MALANG
NIM : 16230620023
2019
2
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 16230620023
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
NIK.: 1987020920140910.1.70324
3
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang tak terhingga kepada Dzat Yang Maha Agung, penulis
panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan segala karunia dan nikmat-
Nya, kesehatan jasmani dan rohani, serta kekuatan lahir dan batin. Sehingga penulis
Malang”. Sebagai salah syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Peternakan (S-1)
Shalawat teriring salam tak lupa penulis hanturkan kepada suri tauladan umat
Islam, baginda Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang telah memberikan tuntunan menuju jalan yang terang (ilmu
Dalam penyusunan laporan PKL ini penulis menyadari bahwa tidak dapat
terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
Kadiri Kediri.
2. Bapak Ir. Edi Soenyoto MMA selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
4
4. Bapak dan Ibu dosen, para staf karyawan Fakultas Pertanian Universitas Islam
5. Kepada bapak dan ibuku yang selalu mendukung, dan mendo’akan yang
Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri Kediri. Semua pihak yang tidak
Semoga kebaikan dan jasa dari Bapak, Ibu, dan saudara/i sekalian menjadi
amal ibadah dan di ridhoi Allah SWT, dan mudah-mudahan Allah SWT akan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian
kesempurnaan dan banyak kelemahan, sehingga kritik dan saran yang bersifat
Penulis
5
BAB I
PENDAHULUAN
keilmuan yang telah dipelajari.Sebagian besar ilmu yang diperoleh oleh mahasiswa
belajar secara mandiri. Ilmu yang didapat saat perkuliahan cenderung hanya ilmu
yang berkaitan dengan teori-teori saja, sehingga terkadang berbeda dengan apa yang
ternakkan oleh masyarakat Indonesia. Sifat kambing yang mampu beradaptasi dengan
baik dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi menjadikan beternak kambing
akan daging dari tahun ke tahun juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan daging salah satunya berasal dari kambing, oleh karena itu usaha
kambing adalah karena daging kambing merupakan daging yang unik dalam hal bau,
6
Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yatitu pakan
(feeding), bibit unggul (breeding), dan manajemen yang baik. Pakan merupakan
faktor yang pengaruhnya sangat besar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Putra .,
(2009) bahwa laju pertumbuhan dan produktifitas ternak kambing dipengaruhi oleh
genetik dan lingkungan, salah satu faktor lingkungan adalah pakan dan cara
reproduksi, dan aktifitas. Oleh karena itu, pemberian pakan harus memperhitungkan
Kacang sebagai upaya peninkatan produktifitas ternak lokal. Susilawati (2008) juga
yaitu Kambing Ettawah. Kambing ini mrupakan jenis kambing perah dan dapat pula
menghasilkan anak 1-3 ekor perkelahilan, dengan berat badan antara 35-45 kg pada
betina, sedangkan pada kambing jantan berkisar antara 40-60 kg tergantung dari
dengan Kambing Etawah. Spesifikasi dari kambing ini adalah hidung agak
melengkung, telinga agak besar dan berkulai, berat tubuh sekitar 30-60 kg dan
produksi susu berkisar 1-1,5l/hari. Keunikan kambing PE adalah bila kambing jantan
7
dewasa dicampur dengan kambing betina dewasa dalam satu kandang akan selalu
memiliki dua kegunaan yaitu sebagai penghasil susu (perah) dan pedaging. Ciri khas
Kambing PE antara lain bentuk muka cembung dan dagu berjanggut, telinga panjang,
lembek, menggantung dan ujungnya agak berlipat, tanduk berdiri tegak dan mengarah
kebelakang, panjang 6,5-24,5 cm,tinggi tubuh (gumba) 70-90 cm, tubuh besar, pipih,
bentuk garis
bagian leher, pundak, punggung dan paha, dengan pengelolaan budidaya secara
intensif dapat diusahakan beranak tiga kali setiap dua tahun dengan jumlah anak
setiap kelahiran 2-3 ekor, kambing PE lebih cocok di usahakan di dataran sedang
(lapangan) agar dapat menjadi bekal bagi mahasiswa saat terjun ke masyarakat,
Etawa (PE) di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak Dan Hijauan Makanan
8
Adapun manfaat dari kegiatan PKL ini adalah dapat meningkatkan wawasan
dan pengetahuan tentang cara manajemen pemeliharaan untuk kambing, dan dari
kegiatan ini dapat menerapkan cara yang tepat dalam manajemen pemeliharaan guna
untuk pengoptimalan pertumbuhan dan produktivitas ternak. Dari kegiatan ini juga
dapat dijadikan evaluasi apabila dalam pelaksaannya ada masalah yang ditemukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang sebagai upaya peninkatan produktifitas ternak lokal. Sulilawati (2008) juga
9
menjelaskan bahwa Kambing PE di Indonesia nnek moyangnya berasal dari India
yaitu Kambing Ettawah. Kambing ini mrupakan jenis kambing perah dan dapat pula
menghasilkan anak 1-3 ekor perkelahilan, dengan berat badan antara 35-45 kg pada
Kambing etawa berasal dari wilayah Jamnapari, India sehingga kambing ini
kambing dwiguna, yakni sebagai penghasilsusu dan daging. Kambing etawa memiliki
postur tubuh besar, telinga panjang menggantung, bentuk muka cembung, serta bulu
di bagian paha belakang sangat panjang.Bobot badan kambing etawa jantan bisa
mencapai 90 kg, sedangkan betinanya hanya 60 kg. Pada kambing etawa betina,
ambing tumbuh secara baik dengan puting memanjang. Produksi susunya sangat
tinggi, yakni mencapai 235 kg per laktasi (261 hari).Pada masa laktasi, produksinya
Kambing PE adalah hewan dwiguna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai
penghasil daging. Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan
coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki
tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Williamson, 1993).
