Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tidak pernah berhenti mencurahkan
nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas limpahan nikmat-Nya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan Makalah PTM dengan pembahasan alat Asphalt Paver.
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah
secara langsung maupun tidak langsung mendukung penulisan makalah ini. Oleh karena
itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang Tua kami yang telah memberikan dukungan moril maupun materil.
2. Ir. Kusumo D.S, Msi, selaku dosen pengajar
Penulis sadar bahwa sesungguhnya makalah ini masih jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Dan pada akhirnya, kami berharap semoga makalah PTM ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi gambaran nantinya di dunia kerja.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................... 3
DASAR TEORI ....................................................................................................... 3
ii
2.8.2 Auger .................................................................................................... 19
2.8.3 Screed ................................................................................................... 20
BAB IV .................................................................................................................. 26
PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PERALATAN ............................... 26
BAB V.................................................................................................................... 38
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.................................................. 38
BAB VI .................................................................................................................. 43
SPESIFIKASI ALAT ............................................................................................. 43
BAB VII ................................................................................................................. 45
ANALISA BIAYA PEMILIKAN DAN OPERASIONAL ................................... 45
BAB VIII................................................................................................................ 49
iii
ANALISA PRODUKTIVITAS ALAT DAN BIAYA .......................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 52
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah dengan metode
kepustakaan, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik yang dibahas
melalui buku-buku, catatan penulis, artikel dari media cetak maupun elektronik.
Serta dengan pengumpulan data dan informasi yang didapat dari berbagai sumber
baik kepustakaan, instansi terkait serta dosen atau pembimbing mata kuliah yang
bersangkutan.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
Gambar 2. Peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher) tipe
roda ban (wheel type)
Peralatan penghampar tipe rantai kelabang atau crawler type mempunyai
pijakan yang kuat yang berguna untuk mendorong dump truck pada waktu pengisian
hopper, namun mempunyai kecepatan gerak yang rendah sehingga tidak cukup
lincah pada waktu manuver atau mobilisasinya, sedangkan pada peralatan
penghampar tipe roda ban lebih lincah dalam manuver atau mobilisasinya.
Data kapasitas utama yang harus diketahui adalah :
- Kapasitas muat dari hopper (ton);
- Kapasitas lebar standar dan lebar maksimum hamparan (dengan perpanjangan
screed atau extension) diukur dalam meter;
- Tinggi ketebalan maksimum hamparan (cm).
4
Bak penampung atau hopper berfungsi untuk menampung campuran
aspal panas yang dicurahkan dari dump truck, yang selanjutnya akan
dihamparkan.
Pengisian hopper dari dump truck ini terjadi, peralatan
penghamparnya tetap berjalan sambil menghampar. Proses pengisiannya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dump truck yang bermuatan campuran aspal panas berjalan mundur
pelan-pelan dari arah depan hopper mendekati peralatan penghampar atau
finisher, setelah dekat dump truck berhenti dan transmisi dump truck
dinetralkan.
Peralatan penghampar sambil melaksanakan penghamparan akan
mendekati dump truck sampai rol pendorong yang ada di depan hoppernya
mengenai roda belakang dump truck. Dump truck akan bergerak maju
akibat dorongan peralatan penghampar. Sambil bergerak maju dump truck
menumpahkan muatan campuran aspal panasnya ke atas hopper sedikit demi
sedikit sampai habis. Dump truck akan segera maju memisahkan diri dari
peralatan penghampar. Dump truck berikutnya sudah siap menunggu
giliran untuk menumpahkan campuran aspal panas yang berada di atasnya.
Menunggu sampai campuran aspal panas yang berada di dalam hopper sudah
berkurang, namun tidak boleh sampai kosong habis.
Campuran aspal panas yang berada di dalam hopper dibawa atau
dialirkan ke belakang ke arah ulir pembagi atau auger karena feed conveyor
atau slat conveyor yang berada pada alas hopper bergerak berputar ke
arah belakang, sehingga campuran aspal panas yang berada di atasnya akan
terbawa ke belakang.
Gambar 3. di bawah ini adalah bagian dari bak penampung atau
hopper dengan dinding atau sayap-sayap (hopper wings) tidak dalam
keadaan dilipat, push roller terlihat di depan di sebelah bawah hopper,
gambar 4. memperlihatkan feed conveyor atau slat conveyor yang terletak
pada alas hopper.
5
Gambar 3. Hopper dengan push roller
6
Gambar 6. Pintu pengatur atau feeder gate
Campuran aspal panas di dalam hopper tidak boleh kurang sehingga
berada di bawah pintu pengatur atau feeder gate. Apabila hal ini terjadi
dan peralatan penghampar terus menghampar, maka akan terjadi bagian
hamparan yang tidak cukup dipenuhi campuran sehingga akan
mempengaruhi ketebalan lapisan hamparan.
Apabila campuran aspal panas sudah berkurang maka dinding atau
sayap-sayap hopper (hopper wings) dilipat agar campuran aspal panasnya
terkumpul ke bagian tengah, setelah itu hopper harus segera diisi kembali agar
tidak terlanjur habis.
