Anda di halaman 1dari 24

suhan keperawatan pada pasien nyeri akut

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN :


NYERI AKUT DI RUANG ALAMANDA
RSU SANTA MARIA CILACAP

Disusun Oleh :
FIQI FAIZAL IS’ANA
NIM. 15.075

AKADEMI PERAWATAN SERULINGMAS


Jl. Raya Maos No. 505 Maos-Cilacap 53272 Telp. dan Fax (0282) 695452
CILACAP
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktek klinik di RSU SANTA
MARIA CILACAP dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An.N Dengan Gangguan
trmoregulasi di Ruang alamanda RSU SANTA MARIA CILACAP
Penyusunan asuhan keperawatan ini tidak terwujud tanpa adanya dorongan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Puji Suwariyah., Ns., M.Kep., selaku Direktur Akademi Perawatan Serulingmas Cilacap.
2. Andin sefrina S.Kep., Ns selaku Pembimbing Akademi Perawatan Serulingmas Cilacap.
3. Titi Alfiani., S.Kep., Ns selaku Pembimbing Akademi Perawatan Serulingmas Cilacap.
4. Panca indra S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Lahan di Ruang Ruang alamanda RSU SANTA
MARIA CILACAP
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, penyusunan
maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca dan dosen pembimbing, sehingga penyusunan selanjutnya dapat
lebih baik.
Penulis berharap agar asuhan keperawatan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak –
pihak yang memerlukan.
Moas, Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR....................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan............................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian............................................................................ 3
B. Etiologi................................................................................ 3
C. Faktor faktor yang mempengaruhi...................................... 4
D. Penatalaksanaan.................................................................. 7
E. Pengkajian........................................................................... 8
F. Diagnosa Keperawatan....................................................... 10
G. Intervensi............................................................................. 14
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian........................................................................... 13
B. Identitas.............................................................................. 13
C. Riwayat penyakit................................................................ 13
D. Pengkajian saat ini .............................................................. 14
E. Program terpi....................................................................... 15
F. Pemeriksaan fisik ................................................................ 15
G. Pemeriksaan penunjang....................................................... 15
H. Analisa Data........................................................................ 16
I. Diagnosa Keperawatan....................................................... 16
J. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi............................... 17
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.......................................................................... 22
B. Diagnosa Keperawatan...................................................... 24

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................ 27
B. Saran.................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman “nyeri” adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut
Hierzuki Maslow. Kebutuhan rasa nyaman “nyeri” diperlukan untuk proses kehidupan.
Nyeri adalah suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang timbulk bila mana jaringan
sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
Masalah yang mempengaruhi nyeri diantaranya arti nyeri bagi seseorang yang memiliki
banyak perbedaan dan hampir sebagianarti nyeri yang negative, seperti membahayakan,
merusak dan lain-lain. Kedaan ini memperngaruhi beberapa factor seperti : usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman, toleransi. Nyeri juga
berhububgab erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
menahan nyeri. Faktor yang mempengaruhi antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis,
gesekan, pengalihan perhatian dan kepercayaan yang kuat.
Solusinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman “nyeri” dalam pelayanan kesehatan
keperawatan dapat di lakukan dengan pemberian obat analgsik dan sejenisnya. ( Hierzuki
Maslow. 2000 )

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien nyeri akut
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami asuhan keperawatan dasar pada pasien dengan gangguan keamanan dan
kenyamanan : nyeri akut.

b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan keamanan dan
kenyamanan : nyeri akut.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan keamanan dan
kenyamanan : nyeri akut.

d. Mampu menentukan intervensi pada pasien dengan gangguan keamanan dan kenyamanan :
nyeri akut.

e. Mampu melakukan implementasi pada pasien dengan gangguan keamanan dan kenyamanan
: nyeri akut.

f. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan keamanan dan kenyamanan :
nyeri akut.

g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan keamanan dan kenyamanan : nyeri akut.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit.


Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien yang menderita gangguan kenyamanan dan
sebagai pertimbangan perawat dalam mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu
memberikan tindakan yang tepat kepada pasien.
2. Bagi Institusi pendidikan.
Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kenyamanan.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang masalah keperawatan pada pasien yang menderitagangguan
kenyamanan dan merupakan suatu pengalaman bagi mahasiswa atas informasi yang diperoleh
selama praktik keperawatan

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 5 BAB yang disusun secara sistematik dengan urutan sebagai berikut
:
Bab I Pendahuluan, terdiri atas :
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
4. Manfaat Penulisan
a. Bagi Rumah Sakit
b. Bagi Mahasiswa
c. Bagi Institusi Pendidikan
5. Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan Teori, terdiri atas :
A. Konsep Dasar
a. Pengertian
b. Anatomi dan Fisiologi Sistem yang Berhubungan
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
d. Penatalaksanaaan Medis dan Keperawatan
B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Fokus Intervesi
Bab III Tinjauan kasus, terdiri atas :
A. Pengkajian, terdiri atas :
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
3. Pola Fungsional Menurut Gordon
4. Pemeriksaan Fisik
5. Program Terapi
6. Pemeriksaan Penunjang
B. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan, terdiri atas :
1. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi, terdiri atas :
1. Intervensi
2. Implementasi
3. Evaluasi
Bab IV Pembahasan, terdiri atas :
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
Bab V Penutup, terdiri atas :
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebutuhan Dasar


1. Pengertian

Kenyamanan adalah suatu keadaan yang terpenuhi kebutuhan dasar klien kebutuhan
ini meliputi kebutuhan akan ketentraman dan kenyamanan. ( kolcaba. 1992 ).

Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep keperawatan


memiliki karakteristik fisiologis, social, spiritual. Fisiologis kenyamanan sering diartikan
sebagai suatu keadaan bebas dari nyeri. ( kolcoba. 1992 ).

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem yang Berhubungan

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri,
organ tubuh yang berperann adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terdapat stimulus kuat yang secara potensial merusak respektor nyeri disebut juga
napireseprtor ( kolcoba. 1992 ).

hFisiologi nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku nyeri memiliki dua komponen
penting yaitu :

a. Resepsi merupakan proses perjalanan nyeri

b. Persepsi

Merupakan titik kesabaran seseoran terhadap nyeri, maka akan terjadireaksi yang kompleks.
Nyeri merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya
mengetahui, jika orang tersebut pernah mengalaminya. ( A. Aziz . 2003 )

Nyeri merupakan sensori subyektifdan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan
kerusakan jarang actual maupun potensial ( IASP ).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kamanan

1. Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan, dan
kenyamanan
2. Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun memudahkan


terjadinya resiko injuri
3. Status Nutrisi

Keadaan kuran nutrisi dapat menyebabkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit
demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertetu
4. Usia

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan lansia
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
5. Kebudayaan

Kebudayaan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi secara individu mengatasi nyeri dan
tingkat kenyamanan yang mereka rasak

1. Non Farmakologi

a. Relaksasi distraksi, mengalihkan perhatian klien terhadap sesuatu (menonton TV, membaca,
dll)

b. Stimulasi kulit, yaitu dengan kompres dingin, plester hangat, dll

2. Farmakologi

a. Obat

b. Injeksi

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

a. Keamanan

Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberi
konstribusi keadaan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan dan kemudian
mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan
b. Kenyamanan

Nyeri, merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat subjektif dan hanya yang
menerimanya yang dapat menjelaskannya
Tanda-tanda yang menunjukan seseorang mengalami nyeri
a. Pasien yang memperlihatakan nyeri

Pasien tampak takut bergerak dan berusaha memposisikan agar bisa nyaman dan nyeri
berkurang
b. Ekspresi umum:

1. Tampak meringis, merintih

2. Cemas, wajah pucat

3. Ketakutan bila nyeri timbul mendadak

4. Keluar keringat dingin

5. Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam posisi menggenggam

6. Pasien tampak menggeliat karena kesakitan

c. Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian

1. Lokasi nyeri

2. Waktu timbulya nyeri

3. Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri

4. Karakteristik nyeri

5. Faktor pencetus timbulnya nyeri

6. Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri

2. Gangguan atau Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Ansietas

2. Gangguan rasa nyaman

3. Nyeri akut

4. Nyeri Kronis

3. Fokus Intervensi Keperawatan


NO NO. TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
DX
1 1 Setelah dilakuakan tindakan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Menggunakan teknik
keperawatan selama 3x24 jam menyenangkan terapuetik
diharapkan masalah ansietas 2. Kaji dan dokumentasikan 2. Melakukan
dapat teratasi dengan kriteria tingkat kecemasan pengkajian untuk
hasil : 3. Informasikan tentang ansietas mendapatkan data
INDIKATOR IR ER4. Instruksikan klien tentang nyeri
Menggunakan teknik relaksasi 3. Memberi informasi
gejala cemas 5. Dorong klien untuk tentang kecemasan
Mengontrol mendiskripsikan kecemasan 4. Membuat klien jadi
cemas 6. Damping klien untuk nyaman
Postur tubuh mengurangi rasa takut 5. Membantu pasien
7. Identivikasi tingkat untuk terbuka
Keterangan :
kecemasan 6. Dukung dan terus
1. Tidak pernah
membantu mengurangi
2. Jarang
ansietas nyeri
3. Kadang-kadang
4. Sering 7. Dapat mengurangi
5. Selalu rasa cemas

2 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Memberikan suhu yang 1. Menggunakan teknik


keperawatan selama 3x24 jam nyaman untuk klien komunikasi terapeutik
diharapkan masalah gangguan 2. Lakukan pendekatan kepada2. Melakukan pengkajian
rasa nyaman teratasi dengan klien untuk mendapatkan
kriteria hasil : 3. Anjurkan klien untuk data nyeri
INDIKATOR IR ER beristirahat 3. Memberikan informasi
Ekspresi wajah 4. Jelaskan dan anjurkan teknik tentang kecemasan
tenang distraksi 4. Membuat klien
Kesadaran 5. Posisikan klien senyaman menjadi nyaman
membaik mungkin 5. Membantu pasien
Pasien merasa 6. Ajarkan teknik relaksasi untuk terbuka
nyaman 7. Ajar klien untuk nafas dalam6. Dukung dan terus
membantu mengurangi
Keterangan : ansietas
1. Selalu 7. Mengurangi rasa nyeri
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Jarang
5. Tidak pernah
3 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan pola istirahat tidur 1. Untuk mengurangi
keperaatan selama 3x24 jam 2. Kaji PQRST nyeri
diharapkan masalah nyeri akut 3. Mengidentifikasi tindakan 2. Untuk mengentahuai
dapat teratasi dengan kriteria nyeri keadaan umum klien
hasil : 4. Kaji kualitas, lokasi frekuensi
3. Untuk mengetahui
INDIKATOR IR ER nyeri tingkat nyeri klien
Penurunan 5. Posisikan klien senyaman 4. Untuk mengetahui
aktivitas nyeri mungkin sejauh mana nyeri
6. Ajarkan teknik distraksi dan dirasakan
Nyeri berkurang relaksasi 5. Mengurangi rasa nyeri
7. Kolaborasikan pemberian 6. Membantu klien
Ekspresi wajah analgetik menjadi rileks
7. Untuk mengurangi
Keterangan :
rasa nyeri
1. Sangat berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4 4 Setelah dilalkukan tindakan 1. Ajarkan pola istirahat tidur
1. Untuk mengurangi
keperawatan selama 3x24 jam 2. Kaji PQRST nyeri
diharapkan masalah nyeri kronis 3. Mengidentifikasi tindakan2. Untuk mengetahui
teratasi dengan kriteria hasil : nyeri keadaan umum klien
INDIKATOR IR ER 4. Kaji kualitas, lokasi nyeri3. Untuk mengetahui
Frekuensi nyeri 5. Posisikan klien senyaman tingkat nyeri klien
mungkin 4. Untuk mengetahui
Ekspresi nyeri
6. Ajarkan teknik distraksi sejauh mana nyeri
pada wajah
dan relaksasi dirasakan
Ketegangan otot 7. Kolaborasikan pemberian5. Mengurangi rasa nyeri
obat analgetik 6. Membantu klien
menjadi rilek
Keterangan :
7. Untuk mengurangi
1. Selalu
rasa nyeri
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Jarang
5. Tidak pernah

