Anda di halaman 1dari 57

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KAMBING PERANAKAN ETAWA

(PE) RAS KALIGESING DI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS

PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK

MALANG

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Peternakan (S-1) Pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Kadiri

MOHAMAD ABDI SALMA

NIM : 16230620023

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI

2019

2
LEMBAR PENGESAHAN

Judul PKL :Manajemen Pemeliharaan Kambing Peranakan Etawa (PE)

Ras Kaligesing Di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan

Ternak Dan Hijauan Makanan Ternak Malang

Nama Mahasiswa : Mohamad Abdi Salma

NPM : 16230620023

Fakultas / Prodi : Pertanian / Peternakan

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Tanggal Pengesahan : Januari 2019

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

Amiril Mukmin, S.Pt., MP. M.Sc.

NIK.: 1987020920140910.1.70324

3
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tak terhingga kepada Dzat Yang Maha Agung, penulis

panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan segala karunia dan nikmat-

Nya, kesehatan jasmani dan rohani, serta kekuatan lahir dan batin. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berjudul

“Manajemen Pemeliharaan Kambing Peranakan Etawa (PE) Ras Kaligesing Di

Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak Dan Hijauan Makanan Ternak

Malang”. Sebagai salah syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Peternakan (S-1)

pada program Studi Peternakan Universitas Islam Kadiri Kediri.

Shalawat teriring salam tak lupa penulis hanturkan kepada suri tauladan umat

Islam, baginda Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan para

pengikutnya yang telah memberikan tuntunan menuju jalan yang terang (ilmu

pengetahuan) dengan akhlak yang mulia.

Dalam penyusunan laporan PKL ini penulis menyadari bahwa tidak dapat

terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Suparyadi S.IP.,MM selaku Rektor Universitas Islam

Kadiri Kediri.

2. Bapak Ir. Edi Soenyoto MMA selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Islam Kadiri Kediri.

3. Bapak Amiril Mukmin S.Pt., M.Sc., MP selaku Kepala Jurusan Peternakan

Universitas Islam Kadiri Kediri.

4
4. Bapak dan Ibu dosen, para staf karyawan Fakultas Pertanian Universitas Islam

Kadiri Kediri dengan penuh ke ikhlasan yang telah memberikan ilmu

pengetahuan pada penulis selama di bangku kuliah.

5. Kepada bapak dan ibuku yang selalu mendukung, dan mendo’akan yang

terbaik untuk anaknya, serta adik kecilku.

6. Teman-teman angkatan 2016 khususnya kelas A program studi Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri Kediri. Semua pihak yang tidak

bisa disebutkan satu persatu namanya, namun telah membantu penulis

menyelesaikan proposal PKL ini.

Semoga kebaikan dan jasa dari Bapak, Ibu, dan saudara/i sekalian menjadi

amal ibadah dan di ridhoi Allah SWT, dan mudah-mudahan Allah SWT akan

membalasnya, Aamiin Ya Robbal Alamin.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga proposal

ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian

selanjutnya.Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan dan banyak kelemahan, sehingga kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Kediri, 03 Januari 2019

Penulis

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa sebagai seorang akademisi memiliki kemampuan dalam hal

keilmuan yang telah dipelajari.Sebagian besar ilmu yang diperoleh oleh mahasiswa

berasal dari kegiatan perkuliahan, dimana sistem pembelajaran di kampus adalah

belajar secara mandiri. Ilmu yang didapat saat perkuliahan cenderung hanya ilmu

yang berkaitan dengan teori-teori saja, sehingga terkadang berbeda dengan apa yang

terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak di

ternakkan oleh masyarakat Indonesia. Sifat kambing yang mampu beradaptasi dengan

baik dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi menjadikan beternak kambing

sangat di minati oleh masayarakat (Sarwono, 2006).

Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan pengetahuan,

pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi menyebabkan permintaan

akan daging dari tahun ke tahun juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan

masyarakat akan daging salah satunya berasal dari kambing, oleh karena itu usaha

penggemukan kambing perlu ditingkatkan. Salah satu alasan dipilihnya daging

kambing adalah karena daging kambing merupakan daging yang unik dalam hal bau,

daya tarik dan keempukannya.Daging kambing kurang berlemak dibandingkan

dengan daging lainnya dan biasanya kurang empuk (Kusumaningrum, 2009).

6
Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yatitu pakan

(feeding), bibit unggul (breeding), dan manajemen yang baik. Pakan merupakan

faktor yang pengaruhnya sangat besar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Putra .,

(2009) bahwa laju pertumbuhan dan produktifitas ternak kambing dipengaruhi oleh

genetik dan lingkungan, salah satu faktor lingkungan adalah pakan dan cara

pemeliharaannya. Pemenuhan nutrisi digunakan untuk pertumbuhan, produksi,

reproduksi, dan aktifitas. Oleh karena itu, pemberian pakan harus memperhitungkan

sesuai kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Kambing PE merupakan persilangan antara pejantan Etawah dengan Kambng

Kacang sebagai upaya peninkatan produktifitas ternak lokal. Susilawati (2008) juga

menjelaskan bahwa Kambing PE di Indonesia nenek moyangnya berasal dari India

yaitu Kambing Ettawah. Kambing ini mrupakan jenis kambing perah dan dapat pula

menghasilkan daging. Kambng PE merupakan kambing yang prolifk (subur) dengan

menghasilkan anak 1-3 ekor perkelahilan, dengan berat badan antara 35-45 kg pada

betina, sedangkan pada kambing jantan berkisar antara 40-60 kg tergantung dari

kualitas bibit dan manajemen pemeliharaanya

Kambing PE merupakan bangsa kambing hasil persilangan Kambing Kacang

dengan Kambing Etawah. Kambing PE mempunyai sifat antara Kambing Kacang

dengan Kambing Etawah. Spesifikasi dari kambing ini adalah hidung agak

melengkung, telinga agak besar dan berkulai, berat tubuh sekitar 30-60 kg dan

produksi susu berkisar 1-1,5l/hari. Keunikan kambing PE adalah bila kambing jantan

7
dewasa dicampur dengan kambing betina dewasa dalam satu kandang akan selalu

gaduh atau timbul keributan (Murtijdo,1993).

Menurut mulyono et al. (2008), sebagai kambing pemeliharaan Kambing PE

memiliki dua kegunaan yaitu sebagai penghasil susu (perah) dan pedaging. Ciri khas

Kambing PE antara lain bentuk muka cembung dan dagu berjanggut, telinga panjang,

lembek, menggantung dan ujungnya agak berlipat, tanduk berdiri tegak dan mengarah

kebelakang, panjang 6,5-24,5 cm,tinggi tubuh (gumba) 70-90 cm, tubuh besar, pipih,

bentuk garis

punggung seolah-olah mengombak kebelakang, bulu tubuh tampak panjang di

bagian leher, pundak, punggung dan paha, dengan pengelolaan budidaya secara

intensif dapat diusahakan beranak tiga kali setiap dua tahun dengan jumlah anak

setiap kelahiran 2-3 ekor, kambing PE lebih cocok di usahakan di dataran sedang

(500-700 m dpl) sampai dataran rendah yang panas.

