Anda di halaman 1dari 9

Walaupun angka kejadian kerusakan DNA sperma dan aneuploidy meningkat dengan terapi

kanker, banyak pasien yang akhirnya mengalami remisi dalam beberapa waktu setelahnya. Lebih jauh,
beberapa penelitian menunjukkan tidak adanya peningkatan kelainan genetik atau kecacatan saat
kelahiran saat dibandingkan dengan antara pasien kanker dan non kanker. Sesuai dengan catata Meistrich,
hamper seluruh kehamilan dalam penelitian tersebut berjalan dengan baik setelah selesainya terapi
kanker.
Secara bersamaan, walaupun uji klinis dan laboratorium untuk potensi reproduksi pria dan wanita
bersifat informatif, mereka tetap harus dilengkapi dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan oleh dokter. Hal yang juga penting adalah untuk mengkonseling pasien tentang hasil dari tes
tidak menjamin terjadinya kehamilan terjadi.

RISIKO DAN KETERBATASAN TEKNIK PEMELIHARAAN KESUBURAN


Terlepas dari metode pemeliharaan kesuburan mana yang digunakan, pasien tetap harus
dikonseling mengenai keterbatasan dari tiap metode dan risiko yang mungkin dihadapi. Prosedur ART,
tang secara luas digunakan dalam divisi onkofertilitas, tidak menjamin kelahiran hidup, walau pasien
tidak memiliki riwayat kanker. Begitupun, terdapat risiko potensial yang berhubungan dengan prosedur
ART. Hal ini telah diprediksi bahwa proses kehamilan melalui metode IVF akan meningkatkan risiko
bayi lahir berat badan rendah (BBLR), premature, hingga risiko kematian. Prosedur ART juga
berhubungan dengan peningkatan kemungkinan kehamilan kembar menjadi 10 kali lipat. Lebih jauh,
kemungkinan kelainan sindrom Beckwitch-Wiedemann, Angelman, hipometilasi maternal juga
berhubungan dengan prosedur ART.
Pasien kanker cenderung tidak disarankan untuk melakukan pemeliharaan kesuburan karena
risiko merugikan kesehatan ibu dan keturunan. Contohnya, pasien menjadi khawatir akan kemungkinan
kekambuhan kanker saat kehamilan. Bagaimanapun, beberapa penelitian menjelaskan bahwa tidak ada
hubungan antara kanker yang berhubungan dengan hormon (contoh kanker payudara) dengan rekurensi
kanker saat kehamilan Perlu dicatat juga bahwa risiko terjadinya kelainan genetic, kecacatan kelahiran,
atau kanker pada anak yang lahir dari ibu dengan kanker tidak lebih tinggi dibanding dengan ibu tanpa
kanker. Namun, penderita kanker yang menerima radiasi area pelvis memiliki kemungkinan lebih tinggi
mengalami keguguran, berat lahir rendah maupun prematur.
Penderita kanker juga khawatir mewariskan gen kanker pada keturunannya, walaupun
kemungkinan akibat faktor genetik hanya 10-15%. Untuk individu dengan kanker yang diwariskan,
Salah satu cara untuk menurunkan risiko mutasi genetik adalah kombinasi metode pemeliharaan kesuburan dengan metode
preimplantation genetic testing (PGT). Pada metode PGT, uji genetik dilakukan dengan biopsy pada embrio fase preim
plantasi untuk memastikan embrio yang bebas mutasi lah yang ditransfer dalam uterus. PGT juga digunakan untuk
mendeteksi predisposisi mutasi genetik beberapa jenis kanker, termasuk gen anomatous polyposis of the colon
(APC), neurofibromatosis type 2 (NF2), dan inherited breast cancer (BRCA1 and BRCA2).