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan Gangguan Aman Nyaman: Nyeri di Ruang
Alamanda RSU Santa Maria Cilacap pada tanggal 25 Juni 2016. Pengkajian dilakukan oleh
penulis pada tanggal 25 Juni 2016 pada Ny. T dengan keluhan nyeri dibagian kaki kanan di
Ruang Alamanda RSU Santa Maria Cilacap, setelah dilakukan pengkajian selama 3 hari
diperoleh data sebagai berikut :
1. Identitas
Pada data didapat bahwa nama klien adalah Ny. T , umur 54 tahun, jenis kelamin
perempuan, alamat rumah jl gatot subroto cilacap, agama islam, klien sudah menikah,
pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan pasien yaitu ibu rumah tangga. Klien masuk rumah
sakit pada tanggal 25 Juni 2016, dan dikaji oleh penulis pada 25 Juni 2016 dengan diagnosa
medis Diabetes militus. Sumber informasi diperoleh dari alloanamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.

2. Riwayat Penyakit
Pasien datang kerumah sakit pada hari sabtu 25 juni 2016 dengan keluhan nyeri dibagian
kaki sebelah kanan, mual-muntah dan badan pegal-pegal. Pasien mengatakan sudah pernah
mengalami penyakit seperti ini pada satu tahun yang lalu ( Diabetes Militus ) dan sudah
pernah dirawat dirumah sakit, pasien mengatakan dalam keluarga ada yang mempunyai
riwayat penyakit keturunan yaitu Diabetes Militus

3. Pola Fungsional Menurut Gordon

Pada pengkajian persepsi dan pemeliharaan kesehatan didapatkan data bahwa klien
pernah mengalami penyakit riwayat seperti ini pada satu tahun yang lalu yaitu DM, dan
pernah dirawat di RS sebanyak satu kali

Pada pengkajian pola nutrisi / metabolik didapatkan data bahwa sebelum sakit pasien
mengatakan makan seperti biasa tidak ada diet khusus, sebelum sakit pasien makan teratur 3x
sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk ( BB 85 kg ), selama sakit pasien mengatakan tidak
nafsu makan dan makan 3x sehari tidak habis hanya 3-4 sendok ( BB 78 kg ) dan pasien
minum sebelum sakit 8-10 ( 2 liter ) gelas air putih /hari, selama sakit pasien mengatakan
minum air putih 6-7 ( 1,5 liter ) gelas air putih /hari.
Pada pengkajian pola eliminasi BAB didapatkan sebelum sakit pasien BAB lancar, 1 kali
sehari, tekstur lunak tidak keras, tidak ada nyeri saat BAB dan warna kuning dan selama sakit
pasien mengatakan BAB lancer tidak ada gangguan seperti sebelum sakit, pola eliminasi
BAK pasien mengatakan sebelum sakit BAK lancer 5 kali sehari warna kuning, selama sakit
BAK lancar 4 kali sehari
Pada pengkajian pola aktivitas dan latian didapatkan data bahwa selama sakit seperti
makan/minum, mandi, toilrting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah,
ambulansi/ROM dibantu dengan menggunakan alat bantu
Pada pengkajian pola tidur pasien mengatakan sebelum sakit tidak mempunyai masalah
dengan pola tidur, tidur 8 jam setiap hari, sedangkan selama sakit pasien mengatakan
tidurnya terganggu karena nyeri dikakinya, tidur 5 jam setiap hari namun sering terbangun,
Pada pola perseptual sebelum sakit penglihatan, pengecapan ,pendengaran normal, dan
selama sakit penglihatan kabur, pengecapan pahit dan pendengaran normal. Pola persepsi
diri pasien mengatakan yakin akan penyakitnya akan segera sembuh. Pola seksualitas dan
reproduksi sebelum sakit pasien mengatakan berhubungan dengan suaminya jarang dan
selama sakit pasien mengatakan tidak berhubungan seksual dengan suaminya, dikarenakan
sedang sakit
Pola peran dan hubungan sebelum sakit pasien mengatakan berhungan dengan keluarga
atau tetanggga baik, tidak ada masalah dan komunikasi baik, selama sakit pasien mengatakan
terganggu karena sakit, pola management coping stress sebelum sakit paasien tidak ada
masalah dengan aktivitas kehidupannya dan selama sakit pasien berfikir dengan biaya
dirumah sakit dan pasien mengatakan jika ada masalah selalu bermusyawarah dengan
keluarganya dengan baik. Sistem nilai dan keyakinan sebelum sakit pasien selalu
menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan selama sakit pasien masih bias menjalankan ibadah
yang diyakininya.
4. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pada Tn. S didapatkan hasil kesadaran komposmentis, hasil tanda
vital sign TD : 120/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu 36,7oC, Berat badan
: 78 kg, Tinggi Badan : 155 cm.
Pemeriksaan kepala : Bentuk mesosepal, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka, rambut
bersih, dan kulit kepala bersih. Pemeriksaan mata : konjungtiva non anemis, penglihatan
masih jelas. Pemeriksaan hidung : Bersih, tidak ada scret, tidak ada pembesaran polip, fungsi
penciuman normal. Pemeriksaan telinga : Bersih, simetris, tidak ada gangguan pendengaran,
tidak ada serumen. Pemeriksaan mulut : Lidah bersih, mukosa lembab, tidak ada karang gigi,
gusi baik tidak ada perdarahan. Pemeriksaan leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada
lesi.
Pada pemeriksaan thorak : Bentuk normal tidak ada kelainan tulang belakang. Jantung :
hasil inspeksi jantung terlihat simetris, hasil palpasi jantung tidak terdapat benjolan, hasil
perkusi jantung suara redup, hasil auskultasi jantung bunyi jantung reguler, Paru : hasil
insprksi paru bentuk simetris perkembangan dada kanan kiri sama, palpasi vocal fremikus
kanan kiri sama, perkusi suara sonar, auskultasi bunyi fesikuler tidak ada hambatan. Pada
pemeriksaan abdomen hasil inspeksi bentuk simetris, auskultasi peristaltik usus 10x/menit,
palpasi tympani kuadran 1,2,3,4, perkusi tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan ekstermitas tangan kiri terpasang infus RL, terdapat edema dikaki bagian
kiri, terdapat luka ulkus terlihat kemerahan, dibagian ibu jari hingga kaki dan punggung kaki.

