Anda di halaman 1dari 23

TUGAS HERBAL REMIDIS

RAMUAN JAMU POST PARTUM

OLEH

KELOMPOK IV

1) RINA MARIANI
2) M. ANDRI IRAWAN
3) MAHARANI RIZKI KARISMA
4) NENI HARTINA
5) RADEN WIRAHADI
6) INDRIANI
7) RISKI TANATA
8) YATIK KRISLIANI
9) ARIF BUDIMAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MATARAM

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami haturkan ke Hadirat Allah SWT karena atas nikmat dan berkah
yang telah diberikan_Nya kepada kami sehingga “Makalah terapi komplementer Ramuan
Jamu Post Partum” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada teman–teman dan pihak–pihak yang telah mendukung
kami dalam menyusun tugas ini. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak
jauh dari kesalahan serta kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang yang membangun guna memperbaiki kekurangan yang ada dan dapat menyusun
makalah-makalah selanjutnya dengan lebih baik.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah yang kami susun ini, dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 26 November 2017

Penyusun kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………….

Daftar isi………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………….
B. Rumusan masalah………………………………………………………
C. Tujuan ………………………………………………………………….

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Obat Tradisional…………………………………………


B. Konsep Dasar Masa Nifas………………………………………………
C. Tujuan Perawatan Masa Nifas…………………………………………
D. Perawatan Masa Nifas Dengan Pengobatan Tradisional………………..
E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Tradisional Bagi Ibu Nifas..
F. Khasiat Memakai Tapel, Param Dan Pilis Semasa Berpantang………
G. Hasil Jurnal……………………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….
B. Saran …………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamu tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang kita, kini kita bias
menjumpainya dalam bentuk herbal kering siap seduh atau siap rebus, juga dalam bentuk
segar rebusan, sebagaimana dijajakan para penjual jamu gendong. Jamu juga diproduksi
dalam bentuk kapsul dan pil siap minum demi alasan kepraktisan. Pada umumnya jamu
dalam kelompok ini diracik berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang belum diteliti
secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya dikenal berdasarkan pengalaman turun-temurun
(Yuliarti, 2009).

Jamu tradisional merupakan warisan dari nenek moyang berupa ramuan tradisional
sebagai salah satu upaya pengobatan telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk tujuan mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan
dan kesehatan tubuh, serta untuk tujuan kecantikan. Salah satu jenis jamu tradisional yang
terdapat di Pekalongan adalah jamu untuk memperlancar produksi ASI. Jamu ini terdiri atas
bahan-bahan meliputi: kunyit, lempuyang, air daun sirih, asam jawa, daun katuk. Komposisi
bahan di atas mempunyai manfaat untuk mem-perlancar ASI (Rasy, 2013).

Jamu jenis ini banyak dikonsumsi oleh ibu nifas karena dipercaya dapat
memperlancar ASI. Jamu ini mempunyai rasa yang tidak pahit dibandingkan jamu biasanya
dan ibu-ibu banyak yang menyukainya.

Obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun tanaman obat) masih banyak
digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah dalam upaya
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
serta peningkatatn kesehatan (promotatif), bahkan dari masa ke masa obat tradisional
mengalami perkembangan yang terus meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali
kealam (back to nature) (Katno et al, 2004).

Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi tren saat ini sehingga
masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan dengan
tumbuhan obat (herbal), sebenarnya sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia
mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal
dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat, selain lebih ekonomis efek samping
ramuan herbal sangat kecil.

B. Rumusan Masalah

a. Apakah ada khasiat ramuan Jamu untuk post partum ?

C. Tujuan

A. Untuk mengetahui Konsep Dasar Obat Tradisional


B. Untuk mengetahui Konsep Dasar Masa Nifas
C. Untuk mengetahui Tujuan Perawatan Masa Nifas
D. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat
Tradisional Bagi Ibu Nifas
E. Untuk mengetahui Macam-macam ramuan Jamu Dan Cara pembuatannya
F. Untuk Mengetahui Pengobatan Tradisional Lainnya
G. Untuk mengetahui jurnal terkait ramuan jamu untuk post partum
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL

Pengobatan tradisisionil diyakini lebih aman daripada pengobatan modern, karena


pengobatan tradisional tidak begitu keras juga lebih murah. Jamu merupakan ramuan
tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan yang telah dikenal luas dan dimanfaatkan
oleh masyarakat dengan tujuan : mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit,
menjaga ketahanan dan kesehatan tubuh. Kebiasaan minum jamu banyak ditemukan pada
masyarakat jawa baik pada ibu hamil, melahirkan maupun pasca melahirkan (nifas).