Untuk menjaga mutu hamparan, maka temperatur campuran aspal panas
yang dituangkan ke atas hopper oleh dump truck harus minimum 130°C,
7
Apabila hamparan cukup lebar sehingga screed perlu diperpanjang
(extension), pada umumnya dijalankan secara hidrolis, maka untuk
memperoleh pembagian campuran aspal panas yang merata sampai ujung
kiri dan kanan perpanjangan screed, diperlukan penambahan pemasangan
ulir pembagi atau auger baik pada ujung kiri maupun pada ujung kanan.
Pemasangan tambahan auger ini biasanya cukup dengan baut pada poros
auger aslinya.
Dilihat dari bentuk ulir pembagi atau auger ini serta system kerjanya
maka ulir pembagi ini selain berfungsi untuk membagi rata campuran aspal panas
sepanjang sepatu atau screed, juga menjaga homogenitas campuran aspal panas
yang akan keluar dari screed. Kadang-kadang segregasi terjadi dalam hopper
akibat tumpahan dari dump truck maupun tumpahan dari sayap-sayap hopper.
Dengan pengaturan bukaan pintu pengatur atau feeder gate (lihat gambar
6.) maka banyaknya campuran aspal panas pada daerah ulir pembagi dapat
diatur sesuai yang seharusnya (lihat gambar 9.).
8
Campuran aspal panas tidak boleh terlalu sedikit atau kurang dan juga
tidak boleh terlalu penuh sehingga ulir pembagi tenggelam di dalamnya, hal
tersebut akan menimbulkan segregasi.
Selama dalam operasinya ulir pembagi ini akan mengalami aus atau rusak/
patah bidang ulirnya. Apabila hal ini terjadi ulir harus segera diganti, karena akan
mengakibatkan pembagian campuran aspal panas tidak merata dan menimbulkan
segregasi.
Gambar.9. Jumlah campuran aspal panas pada ulir pembagi atau auger
9
perpanjangan sepatu perata ini dipasang maka ulir pembagi atau auger juga harus
dipasang perpanjangannya (lihat gambar 8. dan 12.).
Perpanjangan sepatu perata ini bisa dilaksanakan dengan membuka lipatan
sepatu perata yang ada di kiri dan kanan sepatu perata dasar atau dengan dibaut
(bolt on), atau diperpanjang secara hidrolis. Umumnya sekarang ini sudah tidak
pernah lagi dipakai yang dilipat atau dibaut. Jadi kebanyakan sudah
diperpanjang secara hidrolis. Gambar.11. memperlihatkan perpanjangan
sepatu perata atau screed secara hidrolis, dan yang dibaut (bolt on) gambar.12.
Salah satu data kapasitas peralatan penghampar atau aphalt finisher adalah
kemampuan ketebalan hamparan (dalam cm) maksimum dan ketebalan minimum.
10
Pengaturan ketebalan serta kemiringan permukaan hamparan dapat
dilakukan secara manual atau secara otomatis. Pengatur ini terdapat di sebelah kiri
dan kanan sepatu perata.
Untuk melihat tebal (gembur) hamparan dapat dilakukan dengan alat pencolok
ketebalan. Dari hasil pengukuran dengan pencolok tersebut, ketebalan hamparan
dapat disesuaikan apabila belum benar. Sebaiknya tidak terlalu sering dilakukan
penyesuaian, sebab setiap penyesuaian memerlukan waktu untuk sampai ke kondisi
seimbang (equilibrium) dengan ketebalan yang diinginkan setelah melewati
kurang lebih 5 kali panjang lengan screed.
Gambar 14. Pengaturan turun dan naiknya sepatu perata atau screed
11
Pengaturan ketebalan atau grade control secara otomatis dapat dilakukan
dengan bantuan bentangan kawat baja yang dipasang memanjang di tepi
hamparan dengan ketinggian terhadap permukaan asal atau elevasi sesuai
dengan ketebalan hamparan yang direncanakan, lihat gambar 15. dan 16.
Pemasangan kawat baja ini atau string line harus dilakukan dengan teliti dan
akurat agar diperoleh ketinggian yang benar sesuai rencana. Sistem pengontrol
akan secara otomatis mengatur ketinggian sepatu perata atau pelat screed
mengikuti ketinggian dari kawat baja tersebut. Cara otomatis yang kedua adalah
dengan peletakan sepatu sensor di atas permukaan yang sudah lebih dahulu
dihampar dan dipadatkan, lihat gambar 17.
Pada beberapa peralatan penghampar campuran aspal panas atau
asphalt finisher yang dilengkapi dengan alat pengatur ketebalan otomatis
biasanya dilengkapi juga dengan alat pengontrol kemiringan otomatis
(automatic slope controller) gambar 18.
