Anda di halaman 1dari 20

Peranan Freight Forwarding Dalam Proses Pengiriman

Barang Ekspor Melalui Transportasi Laut

Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester Mata Kuliah
Freight Forwarding

Disusun Oleh :

Vika Anjani (20160520046)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2016/2017


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Freight Forwarding dengan judul “Peranan Freight
Forwarding Dalam Proses Pengiriman Barang Ekspor Melalui Transportasi Laut”

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Freight Forwarding.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Surabaya, 11 Oktober 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi

Cover………………………….………………………………………………………i
Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Freight Forwarder ....................................................................... 3
2.2 Peran dan Tanggung Jawab Freight Forwarder ............................................ 4
2.3 Hubungan freight forwarder dengan pihak ketiga dalam multimodal
transport. .................................................................................................................. 12
2.4 Aktivitas keseluruhan freight forwarder sebagai mata rantai dalam ekspedisi
muatan ..................................................................................................................... 14
BAB III ....................................................................................................................... 16
PENUTUP ................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 16

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berdasarkan kondisi umum di Indonesia, transportasi ekspor dapat
dilakukan melalui darat, laut, dan udara. Jika dilihat dari lama waktu yang
dibutuhkan dalam pengiriman barang, transportasi laut lebih lama dibandingkan
dengan transportasi udara. Transportasi laut biasa menggunakan dokumen Bill of
Lading sedangkan transportasi udara menggunakan dokumen Air way Bill.

Peran dan kegiatan perusahaan Freight Forwarder atau Ekspedisi Muatan


Kapal Laut menjadi sangat penting karena memudahkan bagi para eksportir
maupun importir dalam jasa pengurusan ekspor-impor. Untuk itu perlunya
pemahaman dan pengetahuan dari khalayak umum maupun pihak yang terkait
mengenai jasa ini khususnya dalam kegiatan pengiriman barang melalui laut.
Sehingga diharapkan fungsi dan tanggung jawab jasa ekspedisi sebagai sarana
ekonomi dalam mewujudkan sistem pengelolaan pengiriman dan pengaturan
barang menjadi efisien, tepat, dan aman (dengan memanfaatkan sistem informasi
dan teknologi).

Eskpedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) merupakan usaha jasa yang


bergerak dalam hal pengurusan dokumen dan muatan yang akan diangkut melalui
kapal atau berasal dari kapal. Usaha ini hanya bergerak diwilayah dalam negeri
saja atau bersifat lokal. Sehingga dalam implementasi aktivitas EMKL bertindak
sebagai wakil eksportir yang bertanggung jawab penuh atas pengiriman barang
sampai diatas kapal dan penemuan dokumen yang diperlukan untuk ekspor.

1
1.2 Rumusan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka


penulis merumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Freight Forwarder ?


2. Bagaimana peran dan tanggung jawab perusahaan Freight Forwarder
dalam proses pengiriman barang melalui laut?
3. Bagaimana hubungan freight forwarder dengan pihak ketiga dalam
multimodal transport ?
4. Bagaimana aktivitas keseluruhan freight forwarder sebagai mata rantai
dalam ekspedisi muatan ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari Freight Forwarder ?


2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peran serta tanggung
jawab perusahaan Freight Forwarder dalam proses pengiriman barang
melalui laut.
3. Untuk mengetahui hubungan freight forwarder dengan pihak ketiga dalam
multimodal transport.
4. Mengetahui aktivitas keseluruhan freight forwarder sebagai mata rantai
dalam ekspedisi muatan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Freight Forwarder


Dalam mengeluarkan maupun memasukan barang ke kapal, pengirim,
eksportir, dan importir sering mempergunakan jasa dari EMKL atau freight
forwarder. Kedua badan ini khusus bergerak dalam ekspedisi barang, baik melalui
darat, laut, maupun udara.

