Anda di halaman 1dari 6

Menurut Hidayat dan Empung (2016), siklus hidrologi adalah sirkulasi air dari laut ke

atmosfer kemudian ke bumi dan kembali lagi ke laut dan seterusnya. Air dari permukaan
laut menguap ke udara, bergerak dan naik ke atmosfer. Kemudian mengalami
kondensasi dan berubah menjadi titik air berbentuk awan dan selanjutnya jatuh ke bumi
dan lautan sebagai hujan. Hujan yang jatuh ke bumi sebagian tertahan oleh tumbuh-
tumbuhan sebagian lagi meresap ke dalam tanah, jika tanah sudah jenuh maka air akan
mengalir di atas permukaan tanah yang mengisi cekungan, danau, sungai dan kembali
lagi ke laut. Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga unsur klimatologi. Hujan
adalah hydrometeor yang jatuh berupa partikel-partikel air yang mempunyai diameter
0.5 mm atau lebih. Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan sedangkan yang tidak
sampai tanah disebut Virga. Selain itu hujan juga bisa diartikan adanya perubahan wujud
dari benda cair menjadi benda padat yang membentuk awan yang memiliki massa yang berat
sehingga jatuh ke permukaan bumi. Berikut ini adalah jenis-jenis hujan yang lazim terjadi:

1. Hujan Siklonal

Hujan ini terjadi karena adanya udara yang panas, suhu tinggi yang disertai dengan
angin berputar. Hal ini karena adanya pertemuan antara angin pasat timur laut dan angina
pasat tenggara, kemudian angin itu naik terjadi penggumpalan di atas awan yang berada di
garis khatulistiwa. Hujan ini biasanya terjadi di wilayah yang dilalui garis khatulistiwa.
Sumber curah hujan sangat deras, terdiri dari massa udara besar beberapa ratus mil dengan
tekanan rendah di pusatnya dan angin bertiup ke pusat searah jarum jam (belahan Bumi selatan)
atau berlawanan arah jarum jam (belahan Bumi utara). Meski siklon dapat mengakibatkan
kematian dan kerusakan properti yang besar, inilah faktor penting dalam penguasaan hujan atas
suatu daerah, karena siklon dapat membawa hujan yang sangat dibutuhkan di wilayah kering.

2. Hujan Frontal

Hujan ini terjadi karena adanya pertemuan antara massa udara yang dingin suhu yang
rendah dan massa udara panas suhu tinggi. Biasanya perbedaan kedua masa tersebut
bertemu di front yaitu salah satu tempat yang paling mudah terjadi kondensasi dan
pembentukan awan. Berbagai jenis cuaca dapat ditemukan di sepanjang front tutupan
dengan kemungkinan terjadinya badai petir, namun biasanya jalur mereka dikaitkan
dengan penguapan massa air. Front tutupan biasanya terbentuk di sekitar daerah
bertekanan rendah.

3. Hujan Muson
Hujan ini terjadi karena ada pergerakan semu matahari dengan garis balik utara dan
selatan, hujan ini turun dalam kurun waktu tertentu. Dan biasanya musim kemarau dan
hujan, seperti yang terjadi di Indonesia.

4. Hujan Zenithal (Hujan konveksi)

Hujan ini terjadi karena adanya pertemuan Angin pasat timur laut dan angin pasat
tenggara. Hal ini menyebabkan awan yang memiliki massa berat mengalami penurunan
suhu yang berakibat terjadinya kondensasi, dan terjadi turun hujan. Biasanya hujan ini
berada di daerah tropis.

5. Hujan Orografis

Merupakan hujan yang terjadi karena adanya angin yang mengandung uap air,
kemudian arah pergerakannya secara horizontal. Perjalanan angin tersebut harus melewati
pegunungan yang menyebabkan suhu angin menjadi dingin akibat adanya proses kondensasi
(saat melewati pegunungan tadi). Lalu pembentukan titik-titik air yang mulai mengendap yang
akan menyebabkan terjadinya hujan pada lereng gunung yang menghadap angin datangnya
angin tersebut yang biasanya bergerak secara horizontal, dan angin akan bertiup terus mendaki
pegunungan dan menuruni lereng tetap angin tidak membawa uap air lagi sehingga di lereng
yang membelakangi arah datangnya angin tidak akan turun hujan. Kemudian karena berat
massa air yang semakin besar, di mana tidak mampu di bawa oleh angin, maka turunlah hujan
di atas pegunungan.
Menurut Wulandari (2017), unsur utama yang berpengaruh dalam proses terjadinya
siklus hidrologi meliputi:

 Evaporasi (evaporation) adalah penguapan langsung yang terjadi pada badan air
(laut, sungai, danau) dan tanah. Evaporasi (penguapan) didefinisikan sebagai sebuah
proses pertukaran molekul air di permukaan menjadi molekul uap air di atmosfer.
Dalam hidrologi penguapan dibedakan menjadi evaporasi dan transpirasi. Evaporasi
adalah penguapan yang terjadi pada permukaan air, sedangkan transpirasi adalah
penguapan yang terjadi melalui peranan tanaman. Transpirasi dapat terjadi mengingat
jumlah air hujan yang turun tidak sepenuhnya dapat mengalir, melainkan ada beberapa
jumlah air hujan yang tertahan pada tanaman. Menurut Sri Harto, proses evaporasi
sendiri terbagi atas dua kejadian yang berkesinambungan, yaitu interface evaporation
dan vertical vapor transfer. Interface evaporation adalah transformasi air menjadi uap
air di permukaan, sedangkan vertical vapor transfer adalah proses pemindahan lapisan
udara yang kenyang uap air dari proses interface evaporation.
 Transpirasi (transpiration) adalah penguapan air yang dilakukan oleh tumbuhan.
 Evapotranspirasi (evapotranspiration) adalah penguapan air keseluruhan yang
terjadi diseluruh permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air adan tanah,
maupun pada jaringan makhluk hidup. Evapotranspirasi adalah evaporasi dari
permukaan lahan yang ditumbuhi tanaman. Pengertian evapotranspirasi secara
sederhana adalah proses evaporasi dan transpirasi yang terjadi secara bersamaan.
Evapotranspirasi menjadi unsur yang sangat penting dalam sebuah siklus hidrologi,
karena evapotranspirasi bernilai sama dengan kebutuhan air konsumtif yang
didefinisikan sebagai penguapan total dari lahan dan air yang diperlukan tanaman.
 Respirasi (respiration) adalah penguapan air oleh tubuh manusia dan hewan.
 Sublimasi (sublimation) adalah proses perubahan es di kutub atau puncak gunung
menjadi uap air tanpa melalui fase cair. Secara umum sublimasi merupakan proses
perubahan wujud zat dari padatan menjadi gas tanpa terjadi peleburan. Dalam siklus
air, sublimasi umumnya terjadi di daerah pegunungan seperti gunung Everest. Hal ini
disebabkan rendahnya tekanan udara di daerah pegunungan tersebut.
 Kondensasi (condensation) adalah proses perubahan wujud uap air menjadi titik-
titik air sebagai hasil pendinginan. Uap air yang terevaporasi dan yang keluar melalui
transpirasi akan naik ke atas karena densitas uap air yang lebih kecil dari udara. Pada
ketinggian tertentu uap air tersebut akan terkondensasi membentuk gumpalan awan.
Pembentukan gumpalan awan terjadi karena temperatur udara pada ketinggian tersebut
relatif lebih rendah sehingga uap air yang ada akan terkondensasi. Jika temperaturnya
sangat rendah, bintik-bintik air di dalam awan akan menjadi kepingan es ataupun salju.
Kondensasi dapat terjadi pada permukaan bumi. Jika temperatur udara di permukaan
bumi lebih rendah dari biasanya, uap air yang ada akan langsung menjadi kabut ataupun
salju jika temperaturnya sangat rendah. Akan tetapi salju tersebut hanya akan terbentuk
pada daerah yang jauh dari garis khatulistiwa.
 Adveksi (advection) adalah proses perpindahan awan akibat arus angina atau
perbedaan tekanan udara (perpindahan dari atmosfer lautan menuju atmosfer
daratan.
 Presipitasi (precipitation) adalah peristiwa jatuhnya air baik dalam bentuk cair
atau beku dari atmosfer ke permukaan bumi. Dalam siklus air, presipitasi adalah
suatu tahap pelepasan molekul air yang berasal dari awan menuju tanah ataupun
perairan. Presipitasi terjadi ketika dua atau lebih gumpalan awan yang mengandung
molekul-molekul air (dalam bentuk bintik-bintik air/es/salju) bergabung.
Penggabungan gumpalan awan tersebut menyebabkan gumpalan menjadi lebih berat
dan tidak mampu menahan molekul-molekul air lagi. Akibatnya molekul-molekul air
tersebut jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, hujan es, ataupun salju. Dari semua proses
presipitasi yang terjadi, sekitar 10% diantaranya terjadi di daratan. Sementara sisanya
terjadi di lautan. Banyaknya air yang jatuh melalui presipitasi tidak selalu sama untuk
setiap kawasan.
 Infiltrasi (infiltration) adalah aliran air yang meresap ke dalam tanah hingga
mencapai air tanah permukaan menuju ke laut. Infiltrasi adalah proses masuknya
air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Proses infiltrasi dapat berlangsung secara
vertikal dan horizontal. Proses infiltrasi secara vertikal disebabkan oleh adanya gaya
gravitasi dan dikenal dengan sebutan perkolasi. Proses infiltrasi yang terjadi secara
horizontal disebabkan oleh adanya gaya kapiler yang dikenal sebagai aliran antara
(interflow).
 Perkolasi (percolation) adalah air yang meresap terus sampai pada kedalaman
tertentu.
 Aliran permukaan (run off atau surface flow) adalah air yang mengalir di atas.
Run off adalah suatu proses pengaliran air dari hulu menuju hilir secara langsung (tanpa
melalui proses perantara seperti infiltrasi). Umumnya run off terjadi karena air yang
mengalir tidak dapat diserap lagi oleh tumbuhan dan tanah.