Gambar.15. Pengatur ketebalan atau grade controller dengan string line Atau
kawat baja
Gambar.16. Pengatur ketebalan atau grade controller dengan string line atau
kawat baja
12
Gambar.17. Pengontrol ketebalan atau grade controller dengan sepatu sensor
Skema pengaturan sepatu perata atau screed controller secara otomatis
dapat dilihat pada gambar 19. di bawah ini.
Gambar 19. Skema pengatur atau pengontrol sepatu perata otomatis atau
automatic screed controller
13
2.4 Pemanasan
Peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt finisher yang baik
akan dilengkapi alat pemanas sepatu perata atau screed heater, alat pemanas ini
pada umumnya dari jenis pemanas atau burner dengan gas elpiji sebagai bahan
bakarnya. Pelat sepatu perata atau screed plate harus dipanaskan terlebih
dahulu sebelum asphalt finisher dioperasikan sampai pelat sepatu perata
tersebut mencapai temperatur sama dengan temperatur campuran aspal panas yang
Sepatu perata atau screed biasanya dilengkapi alat penggetar atau vibrator
dengan sistem poros eksentris. Dengan screed yang bergetar tersebut, maka
screed berfungsi juga sebagai pemadat awal, sehingga hamparan yang keluar dari
screed sudah lebih padat dibandingkan sebelumnya sewaktu masih pada ulir
pembagi atau auger.
Penggetar sepatu perata ini bisa juga dari jenis alat getar elektris. Kekuatan
getar atau vibration force dan frekwensi dapat diatur tergantung jenis campuran
aspal panas serta ketebalan hamparannya.
Untuk lebih meningkatkan homogenitas dan kepadatan serta
meningkatkan kelancaran aliran dari campuran aspal panas yang akan melewati
pelat sepatu atau screed plate, maka pada beberapa asphalt finisher dilengkapi
14
dengan alat pelat penumbuk bergetar atau vibrating tamper yang ditempatkan
dimuka pelat sepatu atau screed plate.
15
2.7 Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan
(di bawah 1250C) serta total hasil produksi hamparan jadi rendah.
Sedangkan apabila kecepatan hamparan terlalu tinggi akan mengakibatkan
hamparan tidak rata dan kurang homogen.
Pengaturan kecepatan hamparan ini disamping berpengaruh pada
hasil hamparan, juga harus memperhitungkan volume (lebar, tebal dan
panjang) hamparan dan kapasitas bak penampungnya (hopper) serta
pasokan campuran aspal panas. Jangan sampai sering terjadi asphalt
finisher berhenti menunggu dump truck pemasok campuran aspal
panasnya. Apabila hal ini terjadi maka hamparan cepat turun
temperaturnya sebelum dipadatkan serta ada alur melintang.
16
campuran aspal panasnya terbagi secara merata ke seluruh
perpanjangan screednya baik kiri maupun yang kanan.
17
Gambar.23. Gaya-gaya yang bekerja pada pelat sepatu
Gaya-gaya tersebut bekerja dalam kondisi seimbang (equilibrium).
Kondisi tidak seimbang timbul apabila ada perubahan salah satu gaya dan
akan menyebabkan perubahan sudut serangan atau angle of attack yang
akan mengembalikan ke kondisi seimbang (equilibrium).
Beberapa faktor seperti perubahan kecepatan, perubahan jumlah atau
kuantitas campuran aspal panas yang akan masuk (melewati) sepatu perata
atau screed serta perubahan temperatur dari campuran aspal panas, akan
mengakibatkan perubahan keseimbangan. Sudut serangan atau angle of
attack menentukan ketebalan dan tekstur permukaan hamparan campuran
aspal panas.
Apabila terjadi perubahan-perubahan di atas, maka pengaruhnya
akan kembali normal atau dikatakan tercapainya kembali kondisi
keseimbangan atau equilibrium setelah berjalan sejauh lima kali lengan
penarik.
18
2.7.7 Kuantitas Campuran Aspal Panas
Sudut serangan atau angle of attack akan naik apabila jumlah volume
atau kuantitas campuran aspal panas yang akan melewati sepatu bertambah.
Sebaliknya apabila kuantitas kurang maka angle of attack kecil, sampai
kembali ke kondisi stabil dimana akan tercapai equilibrium.
Hal seperti tersebut di atas bisa terjadi karena perubahan pintu
pengatur pada hopper, atau dihidup matikan conveyor (feed conveyor).
2.8.1 Hopper
Peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt
finisher harus memiliki :
a) Sepasang push roller di depan (bawah) dari hoppernya yang berfungsi
pada saat mendorong dump truck waktu pengisian (penumpahan campuran
aspal panas ke dalam) hopper.
b) Hopper harus memiliki sayap-sayap hopper atau hopper wings
yang bisa dibuka dan diipat.
c) Di bagian dinding hopper belakang harus dilengkapi pintu pengatur atau
feeder gate yang bisa dinaik-turunkan untuk mengatur bukaan pengaliran
campuran aspal panas yang dibawa oleh feed conveyor atau slat conveyor
dari depan ke belakang ke arah ulir pembagi atau auger.
d) Kecepatan feed conveyor harus konstan selama beroperasi.
