yang akan di tuliskan.

34
d. Pemimpin harus berusaha mempergunakan kata-kata yang sesuai

dengan kondisi tingkat pemahaman pendengar atau pembaca pesan

yang disampaikan. Usahakan menghindari kata-kata yang

diperkirakan sulit untuk dipahami.

e. Siapkan diri untuk menerima kritik dan saran tentang pesan yang

dikomunikasikan tersebut.

Pemimpin sebaiknya tidak memaksakan diri berbicara atau menulis

pesan dalam keadaan emosional karena besar pengaruhnya terhadap

proses kegiatan. (Hastuti: 2009)

3. Meningkatkan partisipasi dalam memecahkan masalah

Kemampuan mewujudkan dan membina kerjasama pada dasarnya

berarti mampu mendorong dan memanfaatkan partisipasi anggota

organisasi secara efektif dan efisien. Partisipasi dapat dilakukan dalam

berbagai kegiatan yang dapat disebutkan sebagai partisipasi dalam

memehkan masalah. Dan itu akan berdampak kembada perkembangan

suatu organisasi atau perusahaan. (Hastuti: 2009)

4. Menggali dan meningkatkan kreativitas

Setiap pemimpin yang menyadari akan pentingnya menggali dan

memanfaatkan kreativias anggota organisasi juga akan selalu berusaha

meningkatkan kemampuan tersebut. Pemimpin akan terus menerus

berusaha memberikan motivasi agar anggota organisasi atau

karyawannya menjadi potensi yang kreatif (Hastuti: 2009)

35
V. Sifat-Sifat Kepemimpinan

Ngalim Purwanto (2008: 55) mengemukakan bahwa ada 6 sifat yang

diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Rendah Hati dan Sederhana

Seorang pemimpin pendidikan hendaknya jangan mempunyai sikap

sombong atau merasa lebih mengetahui daripada yang lain. Hendaknya

lebih banyak mendengarkan dan bertanya daripada berkata dan

menyuruh. Kelebihan pengetahuan dan kelebihan kesanggupan yang

dimiliki hendaknya dipergunakan untuk membantu yang lain atau anak

buah, bukan untuk dipamerkan dan dijadikan kebanggaan. (Hastuti:

2009)

2. Bersifat Suka Menolong

Pemimpin hendaknya selalu siap sedia untuk membantu anggota-

anggotanya tanpa diminta bantuannya. Akan tetapi, bantuan yang

diberikan jangan sampai dirasakan sebagai paksaan sehingga orang

yang memerlukan bantuan itu justru menolaknya meskipun sangat

memerlukannya. Demikian pula seseorang pemimpin hendaknya selalu

bersedia untuk mendengarkan kesulitan-kesulitan yang disampaikan

oleh anggota-anggotanya meskipun mungkin tidak akan dapat

menolongnya. Hal ini sangat penting untuk mempertebal kepercayaan

anggota-anggotanya bahwa benar-benar tempat perlindungan dan

pembimbing mereka. (Hastuti: 2009)

3. Sabar dan Memiliki Kestabilan Emosi

36
Seorang pemimpin pendidikan hendaklah memiliki sifat sabar. Jangan

lekas merasa kecewa dan memperlihatkan kekecewaannya dalam

menghadapi kegagalan atau kesukaran, dan sebaliknya, jangan lekas

merasa bangga dan sombong jika kelompoknya berhasil. Sifat ini akan

memberikan perasaan aman kepada anggota-anggotanya. Mereka tidak

merasa dipaksa, ditekan, atau selalu dikejar-kejar dalam menjalankan

tugasnya. Mereka bebas membicarakan persoalan-persoalan di antara

mereka sendiri dan dengan pemimpinnya. (Hastuti: 2009)