Kambing Peranakan Etawa adalah hasil persilangan antara kambing etawa dengan
kambing kacang dan jika dilihat dari bentuk fisiknya lebih mirip dengan kambing etawa,
sedangkan yang bentuk fisiknya lebih mirip kambing kacang dan ukuran badannya kecil dari
kambing PE, maka disebut kambing bligon, gumbolo, atau jawarandu. Keberadaan kambing
10
PE sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia.Kambing PE merupakan kambing perah
harapan daerah tropis Indonesia. Kambing lokal ini sangat potensial sebagai penghasil susu
yang sangat tinggi. Dengan tata cara pemeliharaan yang baik, salah satunya dengan
pemberian pakan baik secara kuantitas dan kualitas yang optimal, kambing PE mampu
beranak tiga kali dalam dua tahun. Jumlah anak bervariasi, yaitu 1 sampai 3 ekor. Produksi
susunya sangat beragam,yaitu antara 1,5 sampai 3,7 liter/hari dengan masa laktasi 7 sampai
Peternakan kambing peranaan etawah (PE) saat ini berkembang sangat pesat
karena banyak hasil yang diperoleh. Beberapa hasil diantaranya berupa penjualan
induk, anakan dan susu. Tambahan lain adalah hasil pengolahan kotoran kambing
menjadi pupuk organik. Saat ini yang sedang ramai dipasaran adalah penjualan susu
kambing etawa.
Beternak kambing etawa perlu juga didukung oleh penyediaan pakan yang
baik dan dalam jumlah yang cukup. Pakan yang baik dan cukup akan meningkatkan
kualitas kambing, susu dan anakan yang dihasilkan. Supaya terus tersedianya pakan
fermentasi yang berkualitas baik dan dapat bertahan lama. Selain itu diperlukan juga
kambing etawa.
11
Kambing peranakan etawah (PE) cocok hidup di daerah tropis, dengan
tatalaksana yang baik mampu melahirkan sampai 2 kali setahun, atau paling minim 3
kali dalam 2 tahun. Jumlah sekali kelahiran 1-3 ekor. Produksi setinggi ini akan dapat
dicapai secara maksimal bila kebutuhan pakanya terpenuhi, disamping hijauan juga
dibutuhkan pakan konsentrat seperti polar, bungkil, kulit kedelai, bekatul, ampas
tahu, jagung, ketela dan singkong. Disamping itu kambing etawa juga memerlukan
2.2 Pakan
Menurut setiawan et al, (2005), pakan merupakan bahan pakan ternak yang
berupa bahan kering dan air. Bahan pakan ini harus diberikan pada ternak sebagai
kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dengan adanya pakan maka proses
pertumbuhan, reproduksi dan produksi akan berlangsung dengan baik. Oleh karena
itu,pakan harus terdiri dari zat-zat pakan yang dibutuhkan ternak berupa protein,
Pakan merupakan faktor produksi penting dalam usaha ternak kambing lokal.
Konsumsi pakan yang cukup (jumlah dan kualitasnya) akan menentukan mampu
(Soerachman, et al, 2008). Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhanya dan
patokan umum adalh 10% bahan kering dari bobot badan. Contoh bila bobot hidup
kambing 25 kg, maka pemberian hijauan sekitar 2,5 kg kering atau 5 kg basah.
12
Pada dasarnya kambing tidak selektif dalam memilih pakan. Segala macam
daun-daunan dan rumput disukai,tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai dari
pada rumput. Hijauan yang baik untuk pakan adalah hijuan yang belum terlalu tua
dan belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masih muda memiliki
kandungan PK (protein kasar) yang lebih tinggi. Hijuan yang diperoleh pada musim
hujan sebaiknya dilayukan atau dikeringkan dahulu sebelum digunakan untuk pakan
terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pad jenis
sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperature, kelembaban ,nisbi udara) serta
bobot badannya.
2.2.1 Hijauan
Hijauan merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari
rumput dan dedaunan (Setiawan et al, 2005). Kebutuhan hijauan untuk kambing
sekitar 70% dari total pakan. Adapun jenis rumput yang dapat di berikan pada
kambing antara lain ; rumput liar (rumput lapang), rumput gajah hawai, rumput gajah
afrika, rumput raja (king grass), rumput setaria, serta rumput gajah king BR (silangan
bibit king grass dengan rumput gajah hawai). Sementara dedaunan yang sangat baik
13
Beberapa jenis dedaunan yang dapat diberikan antara lain daun jagung, kaliandra,
tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai sumber nutrisi, yaitu
protein, energi, vitamin dan mineral Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup
memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang lebih
Hijauan makanan ternak secara umum dapat dibagi atas 3 golongan yaitu
dan non leguminosa (Kamal, 1998). Perbedaan jenis hijauan antara legumdan rumput
secara umum adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada kandungan serat kasar dan
protein kasar.
Perry (1980) menyatakan bahwa perbedaan antar legum dan non legumpada
kandungan protein kasar dan serat kasar, legum juga cenderung menghasilkan lebih
banyak bahan kering yang dapat dicerna (digestible dry matter) per hektar dibanding
memerlukan tanah yang lebih subur dan memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk
menghasilkan per unit berat bahan kering. Komposisi kimia hijauan bervariasi dan
dipengaruhi oleh jenis dan varietas tanaman, tingkatan umur tanaman, iklim dan
musim, tipe tanah serta pemupukan (input nutrient) kapur, dan sewage sludge,
14
sementara itu produksi hijauan makanan ternak dipengaruhi oleh musim, penggunaan
Kamal (1998), menyatakan bahwa ketersediaan jenis hijauan pakan yang ada
pada lahan pertanian keberadaannya dapat dibagi 2, yaitu: (1) yang tumbuh secara
alami tanpa campur tangan manusia seperti pastura alami dan (2) yang sengaja
ditanam oleh petani seperti rumput gajah, gamal, dadap, lamtoro dan waru.
penting dalam sistem produksi peternakan terutama sebagai pakan ternak ruminansia,
karena lebih dari 75% pakannya berasal dari hijauan. Keberhasilan produksi suatu
peternakan sangat tergantung kepada kualitas pakan dan jenis ternak yang dipelihara,
oleh karena itu ketersediaan hijauan pakan sepanjang masa dan memilih hijauan yang
suatu pakan yang mudah didapat pada berbagai keadaan, sedangkan kelemahannya
adalah tidak tersedia secara berkelanjutan terutama pada musim kemarau (Herlinae,
hijauan pakan ternak sebagai sumber pakan ternak ruminansia sangat dipengaruhi
dan curah hujan dibandingakan dengan family tanaman yang lainnya, baik didaerah
15
panas (tropik),daerah dingin, kawasan gersang (kering) maupun di dataran tinggi.