Freight forwarder adalah usaha yang ditujukan untuk mengurus semua


kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang
melalui transportasi darat, laut, dan udara yang dapat mencakup kegiatan
penerimaan, penyimpanan, pengepakan, penimbangan barang, pengurusan,
penyelesaian dan penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan,
klaim, asuransi, penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan
pengiriman barang sampai dengan diterimanya oleh pihak yang berhak. Freight
forwarder bertanggung jawab mulai dari barang diterima di tempat pengirim
sampai barang diserahkan di tempat penerima (consignee) dan akan mengatur
pengangkutan menggunakan beberapa moda transportasi laut, darat, dan udara.
Freight forwarder dapat bertindak atas nama pengirim barang dan dapat pula atas
nama penerima barang. Peranan freight forwarder dalam dunia angkutan makin
penting dan besar peranannya karena terdapat kecenderungan pemilik barang lebih
senang hanya berhubungan degan satu pihak saja, yang akan mengambil alih
semua tanggung jawab sejak barang diserahkan di gudang pengirim sampai barang
diterima di gudang penerima one stop shipping.

EMKL ( Ekspedisi Muatan Kapal Laut ) adalah usaha pengurusan


dokumen dan muatan yang akan diangkut melalui kapal atau pengurusan dokumen
dan muatan yang berasal dari kapal. Untuk pegurusan ini maka EMKL mendapat

3
kuasa secara tertulis dari pemilik barang untuk mengurus barangnya. Di pelabuhan
muat, EMKL akan membantu pemilik barang membukukan muatan pada agen
pelayaran, mengurus dokumen dengan Bea Cukai dan instansi terkait lainnya dan
membawa barang dari gudang pemilik barang ke gudang didalam pelabuhan, dan
atas jasanya EMKL menerima imbalan berupa uang. EMKL memegang peranan
yang sangat penting dalam mengurus segala sesuatu mengenai barang-barang
impor maupun ekspor baik penyelesaian dengan bea dan cukai maupun dengan
perusahaan pelayaran dan instansi lainnya.

2.2 Peran dan Tanggung Jawab Freight Forwarder

Dalam menjalankan kepengurusan transportasinya, freight forwarder


mempunyai beberapa peran, yang meliputi (R.P. Suyono)

1. Peran freight forwarder dalam konsolidasi muatan


Konsolidasi muatan ( cargo consolidation ) atau juga disebut groupage
adalah pengumpulan beberapa kiriman barang dari beberapa eksportir / shipper
ditempat asal yang akan dikirimkan untuk beberapa consignee ditempat tujuan,
yang dikemas dalam satu unit paket muatan, kemudian muatan terkonsolidasi
tersebut dikapalkan dan ditujukan ke agen konsolidator di tempat tujuan. Agen
kemudian melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee masing –
masing. ( Capt. Suyono 2003 : 159 ).

Bentuk pengangkutan muatan yang ditawarkan oleh freight forwarder


adalah :
a) Les Than Container Load ( LCL )
b) Full Container Load ( FCL )

2. Peran freight forwarder sebagai pengangkut


Banyak freight forwarder bertindak sebagai operator dan bertanggung
jawab penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal

4
sendiri. Yang dimaksud dengan operator disini adalah BHI (Badan Hukum
Indonesia) yang melaksanakan kegitan usaha pelayanan jasa terhadap kapal dan
barang dipelabuhan dalam rangka menunjang kegiatan angkutan melalui laut.

Selain itu freight forwarder juga bertindak sebagai :

a) Vessel-Operating Multimodal Transport Operator secara penuh


yang melaksanakan berbagai jenis pengangkutan dengan cara door-
to-door dengan satu dokumen intermodal yang biasanya berbentuk
FBL (Fiata Combined Transport Bill of Lading).
b) Non-Vessel Operator (NVO) yaitu operator muatan yang mengurus
pengangkutan lewat laut dari pelabuhan ke pelabuhan dengan
menggunakan satu house bill of lading.
c) Non-Vessel-Operating Common Carrier (NVOCC) yang
mempunyai jadwal pelayaran yang tetap dan melaksanakan
konsolidasi muatan atau melayani multimodal transport dengan
house bill of lading (HBL) atau bill of lading dari FIATA.