KASUS KHUSUS DALAM BIDANG MANAJEMEN ONKOFERTILITAS

Pediatri (Populasi Prepubertal dan Remaja)


Walaupun pria dan wanita dengan kanker memiliki pilihan untuk menyimpan sel telur, sprema ,
atau embrionya, pemeliharaan kesuburan untuk pasien anak dengan kanker lebih terbatas untuk diputus
Kan (Gambar 33.4). Saat laki-laki telah mengalami pubertas, dia dapat memilih tempat untuk menyimpan
dan maturasi sperma. Namun, untuk laki-laki yang telah mengalami pubertas, hanya metode invasive dan
eksperimental yang tersedia, termasuk elektroejakulasi dengan sedasi, pengumpulan sperma imatur
dengan ekstraksi , atau testicular tissue cryopreservation . Pada wanita post pubertas, sel telur atau
embryo cryopreservation merupakan salah satu metode pemeliharaan kesuburan yang paling sukses.
Namun, kurangnya partisipasi dan kehadiran pasangan laki-laki dapat menjadi kendala serta akan
berpengaruh secara fisik maupun emosi pasangan wanita. Untuk wanita prepubertas, satu-satunya pilihan
adalah ovarian tissue cryopreservation. Sebagai tambahan, risiko infertilitas dapat diturunkan melalui
terapi radiasi dan penggunaan teknik pembedahan fertility-sparing.
Terlepasdan status pemeliharaan kesuburan, seluruh pasien remaja yang mendapat terapi
gonadotoksik harus dipantau selama beberapa tahun untuk mengerahui onset dan waktu pertama
mengalami pubertas, menstruasi, dan riwayat kehamilan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui fungsi
seksual. Untuk yang memiliki risiko hipogonad, pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi FSH,
LH, testosterone, dan estrogen. Pada laki-laki, analisis cairan semen juga dilakukan untuk menilai
kesuburan. Pada wanita yang mendapat terapi radiasi pelvis, pemeriksaan ultrasound dapat dilakukan
untuk menilai uterus. Seiring pertambahan usia wanita, dokter kandungan atau dokter umum harus
melakukan follow up secara rutin.

Karena teknologi pemeliharaan kesburan yang sesuai untuk pria dan wanita prepubertas
berhubungan dengan pengangkatan jaringan gonad, isu yang masih diperdebatkan adalah seberapa banyak
jaringan reproduksi yang harus diangkat dalam proses pemeliharaan kesuburan. Analisis untuk menilai
risiko dan keuntungan harus dilakukan dan didiskusikan dengan pasien atau orang tua pasien.
Pengangkatan jaringan terlalu banyak merupakan tindakan invasif, menurunkan kemungkinan kembalinya
fungsi reproduksi, dan dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan yang berhubungan dengan
fungsi gonad. Di sisi lain, jaringan yang cukup harus diangkat agar pemeliharaan kesuburan dapat
dilaksanakan. Keputusan ini juga dipengaruhi ebberapa factor. Dari bebrapa investigasi yang telah
dilakukan, kita masih belum tahu jumlah minimal jaringan yang dibutuhkan untuk meingkatkan
keberhasilan tekniik. Hal ini disebabkan sifat jaringan masing-masing pasien yang heterogen serta
ketidakmampuan untuk memperkirakan jumlah potensi jaringan. Pada wanita contohnya, berat jenis
folikel di korteks ovarium berbanding terbalik dengan usia, folikel kortikal dapat menjadi lebih tidak
umum dibanding yang lain. Pada pria, biopsi juga diperlukan pada populasi pubertas karena testis yang
imatur akan penuh dengan sel stem spermatogonia. Pada studi preliminary xenotransplantation, jairngan
dari janin atau remaja pria memiliki hasil graft yang lebih baik. Seiring dengan pengembangan teknologi
cryopreserved tissue diterapkan dalam klinis sehari-hari, panduan tentang waktu yang tepat untuk biopsy
atau mengangkat organ juga perlu.
Pada umumnya, aspek etik dan legalitas penggunaan jaringan reproduksi dan gamet adalah
kompleks. Lebih jauh, seluruh prosedur kesehatan harus tetap dipantau. Orang tua atau wali memiliki hak
untuk mendapatkan penjelasan, tetapi apabila prosedur tersebut tidak diperlukan, prosedur tersebut harus
aman dan memberikan keuntungan bagi pasien. Metode semi invasif, seperti laparoskopi untuk
mengangkat gonad, digunakan untuk meminimalisir risiko terhadap pasien. Namun demikian dalam
beberapa kasus, pada pasien muda, prosedur pembedahan tambahan mungkin membuat risiko tetapi tidak
sebesar potensi sisi positif yang akan didapat. Akhirnya,disamping mendapat persetujuan, apabila
memungkinkan, hal yang juga penting adalah mendapat persetujuan remaja soal pengangkatan jaringan
ovarium atau testis, terutama untuk pasien remaja yang dapat memahami risiko prosedur , tetapi masih
belum bisa memberikan persetujuan tindakan.