Jamu tradisional merupakan warisan dari nenek moyang berupa ramuan tradisional
sebagai salah satu upaya pengobatan telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk tujuan mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan
dan kesehatan tubuh, serta untuk tujuan kecantikan. Salah satu jenis jamu tradisional yang
terdapat di Pekalongan adalah jamu untuk memperlancar produksi ASI. Jamu ini terdiri atas
bahan-bahan meliputi: kunyit, lempuyang, air daun sirih, asam jawa, daun katuk. Komposisi
bahan di atas mempunyai manfaat untuk mem-perlancar ASI (Rasy, 2013).

Jamu jenis ini banyak dikonsumsi oleh ibu nifas karena dipercaya dapat
memperlancar ASI. Jamu ini mempunyai rasa yang tidak pahit dibandingkan jamu biasanya
dan ibu-ibu banyak yang menyukainya.

Obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun tanaman obat) masih banyak
digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah dalam upaya
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
serta peningkatatn kesehatan (promotatif), bahkan dari masa ke masa obat tradisional
mengalami perkembangan yang terus meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali
kealam (back to nature) (Katno et al, 2004).

Menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (dalam Notoatmodjo,


2007) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut,
yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan
galenik adalah hasil ekstraksi bahan atau campuran bahan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan hewan.

Menurut Notoatmodjo (2007), secara garis besar pemanfaatannya penggunaan obat


tradisional bertujuan untuk :

1. Memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani (promotif)


2. Mencegah penyakit (preventif)
3. Upaya pengobatan penyakit baik untuk pengobatan sendiri maupun untuk mengobati
orang lain sebagai upaya pengganti atau mendamping penggunaan obat jadi (kuratif)
4. Memulihkan Kesehatan (rehabilitatif)

Menurut Agromedia (2003) kecenderungan meningkatnya penggunaan obat


tradisional didasari pada beberapa alasan sebagai berikut :

1. Harga obat-obatan buatan pabrik saat ini sudah semakin mahal, sehingga masyarakat
mulai menerima alternative pengobatan yang murah dan mudah didapatkan tetapi tidak
kalah manjurnya dengan obat-obatan buatan pabrik.
2. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil, bahkan beberapa jenis
tanaman tertentu tidak menunjukkan efek samping sama sekali
3. Kandungan unsur kimia yang terkandung dalam obat tradisional sebenarnya menjadi
dasar pengobatan kedokteran modern.

B. KONSEP DASAR MASA NIFAS

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organorgan yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni et al, 2009).

Masa nifas (puerperium) masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama enam
minggu (Saleha, 2009). Menurut F. Gary Cunningham, MacDonald (dalam Yanti &
Sundawat, 2011) masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal.

C. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS

Dalam masa nifas ibu memerlukan perawatan dan pengawasan. Perawatan masa
nifas ini termasuk perawatan kebidanan, karena arti kebidanan secara luas tidak hanya
terbatas pada masa hamil dan bersalin tetapi juga masa sesudah bersalin sampai uterus dan
ovarium kembali seperti semula, siap mengadakan kehamilan lagi, yang berarti proses
kebidanan akan seperti semula kembali (Suherni et al, 2009).

Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah untuk menjaga kesahatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologis, mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, kemudian memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan
bayi sehari-hari (Saleha, 2009).

D. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT


TRADISIONAL BAGI IBU NIFAS
1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
manusia sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan


pancainderanya, segala apa yang diketahui berdasarkan pengalamannya yang didapatkan
oleh setiap manusia. Pengetahuan juga merupakan mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu
objek tertentu (Mubarak, 2011).
Penelitian Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi prilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yaitu :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui


terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut.
3. Evolution (menimbang-nimbang), terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.
4. Trial, dimana objek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apayang dikehendaki
oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif


mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu ( know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima oleh sebab itu “Tahu” ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar


tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham tentang materi atau objek harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi yang benar. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan mater atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaiaan
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-
tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan tentang obat tradisional merupakan ilmu kuno yang diperoleh dari
warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Ilmu kuno yang bermanfaat ini diketahui secara
luas oleh masyarakat, tidak dapat dipastikan sejak kapan ramuan tradisional ini
digunakan untuk pengobatan namun dari informasi yang berkembang pengobatan
tradisional telah dilakukan sejak zaman nenek moyang dan diwariskan secara turun-
temurun kepada anak cucu. Pengetahuan mengenai ramuan tradisional diterimanya dari
angkatan sebelumnya dan dipergunakan begitu saja sesuai dengan penggalaman atau
anjuran angkatan sebelumnya (Agromedia, 2003).

