Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN KOMUNITAS

MAKALAH NUTRISI DAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT PADA PETANI


( disusun untuk memnuhi tugas mata kuliah Kepererawatan Komunitas )
Dosen Pengampu : Ns. Tantut Susanto S.Kp, M.Kep. Sp. Kep. Kom., Ph.D.

disusun oleh :
Siti Fathonah Awaliyah 172310101111
Khoirum misbahul ummah 172310101131
Kun subekti purwandani 172310101143
Bela Aprilia Nurani 172310101143
M. Alfin Maulana 172310101143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah kelompok mata kuliah Keperawatan Komunitas dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya
dalam pembuatan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca supaya kami dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Serta dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Jember, 19 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA

2.1 Nutrisi .......................................................................................................... 4


2.2 Istirahat ........................................................................................................ 5
2.3 Petani ........................................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kebutuhan Nutrisi Pada Petani ................................................................ 6


3.2 Kebutuhan Istirahat Pada Petani……………………………………..7

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………..
4.2 Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petani adalah penyedia nutrisi pertama yang memiliki peran vital


untuk dimainkan dalam seluruh rantai pertanian pangan (Hadyan dan
Saftarina, 2017). Petani merupakan salah satu pekerja sektor informal di
Indonesia. Masalah kesehatan yang terjadi pada pekerja informal seperti
malnutrisi, penyakit akibat parasit (misalnya cacingan), asma, alergi kulit,
kanker, keracunan bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan
tulang, gangguan saluran pernafasan, penyakit kelenjar getah bening, dan
penyakit darah (Susanto dkk, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data prevalensi masalah


kesehatan, petani yang mengalami gizi kurus adalah 28,5%, gizi lebih adalah
9,5% dengan usia 41-59 tahun, anemia 62,6%, prehipertensi sistolik 20,1%,
hipertensi sistolik grade 1 dan 2 adalah 25,1%, hipertensi diastolik grade 1
dan 2 adalah 35,8%, mengalami nyeri persendian dan tilang sebanyak 20,3%
(Susanto dkk, 2016).

Petani yang berisiko mengalami gizi kurang disebabkan oleh


tingginya jam kerja yang tidak diimbangi dengan peningkatan konsumsi
nutrisi pada petani di daerah rural (Susanto dkk, 2016). Selain itu sebagian
besar petani bekerja dalam kondisi lama kerja yang tidak memenuhi syarat
(>8 jam/hari) dan istirahat yang tidak mencukupi yakni paling banyak kurang
dari 1 jam pada saat waktu makan siang, setelah itu petani langsung
melanjutkan aktivitasnya di sawah. Hal tersebut menyebabkan kelelahan
padapetani yang dapat beresiko pada status kesehatan petani(Utami dkk,
2017).

Berdasarkan paparan tersebut diatas, penulis bermaksud untuk


membuat makalah mengenai kebutuhan nutrisi dan istirahat pada petani.
Penulis ingin mengetahui bagaimana nutrisi pada petani dan bagaimana pola
istirahat pada petani yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan petani.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1.2. 1 Tujuan Umum


Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah untuk membahas
tentang nutrisi dan kebutuhan istirahat pada petani
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Membahas tentang kebutuhan nutrisi pada petani
2. Membahas tentang kebutuhan istirahat pada petani
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nutrisi
1.1.2 Definisi

Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah
proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting
untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh. Nutrient
adalah zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh
agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas,
mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit,
memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh,
meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan (Harnanto dkk,
2016).

Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal)
atau kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan suhu 1 C dari 1 gr air. Kilokalori adalah jumlah panas yang
diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 kg air (Harnanto dkk,
2016).
2.1.2 Struktur dan Fungsi Nutrient

Menrut Harnanto dkk (2016)utrient digolongkan ke dalam 6


kategori, antara lain karbohidrat, protein, lemak, viamin, mineral, dan air.

a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan disakarida) dan
gula kompleks (polisakarida). Karbohidrat terdiri dari karbon,
hidrogen, dan oksigen. Gula, sirup, madu, buah, dan susu adalah
sumber karbohidrat sederhana. Roti, sereal, kentang, beras, pasta, dan
gandum berisi karbohidrat kompleks.
Fungsi karbohidrat adalah memberikan energi. Setiap gram
karbohidrat mengandung 4 kcal. Karbohidrat juga penting dalam
oksidasi lemak, meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran
pencernaan, yang membantu sintesis vitamin K dan B12,
memproduksi komponen karbon dalam sintesis asam amino esensial.
Sirkulasi darah membawa glukosa ke sel sebagai sumber energi dan
untuk produksi substansi penting. Kadar glukosa darah normal 80-110
mg/dL, pada kondisi puasa kadar glukosa darah 60-80 mg/dL, dan
pada 2 jam setelah puasa meningkat menjadi 140-180 mg/dL,
tergantung usia. Hiperglikemia dimana kadar glukosa darah lebih
tinggi dari normal akibat produksi atau penggunaan insulin tidak
adekuat, terjadi pada diabetes militus. Hipoglikemia dimana kadar
glukosa darah lebih rendah dari normal, dapat sebagai tanda dari
abnormalitas liver dan pankreas.
b. Protein
Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang
dihubungkan dengan rantai peptida. Protein terdiri dari karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Tubuh mensintesis protein antara lain
membentuk hemoglobin untuk membawa oksigen ke
jaringan, insulin untuk regulasi glukosa darah, dan albumin untuk
regulasi tekanan osmotik darah.
Fungsi protein untuk pertumbuhan, regulasi fungsi dan proses tubuh,
pembentukan
kembali protein sel, dan energi, memelihara sistem imunitas tubuh,
sel, cairan tubuh, tulang, kulit, gigi, otot, rambut, darah, dan serum.
Katabolisme protein memberi 4 kcal/g. Katalis enzim dibentuk dari
protein pada regulasi pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan
katabolisme.
Diit protein diklasifikasikan menjadi :
1. Protein lengkap, berisi asam amino esensial untuk memelihara
jaringan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan. Tubuh tidak dapat
mensintesis asam amino esensial. Tubuh dapat mensintesis asam
amino nonesensial dari sumber lain. Sumber protein lengkap
antara lain daging, ikan, susu, keju, dan telur.
2. Protein lengkap sebagian, berisi asam amino untuk memelihara
kehidupan, tetapi tidak meningkatkan pertumbuhan.
3. Protein tidak lengkap, tidak berisi asam amino esensial untuk
memelihara kehidupan, membentuk jaringan, dan meningkatkan
pertumbuhan. Sumber protein tidak lengkap antara lain buah dan
sayuran, buncis, roti, sereal, beras, pasta, kacang-kacangan.
Status protein diukur dalam keseimbangan nitrogen. Keseimbangan
nitrogen adalah jumlah nitrogen yang digunakan sama dengan jumlah
nitrogen yang dikeluarkan. Keseimbangan nitrogen positif jika intake
nitrogen lebih besar dari nitrogen yang dikeluarkan. Keadaan ini
terjadi jika jaringan baru disintesis, misalnya sembuh dari sakit,