Onkologi Kandungan

Perawatan kandungan untuk wanita hamil, untuk pasien dengan riwayat maupun yang
terdiagnosis saat hamil, menjadi tantangan tersendiri. Untuk pejuang kanker, perawatan klinis
membutuhkan pengethauan mengenai efek pasca terapi terhadap fungsi reproduksi, seperti efek pada
uterus dan juga pemahaman tentang risiko yang berhubungan dengan kehamilan dan kanker. Paparan
terakhir dengan radiasi atau kemoterapi dapat merusak kapasitas kardiovaskular dan paru, dua system
yang harus mengakomodasi kebutuhan pertumbuhan fetus. Untuk pasien ini, penting bahwa dokter
kandungan bekerja sama dengan onkologi untuk menyediakan pelayanan terintegrasi untuk tiap pasien,
tidak hanya untuk memastikan kelahiran menjadi aman untuk bayi tetapi juga untuk kesehatan ibu.
Manajemen kesuburan pada pasien yang didiagnosis kanker saat hamil merupakan kasus unik dan
kompleks, tetapi dengan perhatian ekstra untuk janin. Diagnosis kanker ditegakkan pada 1 dibanding
1000 kehamilan dan ini diduga meningkat karena peningkatan tren kehamilan usia tua. Perawatan pada
pasien ini meliputi usaha untuk menyeimbangkan antara terapi untuk kanker dan perawatan janin serta
kemungkinan kehamilan selanjutnya. Selain efek terapi kanker untuk kesuburan, factor pasien dan dokter
yang menangani juga harus diperhatikan sebagai risiko terjadinya toksisitas janin dari terapi kanker,
prognosis pasien, dan kemampuan untuk perawatan.

Pertimbangan Tambahan

Pengganti

Kehamilan pengganti merupakan salah satu pilihan untuk mengawali pembentukan keluarga setelah
kanker untuk wanita dengan kanker ginekologi yang membutuhkan histerektomi atau wanita yang
mendapat terapi radiasi dan kemoterapi yang membuat kemungkinan hamil menjadi lebih kecil. Apabila
pasien dapat menyimpan oosit atau embrio mereka disamping dengan menjalani proses terapi, ibu
sambung dapat membawa genetik pasien . Sama seoerti adopsi dan hokum Negara juga dapat membentuk
penghalang sehingga harus dipikirkan kembali.

Transplantasi Uterus

Kemajuan yang signifikan untuk bidang pemeliharaan kesuburan merupakan bagian dari kesuksesan
penerjemahan penelitian preklinik transplantasi uterus dalam aplikasi klinis. Transplantasi uterus telah
dilakukan pada 9 wanita dengan factor infertilitas absolut menggunakan donor hidup. 7 dari 9 wanita
tersebut memiliki hasil cangkok yang tetap bertahan lebih dari setahun dan dapat memulai transfer
embrio. 5 kelahiran hidup juga dilaporkan dan terdapat beberapa kehamilan yang masih dalam proses.
Hasil ini membuktikan prinsip bahwa untuk wanita yang mengalami histerektomi akibat kanker atau
wanita dengan kerusakan uterus akibat radiasi . Bagaimanapun, transplantasi uterus bukan hal yang
sepele, hal ini membutuhkan pembedahan dari donor hidup yang kompleks dan membutuhkan terapi
imunosupresif dalam jangka waktu tahunan , dengan risiko masing-masing. Dengan strategi perbaikan
jaringan, seperti pembuatan testis dan ovarium, mulai ada keyakinan menenai prospek generasi uterus
buatan dengan stem cell.