2.8.2 Auger
Lempeng-lempeng ulir dari auger harus utuh, tidak boleh ada
yang patah atau diameter menjadi kecil serta harus utuh menerus sepanjang
19
porosnya. Apabila sepatu perata atau screed diperpanjang untuk hamparan
yang lebih lebar, maka auger harus ditambah untuk dapat membagi rata
campuran aspal panasnya sampai ke ujung kiri dan kanan screed.
20
Gambar 26 Permukaan rata
21
BAB III
PEMERIKSAAN KELAYAKAN OPERASI
22
karena ada sesuatu yang tidak baik atau rusak, maka bagian atau komponen yang
bersangkutan harus segera diperbaiki sampai bagian atau komponen yang
bersangkutan bisa dihidupkan / digerakkan dan difungsikan sebagaimana mestinya.
Contohnya auger yang tidak dapat berputar, atau sayap hopper (hopper wings) yang
tidak dapat dilipat, dan kerusakan lain sejenisnya.
Pemeriksaan tahap III
Pemeriksaan tahap III dilaksanakan setelah pada pemeriksaan tahap II
peralatan penghampar campuran aspal tersebut dinyatakan kondisinya baik dan
dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan tahap III, yaitu kalibrasi dan pemeriksaan
kelaikan operasi untuk dapat menghasilkan produk sesuai fungsi peralatan
penghampar campuran aspal panas tersebut yang memenuhi mutu / spesifikasi yang
disyaratkan.
Pada pemeriksaan tahap III ini peralatan penghampar campuran aspal panas
dihidupkan / dioperasikan sesuai dengan fungsinya yaitu menghampar campuran
aspal panas.
Jadi peralatan penghampar campuran aspal panas tersebut diberi beban
muatan material campuran aspal panas, kemudian dilaksanakan penghamparan pada
kecepatan laju tertentu sesuai yang diinginkan.
Pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan pada peralatan penghampar
campuran aspal panas ini meliputi antara lain temperatur campuran aspal
panas yang terhampar apakah memenuhi persyaratan, ketebalan hamparan
apakah sudah sesuai yang direncanakan, kemiringan (slope), kelandaian (grade)
serta kerataan permukaan hamparan dan lebar hamparan. Selain itu juga secara
visual dilihat apakah campuran aspal panas di daerah auger (di depan pelat sepatu
perata atau screed) terbagi merata selebar screed serta tidak menutupi auger.
Apabila hasil pemeriksaan, pengukuran serta pengujian pada pemeriksaan
tahap III ini baik, artinya memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan mutu /
spesifikasi yang diizinkan, maka peralatan penghampar campuran aspal panas
tersebut dapat dinyatakan laik operasi. Sedangkan apabila masih ada yang belum
memenuhi persyaratan maka harus segera diatasi dengan mencari kemungkinan-
kemungkinan penyebabnya, mungkin juga perlu ada perbaikan komponen yang
23
rusak, misalnya pelat sepatu perata (screed plate) bengkok karena dipanaskan terlalu
lama dalam temperatur yang tinggi.
Pemanasan screed
Diisikan temperatur hasil pemeriksaan plat screed baik bagian kanan dan
plat screed bagian kiri
Pengatur Ketebalan Hamparan
Diisikan ketebalan hasil pengukuran ketebalan pada hamparan sebelum
pemadatan kemudian dibandingkan dengan ketebalan yang direncanakan sesuai
yang terbaca pada skala meter peralatan asphalt finisher yang bersangkutan.
Pengatur Kemiringan (Slope) Hamparan
Diisikan hasil pengukuran kemiringan (slope) permukaan hamparan
sebelum pemadatan kemudian dibandingkan dengan kemiringan (slope)
permukaan hamparan yang direncanakan sesuai yang terbaca pada alat
control kemiringan (Slope) otomatis (apabila dilengkapi).
24
Diisikan hasil pengukuran Kelandaian (Grade) permukaan hamparan
sebelum pemadatan kemudian dibandingkan dengan Kelandaian (Grade)
permukaan hamparan yang direncanakan sesuai yang terbaca pada alat
control Kelandaian (Grade) otomatis (apabila dilengkapi).
Kerataan Permukaan Hamparan
Diisikan hasil pengamatan secara visual dan pengukuran kerataan dengan
alat bantu, jika ternyata terdapat tidak rata dan tidak seragam ini menunjukkan
tidak baik dan screed harus diperbaiki.
Homogenitas
Apabila hasil pemeriksaan secara visual terlihat pembagian campuran aspal
panas terjadi merata sepanjang auger ( termasuk perpanjangannya) apa bila
ada, maka penilaian terhadap homogenitas dinyatakan baik, dan sebaliknya.