2. Kepercayaan
Kepercayaan adalah anggapan (keyakinan), sesuatu yang dipercayai (dianggap
benar), harapan dan keyakinan (Poerwadarminta, 2005). Kepercayaan diri adalah
keyakinan bahwa dirinya boleh mengendalikan kehidupan dengan baik serta segala
cobaan yang dihadapi dengan jayanya (Suhaimin, 2006).

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis, kepercayaan


disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa
sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan dapat bersifat rasional atau irasional.
Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu tersebut masuk
diakal, sebaliknya seorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia mempercayai air
putih yang diberi mantera oleh seorang dukun bisa menyembuhkan penyakitnya
(Notoatmodjo, 2010).

Kepercayaan yang luar biasa terhadap keampuhan tanaman obat terkadang


menjadi sesuatu kekuatan besar pendorong bagi kesembuhan penyakit tertentu. Penyakit-
penyakit yang relative mudah diatasi dan terbukti keberhasilannya secara empiris adalah
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kulit, perut atau masalah pencernaan, luka
dan kelahiran anak, sementara tingkat kelahiran yang masih tinggi dibeberapa pedesaan
dan tingkat kepercayaan terhadap dukun yang dapat digunakan untuk ibu-ibu sebelum
maupun sesudah melahirkan (Hidayat. S, 2005).

Efek samping negatif yang terkandung dalam obat tradisional sangat kecil jika
dibandingkan dengan obat-obataan modern lainya, alsannya bahan baku pembuatannya
berasal dari alam berbeda dengan obat modern yang berasal dari hasil sintetik kimiawi,
selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatan yang higenis dan cara
penyimpanan yang baik maka efek samping obat tradisonal dapat diperkecil (Agromedia,
2003).

3. Pendapatan Keluarga

Penghasilan adalah pendapatan yang didapatkan oleh seorang dalam sebulan yang
kemudian dibagikan berdasarkan jumlah anggota keluarga (Badan Pusat Statistik, 2004).
Tingkat perekonomian adalah perolehan uang yang diterima oleh orang tua selama satu
bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang
ditanggung, tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi gaya hidup seseorang dan
cara memperoleh pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit (Asmiadi,
2007).

Seseorang yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi cenderung lebih


mudah dalam memperoleh pelayanan dan informasi tentang kesehatan, dibandingkan
dengan orang yang berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah. Keluarga dengan
penghasilan tinggi cenderung mendapatkan kesempatan yang lebih tinggi untuk
mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang arti kesehatan dan manfaat pelayanan
kesehatan (Asmiadi, 2007).

Menurut Agromedia (2003) obat tradisional masih banyak digunakan oleh


masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah, dengan tingkat harga yang
tinggi terhadap obat modern maka penggunaan obat tradisional dapat menjadi pilihan
yang menguntungkan, dikarenakan beberapa alasan, sebagai berikut :

1. Harga obat tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat modern.
2. Bahan obat tradisional mudah diperoleh disekitar lingkungan tempat tinggal.
3. Pengolahannya tidak rumit, sehingga dapat dibuat didapur sendiri tanpa memerlukan
peralatan yang khusus dan biaya yang besar.

E. MACAM-MACAM RAMUAN JAMU DAN CARA PEMBUATANNYA

1. Kunyit Asam

1. Khasiat :

Setelah melahirkan, perut Ibu akan terlihat tidak terlalu kencang lagi. Cobalah jamu
kunyit asam untuk mengencangkan kembali perut Ibu.