Adopsi

Adopsi merupakan salah satu pilihan pejuang kanker yang infertile atau tidak ingin melalui
proses biologis untuk mendapatkan anak. Hal ini mungkin tidak langsung karena beberapa agen adopsi
mungkin enggan untuk bekerjasama dengan orang tua yang memiliki riwayat kanker dengan
pertimbangan masa depan anak. Di Amerika, aturan adopsi yang diambil juga memperhitungkan riwayat
kesehatan orang tua . Berdasarkan survey dari 27 agensi, hanya 1 agen yang memiliki aturan tentang
calon orang tua dengan kanker , agen lain membutuhkan perkiraan kemungkinan hidup, serta surat
rekomendasi dair dokter. Walaupun tidak ada aturan yang memuat riwayat kanker sebagai salah satu
larangan, hal ini tetap diperhitungkan sebagai salah satu poin penilaian apakah orang tua mampu merawat
anaknya. Aturan agen adopsi yang terarah dapat menjadi sulit dan membuat frustasi untuk pejuang kanker
, serta pemilihan agen adopsi yang mendukung pasien kanker juga penting.

Kontrasepsi
Diskusi tentang penggunaan kontrasepsi harus termasuk konseling pemeliharaan kesuburan.
Sebagai contoh, kontrasepsi yang sesuai harus direkomendasikan untuk pasien kanker yang baru
terdiagnosis karena banyak terapi untuk pasien baru yang bersifat mutagenic dan teratogenik.
Berdasarkan data dari salah satu grup kanker, 3% wanita menjadi hamil saat kanker terjadi maupun saat
terapi. Hal ini perlu diperhatikan karena paparan kemoterapi saat trimester pertama berhubungan dengan
peningkatan risiko kelainan kongenital . Lebih jauh, apabila kehamilan harus diterminasi, hal ini
menyebabkan stress psikologis , khususnya pada indivisu yang juga menghadapi masalah lain , contohnya
kanker. Akhirnya, penting untuk mengenali bahwa tidak semua pejuang kanker ingin memiiki anak dan
terapi kanker juga tidak selalu menyebabkan kondisi steril. Yang penting, penelitian terakhir menemukan
bahwa pasien usia reproduktif memiliki angka penggunaan kontrasepsi lebih kecil dibanding individu
normal.

Teknik Pemeliharaan Kesuburan

 Metode investigasi untuk pilihan pemeliharaan kesuburan pada pria dan wanita dan anak
telah dikembangkan dan diperluas penggunaanya
 Program testicular tissue cryopreservation terutama untuk laki-laki prepubertas telah
meingkat
 Strategi fertoprotektif dimana jaringan reproduksi diproteksi dari kerusakan dengan
intervensi farmakologis , hal ini telah diuji di beberapa penelitian
 Metode untuk pria dan wanita secara in vitro terlihat memiliki peningkatan signifikan
beberapa tahun terakhir, dan sel telur matur dapat dikelola dengan kultur hydrogel.
 Stem cell pembentuk sel gamet pria dan wanita mencerminkan hasil yang menjanjikan.

Metode baru-baru ini untuk pemeliharaan kesuburan, meliputi penyimpanan sel telur atau sperma , tidak
semua pasien cocok dengan metode ini. Walaupun begitu, adanya kebutuhan untuk mencari lebih dalam
dan memperhitungkan pilihan pemeliharaan kesuburan. Metode investigasi yang menjanjikan untuk pria
dan wanita meliputi : (1) menjaga gonad secara invivo, (2) metode pengembangan dengan memanfaatkan
potensi sel reproduksi di gonad, (3) membuat gamet secraa de novo melalui diferensiasi stem cell. Semua
metode akan dijelaskan di sesi selanjutnya , dan telah diuji di penelitian preklinik . Selain itu , prosedur
juga perlu dilakukan dengan persetujuan pihak terkait.

Metode Investigasi yang Menjaga Gonad Secara In Vivo

Aplikasi terbaru pemeliharaan kesuburan dibuat berdasarkan proses pengangkatan dan