Volume
Apabila hasil pemeriksaan secara visual terlihat pembagian campuran aspal
panas menutupi auger maka penilaian dinyatakan tidak baik . Apabila hasil
pemeriksaan secara visual terlihat pembagian campuran aspal panas terjadi
merata sepanjang auger ( termasuk perpanjangannya) apa bila ada, maka penilaian
terhadap homogenitas dinyatakan baik, dan sebaliknya. Volume campuran aspal
panas pada auger dapat dinyatakan baik apabila auger hampir tertutupi (auger
bagian atas masih terlihat) oleh campuran aspal panas.
25
BAB IV
PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PERALATAN
4.1 Pengoperasian
26
Semua pekerjaan perbaikan dan perawatan harus diselenggarakan
dalam keadaan mesin mati.
Tekanan oli hidrolik harus dilepaskan sebelum ada pekerjaan yang
dilakukan pada sistem hidrolik.
Jika Asphalt Finisher mempunyai kabin biarkan sebuah jendela terbuka
pada saat bekerja.
Periksa bahwa sistem keluaran kendaraan bekerja baik.
Putuskan hubungan battery sebelum melakukan pekerjaan pada
sistem elektrik.
Setelah pekerjaan perbaikan dilakukan, pastikan semua peralatan
pengaman/safety telah ditempatkan kembali. Kendaraaan kemudian dites
jalan.
Sebelum memulai kerja pastikan tidak ada orang disekitarnya;
sebelum memulai periksa daerah kerja.
27
Peringatan : jangan segera matikan mesin setelah berjalan cukup lama
dengan muatan berat; biarkan mesin tetap menyala untuk sementara
agar mesin menjadi dingin secara perlahan-lahan sebelum dimatikan.
Jangan menjalankan mesin di ruang tertutup, karena gas buangan
beracun.
3. Tombol tekan menyalakan mesin (start engin push-button)
Putar ignition key. Pindahkan maju tuas kecepatan sejauh ¼ total
perpindahan dan tekan push-button sampai mesin menyala.
Pencacah jam (hour counter) mulai berfungsi sekali mesin dinyalakan.
4. Lampu peringatan tekanan oli (oil pressure warning lamp)
Lampu ini menyala ketika kunci ignition diputar, setelah mesin
menyala, lampu padam.
Perhatian : jika lampu ini tetap mati meskipun mesin hidup atau mati,
maka periksa bulb. Jika lampu menyala saat mesin berjalan, maka
tekanan oli terlalu rendah. Matikan mesin dan telusuri kesalahan yang
mungkin terjadi:
Level oli terlalu rendah.
Filter oli terhalangi.
Viskositas oli yang tidak sesuai karena sudah lama.
Kesalahan pada sistem aliran oli.
5. Alternator warning light
Lampu peringatan ini menyala ketika ignition key diputar tetapi
mesin belum menyala dan padam setelah mesin menyala.
Perhatian : jika lampu tetap mati meskipun mesin hidup atau
mati, maka periksa bulb. Jika lampu menyala saat mesin menyala, ini
menunjukkan kesalahan pada sistem pengisian battery.
28
6. Water radiator high temperature warning light
Ketika lampu pilot ini menyala memperingatkan bahwa temperatur
cairan pendingin motor terlalu tinggi. Matikan motor dengan segera
dan periksa level cairan pendingin. Periksa kekencangan fan belt,
periksa bahwa pendingin radiator tidak terlalu kotor dan bersihkan
jika perlu.
7. Hour counter
Ini akan berfungsi setelah mesin berjalan.
8. RPM. counter
Menunjukkan RPM motor diesel.
Perhatian : jaga agar motor berjalan di atas 2000 RPM selama
bekerja.
4.2 Perawatan
4.2.1 Umum
Periode berjalan minimum untuk Asphalt Finisher adalah 60 jam.
Selama itu aturan- aturan berikut harus diikuti :
Setelah dinyalakan, biarkan mesin untuk sementara waktu.
Sebelum mulai bekerja, yakinkan bahwa oli hidrolik sudah
mencapai temperatur kerja yang diperlukan.
Jangan biarkan mesin dengan muatan maksimum dalam waktu yang
lama.
Lakukan pengecekan semua level sesering mungkin.
Periksa kekencangan hubungan hidrolik, kancing dan skrup roda.
Selama 100 jam pertama ganti :
Engine oil (pertama setelah 25 jam).
Engine oil filter
Fuel oil filter
Traverse filter pump
Final reduction gear oil
Gear/differential box oil
Vibrator box oil
29
Tindakan tersebut harus diulang setelah 200 jam pertama, dan
juga dilakukan setelah overhaul asphalt finisher.
4.2.2 Perawatan setiap 10 jam
Periksa level oli mesin diesel
Ketika mesin sudah berhenti cukup lama sehingga oli sudah tenang,
lakukan pemeriksaan level dengan dipstick. Tambahkan jika perlu. Pastikan
kendaraan rata ketika melakukan pemeriksaan, jangan mencampur
bermacam-macam oli dan gunakan oli yang memenuhi standar. Kebutuhan
oli dalam 200 jam pertama melebihi normal, karenanya periksa level oli
dua kali sehari dan tambah jika perlu.