1.2 Tujuan PKL

Tujuan dari kegiatan PKL ini adalah untuk meningkatakan pengetahuan

mahasiswa mengenai hubungan antara teori dengan penerapannya di dunia kerja

(lapangan) agar dapat menjadi bekal bagi mahasiswa saat terjun ke masyarakat,

terutama untuk mengetahui proses manajemen pemeliharaan kambing Peranakan

Etawa (PE) di Unit Pelaksanaan Teknis Pembibitan Ternak Dan Hijauan Makanan

Ternak (UPT PT dan HMT) Malang.

1.3 Manfaat Kegiatan PKL

8
Adapun manfaat dari kegiatan PKL ini adalah dapat meningkatkan wawasan

dan pengetahuan tentang cara manajemen pemeliharaan untuk kambing, dan dari

kegiatan ini dapat menerapkan cara yang tepat dalam manajemen pemeliharaan guna

untuk pengoptimalan pertumbuhan dan produktivitas ternak. Dari kegiatan ini juga

dapat dijadikan evaluasi apabila dalam pelaksaannya ada masalah yang ditemukan

sebagai informasi perbaikan peternakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kambing Peranaan Etawa PE

Kambing PE merupakan persilangan antara pejantan Etawah dengan Kambng

Kacang sebagai upaya peninkatan produktifitas ternak lokal. Sulilawati (2008) juga

9
menjelaskan bahwa Kambing PE di Indonesia nnek moyangnya berasal dari India

yaitu Kambing Ettawah. Kambing ini mrupakan jenis kambing perah dan dapat pula

menghasilkan daging.Kambng PE merupakan kambing yang prolifk (subur) dengan

menghasilkan anak 1-3 ekor perkelahilan, dengan berat badan antara 35-45 kg pada

betina,sedangkan pada kambing jantan berkisar antara 40-60 kg tergantung dari

kualitas bibit dan manajemen pemeliharaanya.

Kambing etawa berasal dari wilayah Jamnapari, India sehingga kambing ini

juga disebut kambing Jamnapari. Di negara asalnya, kambing etawa termasuk

kambing dwiguna, yakni sebagai penghasilsusu dan daging. Kambing etawa memiliki

postur tubuh besar, telinga panjang menggantung, bentuk muka cembung, serta bulu

di bagian paha belakang sangat panjang.Bobot badan kambing etawa jantan bisa

mencapai 90 kg, sedangkan betinanya hanya 60 kg. Pada kambing etawa betina,

ambing tumbuh secara baik dengan puting memanjang. Produksi susunya sangat

tinggi, yakni mencapai 235 kg per laktasi (261 hari).Pada masa laktasi, produksinya

mencapai 3 kg per hari (Sodiq,2002).

Kambing PE adalah hewan dwiguna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai

penghasil daging. Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan

coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki

tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Williamson, 1993).

Kambing Peranakan Etawa adalah hasil persilangan antara kambing etawa dengan

kambing kacang dan jika dilihat dari bentuk fisiknya lebih mirip dengan kambing etawa,

sedangkan yang bentuk fisiknya lebih mirip kambing kacang dan ukuran badannya kecil dari

kambing PE, maka disebut kambing bligon, gumbolo, atau jawarandu. Keberadaan kambing

10
PE sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia.Kambing PE merupakan kambing perah

harapan daerah tropis Indonesia. Kambing lokal ini sangat potensial sebagai penghasil susu

yang sangat tinggi. Dengan tata cara pemeliharaan yang baik, salah satunya dengan

pemberian pakan baik secara kuantitas dan kualitas yang optimal, kambing PE mampu

beranak tiga kali dalam dua tahun. Jumlah anak bervariasi, yaitu 1 sampai 3 ekor. Produksi

susunya sangat beragam,yaitu antara 1,5 sampai 3,7 liter/hari dengan masa laktasi 7 sampai

10 bulan (Sarwono, 2002).

Peternakan kambing peranaan etawah (PE) saat ini berkembang sangat pesat

karena banyak hasil yang diperoleh. Beberapa hasil diantaranya berupa penjualan

induk, anakan dan susu. Tambahan lain adalah hasil pengolahan kotoran kambing

menjadi pupuk organik. Saat ini yang sedang ramai dipasaran adalah penjualan susu

kambing etawa.

Beternak kambing etawa perlu juga didukung oleh penyediaan pakan yang

baik dan dalam jumlah yang cukup. Pakan yang baik dan cukup akan meningkatkan

kualitas kambing, susu dan anakan yang dihasilkan. Supaya terus tersedianya pakan

yang berkualitas maka diperlukan pengetahuan untuk pembuatan pakan kambing

fermentasi yang berkualitas baik dan dapat bertahan lama. Selain itu diperlukan juga

pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan, pengolahan hasil dan pemasaran yang

baik untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Penggunaan teknologi

informasi (e-commerce) akan dapat memperluas jangkauan pemasaran produk-produk

kambing etawa.

11
Kambing peranakan etawah (PE) cocok hidup di daerah tropis, dengan

tatalaksana yang baik mampu melahirkan sampai 2 kali setahun, atau paling minim 3

kali dalam 2 tahun. Jumlah sekali kelahiran 1-3 ekor. Produksi setinggi ini akan dapat

dicapai secara maksimal bila kebutuhan pakanya terpenuhi, disamping hijauan juga

dibutuhkan pakan konsentrat seperti polar, bungkil, kulit kedelai, bekatul, ampas

tahu, jagung, ketela dan singkong. Disamping itu kambing etawa juga memerlukan

pakan penyedap dengan menambahkan garam dapur dan tepung tulang.

2.2 Pakan

Menurut setiawan et al, (2005), pakan merupakan bahan pakan ternak yang

berupa bahan kering dan air. Bahan pakan ini harus diberikan pada ternak sebagai

kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dengan adanya pakan maka proses

pertumbuhan, reproduksi dan produksi akan berlangsung dengan baik. Oleh karena

itu,pakan harus terdiri dari zat-zat pakan yang dibutuhkan ternak berupa protein,

lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air.

Pakan merupakan faktor produksi penting dalam usaha ternak kambing lokal.

Konsumsi pakan yang cukup (jumlah dan kualitasnya) akan menentukan mampu

tidaknya ternak tersebut mengekspresikan potensi genetik yang dimilikinya

(Soerachman, et al, 2008). Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhanya dan

jumlah yang diberikan disesuaikan dengan status fisiologis ternaknya. Sebagai

patokan umum adalh 10% bahan kering dari bobot badan. Contoh bila bobot hidup

kambing 25 kg, maka pemberian hijauan sekitar 2,5 kg kering atau 5 kg basah.

12
Pada dasarnya kambing tidak selektif dalam memilih pakan. Segala macam

daun-daunan dan rumput disukai,tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai dari

pada rumput. Hijauan yang baik untuk pakan adalah hijuan yang belum terlalu tua

dan belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masih muda memiliki

kandungan PK (protein kasar) yang lebih tinggi. Hijuan yang diperoleh pada musim

hujan sebaiknya dilayukan atau dikeringkan dahulu sebelum digunakan untuk pakan

kambing (Mulyono et al, 2008).

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya

terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pad jenis

ternak,umur,fase pertumbuhan (dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal,

sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperature, kelembaban ,nisbi udara) serta

bobot badannya.