latihan, hamil, dan pertumbuhan masa anak. Keseimbangan nitrogen
negatif jika pengeluaran nitrogen lebih besar dari intake nitrogen.
Keadaan ini terjadi pada penyakit yang disebabkan kerusakan
jaringan, atau diet protein dan/atau kalori tidak adekuat.
c. Lemak
Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak, asam lemak,
kolesterol, dan phospholopid. Lemak adalah zat organik yang terdiri
dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak secara ideal membentuk
sekitar 20% berat badan pada orang yang tidak gemuk.
Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi organ vital, energi,
simpanan energi pada jaringan adiposa, absorbsi vitamin, dan
transport vitamin larut lemak.
Lemak yang dioksidasi menghasilkan energi 9 kcal/g. Lemak
memberikan rasa kenyang karena menetap di lambung lebih lama
daripada karbohidrat atau protein. Lemak diklasifikasikan sebagai
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Daging sapi, daging domba,
minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak biji kelapa sawit
mengandung asam lemak jenuh lebih tinggi dan lebih keras. Daging
ayam, ikan dan sayuran berisi asam lemak tidak jenuh lebih tinggi dan
lebih lunak.
d. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk
pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta
membantu dalam penggunaan energi nutrient. Vitamin
diklasifikasikan sebagai vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
1. Vitamin larut lemak
Vitamin larut lemak disimpan di hati atau jaringan adiposa,
sehingga intake vitamin berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
a. Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk memelihara penglihatan,
memelihara jaringan epitel, meningkatkan perkembangan
tulang dan gigi, meningkatkan proliferasi sel. Kekurangan
vitamin A ditandai dengan buta senja atau buta total,
degenerasi sel keratin yang menyebabkan infeksi mata,
telinga, dan rongga hidung. Kulit menjadi kasar, kering, dan
bersisik, mata kering, perkembangan gigi dan tulang
tidak adekuat. Vitamin A disimpan di hati dan intake
berlebihan menyebabkan keracunan.
b. Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk mineralisasi tulang, kartilago, dan
gigi, memelihara kalcium cairan ekstra selular, dan untuk
kontraksi otot.
Kekurangan vitamin D menyebabkan riketsia, kesehatan gigi
kurang, otot kaku dan kejang, osteomalasia (tulang lunak dan
mudah fraktur spontan).
c. Vitamin E
Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang membantu
memelihara integritas membran sel dan melindungi vitamin
A dan C dari oksidasi. Kekurangan vitamin E ditandai
dengan meningkatnya hemolisis eritrosit, refleks kurang,
kerusakan fungsi neuromuskular, dan anemia.
d. Vitamin K
Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin dan
faktor pembekuan lain untuk pembekuan darah. Kekurangan
vitamin K dimanifestasikan dengan perdarahan, dan penyakit
perdarahan pada bayi baru lahir.
2. Vitamin larut air
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh. Intake berlebihan
diabsorbsi oleh jaringan, dan diekskresikan dalam urine.
a. Vitamin B kompleks
Vitamin B1 (thiamine) berfungsi dalam metabolisme
karbohidrat, memelihara fungsi syaraf, nafsu makan dan
pencernaan. Gejala kekurangan vitamin B1 adalah nafsu makan
menurun, apatis, depresi mental, fatigue, konstipasi, edema,
gagal jantung, dan neuritis.