Periksa level oli hidrolik
Periksa bahwa level oli hidrolik mencapai tengah level indikator yang
ada di kanan atas mesin. Tambahkan jika perlu melalui filler cap.
Periksa level fuel oil
Periksa level pada dua jendela samping kiri mesin.
Jendela bawah : level minimum.
Jendela atas : level maksimum.
Jika perlu tambahkan melalui filler cap.
Periksa level pendingin radiator
Buka tutup tangki, periksa apakah level air mencapai tepi bawah
mulut filler. Tambahkan jika perlu. Buka tutup dengan hati-hati, air atau uap
bisa menyembur keluar. Jangan pernah menambah air dingin ke dalam
mesin panas, perbedaan suhu bisa merusakkan mesin.
Periksa mesin diesel – peralatan peringatan filter udara terhalang.
Dengan mesin berhenti periksa bahwa zona “merah” vacuometer
tidak terlihat. Jika terlihat maka bersihkan atau ganti filter cartridge.
Bersihkan penunjuk ketebalan penumbuk screed
Bersihkan permukaan roller yang berjalan dari kotoran. Jika perlu
gunakan pembersih diesel oil spray jet.
Periksa adanya kebocoran oli, fuel oil, udara, atau gas buangan.
30
Sebelum mulai bekerja pemeriksaan dengan hati-hati harus dilakukan untuk
meyakinkan tidak ada kebocoran apapun. Telusuri dan perbaiki kebocoran untuk
menghindari tidak berfungsinya atau mati.
4.2.3. Perawatan setiap 50 jam
Pembersihan
Bersihkan kendaraan dengan menyeluruh, ini akan memperlihatkan
adanya kebocoran oli, baut kendor atau kesalahan lainnya.
Pemberian grease pada sendi-sendi screed raising ram
- Bersihkan dan beri grease.
Pemberian grease pada sendi-sendi hopper control ram
- Bersihkan dan beri grease.
Pemberian grease pada conveyor drive shaft side support dan chain drive
- Bersihkan dan beri grease.
Pemberian grease pada conveyor control shaft central support
- Bersihkan dan beri grease.
Pemberian grease pada screw feed control shaft side support
- Bersihkan dan beri grease.
Pembersihan cartridge air filter
- Ketika bekerja pada lingkungan yang berdebu, cartridge harus lebih
sering dibersihkan.
Pemeriksaan battery liquid level
- Periksa level cairan battery setelah cairan elektrolit tenang dan dingin,
periksa bahwa elektrolit menutupi elemen sekitar 1 cm, tambahkan
dengan air suling. Periksa bahwa terminal sudah kencang dan beri
grease.
Pemeriksaan rear drive wheel nuts
- Gunakan torgue wrench yang disetel pada 30 kg untuk
memeriksa kekencangan baut roda belakang.
Pemeriksaan kekencangan hidrolik hose fitting.
- Periksa kebocoran fitting sistem hidrolik, kencangkan jika perlu.
Pemeriksaan main nuts dan bolts.
31
- Periksa dengan hati-hati kekencangan semua baut dan kancing dari rakitan
utama, kencangkan jika perlu. Periksa juga skrup penahan tutup mesin, jika
perlu kencangkan.
4.2.4 Perawatan setiap 100 jam
Penggantian oli mesin (setelah 25 jam pertama)
Ambil tutup filler, lepas sumbat pengalir dan biarkan oli yang lama
mengalir seluruhnya. Pasang kembali sumbat pengalir dan tuangkan oli ke
dalam filler sampai “max” pada dipstick. Pasang kembali tutup filler dan
dipstick; hidupkan mesin dan biarkan dengan kecepatan nol untuk sementara
waktu. Matikan mesin dan periksa levelnya sekali lagi, tambahkan jika perlu.
Dengan mesin baru, penggantian pertama harus dilakukan setelah 25 jam
pertama. Lakukan penggantian oli ketika mesin masih panas untuk membantu
aliran oli. Jaga kendaraan rata ketika mengganti oli. Selalu gunakan jenis
oli yang tepat, jangan menggunakan jenis oli yang tidak disarankan.
Penggantian cartridge filter oli
Filter oli mesin harus diganti setiap penggantian oli mesin. Lepaskan
filter, bersihkan permukaan filter, oleskan oli pada seal filter yang baru, isi
dengan oli yang baru dan skrup dikembalikan dengan tangan sampai filter
seal terpasang sempurna. Kencangkan filter dengan kedua tangan tanpa
menggunakan alat.
Setelah mengganti filter oli hidupkan mesin dengan kecepatan nol untuk
sementara waktu dan periksa tekanan oli dan seal. Periksa level oli dan
tambahkan jika perlu.
Pemeriksaan ketegangan alternator belt
Belt seharusnya tidak memberikan lebih dari 10 mm ketika ditekan
dengan ibu jari ditengah-tengah panjang belt. Jika kekendoran lebih dari 10
mm maka belt harus di setel atau diganti.