3. Peran freight forwarder Dalam Dokumentasi


Dokumen-dokumen multimodal transport telah dikembangkan oleh
BIMCO (Baltic International Maritime Conference) dan FIATA (The
International Federation of Freight Forwarder Association). Dokumen yang
dikenal sebagai multimodal transport document dapat diberikan kekuatan
hukum sesuai dengan kontrak yang dibuat.

Jenis dokumen yang dipakai adalah Fiata Combined Transport Bill of


Lading (FBL) yang dimasukkan dalam golongan freight forwarding document.
FBL adalah dokumen pengangkutan antar moda yang dipakai oleh
International Freight Forwarder yang bertindak sebagai badan usaha jasa
angkutan bersambung atau Intermodal Transport Operator. Dalam

5
mengeluarkan FBL, forwarder bertanggung jawab tidak hanya dalam
memenuhi perjanjian pengangkutan dan penyerahan barang ditempat tujuan,
tetapi juga harus bertanggung jawab atas segala tindakan dan juga keteledoran
dari pengangkut atau pihak ke-3 yang dipekerjakan olehnya.

a) Dokumen yang diterima dari pelanggan


Jenis dokumen yang diterima dari pelanggan adalah :
- FIATA forwarding instruction (FFI) atau shipping instruction.
Dengan cara ini, terjadi kontrak antara freight forwarder dengan
pelanggan untuk membawa barang dari tempat langganan ke tujuan.
- FIATA SDT (Shipper Declaration of Dangerous Goods)
Dipakai bila akan mengirimkan barang berbahaya. Forwarder tidak
bertanggung jawab apakah pengisian FIATA SDT ini betul atau tidak

b) Dokumen yang diberikan kepada pelanggan


Dokumen yang diberikan freight forwarder kepada pelanggan adalah :
- FIATA FCR ( Forwarder Certificate of Receipt )
Dokumen ini menyatakan bahwa forwarder sanggup mengirim
barang kepada consignee ditempat tujuan setelah barang diterima.

- FIATA FCT ( Forwarder Certificate of Transport )


Perjanjian dari forwarder untuk mengangkut barangnya ke tempat
tujuan melalui agen yang ditunjuk oleh forwarder. FCT ini dapat segera
diterima oleh consigne setelah barang sudah berada di tangan
forwarder, namun FIATA FCT sekarang jarang digunakan karena
sudah ada FBL.
- FBL Negotiable FIATA Combined Transport Bill of Lading

Dokumen pengangkut multimodal yang digunakan secara umum


oleh multimodal transport operator dan dapat diperdagangkan.

6
4. Peran freight forwarder Dalam Pembungkusan ( packing )
Pengiriman maupun penerimaan barang selalu mengharapkan barang
sampai pada pihak yang dituju dengan memenuhi 3 K, yaitu :
a) Keamanan
b) Keaslian
c) Kepuasan
Syarat ini mengandung tuntutan bahwa barang yang dikirim dan diterima
tidak mengalami perubahan bentuk, sifat, maupun rupa dan tidak ada kekurangan
dalam jumlahnya, tidak berkeringat, basah, dll. Pada umumnya yang bertanggung
jawab langsung terhadap keadaan barang adalah pengirim. Dengan demikian
pengirim akan berusaha agar bungkusan barang bisa memenuhi tuntutan 3 K
tersebut.

Jenis bungkusan yang diperlukan untuk membungkus barang, yang dapat


merupakan kesatuan atau dalam jumlah yang benyak akan tergantung dari :

a. Sifat dan jenis dari barang


b. Volume
c. Berat
d. Jumlah jenis barang
e. Cara mengirim
f. Tujuan
Dalam bungkus juga harus diperhatikan letak dari merk barang dan segala
keterangan yang sesuai dengan shipping mark yang akan dicatat dalam dokumen.
Tujuan dari shipping mark adalah agar barang bisa lebih mudah dikenal. Oleh
karena itu freight forwarder dalam hal ini sangat penting peranannya, karena
merekalah yang sangat paham dan lebih berpengalaman mengenai cara
pembungkusan yang lebih baik, sifat dan karakteristik barang-barang ekspor
tersebut, selain itu Intermodal Trade Center ( ITC ) yang merupakan salah satu

7
badan Perserikatan Bangsa-bangsa juga bersedia memberi nasihat mengenai cara
pembungkusan barang ekspor.