Menurut Tangke (2015), berdasarkan panjang pendeknya proses yang dialaminya, siklus
hidrologi dapat dibedakan menjadi 3 macam. Macam siklus hidrologi tersebut yaitu siklus
hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang. Siklus hidrologi
pendek merupakan siklus hidrologi dimana air laut yang menguap karena pemanasan yang
tinggi kemudian menguap ke angkasa, menjadi awan dan kemudian turun sebagai hujan pada
permukaan air laut tersebut. Siklus hidrologi sedang adalah siklus dimana air permukaan
menguap dan menjadi awan. Karena adanya angin yang bertiup, maka awan yang terjadi di
atas laut terdorong hingga ke atas daratan dan turun sebagai hujan di daratan. Hujan yang jatuh
di daratan mengalir melalui sungai dan masuk kembali ke laut. Siklus hidrologi besar
sebenarnya sama peristiwanya dengan siklus hidrologi sedang. Perbedaannya adalah siklus
hidrologi besar meliputi daerah yang sangat luas hingga ke daerah subtropis. Angin mendorong
awan hingga jauh ke daratan. dengan siklus hidrologi sedang. Perbedaannya adalah siklus
hidrologi besar meliputi daerah yang sangat luas hingga ke daerah subtropis. Angin mendorong
awan hingga jauh ke daratan. Sehingga berubah menjadi hujan salju dan mengalir melalui
sungai dan kembali menuju laut. Hujan merupakan komponen masukan utama dalam proses
daur hidrologi. Hujan atau presipitasi adalah sejumlah air yang dapat berbentuk cair atau padat
yang jatuh dari atmosfer. Hujan di suatu daerah dapat ditentukan dari rata-rata nilai hujan di
beberapa stasiun hujan di wilayah tersebut. Hujan yang jatuh di permukaan tanah tidak merata
disemua tempat, bervariasi menurut ruang dan waktu.

Tangke, P. R. M. 2015. Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan Siklus Air Yang
Memicu Kelangkaan Air Dunia. Jurnal Teknik Kimia., 1(1):1-7.

Wulandari. 2017. Perlunya Pemenuhan Kebutuhan Stasiun Hujan di Situs Sangiran. Jurnal
Sangiran., 1(6): 79-87.

Hidayat, A. K. Dan Empung. 2016. Analisis Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Dengan
Berbagai Periode Ulang Untuk Wilayah Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. Jurnal
Siliwangi., 2(2)-121-126.

Anda mungkin juga menyukai