2.2.1 Hijauan

Hijauan merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari

rumput dan dedaunan (Setiawan et al, 2005). Kebutuhan hijauan untuk kambing

sekitar 70% dari total pakan. Adapun jenis rumput yang dapat di berikan pada

kambing antara lain ; rumput liar (rumput lapang), rumput gajah hawai, rumput gajah

afrika, rumput raja (king grass), rumput setaria, serta rumput gajah king BR (silangan

bibit king grass dengan rumput gajah hawai). Sementara dedaunan yang sangat baik

ditambahkan pada hijauan karena kandungan protein kasarnya sangat tinggi.

13
Beberapa jenis dedaunan yang dapat diberikan antara lain daun jagung, kaliandra,

turi, dan lamtoro.

Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi

tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai sumber nutrisi, yaitu

protein, energi, vitamin dan mineral Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup

memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang lebih

ekonomis dan berhasil guna bagi ternak (Herlinae, 2003).

Hijauan makanan ternak secara umum dapat dibagi atas 3 golongan yaitu

rumput (Gramineae), leguminosa/legum (Leguminoseae) dan golongan non rumput

dan non leguminosa (Kamal, 1998). Perbedaan jenis hijauan antara legumdan rumput

secara umum adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada kandungan serat kasar dan

protein kasar.

Perry (1980) menyatakan bahwa perbedaan antar legum dan non legumpada

kandungan protein kasar dan serat kasar, legum juga cenderung menghasilkan lebih

banyak bahan kering yang dapat dicerna (digestible dry matter) per hektar dibanding

kebanyakan rumput tropik padang pengembalaan. Bagaimanapun juga legum lebih

memerlukan tanah yang lebih subur dan memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk

menghasilkan per unit berat bahan kering. Komposisi kimia hijauan bervariasi dan

dipengaruhi oleh jenis dan varietas tanaman, tingkatan umur tanaman, iklim dan

musim, tipe tanah serta pemupukan (input nutrient) kapur, dan sewage sludge,

14
sementara itu produksi hijauan makanan ternak dipengaruhi oleh musim, penggunaan

lahan dan topografi (Budiasa, 2005).

Kamal (1998), menyatakan bahwa ketersediaan jenis hijauan pakan yang ada

pada lahan pertanian keberadaannya dapat dibagi 2, yaitu: (1) yang tumbuh secara

alami tanpa campur tangan manusia seperti pastura alami dan (2) yang sengaja

ditanam oleh petani seperti rumput gajah, gamal, dadap, lamtoro dan waru.

Setiana (2000) melaporkan bahwa hijauan makanan ternak merupakan bagian

penting dalam sistem produksi peternakan terutama sebagai pakan ternak ruminansia,

karena lebih dari 75% pakannya berasal dari hijauan. Keberhasilan produksi suatu

peternakan sangat tergantung kepada kualitas pakan dan jenis ternak yang dipelihara,

oleh karena itu ketersediaan hijauan pakan sepanjang masa dan memilih hijauan yang

berkualitas unggul adalah sangat penting.

Keuntungan utama dari hijauan sebagai makanan ternak ruminansia adalah

suatu pakan yang mudah didapat pada berbagai keadaan, sedangkan kelemahannya

adalah tidak tersedia secara berkelanjutan terutama pada musim kemarau (Herlinae,

2003). Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian Budiasa(2005) bahwa produksi

hijauan pakan ternak sebagai sumber pakan ternak ruminansia sangat dipengaruhi

oleh penggunaan lahan dan topografi.

2.2.2 Rumput (Gramineae)

Tanaman rumput mempunyai adaptasi yang lebih baik terhadap temperatur

dan curah hujan dibandingakan dengan family tanaman yang lainnya, baik didaerah

15
panas (tropik),daerah dingin, kawasan gersang (kering) maupun di dataran tinggi.

75% spesies tanaman rumput ini digunakan sebagai hijauan makanan ternak (Moser

& Nelson, 2003).

Rumput dikelompokan ke dalam 650-785 genus yang memiliki sekitar 10.000

spesies. Family rumput kebanyakan merupakan tanaman C4 (C4photosynthetic

pathway) yang dikarakteristikkan sebagai rumput musim panas (warm-season grass)

dan tanaman C3 (cool-season grass) yang dikarakteristikkan sebagai tanaman musin

dingin (Moser & Nelson 2003).

Rumput yang digunakan sebagai pakan ternak berasal dari rumput yang

tumbuh bebas (tidak sengaja ditanam) dan rumput yang sengaja ditanam (rumput

unggul). Sebagai pakan utama ternak ruminansia rumput mempunyai beberapa

kelebihan diantaranya adalah: (1) sebagian rumput adalah palatabel bila umurnya

belum tua; (2) hanya sedikit yang bersifat toksik; dan (3) mempunyai kemampuan

tumbuh yang baik (Kamal, 1998). Rumput dapat dipanen dengan cara pemotongan

dan grazing yang selanjutnya dimanfaatkan oleh ternak secara langsung ataupun

setelah penyimpanan. Secara umum output pemanfaatan rumput diekspresikan ke

dalam bentuk energi (Hopkins, 2000).

Berdasarkan hasil penelitan Mahyuddin (2007) menunjukkan

bahwakandungan protein kasar pada bagian daun rumput secara umum adalah nyata

lebih tinggi dari bagian batang. Sementara kandungan Neural Detergent Fiber

(NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), dan lignin pada batang adalah lebih tinggi dari

16
pada daun. Berdasarkan hal ini Mahyuddin (2007) menyarankan bahwa rasio antara

batang dan daun dapat dijadikan salah satu faktor untuk seleksi pada rumput tropis.

2.2.3 Legume (leguminosa)

Leguminosa (Fabaceae) secara umum adalah termasuk tumbuhan semak dan

pohon yang dapat dijumpai di daerah tropik. Legum ini termasuk salah satu famili

terbesar dari tumbuhan berbunga (flowering plant) dan dikelompokkan kedalam 400

genus yang terdiri dari 10.000 spesies (Carr, 2010). Leguminosae terdiri dari 3 sub-

famili, yaitu Faboideae (Papilionoideae, tumbuhan berbunga kupu-kupu),

Caesalpinioideae dan Mimosoideae. Caesalpinioideae dan Mimosoideae pada

umumnya merupakan tumbuhan daerah tropis dan sedikit peranannya sebagai

tanaman pertanian, sedangkan Faboideae sebagian besar merupakan tanaman

pertanian dan mempunyai spesies yang terbesar di daerah tropis dan sub-tropis

(Setiana, 2000).

Berdasarkan sifat tumbuhnya, leguminosa dibedakan menjadi leguminosa

pohon, dan leguminosa menjalar. Leguminosa menjalar umumnya ditanam dilahan

perkebunan sebagai penutup tanah atau sebagai penguat bibir dan tampingan teras di

lahan-lahan yang miring. Adapun leguminosa yang pertumbuhannya menjalar di

antaranya adalah sentro (Centrosema pubescens;C.plumieri), kalopo (Calopogonium

mucunoides; C.caeruleum), puero atau kudzu (Pueraria javanica; P.thunbergiana),

lablab (Lablab pupereus) dan Arachis perennial (Arachis pintoi; A. glabrata)

(Prawiradiputra et al., 2006).