4. Percaya pada Diri Sendiri

Seorang pemimpin hendaknya menaruh kepercayaan sepenuhnya

kepada anggota-anggota, percaya bahwa mereka akan dapat

melaksakan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya, yang

dipimpin harus merasa pula bahwa mereka mendapat kepercayaan

sepenuhnya untuk melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan

kepada mereka. Kepercayaan pemimpin seperti itu hanya timbul atau

ada pada diri seorang pemimpin yang mempunyai kepercayaan

sepenuhnya kepada diri seorang pemimpin yang mempunyai

kepercayaan sepenuhnya kepada diri sendiri, percaya pada

kesanggupan sendiri. Karena percaya kepada kemampuan dan

kesanggupan sendiri, tidak memerlukan pengawasan atas diri untuk

melakukan apa yang telah diterima sebagai tugas dan tidak merasa

perlu untuk selalu mengawasi anggota-anggota kelompok. (Hastuti:

2009)

37
5. Jujur, Adil, dan Dapat Dipercaya

Sikap percaya kepada diri sendiri pada anggota-anggota kelompok

dapat timbul karena adanya kepercayaan mereka terhadap

pemimpinnya. Karena mereka menaruh kepercayaan kepada

pemimpin, maka akan menjalankan semua kewajiban dengan rasa

patuh dan bertanggung jawab. Untuk menimbulkan sikap patuh yang

demikian, pemimpin harus patuh pula pada diri sendiri; selalu

menepati janji, tidak lekas mengubah haluan, hati-hati dalam

mengambil putusan dan teliti dalam melaksanakannya, berani

mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri, dan sebagainya. Dengan

kata lain pemimpin hendaknya jujur, adil, dan dapat dipercaya.

Pemimpin hendaklah konsekuen terhadap orang lain dan terhadap diri

sendiri selalu berusaha agar sikap dan tindakan tidak bertentangan

dengan perkataan, menjaga satu kata dengan perbuatan. (Hastuti:

2009)

6. Keahlian dalam Jabatan

Untuk melaksanakan kepemimpinan, disamping sifat-sifat yang telah

diuraikan tadi, harus pula didasarkan atas keahlian, yakni keahlian

dalam bidang pekerjaan yang dipimpin. Bagaimanapun besarnya

kesediaan untuk membantu kelompok dalam kesulitan-kesulitan

pekerjaan, tanpa mempunyai keahlian dalam bidang pekerjaan itu tidak

mungkin dapat memberi bantuan. (Hastuti: 2009)

38
W. Konsep Relationship Management

1. Pengertian Membangun Hubungan

Membangun hubungan adalah membangun atau membina

hubungan akrab, timbal balik dan hangat atau jaringan kontak dengan

orang lain yang akan berguna dalam bekerja di masa depan. Hal ini

mencakup kontak di luar lingkup pekerjaan dang mengarah pada

pertemuan sosial dan pribadi. (Thoha, 2010)

Relationship Building adalah suatu kemampuan individu di luar

kemampuan akademisnya yaitu untuk berhubungan dengan orang lain.

Relationship building sangat penting karena manusia adalah makhluk

sosial secara alami. Memiliki hubungan kerja yang baik akan

memberikan beberapa manfaat. Hubungan yang baik juga sering

diperlukan jika kita berharap untuk mengembangkan karir kita. Kita

juga perlu mempunyai hubungan kerja yang baik dengan orang lain

dalam dunia profesi. Hubungan kerjasama yang baik akan terbangun

dengan kuat apabila kita memiliki karakter seperti demikian : Trust

(percaya), saling menghormati, mindfulness (berhati-hati), membuka

komunikasi. (Thoha, 2010)

2. Sifat-Sifat Membangun Hubungan Antar Manusia

a. Mendalam, ada unsur ikhlas

b. Dialognya mendalam

c. Action Oriented/berorientasi pada tindakan

d. Aktif dan reaktif

39
e. Merubah sikap

f. Pendapat tanggapan

g. Perilaku bisa diamati

3. Syarat-syarat Hubungan Antar Manusia

a. Ada unsur simpati dan empati (diawali saling perhatian,

interaksi/komunikasi)

b. Paham akan kebutuhan manusia

4. Tujuan Hubungan Antar Manusia

a. Memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis

dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan

keserasian, dengan konflik seminimal mungkin.

b. Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain.

c. Memperoleh pengetahuan dan informasi baru.

d. Menumbuhkan sikap kerjasama.

e. Menghilangkan sikap egois/paling benar.

f. Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk

homo socius”; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang

lain serta memberikan bantuan.

g. Menemukan diri sendiri

h. Menemukan dunia luar

i. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang

lain.

j. Mengubah perilaku sendiri dan orang lain

40
k. Memberikan bantuan

5. Menumbuhkan Hubungan Antar Manusia

Dalam menumbuhkan hubungan antar manusia, ada tiga hal yang perlu

diperhatikan.

a. Trust (rasa percaya)

Trust mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang

penuh risiko (Gifin, 1967). Tahapan ini menentukan efektif tidaknya

suatu komunikasi. Kita ketahui bersama, bila klien sudah percaya

pada seorang Bidan, maka klien akan lebih terbuka mengungkapkan

masalahnya pada kita dan akan lebih mudah menerima masukkan kita.

Ada tiga hal dalam menumbuhkan rasa percaya, yaitu menerima,

empati dan kejujuran.

b. Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi. Seseorang yang memiliki sifat defensif adalah ketika dia

memunculkan sikap tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empati.

Sikap defensif akan membuat suatu komunikasi interpersonal menjadi

tidak efektif, sehingga kita harus selalu berupaya menumbuhkan sikap

suportif. Ada enam perilaku yang menimbulkan sikap suportif

menurut Gibb, yaitu:

Sikap Defensif Sikap Suportif


1Evaluasi Deskriptif
)
2Kontrol Orientasi masalah

41
)
3Strategi Spontanitas
)
4Netralisasi Empati
)
5Superioritas Persamaan
)
6Kepastian Provisionalisme
)

Semakin banyak sikap pada kotak bagian kanan, seseorang

semakin efektif ketika berkomunikasi, dan akan sebaliknya ketika

seseorang lebih banyak berperilaku pada kotak kiri (Gibb).

c. Open mindedness (sikap terbuka)

Agar suatu komunikasi efektif selain dua hal di atas, sikap terbuka

dari klien dan bidan harus dimiliki sehingga akan muncul rasa saling

pengertian dan menghargai. Lawan dari sikap terbuka adalah

dogmatisme (tertutup) Hal ini harus kita hindarkan untuk mencegah

ketidakefektifan dari komunikasi. Di bawah ini adalah perbedaan

antara sikap terbuka dan sikap tertutup sehingga anda dapat

mengoptimalkan dalam berkomunikasi.

No Sikap Terbuka Sikap Tertutup


1 Menilai pesan secara objective, Menilai pesan berdasarkan motif
dengan pribadi
menggunakan data-data
2 Membedakan sesuatu dengan mudah Berfikir sederhana, tanpa berfikir
lebih
Lanjut
3 Berorientasi pada isi Lebih banyak pada sumber pesan
dari
pada isi pesan
4 Mencari informasi pada Mencari sumber informasi
berbagai sumber berdasarkan kepercayaanya.
(Thoha, 2010)

42
6. Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Antar Manusia

a. Faktor yang mendasari interaksi sosial

Interaksi sosial melibatkan individu secara fisik maupun psikologis.

Faktor utama dalam proses internalisasi antara lain: Imitasi adalah

keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu di luar dirinya/ meniru.

1) Sugesti adalah proses individu menerima cara pandang orang lain

tanpa kritik lebih dulu.

2) Identifikasi adalah proses yangberlangsung secara sadar, irasional,

berdasar perasaan, dan berkembang bahwa identifikasi berguna

untuk melengkapi sistem norma-norma yang ada.