75% spesies tanaman rumput ini digunakan sebagai hijauan makanan ternak (Moser
Rumput yang digunakan sebagai pakan ternak berasal dari rumput yang
tumbuh bebas (tidak sengaja ditanam) dan rumput yang sengaja ditanam (rumput
kelebihan diantaranya adalah: (1) sebagian rumput adalah palatabel bila umurnya
belum tua; (2) hanya sedikit yang bersifat toksik; dan (3) mempunyai kemampuan
tumbuh yang baik (Kamal, 1998). Rumput dapat dipanen dengan cara pemotongan
dan grazing yang selanjutnya dimanfaatkan oleh ternak secara langsung ataupun
bahwakandungan protein kasar pada bagian daun rumput secara umum adalah nyata
lebih tinggi dari bagian batang. Sementara kandungan Neural Detergent Fiber
(NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), dan lignin pada batang adalah lebih tinggi dari
16
pada daun. Berdasarkan hal ini Mahyuddin (2007) menyarankan bahwa rasio antara
batang dan daun dapat dijadikan salah satu faktor untuk seleksi pada rumput tropis.
pohon yang dapat dijumpai di daerah tropik. Legum ini termasuk salah satu famili
terbesar dari tumbuhan berbunga (flowering plant) dan dikelompokkan kedalam 400
genus yang terdiri dari 10.000 spesies (Carr, 2010). Leguminosae terdiri dari 3 sub-
pertanian dan mempunyai spesies yang terbesar di daerah tropis dan sub-tropis
(Setiana, 2000).
perkebunan sebagai penutup tanah atau sebagai penguat bibir dan tampingan teras di
17
Daun leguminosa merupakan sumber nutrien yang baik, tetapi batangnya
mempunyai nilai nutrisi yang rendah terutama pada yang dewasa. Perubahan
komposisi nutrisi pada legum terjadi akibat semakin meningkatnya proses lignifikasi
dan meningkatnya serat pada batang serta penurunan imbangan (rasio) antara daun
dan batang (Kamal, 1998). Prawiradiputra et al., (2006) menambahkan bahwa mutu
leguminosa ditentukan oleh berbagi faktor, baik faktordalam (genetis) maupun faktor
luar. Faktor genetis yang utama adalah jenis dan spesies leguminosa.
2.2.4 Konsentrat
kasarnya rendah dan tinggi daya cernanya. Bahan penyusunnya biji-bijian dan
penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya akan karbohidrat dan protein, seperti
ternak kambing umumnya disebut pakan penguat atau bahan baku pakan yang
memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18 persen dan mudah dicerna (Murtidjo,
1993).
meningkatkan daya guna pakan, menambah unsur pakan yang defisien, serta
dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang
18
ada. Dengan demikian mikrobia rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang
Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis
menyebabkan kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh
kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen. Namun McDonald (1981)
menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi, khususnya pada
fase fisiologi tertentu, misalnya pada masa pertumbuhan awal, bunting dan awal
laktasi, pasok protein mikroba belum mencukupi kebutuhan ternak, sehingga ternak
memerlukan tambahan pasok protein dari pakan yang lolos fermentasi di dalam
rumen.
protein mengandung sulfur dan beberapa protein mengandung fosfor (Tillman, 1998).
Menurut Edey (1983), nutrien pakan ternak yang penting untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya antara lain adalah protein. Hewan tidak dapat membuat protein, oleh karena
Protein tersebut harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan jumlah
19
(McDonald et al., 1988). Protein diperlukan ternak muda untuk pertumbuhan,
membangun dan menjaga protein jaringan dan organ tubuh serta sumber energi.
berfungsi mencerna selulose dan sumber protein untuk ternak (McDonald et al.,
1988).
Protein dalam pakan yang masuk ke dalam rumen akan didegradasi dan
difermentasi menjadi amonia, asam lemak terbang, dan gas CH4. Fermentasi protein
oleh bakteri dilakukan dengan menghidrolisis pakan menjadi asam amino dan
polipeptida menjadi peptida berantai pendek yang diikuti dengan proses deaminasi
proteolisis, oleh karena itu terdapat konsentrasi asam-asam amino dan peptida yang
lebih besar setelah makan, kemudian diikuti oleh konsentrasi amonia sekitar 3 jam
setelah makan. Hasil utama degradasi asam amino adalah asam lemak terbang rantai
panjang dan amonia. Amonia yang dibebaskan dimanfaatkan oleh mikroba untuk
pertumbuhannya dan membentuk protein tubuh. Sekitar 70-80% dari total energi
yang diperlukan oleh ternak ruminansia diperoleh dari hasil proses fermentasi dalam
rumen, sekitar 65% protein yang diperlukan oleh ternak ruminansia berasal dari
protein mikroba.
20
Manajemen pemberian pakan yang baik perlu dipelajari karena merupakan upaya
untuk memperbaiki kualitas pakan yang diberikan. Pemberian pakan yang tidak
jenis ternak, berat badan, tingkat pertumbuhan, tingkat produksi, danjenis produksi
Pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih
segar. Bila pakan berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut
akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur. Pakan yang sudah basi akan
menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh ternak berkurang dan hal ini akan
menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan minimal 2
kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus dibuang.
Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira -kira setengah jam setelah
pakan pada pemberian sebelumnya habis. Inilah pentingnya menyusun ransum yang
dan bagaimana cara mencapainya (Nurul, 2019). Fungsi kandang sebagai tempat
berlindung ternak, tempat istirahat, tempat terjadi perkawinan dan memelihara ternak
21
(2018) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkandangan kambing,
karena penempatan ternak pada kandang yang sudah sesuai dengan status
fisiologisnya, penempatan kandang yang tepat pada lokasi dan posisinya serta bahan
produktivitas.
yang sesuai dengan sasaran, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang
Pemerintah juga harus meningkatkan dalam pencatatan data peternak agar lebih
akurat, serta peningkatan penyuluhan usaha ternak kambing agar mendapatkan hasil
yang optimal. Penerapan fungsi organizing di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan
Pendidikan.
untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditetapkan (Yacoeb,
agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara
ekonomis. Apabila salah satu faktor produksi berubah jumlahnya padahal faktor
22
produksi lainnya tetap, maka berubahlah perbandingan dari keseluruhaan faktor
pekerjaan apakah berhasil atau tidak terhadap pekerjaan tersebut (Della, 2014).