2. Bahan :

1) 1/2 Kg Kunyit
2) 1/4 Gula jawa
3) 1/2 Kg asam jawa
4) 2 Liter AirSepucuk Sendok teh garam
Cara membuatnya :

1. Cuci hingga bersih tiga atau empat ruas kunyit lalu parut atau blender
hingga halus.
2. Campurkan asam jawa secukupnya.
3. Campurkan parutan kunyit dan asam jawa dengan tiga gelas air. Lalu,
rebus hingga mendidih. Supaya lebih enak rasanya, Ibu bisa
menambahkan gula jawa.

3. Daun Pepaya

Khasiat : Untuk mengembalikan bentuk tubuh semula,

Bahan-bahannya terdiri dari

1. 7 gram daun papaya,


2. daun jinten,
3. 10 gram kayu rapet,
4. 10 gram daun sendok,
5. 7 gram daun iler,
6. 7 gram daun sambilonto dan
7. 7 gram asam Jawa.
Cara membuat :

Semua bahan-bahan ini Ibu tumbak halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga
mendidih

4. Kayu Manis dan Jahe

Khasiat :

Proses melahirkan memang melelahkan. Tenaga Ibu banyak terkuras dan tubuh Ibu pun
berada dalam kondisi lemah. Untuk kembali memulihkan tenaga Ibu, cobalah ramuan
yang terdiri dari beras, bengle, pulo sari, kayu manis, jahe, dan asam jawa.
Bahan :

– Jahe
– Kayu manis
– Madu atau gula ( sebagai pelengkap)

Cara membuat :

1. Bersihakan dengan air hingga bersih jahe dan kayu manisnya. Untuk jahe,
sebaiknya kupas dulu sebelum digunakan. Setelah kedua bahan telah
dibersihkan, kemudian iris atau potong jadi beberapa bagian. Agar
bentuknya kecil, supaya lebih merata saat merebusnya nanti
2. Berikutnya adalah, masak air bersih kira- kira 2 gelas. Masukkan irisan
jahe dan kayu manis yang sudah disiapkan, dan masak hingga mendidih,
serta airnya berkurang. Setelah itu diamkan hingga airnya dingin. Setelah
dingin tuang ke dalam gelas dan langsung diminum.

3. Untuk Anda yang belum biasa meminum jamu, sebaiknya tambahkan


beberapa sendok madu asli, agar rasanya lebih nikmat. Bila tidak ada
madu, bisa juga di tambahkan dengan gula pasir.

4. Minum ramuan ini 1-2 kali sehari setelah makan. Minumlah secara rutin
hingga merasakan adanya perubahan pada tubuh Anda.

F. PENGOBATAN TRADISIONAL LAINNYA

Siklus kehidupan wanita umumnya mempunyai tahap-tahap masa remaja, menjelang


perkawinan, masa kehamilan, melahirkan, menyusui dan menopause, dalam setiap tahap
siklus kehidupan tersebut dikenal perawatan perawatan khusus, masyarakat dan kebudayaan
kita telah mengembangkan kebolehan-kebolehan yang diturunkan dalam perawatan tersebut
(Yuliarti,2009).
 Param

Usai melahirkan, paraman dipakai pagi dan sore sesudah mandi untuk memberi rasa
segar dan menghilangkan kelelahan. Ramuan untuk param tersebut antara lain mengandung
jahe, kencur, minyak serai, dan bangle. Tapel digunakan juga agar perut menjadi
kempes/kecil kembali dan mengembalikan peranakan seperti semula. Ramuan tapel berisi
kapur sirih yang diberi minyak kayu putih dan jeruk nipis, semakin lama ramuan tapel
semakin panas agar darah kotor yang masih tersisa dikeluarkan lebih lancar.

 Pilis

Penggunaan ramuan pilis dengan cara menempelkannya dikening yang bertujuan


untuk merelakskan atau mengembalikan kesejukan pada mata karena sifatnya
mendinginkan, bisa juga untuk menurunkan darah putih dari daerah mata, sesuatu yang
mengganjal terus yang membuat si ibu cepat lamur/rabun kemudian bisa juga untuk
menghilangkan pusing kepala dan menghangatkan tubuh. Jamu setelah melahirkan,
ramuannya antara lain terdiri atas kunyit yang berkhasiat menyembuhkan dan mengeringkan
koreng

 Daun Katuk.