3) Simpati adalah perasaan tertarik individu terhadap orang lain yang

timbul atas dasar penilaian perasaan.

b. Faktor yang menentukan interaksi sosial

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hubungan personal yang baik

antara lain:

1) Rasa percaya (Trust)

2) Sikap sportif.

3) Sikap terbuka dan sikap tertutup

7. Teknik-teknik Hubungan Antar Manusia

Ada 3 teknik hubungan antar manusia yaitu tindakan sosial, kontal sosial,

dan komunikasi sosial.

43
a. Tindakan sosial

Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang

individu yang dapat mempengaruhi individu lain dalam masyarakat.

Tindakan sosial ini dibedakan menjadi empat yaitu:

1) Tindakan rasional instrumental, merupakan tindakan yang

memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan atau antara

efisiensi dengan efektifitas.

2) Tindakan rasional berepresati nilai, merupakan tindakan yang

berkaitan dengan nilai dasar dalam masyarakat.

3) Tindakan tradisional, merupakan tindakan yang

dilakukan berdasarkan pertimbangan adat istiadat atau kebiasaan.

4) Tindakan afektif, merupakan tindakan yang dilakukan seseorang

atau kelompok berdasarkan perasaan atau emosi.

b. Kontak sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain

yang merupakan terjadinya awal interaksi sosial. Kontak sosial

dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Cara pihak yang berkomunikasi, baik langsung maupun tidak

langsung.

2) Cara terjadinya, kontak primer maupun kontak sekunder.

c. Komunikasi sosial

1) Proses komunikasi terjadi saat kontak sosial berlangsung.

44
2) Secara harfiah komunikasi merupakan hubungan atau pergaulan

dengan orang lain.

8. Teori Model dan Kualitas Hubungan Antar Manusia

a. Teori transaksional (model pertukaran sosial)

Hubungan antar manusia (interpersonal) berlangsung mengikuti kaidah

transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan

dalam transaksinya atau malah merugi. (Thoha, 2010)

b. Teori peran

Sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang

disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran

setiap orang dalam pergaulannya.

c. Teori permainan

Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-

anak, orang dewasa, dan orang tua. (Thoha, 2010)

9. Manajemen Hubungan Antar Manusia

Hubungan antar manusia akan efektif apabila pihak yang

melakukan komunikasi dapat mengendalikan interaksi untuk kepuasan

kedua pihak serta secara efektif. Manajemen hubungan yang efektif

menyampaikan kesesuaian dan saling memperkuat antara pesan verbal

dan nonverbal. Manajemen hubungan antara manusia dapat dilakukan

melalui pemantauan pemantauan diri (self monitoring), daya ekspresi

(expressiveness), dan orientasi kepada orang lain (oriented to other).

(Thoha, 2010)

a. Pemantauan diri

45
Pemantauan diri adalah manipulasi citra yang ditampilkan kepada

pihak lain (Synder, 1986). Pemantauan diri yang cermat selalu

menyesuaikan perilaku menurut umpan balik dari orang lain untuk

perbaikan diri pribadi ke arah yang lebih baik. Efektivitas pemantauan

diri akan mempunyai nilai lebih apabila pihak tersebut melakukan

pengungkapan diri, membuka diri, dan memantau diri secara selektif.

b. Daya ekspresi

Penekanan daya ekspresi lebih kepada keterbukaan, keterlibatan,

umpan balik, serta tanggung jawab atas pikiran dan perasaan.tanggung

jawab dalam berbicara dan mendengarkan. Daya ekspresi diwujudkan

dalam kecepatan, nada, volume, dan ritme suara utuk mengisyaratkan

keterlibatan dan perhatian dengan membiarkan otot-otot wajah

mencerminkan keterlibatan.

c. Orientasi kepada orang lain

Mengacu kepada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri

dengan orang lain. Orientasi ini mencakup proses komunikasi,

perhatian, dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara. Pihak

yang melakukan komunikasi dengan berorientasi pada orang lain akan

melihat situasi dan interaksi dari sudut pandang lawan bicara dengan

menghargai perbedaan pandangan dengan empati. Orientasi kepada

orang lain akan memberikan umpan balik yang cepat dan pantas serta

menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perasaan dan

pikiran (Yuswanto, 2009).