Pengawasan rutin dilakukan oleh kepala UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan
maupun tidak langsung kinerja dari tenaga fungsional dan tenaga administrasi. Untuk
tenaga fungsional pengawas pemantauan kinerja dari kepala perusahaan dan tenaga
harus diambil guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan fungsi
(Puspaningsih, 2002). Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu
untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya terdapat
pada tiap jenis usaha manusia (Wijaya, 2016). Kesehatan ternak menjadi sangat
(pertambahan berat badan harian rendah), (b) dewasa kelamin atau umur beranak
pertama terlambat, (c) daya reproduksi terganggu, (d) efisiensi pakan rendah, dan (e)
penyakit lebih lanjut, ternak tersebut sebaiknya diisolasi pada tempat/kandang khusus
23
yang terpisah dari ternak sehat lainnya. Selama isolasi diberi makanan dan minuman
yang baik, serta diamati terhadap kemungkinan terserang penyakit menular dengan
melakukan pemeriksaan klinis dan laboratoris secara intensif. Segera ambil tindakan
“Pengelompokan dan pengaturan orang untuk dapat digerakkan sebagai satu kesatuan
sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, menuju tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan”. Bagian dari unsur organizing adalah “division of work” pembagian tugas,
tentu tugas ini disesuaikan dengan bidangnya pada masing-masing (Harahap, 2015).
Sistem pemeliharaan ternak yang masih dilakukan secara ekstensif menjadi salah satu
faktor pendukung dalam penularan dan penyebaran penyakit yang lebih luas. Ternak
yang menerima vaksin adalah ternak sehat yang sudah dipastikan kondisinya melalui
pemeriksaan fisik umum oleh petugas vaksinator. Khusus pada vaksinasi SE, ternak
kambing yang bunting tidak dilakukan vaksinasi. Ternak yang dijumpai kurang sehat
atau menderita gangguan penyakit tertentu maka tidak diberikan vaksinasi namun
diobati sesuai gejala yang ditemui (Yuliani, Sri, Gerson dan Sakan, 2016).
untuk mencapai hasil yang maksimal (Harahap, 2015). Pada dasarnya upaya
24
Ternak kecamatan Singosari Malang adalah melalui pencegahan dan pengobatan.
Upaya pencegahan dilakukan dengan cara pembersihan kandang dan ternak secara
berkala, pemberian vitamin dan obat cacing setiap tiga bulan sekali serta memisahkan
dilakukan dengan mengobati ternak yang sakit sesuai dengan penyakit yang diderita.
usaha pencegahan penyakitatau penanganan pada ternak yang sakit (Badriyah, 2011).
terhadap jalannya kegiatan atau organisasi untuk memastikan semua hal berjalan
pegawai dan terhadap hasil sementara yang telah dicapai, untuk kemudian diadakan
perbaikan terhadap performa atau hasil yang belum maksimal (Musyaddad dan
pengembangan terhadap jumlah ternak yang dipelihara namun juga pada perawatan
dan pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Kurangnya perawatan
dan pengawasan peternak terhadap ternak yang dipelihara membuat masalah dibidang
25
ancaman yang perlu diwaspadai peternak, walaupun serangan penyakit tidak
BAB III
METODOLOGI
Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2019 s/d 15 Februari
26
3.1.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam PKL di UPT PT dan HMT Malang,
1. Mesin campur, timbangan, alat dorong (gerobak), sabit, skop, dan macam-
mahasiswa mulai dari mencari lokasi, pendekatan dengan lembaga (Instansi) tempat
PKL sampai pelaksanaannya. Kegiatan ini dibimbing oleh pembimbing praktek kerja
lapangan). Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan maka metode
yang digunakan dalam pelaksanaan PKL di UPT PT dan HMT Malang adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
mahasiswa juga dapat mengamati aktifitas yang dilakukan karyawan selama jam
kerja.
2. Partisipasi
27
Partisipasi merupakan pengembangan data dengan ikut langsung dalam semua
kegiatan yang berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
semua aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan kambing peranakan etawah (PE).
3. Wawancara
atau karyawan perusahaan tersebut secara langsung guna mendapatkan data dan
4. Dokumentasi
peranaan etawah (PE). Sehingga hasil laporan dapat dipahami oleh penulis, khalayak
Adapun variabel yang diamati dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)
28
BAB IV
UPT Pembibitan ternak dan Hijauan Makanan ternak Malang berada pada
ketinggian 700-800m dari permukaan laut berada di kaki gunung Arjuna dengan
udara sejuk, temperatur udara tertinggi mencapai 29˚C, terendah 14˚C rata-rata 20-
29
22˚C. Curah hujan 1500-2000 mm/tahun. Kelembaban udara terendah 45% dan
Unit Pelaksana Teknik Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Malang
pada tahun 1980. UPT PT dan HMT Malang ini mempunyai luas tanah 29,9 hektar
yang merupakan lahan kering dengan struktur tanah berpasir dan sedikit berbatu.
Komoditi utama adalah Kambing Peranaan Etawa (PE) dan Sapi Perah serta hijauan
makanan ternak. Menurut Peraturan Gubernur Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor
130 Tahun 2008 pasal 3 dan 4 UPT PT dan HMT Malang ini memiliki kewenangan
pelayanan masyarakat.
4.2.1 Planning
dilakukan pada tahun 2014 ditetapkan dalam Rencana Jangka Menengah Daerah
tahun berjalan dan dicantumkan dalam target indikator kinerja program peningkatan
Indikator Target
30
Produksi bibit kambing 75 ekor
dengan pembibitan ternak. Bibit untuk Kambing PE yang didatangkan dari luar ialah
ternak seperti telinga, warna rambut dan bentuk ubuh ternak yang mengacu pada SNI
7325 tahun 2008 tentang kambing PE. Ternak bibit yang dipertahankan untuk
menjadi calon induk ataupun pejantan unggulan adalah mempunyai telinga yang
panjang dan lebar terkulai kebawah. Untuk warna dilihat dari kombinasi warna putih
dan hitam ataupun putih dan coklat serta warna rambut yang bersih dan mengkilat.