17
Daun leguminosa merupakan sumber nutrien yang baik, tetapi batangnya

mempunyai nilai nutrisi yang rendah terutama pada yang dewasa. Perubahan

komposisi nutrisi pada legum terjadi akibat semakin meningkatnya proses lignifikasi

dan meningkatnya serat pada batang serta penurunan imbangan (rasio) antara daun

dan batang (Kamal, 1998). Prawiradiputra et al., (2006) menambahkan bahwa mutu

leguminosa ditentukan oleh berbagi faktor, baik faktordalam (genetis) maupun faktor

luar. Faktor genetis yang utama adalah jenis dan spesies leguminosa.

2.2.4 Konsentrat

Istilah concentrates digunakan untuk menerangkan bahan makanan yang serat

kasarnya rendah dan tinggi daya cernanya. Bahan penyusunnya biji-bijian dan

sebagian besar hasil ikutannya (Anggorodi, 1994). Konsentrat merupakan pakan

penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya akan karbohidrat dan protein, seperti

jagung kuning, bekatul, dedak gandum, dan bungkil-bungkilan. Konsentrat untuk

ternak kambing umumnya disebut pakan penguat atau bahan baku pakan yang

memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18 persen dan mudah dicerna (Murtidjo,

1993).

Tujuan pemberian konsentrat dalam pakan ternak kambing adalah untuk

meningkatkan daya guna pakan, menambah unsur pakan yang defisien, serta

meningkatkan konsumsi dan kecernan pakan. Dengan pemberian konsentrat,

mikrobia dalam rumen cenderung akan memanfaatkan pakan konsentrat terlebih

dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang

18
ada. Dengan demikian mikrobia rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang

populasinya (Murtidjo, 1993).

Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis

menyebabkan kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh

protein mikroba rumen. Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 %

kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen. Namun McDonald (1981)

menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi, khususnya pada

fase fisiologi tertentu, misalnya pada masa pertumbuhan awal, bunting dan awal

laktasi, pasok protein mikroba belum mencukupi kebutuhan ternak, sehingga ternak

memerlukan tambahan pasok protein dari pakan yang lolos fermentasi di dalam

rumen.

2.3 Kebutuhan Protein Kambing

Protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi,

mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Kebanyakan

protein mengandung sulfur dan beberapa protein mengandung fosfor (Tillman, 1998).

Menurut Edey (1983), nutrien pakan ternak yang penting untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya antara lain adalah protein. Hewan tidak dapat membuat protein, oleh karena

itu harus disediakan dalam makanannya.

Protein tersebut harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan jumlah

yang cukup.Gizi pakan (terutama protein) yang dikonsumsi, merupakan faktor

terbesar yang mempengaruhi produktivitas termasuk pertumbuhan ternak muda

19
(McDonald et al., 1988). Protein diperlukan ternak muda untuk pertumbuhan,

membangun dan menjaga protein jaringan dan organ tubuh serta sumber energi.

Kekurangan protein yang berkepanjangan dapat membahayakan kesehatan,

menghambat pertumbuhan, menekan perkembangan mikroorganisme rumen yang

berfungsi mencerna selulose dan sumber protein untuk ternak (McDonald et al.,

1988).

Protein dalam pakan yang masuk ke dalam rumen akan didegradasi dan

difermentasi menjadi amonia, asam lemak terbang, dan gas CH4. Fermentasi protein

oleh bakteri dilakukan dengan menghidrolisis pakan menjadi asam amino dan

polipeptida menjadi peptida berantai pendek yang diikuti dengan proses deaminasi

untuk membebaskan amonia.

Kecepatan deaminasi biasanya lebih lambat daripada kecepatan pada proses

proteolisis, oleh karena itu terdapat konsentrasi asam-asam amino dan peptida yang

lebih besar setelah makan, kemudian diikuti oleh konsentrasi amonia sekitar 3 jam

setelah makan. Hasil utama degradasi asam amino adalah asam lemak terbang rantai

panjang dan amonia. Amonia yang dibebaskan dimanfaatkan oleh mikroba untuk

pertumbuhannya dan membentuk protein tubuh. Sekitar 70-80% dari total energi

yang diperlukan oleh ternak ruminansia diperoleh dari hasil proses fermentasi dalam

rumen, sekitar 65% protein yang diperlukan oleh ternak ruminansia berasal dari

protein mikroba.

2.4 Pemberian Pakan

20
Manajemen pemberian pakan yang baik perlu dipelajari karena merupakan upaya

untuk memperbaiki kualitas pakan yang diberikan. Pemberian pakan yang tidak

memenuhi kebutuhan ternak akan merugikan. Manajemen pemberian pakanharus

memperhatikan penyusunan ransum kebutuhan zat-zat untuk ternak yang meliputi

jenis ternak, berat badan, tingkat pertumbuhan, tingkat produksi, danjenis produksi

(Chuzaemi dan Hartutik,1988).

Pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih

segar. Bila pakan berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut

akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur. Pakan yang sudah basi akan

menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh ternak berkurang dan hal ini akan

berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap terjadi penurunan 1,0 %

akan menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-2,0 %. Untuk

menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan minimal 2

kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus dibuang.

Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira -kira setengah jam setelah

pakan pada pemberian sebelumnya habis. Inilah pentingnya menyusun ransum yang

sesuai dengan kebutuhan ternak (Santosa, 2006).

2.5 Manajemen Perkandangan

Planning merupakan proses dasar manajemen dalam menentukan sasaran

dan bagaimana cara mencapainya (Nurul, 2019). Fungsi kandang sebagai tempat

berlindung ternak, tempat istirahat, tempat terjadi perkawinan dan memelihara ternak

sakit, memerlukan perhatian yang cukup tentang kekuatannya, kebersihannya serta

kemudahan kita untuk mengontrol perkembangannya. Menurut pendapat Nandari

21
(2018) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkandangan kambing,

karena penempatan ternak pada kandang yang sudah sesuai dengan status

fisiologisnya, penempatan kandang yang tepat pada lokasi dan posisinya serta bahan

pembuat kandang yang bagus merupakan faktor-faktor penting untuk meningkatkan

produktivitas.

Organizing pada dasarnya merupakan proses penyusunan struktur organisasi

yang sesuai dengan sasaran, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang

melingkupinya (Nurul, 2019). Bangun, Saghita, dan Sebayang (2010) menyatakan

agar pemerintah memfasilitasi pembentukan organisasi kelompok usaha bersama

peternak baik dalam kegunaan efisiensi produksi maupun dalam pemasaran.

Pemerintah juga harus meningkatkan dalam pencatatan data peternak agar lebih

akurat, serta peningkatan penyuluhan usaha ternak kambing agar mendapatkan hasil

yang optimal. Penerapan fungsi organizing di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan

Makanan Ternak kecamatan Singosari Malang dilaksanakan dengan memberikan

delegasi wewenang, menjalankan kegiatan sesuai program kerja dari Dinas

Pendidikan.

Actuating merupakan tindakan mengupayakan seluruh anggota organisasi

untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditetapkan (Yacoeb,

2013). Untuk menghasilkan suatu hasil produksi (output) diperlukan bantuan

kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Pertanyaan ekonomi yang dihadapi

adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut

agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara

ekonomis. Apabila salah satu faktor produksi berubah jumlahnya padahal faktor

22
produksi lainnya tetap, maka berubahlah perbandingan dari keseluruhaan faktor

produksi yang dipakai (Bangun, Saghita, dan Sebayang, 2010).