46
X. Aplikasi Membangun Keterampilan Komunikasi dan Kerjasama.

Komunikasi memang memiliki peranan yang sangat penting di

segala bidang kehidupan maupun dalam kegiatan dan aktivitas sehari-hari.

Salah satunya adalah peran pentingnya komunikasi dalam kerjasama tim.

Didalam suatu kerjasama tim hampir tidak mungkin akan berlangsung

dengan baik jika tidak ada proses komunikasi efektif didalamnya, itulah

mengapa komunikasi menjadi sangat penting demi keberlangsungan suatu

kerjasama tim. Komunikasi yang baik dan efektif juga menjadi suatu

tombak atau kunci dari keberhasilan kerjasama tim dalam melaksanakan

tugas maupun kewajibannya. Selain dapat menentukan keberhasilan

kerjasama tim, komunikasi juga memiliki peran penting lainnya dalam

kerjasama tim. (Hastuti: 2009)

Pentingnya komunikasi terhadap kerjasama tim yaitu:

1. Menjaga Komunikasi Pemimpin dan Para Anggota Tim

Pentingnya komunikasi dalam kerjasama tim yang pertama adalah

dapat menjaga komunikasi baik yang berlangsung dari pemimpin

kepada para anggota tim, atau menjaga komunikasi

kepemimpinan didalam kerjasama tim. Seorang pemimpin juga

merupakan kunci dari keberhasilan sebuah kerjasama tim, oleh sebab

itu komunikasi diperlukan untuk dapat menjaga hubungan baik antar

pemimpin dan anggotanya. Hal ini juga disebabkan karena selalu ada

keperluan timbal balik antara pemimpin dan anggota tim, seperti

seorang pemimpin selalu membutuhkan anggota tim untuk

47
menjalankan tugas dan anggota tim membutuhkan pemimpin untuk

dapat mengarahkan dan memberi instruksi kepada mereka.

2. Komunikasi dari Anggota Tim Kepada Pemimpin

Tidak hanya komunikasi dari pemimpin ke anggota tim yang dapat

berlangsung dengan baik dalam kerjasama tim, tetapi komunikasi juga

diperlukan dalam kerjasama tim untuk meningkatkan peran anggota

tim didalamnya. Salah satunya melalui adanya komunikasi dari

anggota tim kepada pemimpin, dengan demikian para anggota

kerjasama tim dapat menyampaikan pendapat atau opini mereka dalam

penyelesaian masalah. Selain itu, komunikasi didalam kerjasama tim

juga dapat memudahkan diketahuinya berbagai kendala yang dialami

para anggota tim oleh pemimpin mereka.

3. Komunikasi Antar Anggota Tim

Komunikasi dalam kerjasama tim juga penting untuk menjaga

hubungan dan komunikasi yang berlangsung antar anggota tim. Jika

komunikasi dan hubungan antar anggota tim berjalan lancar maka

tujuan dan tanggung jawab mereka masing-masing juga akan berjalan

lancar. Selain itu, melalui adanya komunikasi dalam kerjasama tim

juga dapat membantu para anggota tim dalam memahami peran dan

tanggung jawab masing-masing dalam kerjasama tim yang

berlangsung.