Sedangkan untuk postur tubuh harus terlihat kompak dengan dada yang dalam dan
lebar, garis punggung serta pinggang terlihat lurus, tubuh besar dan panjang. Hal ini
didukung oleh Prabowo (2010) ciri-ciri Kambing PE : Telinga panjang dan terkulai,
panjang telinga 18-30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam. Bulu
Kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak panjang. Bulu
Kambing PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan Kambing PE jantan
Ternak yang masuk dalam kriteria, kemudian dipelihara di UPT PT dan HMT
31
Malang hingga siap untuk dikawinkan. Ada dua jenis perkawinan yang dikenal dalam
dunia peternakan, yaitu perkawinan alami dan perkawinan buatan atau yang sering
langsung yang dilakukan oleh ternak itu sendiri, sedangkan perkawinan buatan atau
diperlukan bantuan oleh manusia. Perkawinan yang dilakukan di UPT PT dan HMT
Malang adalah perkawinan secara alami karena menurut pihak UPT PT dan HMT
Malang kawin alami akan menghasilkan tingkat kebuntingan pada ternak lebih tinggi
jika dibanding dengan kawin buatan. Kelemahan dari perkawinan secara alami adalah
S/C tidak dapat dihitung karena sistem perkawinannya berjalan secara alami,
Untuk mencapai angka kebuntingan yang tinggi dilakukan perkawinan secara alami
dengan cara mengumpulkan beberapa ekor kambing betina dengan kambing jantan. Rasio
kambing jantan dan betina yang baik untuk perkawinan alami adalah 1:10-50 (Sutama,
2004). UPT PT dan HMT Malang menggunakan metode perkawinan alam dengan
memasukkan pejantan dan betina kedalam satu kandang menggunkan sistem kandang
koloni diisi 7-8 ekor kambing, dengan rasio perbandingan betina : jantan 5 : 1 ekor s/d 10:1
ekor. Perkawinan indukan kambing betina dilakukan pada umur 10-12 bulan, karena pada
saat umur ini secara fisik kambing sudah tumbuh dewasa, baik dewasa tubuh maupun
dewasa kelamin.
32
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan
Koordinator Kandang
Anak Kandang
Struktur organisasi yang terlibat saling berhubungan satu sama lain, dimana
program yang dibuat oleh koordinator kandang. Semua komponen bekerja sesuai
tugas masing-masing untuk mencapai tujuan perusahaan. Jabatan dan Tugas pada
Jabatan Tugas
33
Koordinator Kandang Menyusun program
dilakukan pada kandang meliputi kriteria bibit yang diinginkan, kebutuhan nutrisi
pengawas kinerja staf kandang dan pemberi arahan kepada staf kandang untuk
pengarahan kepada anak kandang. Anak kandang dibawah arahan dan pengawasan
4.2.3 Organizing
34
UPT PT dan HMT Malang mempunyai struktur organisasi yang menunjukkan
UPT PT dan HMT Malang berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 130
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Timur. Gambar struktur organisasi pada UPT PT dan HMT
yang bekerja secara indvidu maupun kelompok dengan arahan pimpinan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (Gamma, Hamid dan Riza, 2014). Pengorganisasian
harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dari seluruh petugas yang ikut
berperan, supaya manajemen yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan
HMT Singosari dilakukan oleh petugas lapangan yang terdiri dari petugas pengelola
Kepala35
UPT PT
dan HMT Malang
Kepala Seksi
Produksi
Petugas pengelola hijauan bertugas untuk pengadaan pakan hijauan dan petugas
pengelola ternak bertugas dalam proses pemberian pakan dan minum, pembersihan
kandang dan penanganan sisa pakan. Penyimpanan bahan baku hijauan dilakukan
dalam posisi hijauan berdiri dan dalam kondisi terikat agar menghemat ruang
4.2.4 Actuting
Pakan dan minum merupakan faktor utama yang sangat penting untuk
keberlangsungan hidup hewan ternak. Oleh sebab itu pemberian pakan pada ternak
36
harus rutin dilakukan demi keberlangsungan hidup dan perkembangbiakan ternak.
Pakan yang diberikan di UPT PT dan HMT Malang diberikan sebanyak 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pakan konsentrat diberikan pagi hari antara pukul
07.30 – 08.00 WIB dilanjutkan pemberian pakan hijauan pukul 10.00 WIB sedangkan
di sore hari diberikan pakan hijauan antara pukul 14.00 – 14.30 WIB. Pemberian
baik. Hal ini didukung oleh Rudiah (2011) bahwa untuk meningkatkan bobot badan
pada ternak kambing, pemberian pakannya sebaiknya dimulai pada pagi hari yaitu
mulai pukul 08.00 – 14.00. Hal ini dilakukan karena pada pagi hari ternak mendapat
kesempatan yang banyak pula untuk mengunyah makanan tersebut. Semakin banyak
waktu yang diberikan kepada ternak kambing untuk mengkonsumsi pakan, maka
akan menghasilkan bobot badan yang lebih optimal. Sebaliknya, pemberian pakan
pada ternak kambing yang dilakukan pukul 14.00 – 17.30, ternak tidak memiliki
kesempatan yang lebih banyak untuk mengkonsumsi pakan dan tidak dapat
menguyah makanannya dengan baik, sehingga akan menghasilkan bobot badan yang
Rumput
(pennisetum
37
purpureum
cv. Taiwan)
Rumput odot
purpureum
cv. Mott)
Rumput raja
hibrida)
diberikan sesuai jumlah populasi, usia, jenis kelamin, dan status dalam setiap
pemberian pakan. Pemberian pakan yang dilakukan pihak UPT PT dan HMT Malang
sudah sesuai dengan kebutuhan ternak setiap harinya. Pemberian pakan konsentrat
1 Pollard 225kg
2 DDGS 90kg
38
3 Kopra 100kg
4 Jagung 75kg
5 Mineral 10kg
berbeda hal ini dilakukan karena jumlah kebutuhan nutrisi ternak pada setiap
konsentrat tidak sama. Semua bahan tersebut dapat berubah sewaktu – waktu karena
persediaan bahan baku selalu berubah namun dengan catatan bahan baku tersebut
memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan maupun produksi ternak.