5. Program Terapi

Terapi yang diberikan saat pasien masuk rumah sakit yaitu infus RL 20 tpm, Injeksi
masuk Ranitidin 50mg/12jam, Ceftriaxone 1gr/12jam, Ketorolac 30mg/12jam, metronidazole
3x500 ml, insulin novorapit flekpen 10 unit
6. Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium, leukosit 679, hemoglobin 103, bilirubin total 2,75, bilirubin direk
2,14, bilirubin indirek 0,57, gds 455, hemotokrit 6,79

B. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data
No Tanggal Data Etiologi Problem
1 27 Juni DS: Pasien mengatakan nyeri dikakinya Agen Injuri Fisik Nyeri Akut
2016 P: Nyeri kaki, nyeri saat berjalan dan berkurang
saat tiduran
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri dikaki kanan
S: skala nyeri 8
T: Nyeri hilang timbul sejak 1 minggu

DO:
- Pasien tampak menahan nyeri
- Pasien tampak memegangi kakinya

2 27 Juni DS : Pasien mengatakan ada luka dikaki kanan Faktor mekanik Kerusakan
2016 sejak 1 minggu yang lalu integritas
DO: kulit
- Ada luka ulkus di ekstermitas bawah ( kaki
kanan ) di daerah ibu jari dan telapak kaki
hingga punggung kaki
3 27 Juni DS: Mobilisasi Gangguan
2016 Pasien mengatakan susah tidur jika tertidur pola tidur
selalu terbangun, terasa sakit jika bergerak-
gerak kakinya
DO:
- Pasien tampak pucat
- Mata pasien terlihat merah karena kurang tidur
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut b.d agen injury fisik ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dikakinya, pasien
tampak menahan nyeri, pasien tampak memegangi kakinya

2. Kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik ditandai dengan pasien mengatakan ada luka
dikaki kanan sejak 1 minggu yang lalu, ada luka ulkus di ekstermitas bawah ( kaki kanan ) di
daerah ibu jari dan telapak kaki hingga ke punggung kaki

3. Gangguan pola tidur b.d imobilisasi ditandai dengan pasien mengatakan susah tidur jika
tertidur selalu terbangun, terasa sakit jika bergerak-gerak kakinya, pasien tampak pucat , mata
pasien tampak merah karena kurang tidur

C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik ditandai dengan pasien mengatakan sangat
nyeri di lengan kiri atas dan tibia kanan, skala nyeri 8, ekspresi wajah klien tampak kesakitan

a. Intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri akut dapat
teratasi, dengan kriteria hasil : Pain Level
Indikator IR ER
Frekuensi nyeri 2 5
Ekspresi nyeri pada wajah 3 5
Lamanya nyeri 2 5
Keterangan:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan

Intervensi : Manajemen nyeri

1. Kaji nyeri secara komprehensif

2. Monitor skala nyeri

3. Tingkatkan istirahat

4. Ajarkan teknik non farmakologi

5. Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan

6. Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien


7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

b. Impelmentasi
Sabtu, 25 Juni 2016
1. Kaji nyeri secara komperhensif
2. Tingkatkan istirahat
Minggu, 26 Juni 2016
1. Berikan perawatan pada ulkus pada kulit yang diperlukan
2. Monitor karakteristik luka
Senin, 27 Juni 2016
1. Identifikasi obat yang akan diberikan kepada pasien
2. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan jam tidur
3. Tentukan efek dari obat pasien terhadap pola tidur

c. Evaluasi
Senin, 27 Juni 2016
S: pasien mengatakan nyeri dikaki bagian kanan sudah tidak ada
O: pasien tampak baik, tidak terlihat nyeri
A: masalah nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator IR ER
1. Melaporkan adanya nyeri 2 5
2. Ekspresi 3 5
3. Frekuensi nyeri 2 5