penyimpanan sel atau jaringan reproduksi yang sebelumnya terekspos terapi yang bersifat destruktif demi
menjaga fertilitas. Bagaimanapun, pilihan lain, ajuvan fetoproteksi merupakan area penelitian yang masih
aktif. Dengan fetoprotektif, jarungan reproduksi individu tetap di tibih tetapi diproteksi oleh kerusakan
akibat terapi kanker dengan intervensi farmakologi. Yang penting, terapi ini harus dapat menjaga ovarium
tetapi tidak mempengaruhi sel kanker. Beberapa zat yang telah diteliti seperti MIS, imatinib, AS101, T3,
S1P, GCSF, tamoxifen. Sejauh ini, penelitian dengan tikus menunjukkan bahwa terapi dengan MIS dapat
mengurangi efek destruktif kemoterapi. Penelitian preklinis dibuat berdasarkan prinsip mencegah
kerusakan DNA gamet dan mencegal jalur kematian sel sebagai respon terhadap radiasi atau kemoterapi.
Sebagai contoh, terapi langsung dan terkontrol dalam jangka lama pada penelitian ovarium primata
dengan antiapoptosis factor sphingosine-1-phospate (S1P), FTY720, protector terhadap radiasi yang
menyebabkan oosit mati. Lebih jauh, wanita dewasa yang ovariumnya terekspos FTY720 dapat
melahirkan anak sehat dengan konsepsi normal. Potensi lain dari ajuvan fetoprotektif adalah Gleevec
(imatinib mesylate) , di tikus, imatinib menunjukkan efek memblok apoptosis akibat cisplatin di folikel
ovum melalui hambatan jalur c-Ab1. Pada kenyataannya, hilangnya folikel dan infertilitas akibat cisplatin
dapat dicegah sebagian dengan imatinib menunjukkan efek fetoprotektif dari zat ini. Strategi yang sama
juga berfungsi di laki-laki . Terapi pada tikus jantan dengan imunomodulator AS101 memproteksi efek
kerusakan testis dan sperma akibat siklofosfamid.
Fetoproteksi adalah pilihan menarik karena memiliki potensi dalam fertilitas juga terhadap fungsi
endokrin. Bagaimanapun, gamet yang telah diproteksi mungkin telah terekspos agen perusak DNA ,
membuat risiko defek genetik dapat diturunkan. Lebih jauh, kita tidak tahu agen fetoprotektif mana yang
menjaga ovarium atau testis dari kerusakan. Oleh Karena itu, penting bagi peneliti dan industry farmasi
melanjutkan usaha pengembangan obat untuk menciptakan terap kanker yang cerdas yang membuat organ
reproduksi tidak rusak. Penelitian yang masih berlangsung saat ini adalah pada limfoma.

Potensi Reproduksi Sel dan Gonad

Pada wanita, pertumbuhan folikel in vitro adalah metode investigasi primer yang telah
memperlihatkan peningkatan hasil beberapa tahun terakhir. Pada pria, transplantasi dan spermatogenesis
in vivo merupakan metode yang masih dikembangkan dengan menggunakan sel precursor gamet yang
ada di testis. Banyak pengembangan telah dilakukan di hewan dengan berbagai hasil, tidak ada yang
terbukti aman atau efisien bagi manusia. Investigasi ini , keuntungannya, dan keterbatasan akan
didiskusikan lebih jauh di bab selanjutnya. Untuk wanita, covarian tissue cryopreservation telah
diterapkan dibawah pengawasan institusi dan etik kedokteran. Bagaimanapun, tantangan utama adalah
apa yang harus dilakukan pada pasien apanila ada risiko penyakit atau predisposisi genetik yang sebabkan
perubahan pola kanker akibat autotransplantasi. Pendekatan yang aktif dikembangkan adalah in vitro
follicle growth (IVGF) yang telah menghasilkan kelahiran hidup pada model percobaan. Banyak metode
IVGF masih dalam pengembangan , menunjukkan adanya ketertarikan yang signifikan di komunitas
biomedik untuk menyediakan generasi selanjutnya selain pilihan ART untuk pasien kanker . Folikel dapat
diisolasi dan tumbuh di media plastic , hemi-dome, atau di lingkungan 3 dimensi. Folikel primer
membutuhkan pemanjangan periode untuk proses kultur , interaksi germ cell dan lingkungan, Butuh
persyratan yang dapat membentuk material alginate dan material lain yang mirip dengan struktur
ovarium. Sistem hydrogel alginat merupakan yang pertama divalidasi di tikus dan telah sukse
diaplikasikan di anjing, kambing, monyet , ayam, dan folikel manusia. Dari system ini, kita belajar folikel
punya tahap yang dijalani untuk bertahan dan tumbuh. Contohnya, folikel primordial butuh lingkungan
yang lebih padat sedangkan folikel sekunder butuh lingkungan yang lebih renggang. Konsep kerja untuk
membuktikan fase metaphase pada sel telur dapat diperoleh seiring dengan IVGF , dan penelitian masih
berjalan untuk menemukan dan mengoptimalkan metode ini demi kualitas. Keuntungan utama IVFG
adalah pertumbuhan folikel dilalui secara in vitro , menghasilkan oosit matur yang dapat dibuahi. Embrio
ini yang tidak mengandung sel somatic donor, dapat ditransfer ke pasien atau pembawa kehamilan tanpa
risiko berulangnya kanker pasien. Bagaimanapun, metode ini tidak mengembalikan fungsi endokrin, dan
pasien akan membutuhkan manajemen endokrin untuk kehamilan dan untuk durasi kehidupannya.