Untuk memilih jenis pembungkus, ada beberapa kepentingan yang harus


diperhatikan antara lain :

A. Untuk kepentingan pengirim ( shipper )


Perlindungan, keaslian, dan penampilan dalam ekspor dari
barangnya sebagai tujuan utama, dan uang tambang yang serendah
mungkin.

B. Untuk Kepentingan Pengangkut ( carrier )


Bungkus berfungsi sebagai pelindung dari kehilangan,
pencurian, kerusakan serta untuk optimalisasi daya muat kapal.

Eksportir biasanya bertanggung jawab untuk memilih jenis bungkusan yang


sesuai untuk muatan ekspor, dimana muatan yang semula merupakan kesatuan (
consolidated ) akan dibongkar sebelum dibagi ke beberapa consignee atau penerima.

Jenis pembungkus untuk suatu barang yang bervariasi, yaitu sesuai dengan
sifat dan besar dari barang itu sendiri. Selain itu, tergantung dari angkutan yang
digunakan untuk membawanya ke tempat tujuan yang terakhir, yaitu consignee atau
importir.

Secara umum, jenis bungkusan yang dipergunakan dan muatan di dalamnya


dapat dipaparkan sebagi berikut (Capt. R.P Suyono : 167)
a. Karung
Isi atau muatan dari karung itu sendiri harus cukup kuat untuk
menahan tekanan luar dari segala penjuru karena bahan karung hanya dapat
menahan isinya yang di dalam dan tidak melindunginya dari kerusakan

8
yang dapat datang dari luar. Isi dari karung dapat berupa pupuk, beras,
jagung, gula kopra, dan sebagainya.

b. Bahan fiber atau karton


Kotak pembungkus yang dibuat dari bahan fiber atau karton dapat
dipakai secara luas demi efisiensi dan ekonomi. Meskipun relatif murah,
namun dapat menahan tekanan dan bantingan yang secara umumnya akan
terjadi dalam pengangkutan. Selain itu dapat menjaga isinya terhadap
kerusakan atau kehilangan.

c. Peti kayu
Peti kayu merupakan bungkusan yang terbaik untuk barang karena
dinding-dindingnya cukup kuat untuk menahan isi maupun tekanan dari
luar. Peti kayu paling sesuai untuk pengangkutan barang secara
konvensional. Selain itu, juga sesuai untuk menahan panas atau
kelembaban. Barang di dalamnya dapat terlindungi bila dibungkus dengan
lapisan-lapisan pelindung, seperti lapisan plastik, kertas berminyak, dan
sebagainya.

Untuk muatan berbahaya dan muatan mengganggu memerlukan


pembungkusan khusus serta marking dan labeling yang harus dilakukan oleh
eksportirnya sendiri.

Dalam memasukkan barang ke petikemas, kesukaran yang dialami oleh


banyak eksportir adalah tidak tersedianya alat pengangkat berupa forklift
berkapasitas untuk mengangkut barang berat. Padahal berat keseluruhan petikemas
setelah diisi berkisar antara 20 hingga 30 ton sehingga jarang dilakukan pengisian
petikemas di atas ( groundlevel ). Untuk memudahkan hal itu, maka pengisian
petikemas dilakukan di atas kendaraan pengangkut, yang disebut juga on chasis
atau platformlevel loading.

9
Hal yang harus diperhatikan dalam mengisi petikemas adalah berat dan
volume dari barang yang diisi agar petikemas dapat digunakan seefisien mungkin,
karena bila berat petikemas serta isinya melebihi berat maksimum yang telah
ditentukan, pengangkut dapat menolak untuk dapat dimuat di atas kapalnya. Berat
dan keadaan petikemas, yang didapat dari berat keseluruhan alat angkut dan
petikemasnya dikurangi dengan berat kendaraannya.