Vitamin B2 (riboflavin) berfungsi dalam metabolisme protein
dan karbohidrat, memelihara kulit dan penglihatan. Gajala
kekurangan vitamin B2 adalah sudut mulut pecah-pecah,
dermatitis, dan peningkatan vaskularisasi kornea dan
penglihatan tidak teratur. Vitamin B3 (niacin) berfungsi dalam
metabolisme glikogen, regenerasi jaringan,
dan sintesis lemak. Kekurangan vitamin B3 menyebabkan
pellagra, ditandai dengan fatigue, sakit kepala, anoreksi,
penurunan berat badan, nyeri abdomen, diare, dermatitis,
gangguan syaraf. Vitamin B12 (cyanocobalamin) berfungsi
dalam membentuk eritrosit matang, dan sintesis DNA dan
RNA, absorbsi vitamin A. Kekurangan vitamin B12
menyebabkan anemi pernisiosa, dan kerusakan syaraf. Asam
folat berfungsi sebagai ko enzim metabolisme protein dan
pertumbuhan sel, membentuk eritrosit, perkembangan tulang
dan sumsum tulang belakang janin. Tanda kekurangan asam
folat adalah glositis, diare, anemi makrositik, defek kelahiran
(spina bifida).
b. Vitamin C
Vitamin C penting untuk absorbsi Fe, melawan infeksi,
penyembuhan luka, pembentukan kolagen, metabolisme
beberapa asam amino. Vitamin C adalah antioksidan, dan
melindungi vitamin A dan E dari oksidasi berlebihan.
Kekurangan vitamin C ditandai dengan penyembuhan luka
kurang, rentan infeksi, retardasi pertumbuhan dan
perkembangan, nyeri sendi, anemi, gusi berdarah.
e. Mineral
Mineral membantu membentuk jaringan tubuh dan regulasi
metabolisme.
1. Calcium
Calcium berfungsi untuk membentuk dan memelihara tulang dan
gigi, pembekuan darah, tansmisi syaraf, kontraksi dan relaksasi
otot, permeabilitas membran sel. Tanda dan gejala kekurangan
calcium adalah pertumbuhan pendek, ricketsia, osteoporosis,
tetani.
2. Magnesium
Magnesium berfungsi untuk pembentukan tulang, relaksasi otot,
sintesis protein. Tanda dan gejala kekurangan magnesium adalah
penyakit ginjal, tremor mengakibatkan kejang.
3. Sodium
Sodium berfungsi untuk membantu memelihara keseimbangan
cairan tubuh dan asam basa. Makanan rendah sodium penting
bagi orang dengan penyakit jantung, hipertensi, edema, gangguan
ginjal, penyakit liver.
4. Potasium/kalium
Fungsi potasium untuk sintesis protein, keseimbangan cairan, dan
regulasi kontraksi otot. Pembatasan potasium dilakukan pada
klien dengan kerusakan/gagal ginjal
5. Fosfor
Fosfor berfungsi untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang
dan gigi, keseimbangan asam basa, metabolisme energi, struktur
membran sel, regulasi hormon dan ko enzim. Tanda dan gejala
kekurangan fosfor adalah pertumbuhan pendek, riketsia.
6. Besi (Fe)
Besi berfungsi untuk membawa oksigen melalui hemoglobin dan
myoglobin, unsur pokok sistem enzim. Kekurangan besi ditandai
dengan deplesi simpanan besi, anemi, pucat.
7. Iodine
Fungsi iodine adalah unsur pokok hormon tiroid yang meregulasi
basal metabolisme rate. Kekurangan iodine menyebabkan goiter.
8. Zinc
Fungsi zinc untuk pertumbuhan jaringan, perkembangan dan
penyembuhan, kematangan seksual dan reproduksi, unsur utama
beberapa enzim dalam energi dan metabolime asam nukleat.
Kekurangan zinc menyebabkan kerusakan pertumbuhan,
kematangan seksual, dan fungsi sistem imun, lesi kulit,
akrodermatitis, penurunan sensasi rasa dan penghidu
9. Air
Air diperlukan untuk memelihara fungsi sel. Air diperoleh dari
minum cairan dan makan makanan tinggi air, dan dengan oksidasi
makanan. Haus menandakan butuh air dan mendorong seseorang
untuk minum.