P: Hentikan intervensi
2. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik ditandai dengan pasien mengatakan ada
luka di kaki kanan sejak 1 minggu, ada luka ulkus di ekstermitas bawah ( kaki kanan ) di
daerah ibu jari dan telapak kaki hingga ke punggung kaki

a. Intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan integritas
kuliat dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Indikator IR ER
1. Nyeri 2 5
2. Kemerahan 3 5
3. Jaringan lunak 3 5
Keterangan:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
Intervensi: Perawatan luka
1. Monitor karakteristik luka
2. Ganti balut pada luka
3. Berikan perawatan ulkus pada kulit yang diperlukan
4. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit atau lesi
5. Berikan balutan yang sesuai dengan luka
6. Anjurkan pasien atau anggota keluarga pada prosedur perawatan
7. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
b. Impelementasi
Sabtu, 25 juni 2016
1. Ganti balut pada luka
2. Oleskan salep yang sesuai dengan luka atau lesi
Minggu , 26 Juni 3016
1. Berikan perawatan pada ulkus pada kulit yang diperlukan
2. Monitor karakteristik luka
Senin, 27 juni 2016
1. Ajarkan pasien atu keluarga pada prosedur perawatan
c. Evaluasi
Minggu , 28 Juni 2016
S: pasien mengatakan ada luka dikaki kanan sejak 1 minggu
O: Ada luka ulkus di ekstermitas bawah ( kaki kanan ) didaerah ibu jari dan telapak kaki
hingga punggung kaki
A: Masalah kerusakan integritas kulit teratasi, dengan kriteria hasil:

Indikator IR ER
1. Nyeri 2 5
2. Kemerahan 3 5
3. Jaringan lunak 3 5
Keterangan:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
P : Hentikan intervensi
3. Gangguian pola tidur b.d imobilisasi ditandai dengan pasien mengatakan susah tidur jika
tertidur selalu terbangun, terasa sakit jika bergerak-gerak kakinya, pasien tampak pucat dan
mata pasien tampak merah karena kurang tidur

a. Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan masalah hambatan
imobilisasi dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Indikator IR ER
4. Pola tidur 2 5
5. Kualitas tidur 2 5
6. Jumlah jam tidur 2 5

Keterangan:
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan

Intervesi:
1. Tentukan pola tidur aktivitas pasien
2. Bantu meningkatkan jam tidur
3. Bantu untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur
4. Tentukan efek dari obat terhadap pola tidur pasien
5. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan jam tidur
6. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
7. Identifikasi obat yang dikonsumsi pasien
b. Implementasi
Sabtu , 25 Juni 2016
1. Tentukan pola tidur aktivitas pasien
Minggu , 26 Juni 2016
1. Bantu meningkatkan jam tidur
2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
Senin , 27 Juni 2016
1. Identifikasikan obat yang akan diberikan kepada pasien
2. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan jam tidur
3. Tentukan efek dari obat pasien terhadap pola tidur
c. Evaluasi
S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur
O : Pasien tampak tenang, pasien tampak tidak banyak gerak
A : Masalah gangguan pola tidur sudah teratasi
Indikator IR ER
1. Pola tidur 2 5
2. Kualitas tidur 2 5
3. Jumlah jam tidur 2 5