Tidak seperti pemeliharaan kesuburan wanita, dimana transplantasi ovarium telah digunakan di
klinis, transplantasi jaringan testis masih dalam tahap pengembangan. Transplantasi jaringan testis dapat
dilengkapi dengan penggunaan suspense sel testis atau fragmen jaringan testis. Autotransplantasi merinsi
prosedur dimana gamet dikembalikan ke donor. Schlatt dkk menyatakan kesuksesan autotransplantasi
suspense sel testis setelah iradiasi. Teknik meliputi injeksi suspensi sel kembali ke testis melalui rete
testis. Transplantasi SSCs, terisolasi dari jaringan testis baru maupun yang tersimpan, merupakan salah
satu bahan yang harus diinvestigasi. SSC dapat ditransplantasi kembali sebagai suspense ke testis. Karena
tingginya potensi kolonisasi SSC, spermatogenesis dapat diulang kembali di lingkungan yang lebih
optimal. Dalam kasus ini, epitel seminiferous pasien menyediakan lingkungan yang baik untuk
diferensiasi germ cell. Berdasarkan penelitian pada hewan, kesuksesan SSC berhubungan dengan
kuantitas dan kualitas sel yang ditransplantasi dan respon sel yang tertanam terhadap testis resipien.
Untuk kesuskesan transplantasi SSC, beberapa hal harus terjadi. Populasi SSC harus diperkaya dan
dipurifikasi dari sel lain, termasuk sel kanker. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik penyaringan sel
sengan marker spesifik SSC. Populasi SSC harus diletakkan di media kultur invitro. Setelah dipurifikasi
dan diratakan, SSC butuh diinjeksikan ke tubulus seminiferous atau diinfus lewat rete testis. Untuk
mulainya spermatogenesis, SSC harus berhubungan dengan sel Sertoli dan pindah dari lumen ke
membrane basalis di epitel tubulus seminiferous. Keterbatasan teknik ini adalah metode ini membutuhkan
stem cell yang sesuai , yang agak sulit didapatkan pada pria yang memiliki riwayat trauma, hasil
iatrogenic, atau indivisu yang diduga memiliki genetik sehingga infertile. Kesuksesan dapat diraih dengan
transplantasi SSC untuk menjaga fertilitas pasca terapi alkylating agent. Uji klinis transplantasi germ cell
pda manusia dimulai oleh pasien Hodgkin Lymphoma di Rumah Sakit Christie di Manchester tahun 1999,
tetapi tidak ada informasi yang dipublikasikan mengenai hasil penelitian.

Secara umumn, terdapat beberapa tantangan untuk mengaplikasikan autotransplantasi secara


