KH
KH
Oleh:
Ana Afriyanti
Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta
Anaafri93@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) pola asuh orang tua dalam mengembangkan
kemandirian bina diri anak cerebral palsy tipe spastik di SLB Rela Bhakti 1 Gamping. 2) Faktor pendorong
dan faktor penghambat dalam mengembangkan kemandirian bina diri anak cerebral palsy tipe spastik.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Pengambilan data dengan wawancara dan observasi.
Analisis data dilakukan melalui reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data
data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode.Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) pola
asuh orang tua dalam mengembangkan kemandirian bina diri anak cerebral palsy tipe spastik yaitu
mengarah pada pola asuh demokratis. 2) Faktor penghambat orang tua dalam mengasuh anak cerebral palsy
tipe spastik dalam mengembangkan kemandirian bina diri yaitu kekakuan pada tangan dan kaki anak, sifat
anak yang mudah marah dan cenderung rendah diri. 3) Faktor pendorong orang tua dalam mengasuh anak
cerebral palsy tipe spastik dalam mengembangkan kemandirian bina diri yaitu semangat dari orang tua
untuk memandirikan anak agar kelak mampu menolong dirinya sendiri dan mampu mengurangi
kebergantungan dengan orang lain
Kata kunci: pola asuh orang tua, cerebral palsy tipe spastik, kemandirian bina diri
Abstract
This research aimed to describe: 1) the care pattern applied by parents of cerebral palsy spastic type
children to develop their self-aunotomy at SLB Rela Bhakti 1 Gamping, 2) Another purpose of this study
was to find out the supporting and limiting factors in developing self-autonomy of cerebral palsy spastic
type children. this research was in the form of case study. The data sampling was using interview and
observation. The data analysis technique was using reducting the data, displaying the data, and conclusion.
The data validity and reability techniques were using source triangulation and method triangulation. the
result of this research showed: 1) the care pattern given by the parents in developing cerebral palsy spastic
type children was the democratic pattern. 2) The limiting factors for the parents in nurture cerebral palsy
spastic type children were the children’s inflexibility of extremities, the children that easily get upset, and
tend to be insecure. 3) Whereas the supporting factors were the parents’ spirit to made their children
autonomous so they could help themselves and cut down their dependency on other people.
asuh orang tua yang yang selalu tidak memanjakan siswa cerebral palsy tipe spastik dan siswa cerebral
anaknya, namun juga tidak mengekang anaknya palsy tipe spastik yang bersekolah di SLB Rela
akan berdampak baik bagi perkembangan anak Bhakti 1 Gamping. Selain itu juga terdapat
berkebutuhan khusus. informan yaitu nenek dari siswa cerebral palsy tipe
Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas, spastik dan guru kelas siswa cerebral palsy tipe
bina diri anak cerebral palsy tipe spastik. Ortodidaktika Vol 5 No 7 Tahun 2016 anak
2. Conclusion drawing cerebral palsy tidak hanya sebatas bidang
(pengambilan kesimpulan) akademik saja, namun juga kegiatan bina
Kegiatan terakhir dari analisis data yaitu diri. Program pembelajaran bina diri di
penarikan kesimpulan dan verifikasi. kelas II tuna daksa dilakukan setiap hari
Rabu dengan waktu 1 jam mata pelajaran. Jika dalam waktu 40 menit guru belum
Pelajaran bina diri yang sudah diberikan selesai menjelaskan maka akan disambung
oleh Bu YL pada murid kelas II jurusan D dengan hari Rabu yang akan datang.
ini meliputi menggosok gigi, mencuci Pemberian pembelajaran bina diri di
tangan, makan minum, berpakaian, bersisir sekolah juga ditindaklanjuti di rumah oleh
dan juga memakai dan melepas sepatu. orang tua DP. Dalam mendidik anaknya
Namun yang sudah diajarkan sampai selama di rumah, orang tua tidak membuat atau
praktek baru mencuci tangan, makan merancang program khusus dalam
minum serta memakai sepatu. mengajarkan bina diri, akan tetapi orang tua
Pembelajaran bina diri di kelas diberikan mengikuti dan melanjutkan program
secara bertahap, di mulai dari pelajaran pengajaran dari sekolah. Program pengajaran
dasar yaitu memperkenalkan nama yang telah diterima siswa di sekolah tersebut,
kegiatan bina diri, tujuan melakukan kemudian dilanjutkan kembali oleh orang
kegiatan bina diri, perlengkapan bina diri, tuanya saat di rumah. Pelatihan bina diri di
tahapan melakukan suatu kegiatan bina diri rumah juga disesuaikan dengan aktivitas yang
dan juga yang terakhir melakukan praktek sedang dilakukan oleh anak.