Pemeriksaan ketegangan service pump belt
Lakukan penekanan ibu jari di tengah-tengah belt. Belt seharusnya tidak
memberikan lebih dari 10 mm. Jika lebih maka harus di setel atau diganti.
Untuk menyetel ketegangan belt, kendorkan baut pengunci, dan setel untuk
ketegangan yang benar dengan mengencangkan baut. Ketika ketegangan belt
32
sudah benar, kencangkan kembali baut pengunci. Belt yang baru seharusnya
diperiksa disetel kembali setelah mesin berjalan sekitar 15 – 20 menit.
Pemeriksaan level oli screw feed transmission box
Ambil tutup dan periksa bahwa campuran oli dan grease mencapai bibir
bawah bukaan box. Jika perlu tambahkan dengan campuran oli dan grease
dengan perbandingan 50/50.
Pemeriksaan tegangan conveyor belt
Periksa ketegangan slat conveyor. Untuk menyetel ketegangan belt
hidupkan mesin dan jalankan pada putaran sedang, jalankan conveyor
belt dan kemudian gunakan baut penyetel untuk memperoleh ketegangan
belt yang dikehendaki.
Pembersihan sirip radiator sistem pendingin mesin
Kotoran pada sirip pendingin radiator mesin dapat menurunkan effisiensi
pendinginan unit ini. Bersihkan dengan semburan udara kompressor dan
peralatan penggaruk. Jika tersedia peralatan pembersih uap akan lebih bagus
untuk tindakan ini.
Pembersihan filter pompa mesin diesel feed
Pindahkan filter dari pompa dan bersihkan dengan merata dengan bahan
bakar diesel. Periksa seal dari filter gasket ketika menempatkan kembali
filter. Filter juga harus dibersihkan ketika ada kehilangan tenaga mesin.
Pembersihan bleed valve dari tangki oli hidrolik
Periksa dan bersihkan dengan merata.
33
Lakukan pemeriksaan, karet jangan sampai rusak atau menunjukkan
tanda- tanda kehilangan daya lentingnya. Block menghindari getaran yang
luar biasa.
Bahan bakar dan oli hidrolik menyebabkan karet menjadi rusak,
karenanya bagian mesin harus dibersihkan merata secara teratur. Seharusnya
perlu untuk mengganti satu atau lebih silentblock kemudian dapat disarankan
mengganti semuanya bersamaan.
Penggantian road travel oil pump filter cartridge
Ambil cartridge dengan cara melepas skrup dari tempatnya. Sebelum
memasang cartridge baru, bersihkan dahulu dengan hati-hati, beri pelumas
pada seal kemudian skrup kembali cartridge.
Biarkan mesin untuk sementara sebelum menyetel untuk bekerja.
Periksa adanya kebocoran dari seal. Periksa level di dalam tangki oli hidrolik
dan tambahkan jika perlu.
Pemberian grease penopang pompa
Bersihkan dengan merata dan beri grease dengan grease gun.
34
oli mencapai batas atas dipstick. Pasang kembali sumbat dan ring kemudian
bersihkan dari tumpahan oli. Bersihkan bleed valve.
Lakukan penggantian oli pertama setelah 100 jam pertama.
Penggantian oli peralatan reduksi akhir roda belakang (rear wheel
final reduction gear) dan pembersihan bleed valve (setelah 100 jam
pertama).
Lepas sumbat bawah dan biarkan oli lama keluar semuanya. Pasang
kembali sumbat dan ring. Bersihkan filler plug/bleed valve dan pindahkan. Isi
dengan oli yang baru sampai levelnya di tengah indikator transparan. Pasang
kembali filler plug/bleed valve dan ring kemudian bersihkan dari tumpahan
oli.
Lakukan penggantian oli pertama kali setelah 100 jam pertama.
Pemeriksaan ketegangan rantai conveyor shaft
Periksa ketegangan rantai conveyor shaft dan setel ketegangannya.
Pemeriksaan ketegangan rantai screw feed shaft
Pemeriksaan sistem buangan dan sistem penyedia udara mesin
Pemberian grease pada sendi-sendi tangkai cardan antara speed
change/differential dan wheel final reduction gear.
35
ringnya kemudian pasang kembali. Pasang kembali tutup pemeriksa setelah
yakin tidak ada kerusakan pada tali isolasinya. Isi kembali tangki dengan
bahan bakar yang bersih dan disaring. Pasang kembali tutupnya dan
kencangkan.
Pemeriksaan bearing pada steering wheel
Angkat steering wheel. Periksa permainan bearing. Pindah tutup
pelindung, pindah pin pemisah pada sekerup kemudian setel sekerup. Periksa
banyaknya grease.
36
Ikuti perintah yang terdapat pada manual mesin.
Setelah kosong untuk waktu yang lama, perlu untuk mengganti semua
filter sebelum memulai bekerja dengan mesin lagi.