klinis. Terdapat rrisiko ditemukannya kembali sel kanker, yang akan tetap berada di testis awal, dan ini
akan menjadi masalah karena tubulus seminiferous merupakan tempat dengan system imun.
Kenyataannya, di tikus, injeksi 20 sel leukemia ke testis telah dapat membuat sel kanker kembali.
Keterbatasan lain adalah cangkok jaringan muncul untuk berfungsi optimal saaat jaringan testis imatur
digunakan sebagai bahan vcankok karena jaringan pada dewasa sebagian besar telah banyak yang
terdegenerasi. Tantangan ini secara luas diduga karena adanya tantangan bagaimana merangsang
neovaskularisasi cangkok testis post transplantasi.
Sebagai alternatif atutotransplantasi, xeno transplantation merupkan prosedur dimana jaringan
testis ditransplantasi dan diijinkan untuk berkembang secara in vivo di dalam hewan. Sperma matur akan
diekstraksi dan digunakan di ART. Tikus imunodefisiensi merupakan host utama. Xenotransplantation
telah dilakukan di beberapa spesies dengan berbagai derajat kesuksesan pada donor. Hambatan pada
spermatogenesis umum terjadi saat host dan donor tidak sama, dimana karena perbedaan ciri biologis
antara 2 spesies seperti level hormone, saat spermatogenesis, atau struktur testis. Pembentukan jaringan
testis secara de novo dari suspense sel testis memilki kesuksesan kesembuhan spermatogenesis yang
bervariasi . Area xenotransplantation yang potensial untuk sukses, menghadapi beberapa penghalang etik
sampai aplikasi klinis. Walaupun xerotransplantation akan mengeliminasi risiko kambuhnya sel kanker,
terdapat risiko transmisi virus atau agen infeksius dari hewan ke manusia. Hal in juga tidak diketahui
bagaimana epigenetic gamet akan berdampak pada perkembangan organisme lain. Walaupun yidak
diikuti unruk uji klinis , xeno transplantation masih menyediakan model untuk menilai risiko kembalinya
sel malignansi sebelum jadi donor. Walaupun hal ini tidak digunakan untuk kepentingan klinis ,
xerotransplantation masih menyediakan untuk menilai risiko kembalinya sel kanker setelah transplantasi,
untuk menguji efek toksik gonadotropin pada pembentukan sel gamet , untuk mengetahui persentase
teknik cryopreservation, untuk memahami mekanisme revaskularisasi jaringan setelah transplantasi, dan
untuk optimalisasi kondisi penerima cangkok.

Gametogenesis in vitro merupakan pilihan menjanjikan yang lain, yang dibutuhkan untuk
memproduksi spermatozoa fungsional dikapitulasi diluar tubuh. Beberapa metode cukup menantang
karena banyak tipe sel dan jalur signaling harus dikoordinasikan dalam beberapa minggu. Lebih dari
ratusan tahun, terdapat strategi yang dikembangkan untuk diferensiasi germ cell pria dari beberapa spesies
in vitro , dari jaringan dan kultur organ dengan enkapsulasi di hydrogel ke kultur sel sertoli. Walaupun
semua system menyediakan kunci ke dasar biologi spermatogenesis, mereka gagal menghitung fertilisasi.
Baru-baru ini, bagaimanapun, peningkatan yang signifikan telah diturunkan dari kultur organ dalam agar
semisolid yang menyuplai dari usia 2,5 – 3,5 hari pada tikus. Menggunkana metode kultur, kombinasi
campuran media gas-cairan, spermatid tetap ada setelah 23-42 hari. Melalui injeksi spermatid, tanda
kehidupan muncul. Mulainya hal ini diawali oleh Ogawa dkk, dan telah memperluas ke jaringan dari
embrio tikus berumur , dan kultur organnya telah membaik dengan peningkatan efisiensi perawatan germ
cell dengan kultur microfluidic, menghasilkan ROSI / ICSI. Ogawa dkk juga membuat jaringan de novo
secara in vitro di kultur sel testis dengan media air-liquid dan seleksi biomaterialnya.

Invetigasi untuk Membuat Gamet Pria dan Wanita secara de novo

Penelitian secara aktif meningkat untuk membantu maturasu sperma dan oosit dari stem cell.Teknik IPS
telah diproduksi dari iPS ke sel somatic dan germ cell pada testis mapupun ovarium . Sebagai tambahan,
germ cell yang miosisnya telah komplit secara in vitro dilaporkan oleh Zhou dkk. Untuk selanjutnya,
pilihan lebih baik yang membawa kesuksesan dari teknologi ini lebih baik dibanding membuat
bioproestese untuk aplikasi in vitro maupun transplantasi akan tersedia. Bagaimanapun banyak daftar
kerja yang harus dilakukan untuk menilai keamanan dan aspek etik in vitro dan iPS/ES derived gametes,
yang mungkin menghambat genetik, eppigenetik. Perlunya

Manajemen Onkofertilitas
 Program infertilitas yang efektif memerlukan grup multidisiplin meliputi spesialis dan
staff, perawat, navigator , konselor gen, konseling kejiwaan, embryology, andriology
 Perkumpulan professional internasional merekomendasikan semua pasien yang memiliki
gangguan fertilitas harus dirujuk ke spesialis dengan merekomendasikan pilihan
pemeliharaan kesuburan
 Pemandu pasien memiliki peran penting dalam pemeliharaan kesuburan untuk
mengkoorinasikan pelayanan pasien secara efektif dan cepat
 Sumber daya untuk pasien dan penyedia layanan tersedia secara luas untuk memfasilitasi
pemeliharaan kesuburan untuk wanita, pria, dan anak