Controlling merupakan suatu proses dalam mengukur dan menilai suatu

pekerjaan apakah berhasil atau tidak terhadap pekerjaan tersebut (Della, 2014).

Pengawasan rutin dilakukan oleh kepala UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan

Makanan Ternak Kecamatan Singosari Malang dengan memonitor secara langsung

maupun tidak langsung kinerja dari tenaga fungsional dan tenaga administrasi. Untuk

tenaga fungsional pengawas pemantauan kinerja dari kepala perusahaan dan tenaga

kerja dilakukan dengan pemantauan kesiapan tenaga kerja dalam mempersiapakan

segala peralatan yang dibutuhkan (Hendri, 2007).

2.6 Manajemen Kesehatan

Planning merupakan proses penentuan tujuan dan penetapan tindakan yang

harus diambil guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan fungsi

perencanaan, seorang manajer akan mengidentifikasikan tindakan untuk mencapainya

(Puspaningsih, 2002). Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu

proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya terdapat

pada tiap jenis usaha manusia (Wijaya, 2016). Kesehatan ternak menjadi sangat

penting karena akan menyebabkan kerugian akibat: (a) gangguan pertumbuhan

(pertambahan berat badan harian rendah), (b) dewasa kelamin atau umur beranak

pertama terlambat, (c) daya reproduksi terganggu, (d) efisiensi pakan rendah, dan (e)

kematian ternak. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya penularan/penyebaran

penyakit lebih lanjut, ternak tersebut sebaiknya diisolasi pada tempat/kandang khusus

23
yang terpisah dari ternak sehat lainnya. Selama isolasi diberi makanan dan minuman

yang baik, serta diamati terhadap kemungkinan terserang penyakit menular dengan

melakukan pemeriksaan klinis dan laboratoris secara intensif. Segera ambil tindakan

(pengobatan atau pengeluaran/ pemusnahan) apabila telah diperoleh kepastian hasil

diagnostik (Sjamsul Bhari, 2017).

Organizing adalah pengorganisasian, adapun pengertian secara istilah adalah

“Pengelompokan dan pengaturan orang untuk dapat digerakkan sebagai satu kesatuan

sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, menuju tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan”. Bagian dari unsur organizing adalah “division of work” pembagian tugas,

tentu tugas ini disesuaikan dengan bidangnya pada masing-masing (Harahap, 2015).

Sistem pemeliharaan ternak yang masih dilakukan secara ekstensif menjadi salah satu

faktor pendukung dalam penularan dan penyebaran penyakit yang lebih luas. Ternak

yang menerima vaksin adalah ternak sehat yang sudah dipastikan kondisinya melalui

pemeriksaan fisik umum oleh petugas vaksinator. Khusus pada vaksinasi SE, ternak

kambing yang bunting tidak dilakukan vaksinasi. Ternak yang dijumpai kurang sehat

atau menderita gangguan penyakit tertentu maka tidak diberikan vaksinasi namun

diobati sesuai gejala yang ditemui (Yuliani, Sri, Gerson dan Sakan, 2016).

Actuating adalah bentuk implementasi dari apa yang sudah ditentukan

dalam planning dan tindakan pengorganisasian sebelumnya. Proses actuating adalah

memberikan perintah, petunjuk, pedoman dan nasehat serta keterampilan dalam

berkomunikasi. Actuating merupakan inti daripada manajemen yaitu menggerakkan

untuk mencapai hasil yang maksimal (Harahap, 2015). Pada dasarnya upaya

manajemen kesehatan yang dilakukan di UPT pembibitan ternak hijauan Makanan

24
Ternak kecamatan Singosari Malang adalah melalui pencegahan dan pengobatan.

Upaya pencegahan dilakukan dengan cara pembersihan kandang dan ternak secara

berkala, pemberian vitamin dan obat cacing setiap tiga bulan sekali serta memisahkan

kambing yang sakit di kandang tersendiri. Sedangkan upaya pengobatan penyakit

dilakukan dengan mengobati ternak yang sakit sesuai dengan penyakit yang diderita.

Manajemen kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi

produksi sehingga proses produksi berlangsung optimal dan pada akhirnya

keuntungan dapat dimaksimalkan. Manajemen kesehatan dapat dilakukan melalui

usaha pencegahan penyakitatau penanganan pada ternak yang sakit (Badriyah, 2011).

Controlling merupakan aktivitas berupa pengawasan atau monitoring

terhadap jalannya kegiatan atau organisasi untuk memastikan semua hal berjalan

dengan semestinya. Dalam tindakan controlling ini sekaligus terdapat tindakan

pengukuran dan penilaian (evaluasi) terhadap jalannya pekerjaan, performa kerja

pegawai dan terhadap hasil sementara yang telah dicapai, untuk kemudian diadakan

perbaikan terhadap performa atau hasil yang belum maksimal (Musyaddad dan

Kholid, 2014).Peningkatan produktivitas pada peternakan baik dalam usaha

penggemukan maupun pembibitan sangat dipengaruhi oleh penerapan manajemen

peternakan, baik yang menyangkut pakan, pemeliharaandan pengendalian

penyakit.Keberhasilan usaha penggemukan kambing tidak hanya terletak pada usaha

pengembangan terhadap jumlah ternak yang dipelihara namun juga pada perawatan

dan pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Kurangnya perawatan

dan pengawasan peternak terhadap ternak yang dipelihara membuat masalah dibidang

kesehatan ternak sehingga menyebakan ternak terkena penyakit.Penyakit merupakan

25
ancaman yang perlu diwaspadai peternak, walaupun serangan penyakit tidak

langsung mematikan ternak, tetapi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang

berkepanjangan sehingga menghambat pertumbuhan dan mengurangi pendapatan

(Suyasa, Sarini dan Lindawati, 2016).

BAB III

METODOLOGI

3.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2019 s/d 15 Februari

2019, yang dilaksanakan di UPT PT dan HMT Malang.

26
3.1.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan dalam PKL di UPT PT dan HMT Malang,

antara lain yaitu :

1. Mesin campur, timbangan, alat dorong (gerobak), sabit, skop, dan macam-

macam alat yang ada di UPT PT dan HMT Malang.

2. Kambing peranaan etawah (PE), hijauan makan ternak dan konsentrat

yang ada di UPT PT dan HMT Malang.

3.1.3 Metode Pelaksanaan

Kegiatan praktek kerja lapang ini dilaksanakan secara mandiri oleh

mahasiswa mulai dari mencari lokasi, pendekatan dengan lembaga (Instansi) tempat

PKL sampai pelaksanaannya. Kegiatan ini dibimbing oleh pembimbing praktek kerja

lapang PKL baik intern (dosen pembimbing) maupun ekstern (pembimbing

lapangan). Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan maka metode

yang digunakan dalam pelaksanaan PKL di UPT PT dan HMT Malang adalah

sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan secara langsung,

mahasiswa juga dapat mengamati aktifitas yang dilakukan karyawan selama jam

kerja.

2. Partisipasi

27
Partisipasi merupakan pengembangan data dengan ikut langsung dalam semua

kegiatan yang berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

semua aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan kambing peranakan etawah (PE).

3. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab antara mahasiswa dengan pengelola

atau karyawan perusahaan tersebut secara langsung guna mendapatkan data dan

informasi yang diinginkan.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode yang dilakukan untuk

mendokumentasikan proses pemeliharaan kambing peranaan etawah (PE), yang

meliputi perkandangan, pemberian pakan, kesehatan dan sanitasi kandang kambing

peranaan etawah (PE). Sehingga hasil laporan dapat dipahami oleh penulis, khalayak

sasaran dan pembaca.

3.1.4 Variabel yang Diamati

Adapun variabel yang diamati dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)

ini adalah segala aspek mengenai manajemen pemeliharaan kambing peternakan di

UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Kecamatan Singosari.

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum UPT PT dan HMT Malang

UPT Pembibitan ternak dan Hijauan Makanan ternak Malang berada pada

ketinggian 700-800m dari permukaan laut berada di kaki gunung Arjuna dengan

udara sejuk, temperatur udara tertinggi mencapai 29˚C, terendah 14˚C rata-rata 20-

29
22˚C. Curah hujan 1500-2000 mm/tahun. Kelembaban udara terendah 45% dan

tertinggi mencapai 90% dengan rata-rata 60-70%.

Unit Pelaksana Teknik Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Malang

berlokasi di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan berdiri

pada tahun 1980. UPT PT dan HMT Malang ini mempunyai luas tanah 29,9 hektar

yang merupakan lahan kering dengan struktur tanah berpasir dan sedikit berbatu.

Komoditi utama adalah Kambing Peranaan Etawa (PE) dan Sapi Perah serta hijauan

makanan ternak. Menurut Peraturan Gubernur Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor

130 Tahun 2008 pasal 3 dan 4 UPT PT dan HMT Malang ini memiliki kewenangan

melaksanakan peran Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibidang teknis

pembibitan, pembiakan, budidaya ternak, hijauan makanan ternak, ketatausahaan dan

pelayanan masyarakat.

4.2 Manajemen Pemeliharaan

4.2.1 Planning

UPT PT dan HMT Malang menetapkan perencanaan 5 tahunan, penetapan ini

dilakukan pada tahun 2014 ditetapkan dalam Rencana Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Provinsi Jawa Timur 2015-2019. Perencanaan tahunan dilakukan sebelum

tahun berjalan dan dicantumkan dalam target indikator kinerja program peningkatan

produksi bibit kambing di UPT PT dan HMT Malang.

Target indikator kinerja 2019

Indikator Target

Kelahiran 200 ekor

30
Produksi bibit kambing 75 ekor

Produksi susu kambing 2.000 liter

Produksi bibit HMT 20.0 Stek

Manajemen pemeliharaan Kambing PE di UPT PT dan HMT Malang diawali

dengan pembibitan ternak. Bibit untuk Kambing PE yang didatangkan dari luar ialah

kambing PE jantan sedangkan untuk kambing PE betina dilakukan replacement.

Untuk Kambing PE pejantan dilakukan pergantian setiap 4 tahun sekali, sedangkan

untuk Kambing PE betina dilakukan pergantian setiap 6 tahun sekali.

Pemilihan bibit ternak dapat dilakukan dengan melihat kondisi fisiologis

ternak seperti telinga, warna rambut dan bentuk ubuh ternak yang mengacu pada SNI

7325 tahun 2008 tentang kambing PE. Ternak bibit yang dipertahankan untuk

menjadi calon induk ataupun pejantan unggulan adalah mempunyai telinga yang

panjang dan lebar terkulai kebawah. Untuk warna dilihat dari kombinasi warna putih

dan hitam ataupun putih dan coklat serta warna rambut yang bersih dan mengkilat.

Sedangkan untuk postur tubuh harus terlihat kompak dengan dada yang dalam dan

lebar, garis punggung serta pinggang terlihat lurus, tubuh besar dan panjang. Hal ini

didukung oleh Prabowo (2010) ciri-ciri Kambing PE : Telinga panjang dan terkulai,

panjang telinga 18-30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam. Bulu

Kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak panjang. Bulu

Kambing PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan Kambing PE jantan

dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundak 76-100 cm.

Ternak yang masuk dalam kriteria, kemudian dipelihara di UPT PT dan HMT

31
Malang hingga siap untuk dikawinkan. Ada dua jenis perkawinan yang dikenal dalam

dunia peternakan, yaitu perkawinan alami dan perkawinan buatan atau yang sering

dikenal dengan IB (inseminasi buatan). Perkawinan alami adalah perkawinan secara

langsung yang dilakukan oleh ternak itu sendiri, sedangkan perkawinan buatan atau

IB adalah perkawinan yang tidak langsung dilakukan oleh ternak, sehingga

diperlukan bantuan oleh manusia. Perkawinan yang dilakukan di UPT PT dan HMT

Malang adalah perkawinan secara alami karena menurut pihak UPT PT dan HMT

Malang kawin alami akan menghasilkan tingkat kebuntingan pada ternak lebih tinggi

jika dibanding dengan kawin buatan. Kelemahan dari perkawinan secara alami adalah

S/C tidak dapat dihitung karena sistem perkawinannya berjalan secara alami,

sehingga tidak dapat menghitung berapa kali pejantan mengawini indukan.

Untuk mencapai angka kebuntingan yang tinggi dilakukan perkawinan secara alami

dengan cara mengumpulkan beberapa ekor kambing betina dengan kambing jantan. Rasio

kambing jantan dan betina yang baik untuk perkawinan alami adalah 1:10-50 (Sutama,

2004). UPT PT dan HMT Malang menggunakan metode perkawinan alam dengan

memasukkan pejantan dan betina kedalam satu kandang menggunkan sistem kandang

koloni diisi 7-8 ekor kambing, dengan rasio perbandingan betina : jantan 5 : 1 ekor s/d 10:1

ekor. Perkawinan indukan kambing betina dilakukan pada umur 10-12 bulan, karena pada

saat umur ini secara fisik kambing sudah tumbuh dewasa, baik dewasa tubuh maupun

dewasa kelamin.

4.2.2 Organizing untuk Pembibitan

Pengorganisasian (Organizing) merupakan fungsi kedua dalam manajemen

dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur/alur

32
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan

demikian hasil pengorganisasian adalah struktur/alur organisasi. Struktur/alur

organisasi yang disusun mempunyati tugas dan tanggungjawab masing-masing.

Struktur/alur di lapang UPT PT dan HMT Malang tersaji pada Gambar 5.

Koordinator Kandang

Penanggung Jawab Kandang

Anak Kandang

Gambar 5. Struktur Organisasi Pembibitan

Struktur organisasi yang terlibat saling berhubungan satu sama lain, dimana

koordinator kandang memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan dalam

perusahaan dan bertanggung jawab secara keseluruhan atas kandang. Untuk

memudahkan pekerjaan, koordinator kandang memerintahkan penanggung jawab

kandang untuk melaksanakan intruksi dari koordinator untuk mengaplikasikan

program yang dibuat oleh koordinator kandang. Semua komponen bekerja sesuai

tugas masing-masing untuk mencapai tujuan perusahaan. Jabatan dan Tugas pada

manajemen pembibitan tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Jabatan dan Tugas pada manajemen pembibitan

Jabatan Tugas

33
Koordinator Kandang Menyusun program

Penanggung Jawab Melaksanaakan intruksi dari koordinator

Kandang untuk mengaplikasikan program yang dibuat

oleh koordinator kandang

Anak Kandang Mengaplikasikan program yang dibuat oleh

koordinator dengan arahan dan pengawasan

penanggung jawab kandang.