secara langsung melakukan suatu bina diri. 2) Penggunaan reward dan punishment
Pada tahap mempraktekkan secara Pada saat pembelajaran bina diri di
langsung, guru mengulangi lagi dengan sekolah, guru memberikan penghargaan jika
pengenalan nama kegiatan bina diri, anak mampu menjawab pertanyaan dan juga
pemberian contoh, pembimbingan/ mampu melakukan kegiatan bina diri secara
pemberian instruksi, sampai dengan mandiri. Penghargaan yang diberikan guru
mengajarkan aktivitas bina diri yang bukan berupa barang namun hanya sebuah
dilakukan oleh anak baik secara mandiri ucapan seperti pintar, bangus, dan cantik. Guru
atau masih dengan pendampingan.Saat juga memberikan hukuma pada DP jika siswa
mengenalkan suatu kegiatan bina diri, guru salah. Hukuman yan diberikan bukan hukuman
menggunakan media gambar dan juga fisik, namun guru hanya tidak memberikan
media asli. Hal ini dilakukan agar siswa ucapan menyanjung siswa dan hanya menegur
lebih mudah memahami tentang bina diri jika siswa salah.
serta alat-alatnya. Dalam sehari, kadang Orang tua DP dalam kesehariannya saat
guru hanya menjelaskan tentang nama mengembangkan kemandirian bina diri DP di
kegiatan suatu bina diri, misalnya kegiatan rumahnya, juga memberikan penghargaan dan
mandi, guru menjelaskan tentang mandi, hukuman pada DP seperti yang dilakukan oleh
tujuan dari kita melakukan mandi dan guru kelas. Penghargaan yang diberikan yaitu
diperlihatkan gambar orang sedang mandi. ucapan tulus dari seorang ibu berupa sanjungan
Studi Kasus Pola ....... (Ana Afriyanti) 745
agar anak lebih termotivasi. Orang tua DP kemampuan yang dimiliki DP. Dengan
pernah memberikan hukuman fisik yaitu diberikan pelatihan bina diri secara rutin dan
mencubit tangan DP. Saat itu DP menangis dan konsisten, DP akan mampu melakukan bina
balik menjadi marah. Orang tua merasa kasian diri secara mandiri dan hal itu akan
dan meminta maaf pada DP. Setelah kejadian mengurangi ketergantungan dengan orang
itu, orang tua DP tidak pernah memberikan lain.
hukuman fisik, melainkan hanya menegur saja, Pemberian pelatihan bina diri pada DP
mengingat DP anaknya mudah marah. diberikan sesuai dengan kemampuan DP. hal
2. Sikap Pola Asuh Orang Tua dalam ini tampak seperti saat DP makan siang, DP
Mengembangkan Kemandirian Bina Diri
diajari cara makan yang meliputi memegang
Anak Cerebral palsy Tipe Spastik
Ibu EM selaku orang tua dari DP ketika sendok yang benar, mengambil nasi, sayur,
mengetahui anaknya mengalami kekakuan lauk dan memasukkan makanan ke mulut. Saat
pada tubuhnya yang mengakibatkan anaknya itu DP tanpa mengeluh diajari cara makan,
susah untuk melakukan aktivitas bina diri walaupun ia tampak kesulitan pada saat
secara mandiri, beliau tidak langsung patah mengambil nasi. Dengan melihat kemampuan
semangat untuk mengajarkan DP cara DP seperti itu, orang tuanya melanjutkan
melakukan bina diri secara mandiri. Beliau sampai DP benar-benar bisa makan sendiri
merasa mempunyai tantangan besar untuk meskipun cara makannya membutuhkan waktu
memandirikan anaknya yang mengalami yang lama.