yang kandungan serat kasarnya kurang dari 18%, mudah dicerna, kadar protein dan
energinya cukup tinggi serta dapat melengkapi kebutuhan zat gizi utama ternak yaitu
protein, lemak dan karbohidrat. Bahan konsentrat terdiri atas : onggok, bungkil sawit,
bungkil kopra, bungkil kedelai, geplek, kulit kopi, kulit coklat, molasses, bran
Di bawah ini dapat dilihat pemberian pakan konsentrat setiap harinya pada
1 Kandang A 18kg
2 Kandang B 24kg
39
3 Kandang C 17kg
5 Kandang E 12 kg
6 Kandang F 14 kg
7 Kandang G 10 kg
pada setiap kandang tidak sama hal ini karena perbedaan jumlah populasi, status,
maupun usia ternak dalam setiap kandang. Jadi, pihak UPT PT dan HMT Malang
harus menyediakan pakan konsentrat setiap harinya sebanyak 339 kwintal untuk
truck dan diberikan pada ternak pada pukul antara 07.30 – 08.00 WIB.
Pengadaan bahan baku pakan hijauan di UPT PT dan HMT Malang dilakukan
secara internal dimana pakan hijauan tersebut diambil dilahan yang sudah ditanamai
dengan berbagai jenis tanaman hijauan. Pakan hijauan yang akan diberikan pada
ternak akan dilayukan terlebih dahulu di dalam gudang untuk mengurangi kadar air
yang terdapat pada hijauan tersebut. Hal ini juga didukung oleh
40
kandungan air yang tinggi yaitu 70 sampai 80% agar hijauan mengalami penurunan
kadar air menjadi 65 sampai 75% maka hijauan perlu diangin – anginkan terlebih
dahulu selama 24 jam hingga hijauan tersebut lentur dan layu ketika dipatahkan,
memberikan pakan legum yang beraneka ragam diantaranya yaitu daun gamal,
pahitan, kaliandra, dan lamtoro. Namun, pakan legum hanya diberikan pada ternak
kambing saja, seharusnya akan lebih baik jika ternak sapi juga diberikan pakan legum
walaupun dalam jumlah sedikit karena daun – daunan legum memiliki kandungan
nutrien yang baik, terutama kandungan PK yang tinggi sehingga sangat baik
digunakan sebagai pakan ternak. Aulia (2001) menyatakan bahwa legum pohon
sebagai tanaman pakan di daerah tropis mempunyai peran penting dalam penyediaan
Hijauan tersebut diberikan pada ternak dalam kondisi sudah dipotong kecil –
menghindari seleksi pakan terutama pada batang daun dan meningkatkan palatabilitas
ternak serta mengefesienkan waktu dan tenaga. Sesuai dengan pernyataan kushartono
menggunakan sabit atau golok dengan efesiensi yag rendah dan ukuran cacahan yang
kurang seragam, dan secara modern menggunakan mesin pencacah dengan hasil yang
pendistribusian dan pemberian pakan pada ternak, serta ternak lebih mudah
41
mengkonsumsi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (2011) bahwa
pakan, karena bagian batang yang agak keras dapat dikonsmsi oleh ternak.
ke masing – masing kandang ternak. Rincian kebutuhan pakan disajikan pada Tabel
dibawah.
2 Kandang A 300 12
3 Kandang B 300 12
4 Kandang C 300 12
5 Kandang D 350 14
6 Kandang E 100 4
7 Kandang F 100 4
8 Kandang G 150 6
9 Kandang I 100 4
10 Kandang J 300 12
11 Kandang K 200 8
12 Kandang M 50 2
42
14 Kandang karantina 50 2
Jadi, total keseluruhan jumlah pakan hijauan yang harus disediakan setiap
hari oleh UPT PT dan HMT Malang adalah sebanyak 182 keranjang dengan
4.2.4.2 Perkawinan
Perkawinan pada ternak dibagi menjadi 2 cara yaitu secara alami dan buatan yaitu
inseminasi buatan (IB). Pada UPT PT dan HMT Malang perkawinan dilakukan secara
alami. Dalam satu kendang tersedia 1 ekor induk pejantan yang akan mengawini
induk betina yang siap di kawini atau yang telah memunculkan tanda-tanda birahi. Di
UPT PT dan HMT Malang kambing PE yang sudah dapat dikawinkan adalah ternak
yang telah berumur 13 bulan dan telah dewasa keamin. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kurniasih dkk (2013) yang menyatakan bahwa pada ternak kambing dan
domba terjadi pada umur 6-12 bulan, dewasa kelamin pada umur 4-6 bulan. Namun
untuk tujuan perkawinan, sebaiknya pejantan digunakan setelah mencapai antara 10-
18 bulan. Gambar Ternak Kambing PE yang sedang Birahi tersaji pada Gambar 2.
43
Gambar 2. Ternak Kambing PE yang sedang birahi (sumber : Dokumentasi
pribadi)
Kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya ability
Manajemen yang digunakan untuk penanganan ternak bunting di UPT PT dan HMT
Malang yaitu dilakukan pemotongan bulu pada pada ternak bunting sebelum
kelahiran yang bertujuan agar nantinya pada saat proses kelahiran penangannya lebih
mudah, sedangkan dari segi pakannya di UPT PT dan HMT Malang diberikan pakan
UPT PT dan HMT Malang, ternak yang sulit untuk mengeluarkan anaknya harus
dibantu oleh anak kendang atau petugas pada saat itu. Menurut. Kurnianto, Johari dan
44
vulva dan aktifitas kelenjar mammae. Tanda-tanda ini sangat berguna sebagai
kelahiran. Kemudian cempe yang baru lahir akan dibantu untuk minum kolostrum
langsung dari ambing induknya dan dibersihkan mulut dan hidungnya dari lendir
yang masih menempel agar tidak mengganggu cempe. Kemudian induk ternak
diberikan suntikan vitamin setelah partus. Cempe yang baru lahir dan Cempe sedang
semua anggota berusaha untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Suatu
Pelaksanaan awal yang dilakukan pada UPT PT dan HMT Malang yaitu
dengan seleksi. Seleksi yang berada di UPT PT dan HMT Malang yaitu seleksi
periode sapih, seleksi periode umur 8-12 bulan dan seleksi afkir. Dalam perencanaan
seleksi dapat dilakukan dengan menetapkan prosedur yang baik sehingga tujuan
45
seleksi dapat tercapai. Pelaksanaan seleksi periode sapih di UPT PT dan HMT
Malang dilakukan dengan melihat sifat kualitatif dan kondisi fisik cempe saat seleksi.