Koordinator kandang berperan penting dalam menyusun perencanaan yang

dilakukan pada kandang meliputi kriteria bibit yang diinginkan, kebutuhan nutrisi

yang diperlukan dan pemeriksaan kesehatan. Koordinator kandang bertugas sebagai

pengawas kinerja staf kandang dan pemberi arahan kepada staf kandang untuk

melakukan pekerjaan. Koordinator kandang melakukan evaluasi program

perencanaan perkandangan serta kinerja penanggung jawab dan anak kandang

berdasarkan laporan dari penanggung jawab kandang.

Penanggung jawab kandang melaksanakan instruksi yang diberikan oleh koordinator

kadang seperti, mengkontrol lingkungan sekitar kandang dan memberikan

pengarahan kepada anak kandang. Anak kandang dibawah arahan dan pengawasan

penanggung jawab kandang juga melaksanakan program tersebut untuk membantu

penanggung jawab kandang

4.2.3 Organizing

4.2.3.1 Struktur Organisasi

34
UPT PT dan HMT Malang mempunyai struktur organisasi yang menunjukkan

tugas dan wewenang dari masing-masing pengurus. Adapun struktur organisasi di

UPT PT dan HMT Malang berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 130

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Timur. Gambar struktur organisasi pada UPT PT dan HMT

Malang disajikan pada Gambar 1.

Kepala UPT PT dan


HMT Malang

Sub Bag Tata Usaha

Seksi Produksi Seksi Pelayanan

Gambar 1. Struktur organisasi UPT PT dan HMT Malang.

4.2.3.2 Organizing untuk Pakan dan Air Minum

Organizing adalah suatu peraturan yang mengatur sumber daya manusia

yang bekerja secara indvidu maupun kelompok dengan arahan pimpinan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu (Gamma, Hamid dan Riza, 2014). Pengorganisasian

harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dari seluruh petugas yang ikut

berperan, supaya manajemen yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan

yang diharapkan dapat tercapai. Pengorganisasian manajemen pakan di UPT PT dan

HMT Singosari dilakukan oleh petugas lapangan yang terdiri dari petugas pengelola

hijauan, petugas pengelola ternak, petugas pengolah pakan. Pengorganisasian

manajemen pakan kambing PE tertera pada Gambar 11.

Kepala35
UPT PT
dan HMT Malang
Kepala Seksi

Produksi

Petugas Pengolah Petugas Pengelola Petugas Pengelola

Pakan Hijauan Ternak

Gambar 11. Pengorganisasian manajemen pakan di UPT PT dan HMT Malang.

Petugas pengolah pakan bertugas dalam proses penyimpanan bahan baku

pakan, pencopperan bahan pakan, pencampuran bahan pakan konsentrat, pengisian

bahan pakan ke dalam keranjang, pendistribusian pakan ke masing – masing kandang.

Petugas pengelola hijauan bertugas untuk pengadaan pakan hijauan dan petugas

pengelola ternak bertugas dalam proses pemberian pakan dan minum, pembersihan

kandang dan penanganan sisa pakan. Penyimpanan bahan baku hijauan dilakukan

dalam posisi hijauan berdiri dan dalam kondisi terikat agar menghemat ruang

penyimpanan dan memudahkan penanganan.

4.2.4 Actuting

4.2.4.1 Actuating untuk Pakan dan Air Minum

Pakan dan minum merupakan faktor utama yang sangat penting untuk

keberlangsungan hidup hewan ternak. Oleh sebab itu pemberian pakan pada ternak

36
harus rutin dilakukan demi keberlangsungan hidup dan perkembangbiakan ternak.

Pakan yang diberikan di UPT PT dan HMT Malang diberikan sebanyak 2 kali sehari

yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pakan konsentrat diberikan pagi hari antara pukul

07.30 – 08.00 WIB dilanjutkan pemberian pakan hijauan pukul 10.00 WIB sedangkan

di sore hari diberikan pakan hijauan antara pukul 14.00 – 14.30 WIB. Pemberian

pakan konsentrat terlebih dahulu diberikan bertujuan untuk merangsang aktivitas

mikroba rumen sehingga diharapkan ternak dapat mengkonsumsi hijauan dengan

baik. Hal ini didukung oleh Rudiah (2011) bahwa untuk meningkatkan bobot badan

pada ternak kambing, pemberian pakannya sebaiknya dimulai pada pagi hari yaitu

mulai pukul 08.00 – 14.00. Hal ini dilakukan karena pada pagi hari ternak mendapat

kesempatan yang banyak pula untuk mengunyah makanan tersebut. Semakin banyak

waktu yang diberikan kepada ternak kambing untuk mengkonsumsi pakan, maka

akan menghasilkan bobot badan yang lebih optimal. Sebaliknya, pemberian pakan

pada ternak kambing yang dilakukan pukul 14.00 – 17.30, ternak tidak memiliki

kesempatan yang lebih banyak untuk mengkonsumsi pakan dan tidak dapat

menguyah makanannya dengan baik, sehingga akan menghasilkan bobot badan yang

kurang optimal. Kandungan nutrisi masing-masing rumput tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan nutrisi masing – masing rumput

Bahan BK (%) Abu (%) PK (%) SK (%) LK (%)

Rumput

Taiwan 54,67 18,78 16,9 26,45 1,2

(pennisetum

37
purpureum

cv. Taiwan)

Rumput odot

(pennisetum 53,91 16,97 17,03 24,84 1,76

purpureum

cv. Mott)

Rumput raja

(pennisetum 18,6 13,5 24,84 3,5

hibrida)

Sumber : UPT PT dan HMT Malang

Pemberian pakan hijauan dan konsentrat di UPT PT dan HMT Malang

diberikan sesuai jumlah populasi, usia, jenis kelamin, dan status dalam setiap

kandang ternak sehingga terdapat perbedaan untuk masing – masing jumlah

pemberian pakan. Pemberian pakan yang dilakukan pihak UPT PT dan HMT Malang

sudah sesuai dengan kebutuhan ternak setiap harinya. Pemberian pakan konsentrat

tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6. Data perbandingan bahan baku konsentrat

No. Jenis Konsentrat Jumlah (kg)

1 Pollard 225kg

2 DDGS 90kg

38
3 Kopra 100kg

4 Jagung 75kg

5 Mineral 10kg

Sumber : UPT PT dan HMT Malang

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa campuran setiap jenis konsentrat

berbeda hal ini dilakukan karena jumlah kebutuhan nutrisi ternak pada setiap

konsentrat tidak sama. Semua bahan tersebut dapat berubah sewaktu – waktu karena

persediaan bahan baku selalu berubah namun dengan catatan bahan baku tersebut

memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan maupun produksi ternak.

Hidayat (2009) menambahkan bahwa konsentrat merupakan pakan atau campuran

yang kandungan serat kasarnya kurang dari 18%, mudah dicerna, kadar protein dan

energinya cukup tinggi serta dapat melengkapi kebutuhan zat gizi utama ternak yaitu

protein, lemak dan karbohidrat. Bahan konsentrat terdiri atas : onggok, bungkil sawit,

bungkil kopra, bungkil kedelai, geplek, kulit kopi, kulit coklat, molasses, bran

pollard, wheat pollard, DDGS, garam, urea, kapur.