cerebral palsy tipe spastik. Ibu EM tidak 3. Bimbingan dan Pengarahan dari Orangrtua
dalam Mengembangkan Kemandirian Bina
pernah memanjakan DP. Semua aktivitas atau
Diri Anak Cerebral palsy Tipe Spastik
kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan Dalam mengembangkan kemandirian bina
dirinya sendiri seperti mandi, makan, diri pada DP, orang tua DP tidak langsung
dilatihnya dari DP umur 5 tahun. Meskipun membantu DP dalam menyelesaikan aktivitas
DP mengalami cerebral palsy tipe spastik, nya, namun mereka membantu DP untuk
namun ibunya mempunyai keinginan yang menyelesaikan aktivitasnya dengan cara
kuat dan percaya kalau DP mampu diajarkan memberikan bimbingan dan arahan agar
melakukan bina diri. mampu mengerjakan sendiri. Bimbingan dan
Keluarga DP, utamanya ibu EM, dari DP arahan yang diberikan oleh orang tua berupa
lahir sudah menerima apapun kondisi dari DP.
Namun sampai sekarang, ayahnya DP yang
masih kurang menerima kondisi DP.
Walaupun begitu, beliau tetap mau membantu
ibunya untuk memandirikan anaknya.
Keluarga DP memberikan pelatihan bina diri
dengan cara menyesuaikan dengan
746
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 7 Tahun 2016 6. Faktor Pendorong Orang tua dalam
instruksi singkat, pendampingan dan bantuan Mengembangkan Kemandirian Bina Diri
dengan tindakan secara langsung. Anak Cerebral palsy Tipe Spastik
Faktor pendorong yang menjadikan orang
4. Peraturan dan Control Orang tua dalam
Mengembangkan Kemandirian Bina Diri tua dan keluarga DP mau mengasuh DP agar
Anak Cerebral palsy Tipe Spastik mampu melakukan aktivitas sehari-harinya
Peraturan dan kontrol dari orang tua
secara mandiri yaitu semangat dari diri orang
terhadap DP, orang tua menerapkan beberapa
tua agar anak mampu mandiri dan mengurangi
peraturan namun tidak mutlak dan tidak
ketergantungan dengan orang lain.
berupa peraturan tertulis melainkan hanya
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
berupa peraturan lisan. Orang tua hanya
Setiap orang tua mempunyai cara pengasuhan
menerapkan hal yang sudah seharusnya
sendiri dalam mengembangkan kemandirian bina
dipelajari oleh anaknya dalam melakukan
diri pada anak, khususnya orang tua yang
aktivitas sehari-hari. Peraturan-peraturan itu
mempunyai anak cerebral palsy tipe spastik.
dibuat dengan tujuan untuk mendisiplinkan
Orang tua menerapkan pola pengasuhan yang
anaknya.
berbeda-beda berdasarkan kondisi masing-masing
Orang tua dalam mengasuh anak di rumah
keluarga. menurut Noor Rohinah (2012: 134) pola
tidak hanya membuat atau menerapkan
asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi
peraturan yang harus ditaati oleh anaknya,
antara anak dengan orang tua yang meliputi
namun juga melakukan control dan perhatian
pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan,
terhadap anak. Kontrol dan perhatian orang
minum dan lainlain) dan kebutuhan psikologis
tua pada anak juga berpengaruh untuk
(seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain)
perkembangan anak. Ibu EM juga
serta sosialisasi norma-norma yang berlaku
membebaskan saat anak melakukan suatu
dimasyarakat agar dapat hidup selaras dengan
aktivitas di rumah namun orang tua tetap
lingkungannya.
mengontrol aktivitas yang dilakukan anak.