Daun katuk menurunkan panas, membersihkan darah dan memperlancar pengeluaran


air susu ibu. Kayu rapet berguna untuk menguncupkan rahim. Rempah untuk cebokan dan
berendam, ramuannya mengandung daun sirih yang berguna untuk menghilangkan bau
badan serta berfungsi sebagai antiseptik dan membersihkan lendir-lendir (Musito, 2002).

 Tapel

Tapel yang terbuat dari aneka rempah jejamuan ini dimaksudkan untuk
menghangatkan daerah sekitar perut, selain untuk membantu merontokkan lapisan kulit
perut yang berwarna kehitaman akibat pemelaran selama kehamilan, kendati mengundang
rasa gatal dan keinginan untuk menggaruk, sarannya cobalah tahan untuk tidak
menggaruknya. Cukup dielus-elus agar tidak muncul garis/guratan yang bukan tidak
mungkin membuat suami jadi tidak berselara (Anief, 2003).

.
MANFAAT

a. Parem Habis Bersalin : Untuk wanita yang habis bersalin, param ini dipakai untuk
mengobati masuk angin dan bengkak, melemaskan dan menguatkan urat-urat serta
memperbaiki peredaran darah. Digosokkan di badan, kaki atau tangan.

b. Pilis Singgul : Pilis ini baik untuk wanita setelah bersalin supaya mata menjadi terang
karena pada saat melahirkan sang Ibu mengeluarkan tenaga cukup besar untuk mendorong
sang bayi untuk keluar dari rahim, sehingga peredaran darah mengalir ke atas terutama di
sekitaran mata, mencegah mata supaya tidak lamur, mengobati rasa pusing. Juga baik
sekali untuk wanita yang rajin merawat badan.

c. Tapel Ratus 1 : Untuk wanita sehabis bersalin 30 hari perlu pakai tapel ratus ini supaya
perut menjadi singset, gempi dan halus seperti biasa.

d. Tapel Sirih 1 : Tapel ini baik untuk wanita setelah bersalin 7 hari, untuk mengobati rasa
mulas, angin di dalam perut, serta menghaluskan, menyegarkan dan menyehatkan kulit.

e. Tapel Sosok 1 : Tapel sosok baik untuk wanita setelah bersalin 17 hari, untuk mengobati
segala angin di dalam perut. Melangsingkan, menghaluskan, menyegarkan dan
menyehatkan kulit.

Obat tradisional yang digunakan masyarakat desa Bineh Krueng untuk perawatan ibu
sehabis melahirkan sampai 44 hari adalah :

a. Obat Minum

Hari ke 1 s/d 3 : batang kincung, daging dalamnya dipanggang kemudian peras lalu airnya
diminum.

Hari ke 4 s/d 6 : daun gambas, peras kemudian airnya diminum. Hari ke 7 s/d 9 : daun
pepaya, peras dengan menmbahkan garam dan abu dapur kemudian airnya diminum.

Hari ke 10 s/d 13 : akar batang kelapa, ditumbuk dan diperas airnya kemudian diminum.

Hari ke 14 s/d 16 : daun pacar, batang serai tumbuk, peras airnya kemudian diminum.

Hari ke 10 s/d 44 : kunyit, jahe, jera hitam, jera putih, daun duku anak, daun pacar, daun
sembung, daun senggani, daun jeruk nipis, manjakani 2 butir, air buah sangkis, campur
semua bahan tersebut haluskan kemudian diminum.
c. Param

Kunyit, ketumbar, beras dipanaskan dalam satu wajan, masukkan pati santan aduk sampai
mendidih kemudian angkat, setelah hangat di olehkan keseluruh bagian tubuh

G. HASIL JURNAL

Jurnal 1

Efektivitas Minum Jamu (Ramuan Daun Katuk, Kunyit, Lempuyangan, Asem


Jawa) Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas

Hasilnya :

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar ibu nifas mempunyai kebiasaan minum jamu yaitu 69 responden
(77,5%).