Bila dimuat di terminal umum, pada alat angkat kapal petikemas modern,
terdapat skala untuk membaca berat dari petikemas yang diangkat. Oleh karena itu,
cara terbaik untuk mengisi ( stuffing ) dari petikemas adalah mengetahui berat tiap
barang yang dimasukkan ke dalamnya bila sedang dimuat oleh eksportir di
lokasinya.

5. Peran freight forwarder Dalam Asuransi


Asuransi adalah suatu metode bagi pihak-pihak yang menginginkan
perlindungan dari berbagai bentuk bahaya, dengan memberikan kontribusi pada
suatu dana bersama yang diorganisasikan oleh perusahaan asuransi untuk
memberikan pembayaran penggantian kerugian yang mungkin terjadi. Asuransi
juga didefinisikan sebagai suatu hubungan yang terjadi berdasarkan kontrak,
apabila suatu pihak (perusahaan asuransi) untuk tujuan mendapat premium,
berjanji memberikan ganti rugi kepada pihak lain ( pembeli jasa asuransi ) atas
kerugian yang mungkin terjadi untuk bidang-bidang tertentu. Dalam hal ini freight
forwarder bekerjasama dengan perusahaan asuransi untuk antisipasi dan
perlindungan terhadap berbagai bentuk bahaya yang terjadi selama pengiriman
barang ( Capt. R.P. Suyono : 111 )

Jenis Asuransi dalam dunia pelayaran ada dua jenis, yaitu (Capt. R.P.
Suyono : 112) :

10
- Asuransi kerangka kapal ( hull & machinery insurace )
Jenis asuransi ini untuk menutup kemungkinan kerugian atas
kerangka kapal dan mesin kapal disebabkan oleh kejadian bahaya di
laut (perils of the sea) seperti pelanggaran atau tabrakan, kerusakan
mesin, cuaca buruk, dll. Asuransi ini ditutup oleh pemilik kapal.

- Asuransi muatan ( cargo insurance )

Asuransi muatan dibagi menjadi dua, yakni cargo marine insurance


dan cargo liability insurance.

A. Cargo marine insurance


Asuransi yang ditutup oleh pemilik barang atas kemungkinan
kerugian yang disebabkan oleh kerusakan atau kehilangan barang
selama dalam pelayaran.
B. Cargo liability insurance
Asuransi yang ditutup oleh pengangkut atas kemungkinan kerugian
yang disebabkan oleh adanya tuntutan dari pemilik barang karena
terjadi kerusakan atau kehilangan barang. Untuk menutup cargo
liability, pihak pengangkut pada umumnya telah menjadi anggota P&I
Club ( Protection and Indemnity Club) (asuransi bersama para pemilik
/ operator kapal untuk menutup resiko yang tidak dapat diasuransikan
pada perusahaan asuransi)

Perusahaan freight forwarder yang besar adakalanya meberikan juga


pelayanan asuransi dengan membuka suatu “Open Marine Insurance Policy” untuk
berjaga-jaga bilamana eksportir / pemilik barang lupa atau tidak mengetahui
keharusan penutupan asuransi ini maka freight forwarder dapat menutup asuransi
untuk barang atas nama freight forwarder sendiri.

11
Sertifikat atau polis asuransi adalah kontrak tertulis antara perusahaan
asuransi dengan pihak yang dijamin (tertanggung) yang memuat persyaratan dan
ketentuan perjanjian. Sertifikat tersebut akan ditandatangani oleh yang
diasuransikan sebelum dikirim ke perusahaan asuransi. Sertifikat dapat diisi dan
diselesaikan oleh perusahaan asuransi setelah diterima, dan dengan keterangan
lebih lanjut oleh forwarder atau oleh yang diasuransikan. Perusahaan forwarder
atau EMKL akan melihat agar tidak dapat terjadi asuransi ganda. Bila dalam
keraguan, forwarder dapat menghubungi perusahaan asuransi dengan telex atau
fax agar tidak terjadi salah faham.