P : Hentikan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian untuk nyeri akut adalah: pengkajian P, Q, R, S, T : perawat bertanya
kepada pasien mengenai pencetus atau sebab timbulnya nyeri, kuantitas atau karakteristik
nyeri, daerah nyeri, skala nyeri dan waktu timbulnya nyeri, dan didapatkan data bahwa nyeri
timbul akibat ada luka ulkus dikaki kanan didaearah ibu jari dan telapak kaki hingga punggu
kaki, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 8, dan nyeri timbul apabila jika berjalan dan
berkurang saat tiduran.
Pola nutrisi metabolik : pada pola ini dibahas bahwa pola nutrisi pasien berubah saat
sebelum sakit dan selama sakit, dan selama sakit pasien mendapatkan program diit dari
rumah sakit, pada kasus ini pasien mendapat diet makanan biasa dari rumah sakit.
Pola eliminasi : pada pola eliminasi pada pengkajian Gordon dibahas bahwa data pola
eliminasi yang didapatkan yaitu ada 2 : buang air besar dan buang air kecil. Pada pola
eliminasi buang air besar dikaji dari mulai berapa kali sehari dalam BAB, bentuk feses,
warna, tekstur, saat BAB nyeri atau tidak. Pada pola eliminasi buang air kecil dikaji dari
berapa kali sehari dalam BAK, warna, bau. Pada kasus ini didapatkan bahwa pola eliminasi
BAB pasien selama sakit BAB lancar dan pola eliminasi pasien dalam BAK lancar tidak
dibantu dengan urinal.
Pola aktivitas dan latihan : pada pola ini dibahas dari aktivias seperti makan/minum,
mandi, toileting, berpakaian, mobilitas tempat tidur, berpindah, dan ambulasi/ROM. Dalam
melakukan pengkajian perawat mengacu pada skala aktivitas manusia yaitu : 0 = mandiri, 1 =
alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain dan alat, 4 = tergantung total. Pada
kasus ini didapatkan data bahwa sebelum sakit semua aktivitas seperti makan / minum,
berpakaian, mobilitas ditempat tidur, mandi, toileting, berpindah dan ambulasi/ROM dibantu
orang lain ( keluarga ).
Pola tidur dan istirahat : pada tidur dan istirahat yang dapat dikaji dari perawat yaitu
lama pasien tidur dan kualitas tidur pasien, serta apabila kualitas tidur pasien terganggu maka
dapt dikaji pula gangguan tidur pasien. Pola tidur pasien pada kasus ini mengalami
gangguan,dikarenakan nyeri dikakinya, selama sakit pasien tidur 5 jam sehari tetapi selalu
terbangun.
Pola perseptual : pada pola ini dapat dikaji dari mulai penglihatan pasien,
pendengaran pasien, serta kulit sebagai indera peraba. Pada kasus ini didapatkan data bahwa
pasien mengalami penurunan indra perabaan dan penglihatan sedikit kabur.
Pola persepsi diri : pada pola ini dapat dijelaskan bahwa pasien yakin bahwa
penyakitnya akan segera sembuh.
Pola seksualitas dan reproduksi : pada pola ini dapat dikaji dari mulai sudah menikah
atau belum, ada masalah atau tidak dengan reproduksinya. Pada kasus ini didapatkan data
bahwa pasien selama sakit tidak berhubungan seksual dengan suaminya dikareenakan sedang
sakit.
Pola peran dan hubungan : pada pola peran dan hubungan dapat dikaji dari pasien
yaitu kooperatif atau tidak dengan perawat atau tenaga kesehatan lainnya, mau diajak
kerjasama atau tidak dengan perawat saat dirawat di rumah sakit, peran di rumah sebagai apa,
dan bagaimana hubungan dengan keluarga atau tetangga apakah terjalin dengan baik atau
tidak. Pada kasus ini didapatkan data bahwa pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
terjalin dengan baik, meskipun pasien mengalami sakit tetapi masih bisa berkomunikasi
dengan keluarga, tetangga dan orang lain.
Pola management-koping-sterss : pola management-koping-sterss pada pengkajian
fungsional Gordon yaitu dapat dikaji kepada siapa pasien bercerita atau mengeluh ketika
pasien sakit, pada kasus ini pasien tetap semangat karena motivasi dari keluarganya terutama
dari suaminya yang menyuruh pasien agar tetap tenang dan tidak mengkawatirkan apapun.
Pola system nilai dan kepercayaan : pola system nilai dan kepercayaan pada
pengkajian Gordon meliputi agama yang dianut pasien serta bagaimana selama sakit apakah
pasien masih melakukan ibadah atau tidak. Pada kasus ini diperoleh data bahwa selama sakit
pasien mengatakanmasih bisa dalam menjalankan ibadah sholat 5 waktu walaupun ditempat
tidur.
Pemeriksaan fisik, kesan umum dari pemeriksaan fisik yaitu ada 4, meliputi :sakit
berat : bila pasien sesak hebat kejang dan syok, sakit sedang : bila pasien masih tampak
lemah tapi masih bias duduk, sakit ringan : bila pasien masih dapat berjalan-jalan, terakhir
yaitu tampak tidak sakit. Pada kaus ini didapatkan data bahwa kesadaran pasien yaitu
komposmentis.
Tanda-tanda vital (TTV) , tanda tanda vital dapat dikaji dari mulai tekanan darah,nadi,
pernafasan (RR), dan suhu. Tekanan darah pasien pada kasus ini yaitu : 120/70 mmHg atau
dalam kategori normal bagi umur 54 tahun atau dewasa.
Nadi, denyut nadi dapat teraba akibat gelombang aliran darah yang dihasilkan mulai
dari pangkal aorta hingga ke pembuluh darah kecil akibat sistolik ventrikel kiri. Frekunsi
normal nadi yaitu : 60-100 x/menit, irama : regular/irregular. Arteri yang dapat diperiksa
yaitu : temporalis : di depan telinga, aorta : area suprasternal, brachialis : lengan sebelah
dalam, radialis : area radius, popliteal : area popliteal. Pada kasus ini didapatkan data bahwa
nadi pasien yaitu 80x/menit atau dalam frekuensi normal.
Pernafasan, frekuensi normal pernafasan manusia yaitu 14-20 x/menit dengan pola
yang regular, frekuensi abnormal yaitu bradipneu, takipneu, kussmaul, chyne stokes dan biot.
Pada pasien kasus ini frekuensi pernfasannya yaitu 22 x/menit atau dalam batas normal.
Suhu, batas normal suhu manusia yaitu 36,50 C-37,50C. Suhu pasien yaitu 36,70C,
yaitu dalam batas normal.
Berat Badan (BB) berat badan pasien yaitu 78 kg, Tinggi Badan (TB) pasien yaitu
155 cm.
Pemeriksaan fisik kepala, bentuk kepala mesosepal, tidak ada benjolan, tidak ada
luka, rambut bersih, dan kulit kepala bersih dan lembab. Pemeriksaan mata didapatkan data
bahwa, konjungtiva non anemis, sclera putih, bola mata simetris kiri kanan. Pemeriksaan
hidung, bentuk simetris, tidak ada luka, sumbatan dan perdarahan. Pada pemeriksaan telinga
bentuk simetris,bersih, tidak ada pembesaran polip, tidak ada luka dan fungsi penciuman
normal. Pada pemeriksaan mulut didapatkan data lidah bersih, mukosa bibir lembab, tidak
ada karang gigi, gusi baik tidak ada perdarahan. Pada pemeriksaan leher tidak ada
pembesaran kelenjar tyroiddan tidak ada lesi.
Pada pemeriksaan thorak yaitu meliputi pemeriksaan jantung, paru dan abdomen.
Pemeriksaan jantung, mulai dari inspeksi : didapatkan hasil palpasi jantung denyut
jantung teraba. Pada pemeriksaan perkusi jantung suara redup, auskultasi jantung bunyi
reguler.
Pada pemeriksaan paru, dikaji mulai dari inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
Pada pemeriksaan inspeksi paru didapatkan hasil simetris, pengembangan anatara paru kanan
dan kiri sama. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat diketahui bahwa bunyi pernafasan
meliputi bronchial : depan tracea, fase inspirasi pendek dan ekspirasi panjang,
bronkovesikuler : paru dekat / sekitar hilus, inspirasi terdengar penuh dan fase ekspirasi
terdengar lebih keras, vesikuler : daerah paru tepi, inspirasi terdengar penuh, ekspirasi
terdengar lebih lemah dan pendek. Pada kasus ini didapatkan data bahwa auskultasi paru
vesikuler. Pada pemeriksaan palpasi paru didapatkan hasil palpasi paru yaitu vokal fremitus
sama antara kanan dan kiri. Pada pemeriksaan perkusi paru, dapt diketahui beberapa bunyi
paru yaitu sonor : normal, udara, hipersonor : udara berlebih missal pneumotoraks dan
emfisema, redup : jaringan padat bertambah : pemadatan parenkim (missal pneumonia),
cairan dan massa, pekak : tidak ada udara, cairan massif, massa besar kenyal padat. Pada ksus
ini didapatkan hasil perkusi paru yaitu sonor.
Pemeriksaan abdomen, dikaji mulai dari inspeksi : besar dan bentuk perut, keadaan
dinding perut (ascites, stria, pelebaran vena : menjauhi umbilicus kemudian bendungan vena
porta, mendekati umbilicus lalu bendungan vena cava). Pada kasus ini didapatkan hasil
inspeksi abdomen yaitu simetris tidak ada bekas operasi, tidak ada benjolan dan pembesaran.
Palpasi abdomen, saat dilakukan pemeriksan daptat dilakukan dengan cara satu tangan atau
bimanual. Data yang didapat dari kasus yaitu hasil palpasi abdomen supel tidak ada nyeri
tekan. Perkusi abdomen didapatkan data perkusi timpani (normal). Auskultasi abdomen yang
dapat dikaji yaitu bunyi peristaltic usus, peristaltic normal yaitu 6-12 x/menit. Pada
pemeriksaan auskultasi abdomen didapatkan data terderang bunyi peristatik usus 10x/menit.
Pada pemeriksaan genetalia, didapatkan hasil pasien tidak terpasang Dower Cateter
ataupun Kateter 3 way. Pada pemeriksaan punggung didapatkan data punggung bentuk
simetris dan tidak ada gangguan bentuk tulang. Pada pemeriksaan ekstremitas dapat dikaji
dari ekstremitas atas dan bawah. Pada kasus ini didapatkan data ekstremitas atas terpasang
infus RL 20 tpm di tangan kanan dan ekstremitas bawah terdapat luka ulkus dikaki bagian
kanan.
Program terapi yang sudah diajalankan pada kasus nyeri adalah infus RL 30 tpm,
injeksi ranitidine (asam lambung) 50mg/12jam, ceftriaxone (antibiotik) 1gr/12jam,
metronidazole 3x500ml dan insulin novorapit flekpen 10 unit.
Hasil laboratorium, leukosit 679, hemoglobin 103, bilirubin total 2,75, bilirubin direk
2,14, bilirubin indirek 0,57, globulin 3,4, gds 455.
Dan dari tinjauan kasus didapatkan data, didapat bahwa nama klien adalah Ny. T, umur
54tahun, jenis kelamin perempuan, alamat rumah jl gatot subroto cilacap, agama islam, klien
sudah menikah, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan pasien yaitu ibu rumah tangga. Klien
masuk rumah sakit pada tanggal 25 Juni 2016, dan dikaji oleh penulis pada 25 Juni 2016
dengan diagnosa medis Diabetes Militus. Sumber informasi diperoleh dari alloanamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pasien datang kerumah sakit pada hari sabtu 25 juni 2016 dengan keluhan nyeri
dibagian kaki sebelah kanan, mual-muntah dan badan pegal-pegal. Pasien mengatakan sudah
pernah mengalami penyakit seperti ini pada satu tahun yang lalu ( Diabetes Militus ) dan
sudah pernah dirawat dirumah sakit, pasien mengatakan dalam keluarga ada yang mempunyai
riwayat penyakit keturunan yaitu Diabetes Militus

B. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan analisa data selama melakukan pengkajian pada tanggal 27 Juni 2016 penulis
menemukan ada tiga diagnosa keperawatan.
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata seusai konsep teori, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
Nyeri akut menurut Berger (2002), menyatakan bahwa nyeri akut merupakan mekanisme
pertahanan yang berlangsung kurang darienam bulan, di dukung dengan data pasien
mengatakan nyeri pada perut, P : nyeri fraktur lengan kiri atas dan fraktur tibia kanan, Q :
nyeri seperti seperti cenut-cenut, R : nyeri di bagian lengan kiri atas dan tibia kanan, S : skala
nyeri 8 (berat), T : nyeri muncul apabila disentuh atau ada pergerakan yang kuat , pasien
tampak menahan nyeri.
Berdasarkan konsep teori yang diambil dari buku Diagnosis Keperawatan 2015-2017,
diagnosa yang muncul yaitu nyeri akut, dan merupakan diagnosa prioritas karena yang paling
dirasakan oleh klien yaitu nyeri.
2. Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus nyata tapi ada dalam konsep teori
yaitu:
a. Ansietas
Menurut Diagnosis Keperawatan 2015-2017, karakteristik dari ansietas yaitu, agitasi, gelisah,
gerakan ekstra, insomnia, kontak mata yang buruk, melihat sepintas, penurunan
produktivitas, tampak waspada
b. Nyeri Kronis
Menurut Diagnosis Keperawatan 2015-2017, karakteristik dari nyeri kronis, yaitu anoreksia,
ekspresi wajah nyeri, hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya, keluhan
tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, laporan tentang perilaku nyeri/perubahan
aktivitas
3. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata tetapi tidak ada dalam konsep teori
a. Kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik
Dari data yang diperoleh, pasien mengatakan ada luka dikaki kanan sejak 1 minggu
yang lalu, ada luka ulkus diekstermitas bawah ( kaki kanan ) didaerah ibu jari dan telapak
kaki hingga kepunggiung kaki
b. Gangguan pola tidur b.d imobilisasi
Dari data yaang diperoleh, pasien mengatakan susah tidur jika tertidur selalu
terbangun, terasa sakit jika bergerak gerak kakinya, pasien tampak pucat dan mata pasien
tampak merah karena kurang tidur. Hambatan mobilitas fisik tidak termasuk dalam diagnosa
keperawatan yang ada dalam konsep teori karena diagnosa hambatan mobilitas fisik termasuk
dalam kebutuhan dasar aktivitas/istirahat.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Selama dilakukan asuhan keperawatan pada pada tanggal 25 Juni 2015 sampai dengan
tanggal 28 Juni 2015 dengan penyakit nyeri dikaki bagaian kanan, dapat diambil
kesimpulanpasien sudah tidak nyeri, pasien sudah dapat melakukan aktivitas seperti mandi,
toileting dan berpakaian secara mandiri.
Dari hasil pengkajian sudah didapat diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi
yang sedang dialami oleh pasien, penulis menentukan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh Ny. T dengan nyeri dikaki bagian
kanan. Pada diagnosa nyeri akut intervensi yang disusun oleh penulis adalah kaji skala nyeri,
lakukan manajemen nyeri, gunakan komunikasi terapeutik, berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri, monitor vital sign, control lingkunagn yang dapat mempengaruhi nyeri
dan tingkatkan istirahat.Pada diagnosa defisisensi pengetahuan intervensi yang disusun oleh
penulis adalah. Pada diagnosa gangguan pola tidur intervensi yang disusun oleh
penulis adalah jelaskan tentang pentingnya tidur yang adekuat, ciptakan lingkungan ynag
nyaman, kolaborasikan pemberian obat tidur, intruksikan untuk memonitor tidur pasien,
monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur, catat kebutuhan tidur pasien setiap
hari dan jam, dan diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien. Dari
intervensi tersebut, penulis mampu mengimplementasikan tindakan yang telah direncanakan
pada pasien untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh pasien Ny. T dengan
nyeri dikaki bagian kanan.
Implementasi yang dilakukan selama 3 hari perawatan berjalan dengan lancar, pasien
kooperatif sehingga tindakan keperawatan terlakasana dengan baik. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 hari penulis menetapkan hasil dari implementasi keperawatan
yang sudah dilakukan, dua diagnosa teratasi dan satu diagnosa keperawatan teratasi sebagian.
Evaluasi diagnosa nyeri akut yang didapatkan dari implementasi yang sudah dilakukan
adalah pasien mengatakan nyeri sudah tidak ada . Evaluasi diagnosa defisiensi pengetahuan
yang didapatkan dari implementasi yang sudah dilakukan adalah pasien mengatakan sudah
paham terhadap penyakit yang dialaminya. Evaluasi diagnosa gangguan pola tidur yang
didapatkan dari implementasi yang sudah dilakukan adalah pasien mengatakan sudah
bisa tidur.
Setelah penulis melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi penulis melakukan pendokumentasian tindakan yang sudah dilakukan secara
menyeluruh pada pasien dalam bentuk asuhan keperawatan pada Ny. T dengan nyeri dikaki
bagian kanan.