2. Sebagian besar produksi ASI pada ibu nifas dengan kategori lancar yaitu 63
responden (70,8%).

3. Ada pengaruh kebiasaan minum jamu (ramuan daun katuk, kunyit, lempuyangan
dan asem jawa) pada ibu nifas terhadap produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas
Buaran Kabupaten Pekalongan, karena bahan-bahan tersebut ternyata banyak
mengandung zat yang dapat memperlancar produksi ASI. Untuk Ibu nifas disarankan
agar selalu membiasakan minum ramuan jamu guna memperlancar produksi ASI.
Jurnal 2

Kebiasaan Konsumsi Jamu Untuk Menjaga Kesehatan Tubuh Pada Saat Hamil
Dan Setelah Melahirkan Di Desa Kajoran Klaten Selatan

Hasilnya :

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kebiasaan


konsumsi jamu dalam menjaga kesehatan tubuh saat hamil, setelah melahirkan dan
saat menyususi pada ibu-ibu di desa Kajoran Klaten Selatan dengan cara
mengkonsumsi jamu setiap hari ada 33 orang (82,5%), dua hari sekali ada 6 orang
(15%) dan seminggu dua kali ada 1 orang (2,5%) Saran dari hasil penelitian ini
adalah sebagai masukan para petugas kesehatan agar mengkompilasikan konsumsi
jamu sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan pada saat hamil,
setelah melahirkan dan saat menyusui. Memberikan pemahaman tentang jamu
kepada masyarakat, khususnya pada wanita usia produktif sehingga tidak salah
memilih dan menggunakannya, dan memberi informasi bagi kader posyandu tentang
pengobatan komplementer sebagai upaya mandiri masyarakat khususnya ibu-ibu
dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan di saat hamil, setelah persalinan dan
saat menyusui.

Jurnal 3

Dukungan Sosial Terhadap Penggunaan Jamu Tradisional Dalam Perawatan


Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidoharjo Sragen

Hasilnya :
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar responden penelitian mendapat dukungan emosional dalam
penggunaan
jamu tradisional pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Sidoharjo
Sragen
dalam kategori cukup.
2. Sebagian besar responden penelitian mendapat dukungan instrumental dalam
penggunaan
jamu tradisional pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Sidoharjo
Sragens dalam kategori cukup.
3. Sebagian besar responden penelitian mendapat dukungan penilaian dalam
penggunaan
jamu tradisional pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Sidoharjo
Sragen dalam kategori cukup.
4. Sebagian besar responden penelitian mendapat dukungan informatif dalam
penggunaan
jamu tradisional pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Sidoharjo
Sragen dalam kategori cukup.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

a. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat
dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
b. Bagian dari tumbuh tumbuhan yang paling sering dijadikan obat adalah daun. Namun
akar juga terkadang digunakan dalam pembuatan obat tradisional.
c. Cara pengolahan obat tradisional masih sederhana, yaitu sengan cara ditumbuk dan
direbus
d. Dalam penggunaan tanaman obat tradisional tetap membutuhkan dosis yang tepat.
e. Penggunaan tanaman obat tradisional harus mempunyai ketepatan waktu penggunaan.
Artinya ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya
efek yang diharapkan.
f. Dalam segi penyembuhan meskipun tanaman herbal umumnya lebih lambat dalam
pengobatan penyakit dibanding penyembuhan menggunakan Obat – obatan kimia, namun
pengobatan secara tradisional menggunakan tanaman herbal jauh lebih aman bagi tubuh
dengan sangat sedikit efek samping yang ditimbulkannya, bebas racun, mudah di
produksi, menghilangkan akar penyakit, mudah diperoleh, murah dan mempunyai banyak
khasiat.

Saran :

a. Sebaiknya kita dapat lebih bijak untuk memanfaatkan tanaman herbal yang ada di sekitar
kita dengan sebaik mungkin. Serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup disekitar
kita agar tercipta lingkungan hidup yang sehat.
b. Saran yang terbaik untuk kesehatan, yaitu mengikuti anjuran dari pepatah yang berbunyi
“Lebih baik mencegah daripada mengobati”, dari pada kita berjuang mati – matian untuk
mengobati penyakit kita, lebih baik kita berjuang mati – matian untuk menjaga kesehatan
kita sebelum terserang penyakit.
c. Bagi pemerintah diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
untuk lebih mengetahui tentang manfaat tanaman obat tradisional.
d. Bagi pemerintah juga diharapkan mampu mengembangkan usaha pembuatan obat obatan
\
DAFTAR PUSTAKA

http://sukoharjokab.bps.go.id/index.php/18-menu-slide/15-patung-jamu-gendong-sebagai-
identitas-kabupaten-sukoharjo
https://manfaatjahemerah.com/manfaat-rebusan-jahe-dan-kayu-manis/

Anda mungkin juga menyukai