Badan atau perusahaan asuransi mempunyai kewajiban untuk membayar,


perusahaan asuransi harus yakin dahulu yang diasuransikan telah melakukan
segalanya, antara lain :

a. Telah melakukan segala upaya untuk melindungi barangnya.


b. Bila telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, telah melakukan upaya
agar kerusakan yang lebih besar tidak akan terjadi.
c. Mempunyai cukup dana untuk dapat membangunnya kembali. Bila telah
menerima dokumen yang diperlukan, perusahaan asuransi akan membayar
jumlah klaim dalam tempo waktu satu bulan.
d. Akan membuat letter of subrogation dimana ia akan memindahkan haknya
untuk menurut pelarayan kepada perusahaan.

2.3 Hubungan freight forwarder dengan pihak ketiga dalam multimodal


transport.
Hubungan freight forwarder dengan pihak ketiga dalam multimodal
transport menurut Capt. R.P. Suyono dalam Shipping Pengangkutan Intermodal
Ekspor Impor Melalui Laut, 2003.

12
Dalam dunia transportasi angkutan barang dikenal istilah multimodal
transport. Multimodal transport adalah transportasi yang melibatkan lebih dari satu
modal angkutan, dan transportasi tersebut terjadi tidak hanya dalam satu negara
saja. Dengan demikian freight forwarder pada umumnya menggunakan pihak
ketiga. Pihak ketiga yang terlibat antara lain :

1. Pihak pengangkut :
a) Operator angkutan darat (Truk)
b) Jasa kereta api
c) Angkutan udara
2. Non Pengangkut :
a) Terminal petikemas
b) Pergudangan
c) Pemilik petikemas
d) Organisasi yang usahanya khusus untuk mengepak, penyelesaian
dokumen bea-cukai, dokumen ekspor / impor, transaksi penukaran
valuta asing, dan pengurusan dokumen terkait.
3. Pihak-pihak lain :
a) Bank
b) Pihak asuransi
c) Bea cukai
d) Disperindag.

13
2.4 Aktivitas keseluruhan freight forwarder sebagai mata rantai dalam
ekspedisi muatan

Aktivitas freight forwarder keseluruhan menurut Capt. R.P. Suyono dalam


shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, 2003 adalah :

1. Memilih rute perjalanan barang, moda transportasi dan pengangkut

yang sesuai, kemudian memesan ruang muat (Space),

2. Melaksanakan penerimaaan barang, menyortir, mengepak, menimbang

berat, mengukur dimensi, kemudian menyimpan barang ke dalam

gudang,

3. Mempelajari letter of credit barang peraturan negara tujuan ekspor,

negara transit, negara impor kemudian mempersiapkan dokumen-

dokumen lain yang diperlukan,

4. Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut / udara, mengurus

izin Bea dan Cukai, kemudian menyerahkan barang kepada pihak

pengangkut,

5. Membayar biaya-biaya pengangkutan serta membayarkan barang

kepada pihak pengangkut,

6. Mendapat bill of lading / air way bill dari pihak pengangkut,

7. Mengurus asuransi transportasi barang dan membantu mengajukan klaim


kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan / kerusakan atas barang,

14
8. Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima, berdasarkan
info dari pihak pengangkut dan agen forwarder di negara transit /
tujuan,
9. Melaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut,
10. Mengurus izin masuk pada Bea dan Cukai serta menyelesaikan bea
masuk dan biaya-biaya yang timbul di pelabuhan transit / tujuan,
11. Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat
penyimpanan barang di gudang,
12. Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan
melaksanakan pendistribusian barang bila diminta.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Freight forwarder adalah usaha yang ditujukan untuk mengurus semua

kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang

melalui transportasi darat, laut, dan udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan,

penyimpanan, pengepakan, penimbangan barang, pengurusan, penyelesaian dan

penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim, asuransi,

penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang

sampai dengan diterimanya oleh pihak yang berhak.

freight forwarder company yang bergerak dalam bidang jasa pengiriman

barang sekaligus sebagai agen penanggung jawab atas semua kegiatan pengangkutan

dari awal hingga tempat tujuan barang, dari dalam negeri ke luar negeri, negara

tempat tujuan eksportir.

16

Anda mungkin juga menyukai