Pada penelitian ini, orang tua dari anak
5. Faktor Penghambat Orang tua dalam
Mengembangkan Kemandirian Bina Diri cerebral palsy tipe spastik dalam mengembangkan
Anak Cerebral palsy Tipe Spastik kemandirian bina diri anaknya cenderung
Berdasarkan hasil wawancara dengan
menggunakan pola asuh bentuk demokratis,
nenek subyek da ibu subyek, dapat diketahui
meskipun menerapkan beberapa aturan. Namun
bahwa DP anaknya mudah marah, subyek
aturan yang dibuat tidak mengikat anak dan juga
terlalu manja dengan orang tuanya, kelainan
masih dalam norma masyarakat. Adanya
yang ada pada diri DP yaitu cerebral palsy tipe
pemberian bimbingan dan pengarahan dari orang
spastik/kaku pada tubuhnya sehingga
tua terhadap anak dalam mengembangkan
mengakibatkan membutuhkan waktu yang
kemandirian bina diri pada cerebral palsy tipe
lama dalam melatih subyek dan juga harus
spastik. Selain itu, orang tua juga memberikan
penuh dengan kehati-hatian.
kebebasan pada anak namun tetap mengontrol
Studi Kasus Pola ....... (Ana Afriyanti) 747
kegiatan anak. Berdasarkan data hasil penelitian di sekolah dimulai dari tahap pengenalan,
yang telah disajikan sebelumnya, peneliti akan pemberian contoh, pemberian instruksi sampai
menguraikan tentang pola asuh orang tua pada dengan mengajarkan aktivitas bina diri yang
anak cerebral palsy tipe spastik dalam dilakukan oleh siswa baik secara mandiri atau
mengembangkan kemandirian bina diri anak dengan pendampingan.
dalam pembahasan yang lebih lanjut sebagai Pada saat orang tua mengembangkan
berikut: kemandirian bina diri pada anaknya, orang tua
1. Proses Pola Asuh Orang tua dalam memberikan reward dan punishment dari hasil
Mengembangkan Kemandirian Bina Diri yang dilakukan oleh anaknya. Reward yang
Anak Cerebral palsy tipe Spastik
Mengembangkan kemandirian bina diri diberikan kepada anak berupa pemberian
pada setiap anak berkebutuhan khusus pujian. Pada saat anak menolak atau tidak
sangatlah penting, tidak terkecuali pada anak melakukan aktivitas bina diri, punishment yang
cerebral palsy tipe spastik. Anak dilatih untuk diberikan yaitu berupa anak tidak mendapatkan
mandiri dalam melakukan bina diri agar dapat pujian sampai kadang dimarahi. Hal ini juga
mengurangi ketergantungan dengan orang lain. sejalan sengan ciri-ciri pola asuh demokratis
Hal ini sejalan dengan pendapat Depdikbud pada teori Baumrind (Casmini, 2007: 50)
(Dodo Sudrajat dan Lilis R, 2013: 54-55) yang mengatakan bahwa memberi pujian atau hadiah
mengemukakan bahwa bina diri adalah kepada kepada perilaku benar, hukuman
serangkaian kegiatan pembinaan dan pelatihan diberikan akibat perilaku salah.
yang dilakukan oleh guru yang professional 2. Sikap Pola Asuh Orang Tua dalam
Mengembangkan Kemandirian Bina Diri
dalam pendidikan khusus, secara terencana dan Anak Cerebral palsy Tipe Spastik
terprogram terhadap individu yang Dalam kesehariannya, orang tua DP
membutuhkan layanan khusus, yaitu individu memberikan kesempatan pada DP untuk
yang mengalami gangguan koordinasi motorik, terbuka mengungkap masalah–masalah pada
sehingga mereka dapat melakukan aktivitas dirinya terutama dalam hal melakukan
kehidupan sehari-hari dengan tujuan kemandirian bina diri. Apabila DP belum
meminimalisasi dan atau menghilangkan mampu melakukan suatu bina diri, maka orang
ketergantungan terhadap bantuan orang lain tua memberikan penjelasan yang lebih namun
dalam melakukan aktivitasnya. sederhana agar mudah diterima oleh DP dan
Orang tua subyek dalam mengembangkan DP mampu melakukannya secara mandiri.
kemandirian bina diri pada anaknya tidak Orangtua sangat peduli dengan perkembangan
merancang program khusus, melainkan DP sehingga dalam kesehariannya, orang tua
berorientasi pada pembelajaran di sekolah. selalu memantau kegiatan DP. Orang tua DP
Pembelajaran bina diri yang sudah diajarkan tidak pernah
oleh guru di sekolah dilanjutkan kembali oleh Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 7 Tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Toha Muslim. 1996. Ortopedi dalam
Pendidikan Anak Tuna Daksa. Jakarta:
Depdikbud