B. Saran

1. Rumah Sakit

Saran bagi rumah sakit agar semua pasien nyeri dada di tempatkan di ruangpenyakit
dalam namun dengan ruangan khusus sehingga tidak terjadi penularan virus dari pasien
dengan penyakit lain.
2. Akper Serulingmas Cilacap
Untuk referensi buku di perpustakaan terkait dengan nyeri dada mohon untuk
diperbaharui karena diperpustakaan banyak ditemukan buku–buku lama sedangkan referensi
yang digunakan diatas tahun 2006, sarana prasaranan penunjang seperti internet mohon
untuk diperbaiki kualitasnya, dan untuk memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan minat
untuk membaca.
3. Perawat
Dalam melakukan pengkajian kepada pasien hendaknya lebih teliti sehingga data yang
didapat benar-benar sesuai dengan yang diharapkan dan untuk menghindari kesalahan
penentuan diagnose keperawatan. Dalam berkomunikasi perawat tidak hanya memperhatikan
komunikasi verbal yang dilakukan melalui kata-kata dan ucapan. Diharapkan untuk para
perawat memperhatikan penerapan cuci tangan 6 langkah dan 6 sasaran pelayanan kepada
pasien dan penggunaan alat perlindungan diri seperti sarung tangan dan masker.

Anda mungkin juga menyukai