Ketersediaan nutrisi menjadi tantangan global dan peluang baru untuk


menciptakan dan memberikan hasil terhadap pemenuhan gizi seimbang dalam
permasalahan malnutrisi seperti obesitas, KEP, dan lain-lain. Menurut Foresight
Report 2016, sekitar 3 miliar orang memiliki diet berkualitas rendah. Selama 20
tahun ke depan, sistem pangan akan menghadapi ancaman yang meningkat seiring
pertumbuhan populasi, perubahan iklim dan urbanisasi untuk mempercepat
prevalensi berbagai permasalahan malnutrisi di dunia (Marinis, 2016).
2.2 Istirahat
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
semua orang. Tidur yang normal melewati dua fase yakni rapid eye
movement (REM) atau gerakan bola mata cepat dan non–rapid eye movement
(NREM) atau tidur dengan gerakan bola mata lambat. Selama NREM
seseorang mengalami 4 tahapan selama siklus tidur. Tahap 1 dan 2
merupakan karakteristik dari tidur dangkal dan seseorang lebih mudah
bangun. Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit untuk dibangunkan
(Martono, 2009).
Dalam tidur terjadi proses pemulihan, yang bermanfaat mengembalikan
kondisi seseorang pada keadaan semula. Sehingga tubuh yang sebelumnya
mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan yang
terhambat dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan
maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami
penurunan konsentrasi (Ulimudiin, 2011).
Seseorang dapat dikategorikan tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai
berikut :
1. Aktivitas fisik minimal
2. Tingkat kesadaran bervariasi
3. Terjadi perubahan proses fisiologis tubuh
4. Penururnan respons terhadap rangsangan dari luar

Menurut Asmadi, (2008) selama tidur, dalam tubuh manusia terjadi


perubahan proses fisiologis seperti penurunan tekanan darah, penururnan denyut
nadi, dilatasi pembuluh darah perifer, peningkatan aktivitas traktus
gastrointestinal, relaksasi otot rangka, dan basala metabolisme rate (BMR)
menurun 10-30% . Tidur dibagi menjadi 2 jenis yaitu tidur NREM dan tidur
REM.

1. Tidur NREM
Pada tidur NREM, gelombang otak lebih lambat daripada orang yang
sadar atau tidak tidur. Terdapat tanda-tanda tidur NREM seperti mimpi
berkurang, keadaan istirahat. Tidur NREM memiliki empat tahap yang
masing-masing ditandai dengan pola perubahan gelombang otak. Berikut
adalah keempat tahap tersebut, menurut Asmadi, (2008) :

a. Tahap I
Tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada
tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot
menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak
kekiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan pernafasan menurun secara
jelas. Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan
mudah.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II
ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh
menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung
dan pernafasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung sekitar 10-15
menit.
c. Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan dan proses tubuh berlanjut
mengalami penurunan akibat dominasi system saraf parasimpatis.
Seseorang yang tidur di tahap III ini sulit dibangunkan.
d. Tahap IV
Merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalan keadaan rileks,
jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemas lunglai dan sulit
dibangunkan. Pada tahap ini terjadi mimpi dan tahao ini juga membantu
memulihkan keadaan tubuh.
e. Tahap V
Tahap inimerupakan tidur REM, dimana hal tersebut ditandai dengan
kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya. Tahap ini terjadi kira-kira 10 menit, dapat pula
terjadi mimpi.
2. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial.
Hal tersebut berarti tidur REM ini merupaka tidur yang nyenyak, namun
gerakan bola mata bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan
mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat,
sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak
teratur, kecepatan jantung, pernafasan tidak teratur lebih cepat, dan juga
ditandai suhu tubuh dan metabolisme yang meningkat (Asmadi, 2008).

Kebuthan tidur berdasarkan usia menurut Sarah, (2019) :

