Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

DENGAN GANGGUAN HALUSINASI

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Anggita Hendaya M
2. Devi Oktania
3. Irfan Sahzuri
4. Istidiah Puspaning Tiyas
5. Karina Purnama S
6. Nawa Evalatul Hawa
7. Rizka Amalia ( 920173041 )
8. Noor Efa Yumaeda
9. Panji Nor Prasetya A

2A - S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwaadalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.
Serta mempunyaisikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005).

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang
palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalambentuk kalimat yang agak
sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakanm e n g e n a i k e a d a a n p a s i e n s e d i h
a t a u y a n g d i a l a m a t k a n p a d a p a s i e n itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau
bicara dengansuara halusinasiitu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam
mendengar ataubicarak e r a s - k e r a s s e p e r t i b i l a i a m e n j a w a b p e r t a n y a a n
seseorang a t a u bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap
halusinasidatang dari setiaptubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-
kadangmenyenangkan misalnyabersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.Persepsi merupakan
respon dari reseptor sensoris terhadap stimulusesksternal,juga pengenalan dan
pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan olehstimulus yang diterima. Jika
diliputi rasa kecemasanyang berat maka kemampuanuntuk menilai realita dapat
terganggu.

P ers eps i mengacu pada res pon res eptors ens oris terhadap
s timulus . Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan
objek1yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada
prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.Menurut
May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien
gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi,Delirium dan kondisi yang berhubungan
dengan penggunaan alcohol dansubstansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian
pada pasien dirumahsakit jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus
halusinasi.Sehingga kami merasa tertarik untuk membuat makalah mengenaikasus
halusinasi tersebut sampai dengan asuhan keperawatannya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang di atas maka kami menarik beberaparumusan masalah


yaitu:

1. Apa yang di maksud dengan Halusinasi?


2. Apa saja faktor predisposisi dalam gangguan Halusinasi ?
3. Apa saja faktor presipitasi dalam gangguan Halusinasi ?
4. Apa saja diagnosa yang ada dalam gangguan Halusinasi ?
5. Bagaimana Pohon masalah dalam gangguan Halusinasi ?
6. Apa saja strategi pelaksanaan yang dilakukan pada gangguan Halusinasi ?

C. Tujuan masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dibuatnya makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui defenisi Halusinasi.
2. Untuk mengetahui apa saja fakor yang menimbulkan gangguan halusinasi
3. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya halusinasi
4. Untuk mengetahui hal apa yang harus dilakukan pada pasien halusinasi
5. Untuk mengetahui penananan padapasien gangguan halusinasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya rangsangan dari luar,
gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala
gangguan jiwi yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, pengelihatan, pengecapan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada.
Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu manifestasi yang
mjncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjelasakan pemenuhan dalam
kehidupan sehari – hari.

B. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggunggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stress dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif.
b. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor dimasyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau kesepian,
selnjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat sepeti delusi dan halusinasi
c. Faktor psikologi
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditentukan pada pasien gangguan orientasi realitas, serta dapat
ditentukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta sel kortika dan limbic.
e. Faktor genetic
Gangguan orientasi realita termasuk halusinasi umumnya ditentukan pada pasien skizofrenia.

C. FAKTOR PRESIPITASI
Stressor presipitasi pada klien dengan halusinasi meliputi :
1. Adanya riwayat penyakit infeksi
2. Adanya penyakit kronis / kelainan struktur otak
3. Kekerasan dalam keluarga
4. Adanya kegagalan dalam hidup
5. Kemiskinan
6. Adanya aturan atau tuntutan dari keluarga / masyarakat yang tidak sesuai dengan klien
7. Konflik antar masyarakat
D. DIAGNOSA DAN POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi
Perubahan persepsi sensor : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain,


dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri.


E. STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN
1. SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,
mengajarakan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusiansi.
2. SP 2 Pasien : Melatih mengontrol halusinasi dengan dengan bercakap-cakap bersama orang lain.
3. SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksakan aktivitas terjadwal.
4. SP 4 Pasien : Melatih pasien minum obat secara teratur.

F. STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA

Anda mungkin juga menyukai