Walaupun menghadapi stressor berupa diagnosis kanker, banyak pasien tetap memperhatikan
fertilitas . Setelah diagnosis kanker ditegakkan, penanganan pasien difokuskan pada prognosis terapi,
masalah ekonomi, keluarga, serta pekerjaan mereka. Bagaimanapun, banyak inidividu muda dengan
kanker juga memiliki perhatian khusus terhadap masa depan kesuburan mereka. Pejuang kanker yang
memikirkan masalah kesuburan berpengaruh terhadap keputusan terapi kanker yang akan dijalani.
Kesuburan tidak hanya menjadi focus untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan mereka Bebrapa
penelitian mengindikasikan pejuang kanker yang infertile karena terapi rentan mengalami stress
emosional. Diskusi tentang pemeliharaan kesuburan merupakan salah satu peluang yang perlu
diperhitungkan secepatnya setelah diagnosis kanker ditegakkan, sesuai dengan diagram di Gambar 33.5.
Dokter spesialis onkologi dituntut untuk melakukan konsultasi pemeliharaan kesuburan atau system
rujukan sebagai konsekuensi efek terapi pasien jangka panjang. Masalahnya,, hanya beberapa pasien
kanker yang memiliki kesempatan untuk diskusi tentang kesuburan dengan onkologi atau dirujuk ke
spesialis kandungan segera setelah didiagnosis. Masalah pasien dan penyedia layanan berperan dalam
komunikasi yang buruk mengenai masalah kesuburan dan pilihan pemeliharaan kesuburan. Hambatan
penyedia layanan meliputi kekurangan pengetahuan tentang dampak terapi kanker terhadap kesuburan
dan hambatan sumber daya untuk merujuk pasien ke spesialis kandungan. Pendekatan tim terhadap
pemeliharaan kesuburan dan peningkatan kesadaran pasien dan penyedia layanan terhadap panduan social
dan sumber edukasi akan menningkatkan hasil dari pasien, seperti yang dijelaskan pada teks sebelumnya.

Pendekatan Berbasis Tim


Tujuan utama program onkofertilitas adalah untuk menolong pasien kanker dan dokter untuk
mendiskusikan pilihan pemeliharaan kesuburan secepatnya setelah diagnosis tetapi sebelum terapi
dimulai, untuk memperhatikan efek terapi kanker terhadap kesuburan, dan untuk memastikan pasien
kanker mendapat pilihan terbaik untuk metentang kesuburan. Program onkofertilitas harus menyediakan
dokter dan pasien dengan informasi yang komprehensif, efisien,dan terkoordinasi antara dokter spesialis
onkologis dan endokrin. Program ini membutuhkan kerjasama tim multidisiplin termasuk spesialis medis
(onkologi, hematologi, rheumatologi, reproduksi endokrin, perawat, pemandu pasien, konseling genetik,
psikolog, embrio dan androlog, hingga tim penelitian ilmiah. Baik wilayah domestic maupun
internasional, tim ini perlu bekerja sama untuk menemukan pilihan terbaik untuk pasien, Untuk
mewujudkan ini, tim onkofertilitas harus mengerti pentingnya untuk melakukan rujukan pemeliharaan
kesuburan dengan cepat dan lebih awal , kebutuhan kesuburan untuk pasien usia muda, dan bagaimana
merujuk pasien antara anggota tim. Menjaga komunikasi antar beberapa pihak penting untuk mencapai
kesuksesan terhadap perawatan pasien.

Panduan Profesional
Tim onkofertilitas harus tetap berpegang pada pansuan klinis yang telah dipublikasi, rekomendasi, dan opini organisasi
professional yang termasuk dengan pelayanan dan terapi pemeliharaan kesuburan. DI tahun 2006, dan yang terbaru di
tahun 2013, American Society for Clinical Oncology (ASCO) memperbaharui panduan multidisiplin yang disusun dan
adanya pansuan tentang pemeliharaan kesuburan yang diperuntukkan bagi pasien kanker.

Anda mungkin juga menyukai