4. Meningkatkan Peluang Pencapaian Keberhasilan

48
Sama halnya dengan pentingnya komunikasi dalam manajemen

organisasi, komunikasi dalam kerjasama tim juga dapat meningkatkan

peluang pencapaian keberhasilan atau peluang tercapainya tujuan yang

ingin dicapai. Hal ini disebabkan dengan adanya komunikasi dalam

kerjasama tim maka kinerja dan kerjasama yang berlangsung akan

berlangsung secara efektif. Terlebih lagi melalui komunikasi yang

baik, segala kendala dan hambatan akan dengan mudah diketahui dan

diatasi bersama dalam kerjasama tim. Kondisi tersebutlah yang

memungkinkan tercapainya tujuan maupun keberhasilan dalam

kerjasama tim.

5. Komunikasi untuk Menghadapi Masalah

Pentingnya komunikasi dalam kerjasama tim yang terakhir adalah

dapat menjadi suatu dasar pertukaran opini maupun pendapat,

sehingga komunikasi dapat digunakan dalam menghadapi berbagai

macam konflik atau masalah yang dihadapi. Sehingga kerjasama tim

dapat berlangsung dengan baik dan terhindar dari perpecahan yang

disebabkan karena proses komunikasi yang berlangsung tidak baik

didalamnya. (Hastuti: 2009)

Y. Membangun kerjasama dan komunikasi

a. Membangun Kerjasama

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar

49
(teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau

rujukan. Peran bidan yang dilakukkan secara kolaborasi merupakan

bagian dari membangun kerjasama di dalam kebidanan.

Pelayanan kolaborasi, merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama-sama semua

pemberi layanan yang terlihat (Bidan, Dokter, dan Tenaga Kesehatan

profesional lainnya). Bidan adalah anggota tim. Berikut tugas bidan

dalam kolaborasi (kerjasama):

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan

sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi

dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi.

3) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan

dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang

memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi

dengan melibatkan klien dan keluarga.

5) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan

risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama

klien dan keluarga.

50
6) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko

tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan

yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

7) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

b. Membangun Komunikasi

Melalui komunikasi yang efektif , seorang bidan bisa membantu

pasien untuk menyiapkan proses persalinannya dengan baik. Tidak

hanya itu, perawatan selama kehamilan juga bisa dilakukan oleh bidan

melalui program pendidikan kesehatan. Semua itu bisa terwujud

apabila bidan bisa kompeten dalam memberikan standar praktik

melalui komunikasi yang efektif. Bentuk komunikasi ini bisa

digunakan terutama untuk membuat klien lebih nyaman dan mampu

berinteraksi dengan baik kepada bidan.

1) Suasana yang Nyaman

Menciptakan suasana yang nyaman merupakan tahap awal dari

proses komunikasi yang efektif. Seorang bidan bisa melakukan hal

ini misalnya dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.

Selanjutnya bidan bisa mulai menanyakan apa keluhan klien dan

mendengarkan dengan seksama.

2) Bahasa yang Mudah Dipahami

51
Bahasa yang mudah dipahami merupakan salah satu faktor paling

penting dalam komunikasi yang efektif. Tentunya seorang bidan

harus menghindari menggunakan istilah-istilah medis terhadap

klien yang memang awam akan hal itu. Seperti misalnya, bidan

tidak bisa mengucapkan, “Ini gestasi yang keberapa, Ibu? Sudah

partus berapa kali?”. Istilah-istilah semacam itu tentu hanya akan

membuat klien mengernyitkan dahi.

3) Menghindari Penilaian Subjektif

Penilaian subjektif merupakan sebuah bentuk sikap judgemental.

Umumnya komunikasi efektif tidak akan bisa tercipta jika seorang

bidan masih melakukan sikap judgemental semacam ini. Seperti

misalnya, bidan menganggap apa yang dilakukan oleh klien tidak

benar dan sudah pasti salah tanpa melihat lebih jauh adakah faktor

kepercayaan atau kebudayaan yang ia bawa.