37
BAB V
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi
seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses
konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu
lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam
suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya
peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan konstraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau personal protective Equipment (PPE)
untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu :
1. Pakaian Kerja
38
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan
dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari
bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau
tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata Kerja
Kacamata Kerja Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu
kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel
debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata
perlu diberikan perlindungan.
39
4. Sarung Tangan
Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-
benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya.
5. Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar
benar sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya
yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material
konstruksi yang jatuh dari atas.
6. P3K
P3K Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada
pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek. Untuk
40
itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk
pertolongan pertama.
Dengan semakin meningkatnya penggunaan alat berat di bidang industri dan jasa,
dimana pesawat angkat & angkut / ALAT BERAT dapat juga menyebabkan kecelakaan
yang dapat menimbulkan kerugian baik terhadap harta maupun jiwa manusia, maka perlu
diusahakan pencegahan.
Agar pengoperasian Asphalt Paver dapat dilaksanakan dengan aman makan perlu
diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Operator
Hanya operator yang telah ditunjuk yang berhak mengoperasikan asphalt
paver. Operator yang ditunjuk haruslah sesuai dengan kualifikasi dan syarat-syarat
sebagai berikut:
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. PER.05/ MEN/ 1985 tentang pesawat
angkat dan angkut;
Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi R.I. No. PER. 09/ MEN/ VII/
2010 tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut;
Undang-Undang No.1 Thn 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. APAR (Alat Pemadam Kebakaran)
Alat beras harus dilengkapi dengan Alat Pemadam Kebakaran (APAR).
3. Alat Lengkap dan Berfungsi dengan Baik
41
Alat indikator pada mesin harus lengkap dan berfungsi.
4. Memperhatikan Petunjuk Penggunaan
Lihatlah label peringatan dan stiker yang ada di sekitar mesin untuk peringatan
spesifik lainnya atau instruksi pada mesin tertentu.
5. Pada saat berhenti bekerja / istirahat alat berat harus diparkir di tempat yang
rata.
6. Pada saat pengisian bahan bakar mesin harus dimatikan.
7. Pengecekan sebelum operasi : pelumas, air, radiator, air accu, attachment,
lampu spion, dan APAR dll.
42
BAB VI
SPESIFIKASI ALAT
43
2. Wheel Asphalt Paver Caterpilar AP500E
44
BAB VII
ANALISA BIAYA PEMILIKAN DAN OPERASIONAL
Type Alat Paver Asphalt Track Caterpilar AP1055E
Spesifikasi
- Gross Power : 225 HP
- Mesin : Bensin
- Engine Oil Capacity : 92 gallon
- Jenis Filter : Filter Oli
A. Biaya Penyusutan
1. Harga Buku (Pembelian) = Rp 3,700,000,000.00
2. Harga Ban = Rp 800.00 -
3. Harga Beli Tanpa Ban = Rp 3,699,999,200.00
4. Harga Sisa = Rp 370,000,000.00 -
5. Biaya Depresiasi (Total) = Rp 3,329,999,200.00
B. Biaya Pemilikan/Jam
6. Biaya Penyusutan/Jam = Rp 333,000.00
7. Biaya Investasi (20%)/Jam = Rp 41,625.00 +
8. Biaya Pemilikan/Jam = Rp 374,625.00 /Jam
45
C. Biaya Oprasional/Jam
9. Biaya BBM :
Konsumsi Bahan
- Bakar = 250 Gram/HP
= 249 x 225
gram/jam
= 56025 = 56 kg/jam
46
- Kebutuhan Oli/Gallon/Jam = (HP x F x 0,006) x C
7.4 t
= ( 225 x 0.6 x 0.006 )x 92
7.4 100
= 0.11 + 0.92
= 1.03 gallon
= ( 2 x Rp 30,000.00 )
2000
= Rp 30.00 /Jam
47
12. Biaya Ban/Jam :
= 4 x@ Rp 2,000,000.00 / 10000
= Rp 800.00 /Jam
48
BAB VIII
ANALISA PRODUKTIVITAS ALAT DAN BIAYA
: 1. Data Alat
● Lebar screed (w) = 3 m
● Kecp. Rata2 = 2 km/jam = 33.33 m/menit
● BP & O = Rp1,315,000 /jam
2. Data Pekerjaan
● Tebal = 0.05 m
Panjang
● Perkerasan = 7000 m
● Lebar Perkerasan = 14 m
: 1. Q = Q' X E
Q' = 60 X V X W
Q' = 60 X 33.33 X 3
Q' = 6000 m²/jam
49
Q = Q' X E E faktor ( good ) = 0.83
Q = 6000 X 0,83
Q= 4980 m²/jam
Waktu
Pelaksanaan = Luas
Q
= 98000
4980.00
= 19.68 jam
= 19.68 per unit
Waktu
Pelaksanaan = 2.81 Hari ~ 3 Hari
50
4. HSP Pekerjaan = Biaya act + profit Rp
vol . Bank m²
= Rp28,465,261 Rp
98000 m²
HSP Pekerjaan = Rp290 m²
51
DAFTAR PUSTAKA
52