Waktu pelakasanaan seleksi periode sapih dilakukan pada saat cempe berumur 3
bulan dengan kriteria warna hitam putih ataupun coklat putih, garis muka cembung,
telinga melipat dan mengarah kedepan. Kondisi fisik cempe saat sapih harus dalam
keadaan sehat. Pada program seleksi ini cempe yang memenuhi kriteria seleksi secara
kualitatif langsung digunakan untuk replacement. Sedangkan untuk cempe yang tidak
memenuhi kriteria akan diafkir dengan dipelihara. Khusus ternak afkir hingga
mencapai dewasa untuk dijual. Seleksi selanjutnya yaitu pada periode umur 8-12
bulan, pada seleksi ini dinilai secara kuantitatif karena pada seleksi ini digunakan
pula untuk program seleksi calon pejantan dan calon indukan. Kemudian untuk
1. Dibersihkan vulva dari sisa – sisa plasenta yang menempel pada badan induk
2. Diberikan injeksi antibiotik jika pada saat proses kelahiran induk mengalami
kelahiran
Sedangkan penanganan terhadap cempe yang baru lahir yaitu ebagai berikut:
Sedangkan penanganan terhadap cempe yang baru lahir yaitu ebagai berikut:
46
2. Diberikan kolostrum
mothering ability
sumber daya manusia yang bekerja secara individu maupun kelompok dengan arahan
Pengorganisasian disusun dalam bentuk bagan organisasi atau struktur organisasi, dan
pekerja dibagi menjadi beberapa jabatan. Hal tersebut disesuaikan tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan pada semua anggota organiasasi menurut skill dan
yang sesuai dengan bidang usahanya. Program kerja tersebut disesuaikan dengan
kandang yang nantinya akan disampaikan ke anak kandang. Program kerja ditentukan
oleh penanggung jawab kandang dengan memberikan jadwal kegiatan kerja per hari.
Dengan demikian kegiatan kerja anak kandang dapat berjalan dengan baik dengan
47
pengawasan penanggung jawab kandang. Pembagian tugas di UPT PT dan HMT
Jabatan Tugas
fasilitas kandang
kandang model panggung dengan bentuk kandang koloni. Kandang panggung adalah
kandang yang kontruksinya dibuat panggung (di bawah lantai kandang terdapat
kolong) yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Alas kandang yang digunakan
bisa terbuat dari kayu atau bambu. Sesuai dengan pernyataan Indra (2011) bahwa
kandang kambing biasanya dibuat panggung dengan tujuan urin dan feses bisa jatuh
ke bawah melalui sela lantai panggung karena kandang yang bercampur dengan feses
48
dan urin akan mengganggu kesehatan ternak. Lantai bawah panggung juga
bangunan kandang yang baik mempunyai permukaan lebih tinggi sehingga terhindar
dari genangan air dan mempermudah pembuangan kotoran, tidak berdekatan dengan
tempat tinggal penduduk, tidak mengganggu kesehatan lingkungan, jauh dari jalan
umum, dan pembuangan limbah tersalur dengan baik. Kandang panggung di UPT PT
yang disesuaikan dengan ukuran tubuh ternak dan jumlah ternak yang dipelihara
sehingga kandang tersebut dapat menampung lebih dari satu ternak dalam satu
kandang. Kandang tipe ini memiliki keunggulan dapat menampung ternak banyak
dimiliki kandang koloni adalah dekatnya jarak antara satu ternak dengan ternak
lainnya menyebabkan intensitas penularan penyakit akan lebih tinggi. UPT PT dan
HMT Malang berada di dataran tinggi dengan ketinggian 700 – 1000 m di atas
49
4.2.4.5 Actuating untukPerkandangan
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perkandangan kambing di UPT PT dan HMT Malang sesuai dengan ukuran kandang
di UPT PT dan HMT Malang yang disajikan pada Tabel dibawah ini.
Ukuran Kandang
Kepadatan Tipe
Kandang Panjang Lebar Jumlah
(m2) Kandang
(m) (m) (ekor)
F 10 5,3 34 1,19 TT
G 10 5,3 48 1,06 TT
I 30 4 56 2,06 ST
J 30 4 67 1,66 ST
K 12 9,7 21 5,06 HH
50
Laktasi 24 5 67 1,73 HH
Total 532
Keterangan
HH : Head to Head
TT : Tail to Tail
ST : Stall Tunggal
Kandang di UPT PT dan HMT Malang dapat dibuat secara tunggal atau
ganda, tergantung dari jumlah ternak yang dipelihara. Menurut Ilham dan Muktahar
(2018) menyatakan bahwa Tipe tunggal, yakni tipe kandang yang ternaknya hanya
satu baris atau sejajar dan dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, serta
Malang adalah kandang I,J dan M. Kandang tipe ganda di bagi menjadi dua yaitu
kandang Head to Head dan kandang Tail to Tail. Suherman dan Kurniawan (2017)
berpendapat bahwa kandang Head to Head dirancang dengan satu gang bertujuan
agar mempermudah saat memberi pakan dan efisiensi waktu. Tipe kandang ini adalah
tipe kandang yang paling banyak digunakan di UPT PT dan HMT Malang. Kandang
yang menggunakan kandang Head to Head ini adalah kandang A,B,E,K dan Laktasi.
Kelebihan dari kandang ini adalah memudahkan anak kandang untuk memberikan
pakan kepada ternak, sedangkan kekurangan kandang ini adalah anak kandang
kesulitan untuk membersihkan kandang karena harus berpindah dari satu gang ke
51
gang lain/dari pen satu ke pen lainnya. Kandang Head to Head dapat dilihat pada
Gambar dibawah
Marom, Kalsum dan Ali (2017) menyatakan bahwa kandang Tail to Tail
Kandang tipe ini tempat palung berada di luar atau antar ekor kambing saling
berhadapan. Keuntungan dari kandang ini adalah anak kandang mudah dalam
pemberian pakan karena harus pindah-pindah gang. Kanang tipe ini biasanya banyak
dipergunakan dalam peternakan sapi perah. Kandang tipe ini di UPT PT dan HMT
Malang jarang digunakan, karena kandang tipe ini mempersulit dalam pemberian
pakan. Kandang yang menggunakan tipe kandang Tail to Tail adalah kandang C,D,F
dan G.