4) Pemberian Reinforcement Positif

Pemberian penguatan yang sifatnya positif merupakan pendukung

dalam terciptanya komunikasi yang efektif. Sebagai contoh,

seorang bidan bisa memberikan pujian terhadap hal-hal apa saja

yang sudah dilakukan oleh ibu hamil selama perawatan

kehamilannya. Ini akan membuat klien semakin termotivasi.

5) Tidak Bertele-tele dalam Menjelaskan

Bahasa yang ringkas dan mudah dipahami adalah sesuatu yang

diinginkan oleh klien. Terlalu bertele-tele dalam menjelaskan

52
hanya akan membuat klien semakin bingung dengan situasi yang

sedang dihadapinya. Ini adalah contoh komunikasi efektif dalam

praktik kebidanan yang harus menjadi perhatian.

6) Memastikan Informasi Diterima dengan Baik

Seorang bidan juga harus memastikan bahwa informasi yang ia

sampaikan kepada klien sudah diterima dengan baik. Misalnya,

bidan bisa menanyakan, “Apakah Ibu dapat mengulangi penjelasan

saya tadi secara ringkas?”. Hal ini bertujuan supaya bidan dapat

menilai apakah persepsi klien sudah sesuai atau belum.

7) Penggunaan Empati

Empati adalah sikap yang patut dilesapkan selama

melakukan proses komunikasi efektif. Ini merupakan salah satu

cara untuk menghindari sikap judgemental atau penilaian subjektif

tadi. Melalui empati, seseorang bisa lebih nyaman untuk

membicarakan keluhannya. (Thoha, 2010)

Z. Membangun hubungan

Bidan atau calon bidan dalam sebuah pelayanan kesehatan,

perkembangannnya dipengaruhi 3 (tiga) hal yaitu pengetahuan

(knowledge), keterampilan (Skill) dan sikap (attitude). Dari ketiga hal

tersebut penilaian bidan yang paling penting yaitu sikap, dalam hal ini

sikap yang positif. Ketiga kompetensi tersebut sangat perlu dimiliki

oleh para calon bidan. Sebab dari kompetensi tersebut Human

53
Resources Development (HRD) dapat mengetahui layak tidaknya

seseorang ditugaskan pada suatu pelayanan kesehtan, dan yang paling

penting adalah attitude. Walaupun dia memiliki skill dan pengetahuan

yang tinggi, tapi attitudenya jelek, maka kecil kemungkinan dia lolos

menjadi bidan, “tapi kalau attitude nya baik dan bagus, maka dia punya

peluang yang sukses tinggi. Karena point attitude dalam membentuk

karakter seseorang itu mempunyai porsi yang lebih banyak daripada

skill atau knowledge. Sikap yang bagus dan baik itu seperti sopan,

ramah, mampu memecahkan masalah dan sebagainya. (Thoha, 2010)

54
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi yang berkualitas adalah komunikasi yang efektif.

Maksudnya adalah bagaimana dalam sebuah proses interaksi komunikasi,

pesan oleh komunikator dapat tersampaikan dengan baik, dan memberi

efek pada si penerima pesan (komunikator). Efek-efek yang diharapkan

dalam berkomunikasi antara lain efek kognitif (pengetahuan), efek pada

sikap, maupun efek pada perilaku. Melalui informasi dan pesan yang

disampaikan melalui proses komunikasi, seseorang yang tadinya tidak

mengetahui apa-apa menjadi tahu, menjadi lebih paham akan pesan yang

disampaikan. Sehingga, dalam menyampaikan pesan agar sesuai dengan

tujuan komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi seperti

communicator (komunikator), message (pesan), channel (media), dan

communicant (komunikan) harus diperhatikan, agar komunikasi yang

dilakukan dapat memberikan efek bagi penerima.

B. Saran
Dengan adanya pembelajaran mengenai membangun keteramilan
komunikasi, kerjasama, dan relationship semoga dapat meningkatkan
pelayanan kebidanan di masyarakat.

55

Anda mungkin juga menyukai