Usia Kebutuhan tidur per periode 24 jam


1-2 11-14 jam
3-5 10-13 jam
6-13 9-11 jam
14-17 8-10 jam
18-40 7-8 jam
40-60 7 jam
>60 6 jam
2.3 Petani
Pertanian adalah sektor yang mempunyai peranan penting dalam
memproduksi pangan petani demi memenuhi kebutuhan manusia untuk
melangsungkan hidupnya (Sari dkk, 2019). Sedangkan menurut Hadyan dkk
(2017) petani adalah penyedia nutrisi pertama yang memiliki peran vital
untuk dimainkan dalam seluruh rantai pertanian pangan. Petani adalah suatu
pekerjaan yang dilakukan dengan menanam tanaman dan kemudian menanam
hasil tanaman untuk dijual atau dikonsumsi. Petani harus memiliki
pengetahuan mengenai tanaman yang akan ditanam untuk mendapatkan hasil
panen yang baik (Wijaya dkk, 2019). Indonesia sebagai negara agraris identik
dengan aktivitasnya dibidang pertanian. Indonesia mempunyai kekayaan alam
yang luar biasa untuk dimanfaatkan dan diolah. Satu sisi sektor pertanian
masih menjadi tumpuan sebagian besar penduduk, terutama untuk memenuhi
kebutuhan pangan (Sari dkk, 2019).
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian
nasional, diantaranya dalam memperluas lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan petani serta meningkatkan pendapatan nasional melalui
penerimaan devisa. Pembangunan pertanian di satu sisi dituntut untuk
menjamin pendapatan yang layak bagi petani, sedangkan di sisi lain mampu
menyediakan hasil pertanian dalam jumlah yang cukup dengan harga
terjangkau oleh masyarakat (Sari dkk, 2019).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kebutuhan Nutrisi Pada Petani


Kerawanan pangan keluarga masih banyak dijumpai pada keluarga
petani. Menurut Hernanda (2016), sebanyak 70% petani termasuk dalam
katagori tidak tahan pangan. Kerawanan pangan pada keluarga petani
berdampak pada penyediaan pangan untuk dikonsumsi di rumah, sehingga
sangat berpengaruh pada tingkat kecukupan nutrisi keluarga, terutama
pada anak-anak.
Permasalahan gizi lebih umumnya berkaitan dengan kurangnya
aktivitas fisik dan akan berdampak pada penyakit kronis. Petani lebih
berisiko mengalami gizi kurang daripada gizi lebih yang menggambarkan
tingginya jam kerja yang tidak diimbangi dengan peningkatan konsumsi
nutrisi pada petani di daerah rural. Hal ini akan berdampak pada
produktivitas kerja petani dan mengarah pada status sehat sakit petani
(Susanto dkk, 2016).
Petani mengkonsumsi energi, kalsium, zat besi dan tiamin jauh di
bawah tunjangan harian yang direkomendasikan (RDA) atau asupan
nutrisi yang direkomendasikan (RNI), yang berasal dari roti / sereal;
kacang-kacangan / kacang-kacangan; akar / umbi; sayuran / produk;
daging / ikan / telur; produk susu; buah-buahan; permen dan gula. Umur,
pendapatan, pendidikan, dan paritas menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap asupan gizi (mubarak dkk, 2015).

3.2 Kebutuhan Istirahat Pada Petani


Istirahat merupakan suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah
menurun yang berakibat badan menjadi segar. Sedangkan tidur adalah
suatu kegiatan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan, melewati
urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase
kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Berdasarkan tingkat
perkembangannya, jumlah kebutuhan tidur orang dewasa usia 18-40
tahun adalah 7-9jam/hari (Winarni dkk, 2016). Salah satu faktor yang
dapat mempengarhi kualitas dan kuantitas tidur adalah kelelahan. Para
petani memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan yang tidak
disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat kecenderungan
untuk timbulnya kelelahan (Purba dkk, 2014). Semakin lelah seseorang
maka siklus tidur REM yang dilalui akan semakin pendek. Jika siklus
tidur REM memendek maka jumlah jam tidur pada malam hari akan
berkurang, selain itu juga dapat menyebabkan seseorang mengalami
kesulitan tidur dan mengakibatkan stres (Mubarak dkk, 2015).