52
Controlling atau Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk
menilai dan mengendalikan jalan suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya
fasilitas kandang di UPT PT dan HMT Malang antara lain tempat pakan, tempat
minum, sapu lidi dan arco. Bahan tempat pakan sendiri ada beberapa bahan antara
lain bata, seng dan kayu. Tempat pakan yang terbuat dari bata terdapat di kandang
Laktasi, untuk yang terbuat dari seng terdapat di kandang A, kandang B, kandang
cempe, dan sebagian di kandang pembesaran dan bahan tempat pakan yang terbuat
karantina. Di atas tempat pakan terdapat celah yang dapat dimasuki kepala kambing
yang terbuat dari besi atau kayu sehingga kambing lebih mudah dalam mengambil
pakan. Menurut Kusumastuti (2012) bahwa lebar celah kandang untuk tempat
mengeluarkan kepala kambing ketika makan sebaiknya sekitar 30 cm. Tempat minum
di UPT PT dan HMT Malang sendiri terbuat dari dua bahan antara lain beton dan
plastik. Kandang yang menggunakan tempat pakan terbuat dari beton terdapat di
terbuat dari plastik atau ember terdapat di kandang laktasi, kandang Induk anak,
tempat pakan yang terbuat dari beton lebih awet dibanding dengan yang terbuat dari
plastik, seng atau kayu. Untuk sapu lidi dan arco terdapat disetiap kandang untuk
Kandang kambing UPT PT dan HMT Malang memiliki parit yang berada
disamping kandang dengan bahan semen, diharapkan urin kambing dan aliran air
53
dapat mengalir dengan lancar. Parit tersebut berfungsi untuk menampung urine dan
feses kambing yang jatuh, dan juga berfungsi sebagai jalan air pada saat hujan
sehingga air tidak tergenang di sekitar kandang kambing. Menurut Ako (2011) bahwa
kandang sebaiknya terletak pada tempat yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya.
kedalaman 25 cm. Dengan adanya selokan maka air pembersih kandang, urin, dan
feses ternak mudah mengalir untuk dikumpulkan di dalam bak pembuangan kotoran.
dalam kondisi sehat dan baik serta terhindar dari penyakit. Tujuan perawatan yaitu
adanya kemungkinan ternak terluka. Ternak yang sakit dapat dilihat secara langsung
Ciri visual ternak yang sehat dibandingkan dengan ternak yang sakit adalah
pergerakan ternak sehat cenderung aktif dan lincah sedangkan ternak yang sakit
kurang aktif dan lincah, mata ternak yang sehat terliht jernih dan ternak yang sakit
terlihat pucat dan sayu, bulu untuk ternak yang sehat adalah halus dan bersih
sedangkan untuk ternak yang sakit cenderung kasar, kusam dan kondisi berdiri. Nafsu
makan ternak yang sehat normal dan ternak yang sakit berkurang nafsu makan, untuk
kondisi lender dilubang alami nampak tidak ada pada ternak yang sehat dan pada
ternak yang sakit terdapat lender pada lubang alami, suara nafas ternak yang sehat
cenderung halus dan teratur serta tidak tersengal-sengal dan untuk ternak yang sakit
54
Pemeriksaan kondisi ternak diperlukan dalam suatu usaha peternakan untuk
menjaga status kesehatan ternak tersebut. Pemeriksaan di UPT PT dan HMT Malang
dilakukan setiap hari untuk mengetahui status kesehatan ternak setiap ternak dari luar
dan pada setiap organ tubuh ternak tersebut. Pada status kesehatan ternak itu
diawali dengan inspeksi terhadap tingkah laku, cara jalan, kondisi tubuh, suara,
lubang tubuh dan aktivitas menyusut serta dilakukan pengukuran frekuensi nafas,
frekuensi pulsus dan pengukuran rektal (suhu tubuh). Hewan sehat didefinisikan
sebagai hewan yang memenuhi kriteria vitalis anak kambing dan domba sebagaimana
konjugtiva mata merah rosa dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit sistemik.
mengetahui dari hasil pemeriksaan kondisi ternak. Adapun penyakit yang ditemukan
selama PKL (Praktek Kerja Lapang) di UPT PT dan HMT Malang yaitu scabies, pink
kandang agar ternak terhindar dari bibit penyakit, di UPT PT dan HMT Malang,
sanitasi dilakukan dengan 2 cara yaitu secara mekanik dan secara kimiawi
rutin pagi dan sore hari, pada pagi mulai pukul 06:30 dan untuk sore hari
mulai pukul 13:30 dengan menggunakan peralatan sapu lidi, sekop dan traktor
55
membersihkan palungan, membersihkan tempat minum dan membersihkan
kotoran ternak.
(amitras), obat-obatan anti parasit dan anti virus : TH4. Desinfektan berupa
berjalan. Hal tersebut terlihat pada tidak berfungsinya kontrol lalu lintas pekerja,
ternak maupun kendaraan yang keluar masuk area UPTPT dan HMT Malang yang
belum berjalan teratur. Perlengkapan yang digunakan penanggung jawab dan anak
kandang saat memasuki kandang di UPT PT dan HMT Malang masih belum sesuai
standar seperti pakaian dan sepatu yang digunakan tidak disediakan secara khusus
dari perusahaan dan kebersihannya tidak terjaga. Penyebaran penyakit pada ternak
tidak hanya dari ternak, melainkan dapat pula dari manusia ke ternak. Oleh sebab itu
perlu adanya kejelasan tugas pada setiap anak kandang seperti hal tersebut perlu
dihindari untuk meminimalisir penyebaran penyakit dari ternak lain melalui anak
4.2.5 Controlling
apakah kegiatan operasional di lapangan sesuai dengan rencana (planning) yang telah
56
ditetapkan dalam mencapai tujuan dari organisasi (Glendoh, 2002). Pengawasan di
manajemen mutu.
57