Gejala yang diakibatkan karena kurang tidur antara lain gejala


fisiologis dan psikologis. Gejala fisiologis meliputi kekakuan motorik
halus, penurunan reflek, waktu respon melambat, penurunan
kewaspadaan visual dan aritmia jantung. Sedangkan gejala fisiologis
antara lain kebingungan, disorientasi, peningkatan sensitivitas terhadap
nyeri, cepat marah, apatis, agitasi, hiperaktif dan penurunan motivasi
(Winarni dkk, 2016). Beberapa jurnal menyebutkan bahwa sebagian
besar petani bekerja dalam kondisi lama kerja yang tidak memenuhi
syarat (>8 jam/hari) dan istirahat yang tidak mencukupi yakni paling
banyak kurang dari 1 jam pada saat waktu makan siang, setelah itu petani
langsung melanjutkan aktivitasnya di sawah (Utami dkk, 2017). Menurut
Agugo dkk (2017) Petani menghabiskan antara 6-13 jam setiap hari di
tempat kerjanya. Sebagian besar petani meninggalkan rumah secepatnya
dari jam 6 pagi setiap hari dan kembali ke rumah jam 5 sore atau bahkan
pukul 6 atau 7 malam. Seseorang mampu bekerja dengan baik pada
umumnya 6-8 jam, selebihnya sekitar 16-18 jam dipergunakan untuk
istirahat, tidur, hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan (Purba dkk,
2014).

Para pekerja informal khususnya petani mempunyai lama kerja


dan jam istirahat yang tidak menentu. Tidak adanya ketentuan hukum
yang mengikat mengakibatkan petani bebas menentukan jam kerja dan
jam istirahatnya. Secara teoritis petani yang mempunyai produktivitas
yang baik dipengaruhi oleh lama jam kerjanya di sawah, semakin lama
petani bekerja maka semakin banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan
setiap harinya. Namun kemampuan fisik akan berangsur menurun seiring
dengan bertambahnya lama kerja dan kurangnya waktu istirahat sehingga
dapat menurunkan produktivitas petani (Purba dkk, 2014).

Menurut American Academy of Sleep Medicine and Sleep


Research, kurangnya pemenuhan terhadap istirahat tidur menawarkan
potensi masalah kesehatan yang merugikan yaitu obesitas, diabetes,
hipertensi, penyakit jantng dan stroke, depresi, dan peningkatan resiko
kematian, selain itu juga berpotensi meningkatkan gangguan fungsi
kekebalan tubuh, peningkatan rasa sakit, gangguan kinerja dan resiko
kecelakaan yang lebih besar (Dolezal et al, 2017).
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas, dapat diperoleh kesimpulan


sebagai berikut:

1) Petani lebih berisiko mengalami gizi kurang daripada gizi lebih yang
menggambarkan tingginya jam kerja yang tidak diimbangi dengan
peningkatan konsumsi nutrisi pada petani di daerah rural. Hal ini akan
berdampak pada produktivitas kerja petani dan mengarah pada status
sehat sakit petani (Susanto dkk, 2016).
2) Salah satu faktor yang dapat mempengarhi kualitas dan kuantitas tidur
adalah kelelahan. Para petani memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan yang tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya
terlihat kecenderungan untuk timbulnya kelelahan (Purba dkk, 2014).
Semakin lelah seseorang maka siklus tidur REM yang dilalui akan
semakin pendek. Jika siklus tidur REM memendek maka jumlah jam
tidur pada malam hari akan berkurang, selain itu juga dapat
menyebabkan seseorang mengalami kesulitan tidur dan
mengakibatkan stres (Mubarak dkk, 2015). Menurut Agugo dkk
(2017) Petani menghabiskan antara 6-13 jam setiap hari di tempat
kerjanya. Sebagian besar petani meninggalkan rumah secepatnya dari
jam 6 pagi setiap hari dan kembali ke rumah jam 5 sore atau bahkan
pukul 6 atau 7 malam. Seseorang mampu bekerja dengan baik pada
umumnya 6-8 jam, selebihnya sekitar 16-18 jam dipergunakan untuk
istirahat, tidur, hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan (Purba
dkk, 2014).
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Rumah Sakit Jiwa
Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
Rumah Sakit dalam mengambil kebijakan untuk lebih
mengoptimalkan peran aktif perawat dalam komunitas sebagai
pelaksana mencegah efusiensi nutrisi dan istirahat bagi petani dengan
melaksanakan kegiatan penyuluhan atau pendekatan terhadap petani.

3.2.2 Bagi Petani


Diharapkan tetap mempertahankan dan menjaga stabilitas nutrisi
dan istirahat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang kesehatan
yang optimal.

3.2.3 Bagi Perawat


Peran aktif perawat komunitas sebagai pelaksana dalam
mencegah efusiensi nutrisi dan istirahat bagi petani dengan
mempererat komunikasi, informasi serta edukatif untuk membantu
menunjang kesehatan yang optimal. Serta dalam melaksanakan asuhan
keperawatan komunitas diharapkan perawat selalu melibatkan
keluarga untuk memberi dukungan bagi para petani. Perawat dapat
melakukan pendekatan kepada klien, mengajak klien beraktivitas serta
perawat juga sebaiknya mengobservasi secara ketat.
DAFTAR PUSTAKA

Agugo, U. A., L. Onuador, T. O Okere, A. N. P. Uchegbulem, dan G. O Iheme.


2017. Influence of Work Load and Feeding Pattern on the Nutritional
Status of Rural Women Farmers in Nkwere LGA of Imo State, Nigeria.
2017. Journal of Nutrition & Food Sciences. 7(4): 1-5.

Asmasi. 2008. Teknik Prosedur Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Keburuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Dolezal, B. A., E. V. Neufeld, D. M. Boland, J. L. Martin, C. B. Cooper. 2017.


Interrelationship between Sleep and Exercise: A Systematic Review.
Advances in Preventive Medicine. Page 1-14.

Hadyan, M. F., F. Saftarina. 2017. Hubungan Usia, Lama Kerja, Masa Kerja dan
Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Kejadian Low Back Pain (LBP)
pada Petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran. Medula.Vol. 7(4):
141-146.

Harnanto, A. M., dan S. Rahayu. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Marinis, M. 2016. The Key Role Of Farmers In Improving Nutrition. Booklet:


World Farmer’s Organisation.

Martono, H. (2009). Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: Balai


Penerbit FKUI.

Mubarak, W. I., Indrawati, L., dan Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Salemba Medika: Jakarta.

Purba, J. N., R. Djajakusli, dan M. Muis. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan


dengan produktivitas kerja petani padi tradisional desa julu’pamai
kecamatan plangga kabupaten gowa. 1-12.
Sarah, O.S. 2017. The Gentle Disciplne Book : How to raise co-operative, polite
and helpful children. London : Piatkus. Terjemahan oleh A. Kumalasari.
2019. The Gentle Disciplne. Yogyakarta : Bentang Pustaka.

Sari, I. N. F., dan Hariyanto. 2019. Pengetahuan Petani dalam Pemanfaatan Lahan
Sawah untuk Usahatani Semangka Desa Wolo Kecamatan Penawangan
Kabupaten Grobongan. Edu Geography. 7(2): 113-122.

Susanto, T., R. Purwandari., dan E. W. Wuryaningsih. 2016. Model Kesehatan


Keselamatan Kerja Berbasis Agricultural Nursing: Studi Analisis Masalah
Kesehatan Petani. Jurnal Ners. 11(1): 45-50.

Utami, U., S. R. Karimuna, dan N. Jufri. 2017. Hubungan Lama Kerja, Sikap
Kerja dan Beban Kerja dengan Muskuloskeletal Disorder (MSDs) pada
Petani Padi di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe Tahun
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. 2(6): 1-10.

Wijaya, R. F., R. B. Utomo., D. Y. Niska, dan Khairul. 2019. Aplikasi Petani


Pintar dalam Monitoring dan Pembelajaran Budidaya Padi Berbasis
Android. Rang Teknik Journal. 2(1): 123-126.

Winarni, W., P. Y. Hartanto. 2016. Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan


Istirahat Tidur dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di Dusun
Celep Kidul Kelurahan Dagen Kecamatan Jaten Karanganyar.

Anda mungkin juga menyukai