Di bawah ini dapat dilihat pemberian pakan konsentrat setiap harinya pada

setiap kandang kambing maupun tercantum pada Tabel 7

Tabel 7. Data kebutuhan konsentrat (/kg) perkandang

No. Kandang Kambing Jumlah (kg)

1 Kandang A 18kg

2 Kandang B 24kg

39
3 Kandang C 17kg

4 Kandang D 20kg + 1 kg susu Pop

5 Kandang E 12 kg

6 Kandang F 14 kg

7 Kandang G 10 kg

8 Kandang Koleksi 12kg

9 Kandang Karantina 3kg

10 Kandang laktasi 33kg

11 Kandang J dan I 39kg

12 Kandang K dan M 19kg

Sumber : UPT PT dan HMT Malang

Berdasarkan tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan konsentrat

pada setiap kandang tidak sama hal ini karena perbedaan jumlah populasi, status,

maupun usia ternak dalam setiap kandang. Jadi, pihak UPT PT dan HMT Malang

harus menyediakan pakan konsentrat setiap harinya sebanyak 339 kwintal untuk

pakan kambing maupun sapi. Pakan konsentrat tersebut didistribusikan menggunakan

truck dan diberikan pada ternak pada pukul antara 07.30 – 08.00 WIB.

Pengadaan bahan baku pakan hijauan di UPT PT dan HMT Malang dilakukan

secara internal dimana pakan hijauan tersebut diambil dilahan yang sudah ditanamai

dengan berbagai jenis tanaman hijauan. Pakan hijauan yang akan diberikan pada

ternak akan dilayukan terlebih dahulu di dalam gudang untuk mengurangi kadar air

yang terdapat pada hijauan tersebut. Hal ini juga didukung oleh

pernyataanSiregar(1994) bahwa hijauan ternak yang baru dipotong masih memiliki

40
kandungan air yang tinggi yaitu 70 sampai 80% agar hijauan mengalami penurunan

kadar air menjadi 65 sampai 75% maka hijauan perlu diangin – anginkan terlebih

dahulu selama 24 jam hingga hijauan tersebut lentur dan layu ketika dipatahkan,

tujuannya yaitu untuk meningkatkan nilai palatabilitas dan menghindari ternak

terkena bloat atau kembung.

Selain menggunakan pakan hijauan pihak UPT PT dan HMT Malang

memberikan pakan legum yang beraneka ragam diantaranya yaitu daun gamal,

pahitan, kaliandra, dan lamtoro. Namun, pakan legum hanya diberikan pada ternak

kambing saja, seharusnya akan lebih baik jika ternak sapi juga diberikan pakan legum

walaupun dalam jumlah sedikit karena daun – daunan legum memiliki kandungan

nutrien yang baik, terutama kandungan PK yang tinggi sehingga sangat baik

digunakan sebagai pakan ternak. Aulia (2001) menyatakan bahwa legum pohon

sebagai tanaman pakan di daerah tropis mempunyai peran penting dalam penyediaan

pakan hijauan yang berkualitas tinggi bagi ternak.

Hijauan tersebut diberikan pada ternak dalam kondisi sudah dipotong kecil –

kecil dengan menggunakan mesin pencacah (chopper). Pencopperan bertujuan untuk

menghindari seleksi pakan terutama pada batang daun dan meningkatkan palatabilitas

ternak serta mengefesienkan waktu dan tenaga. Sesuai dengan pernyataan kushartono

(2003) bahwa pencacahan pakan hijauan dapat dilakukan secara konvensional

menggunakan sabit atau golok dengan efesiensi yag rendah dan ukuran cacahan yang

kurang seragam, dan secara modern menggunakan mesin pencacah dengan hasil yang

lebih efesien. Pencahahan pakan hijauan dilakukan untuk memudahkan dalam

pendistribusian dan pemberian pakan pada ternak, serta ternak lebih mudah

41
mengkonsumsi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (2011) bahwa

pemberian pakan hijauan yang dicacah sekitar 5 cm akan meningkatkan konsumsi

pakan, karena bagian batang yang agak keras dapat dikonsmsi oleh ternak.

Setelah pencopperan, hasil copperan dimasukkan ke dalam keranjang dengan

berat sekiatr 20 kg – 25 kg per kerangkang lalu di distribusikan menggunakan truck

ke masing – masing kandang ternak. Rincian kebutuhan pakan disajikan pada Tabel

dibawah.

Tabel . Pemberian hijauan sebagai berikut :

No Lokasi Berat pakan Kg/hari Keranjang

1 Kandang laktasi 600 24

2 Kandang A 300 12

3 Kandang B 300 12

4 Kandang C 300 12

5 Kandang D 350 14

6 Kandang E 100 4

7 Kandang F 100 4

8 Kandang G 150 6

9 Kandang I 100 4

10 Kandang J 300 12

11 Kandang K 200 8

12 Kandang M 50 2

13 Kandang koleksi 150 6

42
14 Kandang karantina 50 2

15 Kandang sapi laktasi 750 30

16 Kandang sapi kering 450 18

17 Kandang sapi dara 300 12

Sumber : UPT PT dan HMT Malang

Jadi, total keseluruhan jumlah pakan hijauan yang harus disediakan setiap

hari oleh UPT PT dan HMT Malang adalah sebanyak 182 keranjang dengan

akumulasi hitungan sama dengan 182 keranjang x 25 kg = 4.550 kg pakan hijauan

untuk pakan kambing dan sapi.

4.2.4.2 Perkawinan

Perkawinan merupakan salah satu kegiatan dalam manajemen pemeliharaan

ternak. Perkawinan bertujuan untuk meningkatkan produktifitas usaha peternakan.

Perkawinan pada ternak dibagi menjadi 2 cara yaitu secara alami dan buatan yaitu

inseminasi buatan (IB). Pada UPT PT dan HMT Malang perkawinan dilakukan secara

alami. Dalam satu kendang tersedia 1 ekor induk pejantan yang akan mengawini

induk betina yang siap di kawini atau yang telah memunculkan tanda-tanda birahi. Di

UPT PT dan HMT Malang kambing PE yang sudah dapat dikawinkan adalah ternak

yang telah berumur 13 bulan dan telah dewasa keamin. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kurniasih dkk (2013) yang menyatakan bahwa pada ternak kambing dan

domba terjadi pada umur 6-12 bulan, dewasa kelamin pada umur 4-6 bulan. Namun

untuk tujuan perkawinan, sebaiknya pejantan digunakan setelah mencapai antara 10-

18 bulan. Gambar Ternak Kambing PE yang sedang Birahi tersaji pada Gambar 2.

43
Gambar 2. Ternak Kambing PE yang sedang birahi (sumber : Dokumentasi

pribadi)

Perencanaan manajemen pembibitan juga meliputi kebuntingan.

Kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya ability

normal (Kusuma, Adhianto, Ngadiyono, Kustantinah, dan Suparta, 2012).

Manajemen yang digunakan untuk penanganan ternak bunting di UPT PT dan HMT

Malang yaitu dilakukan pemotongan bulu pada pada ternak bunting sebelum

kelahiran yang bertujuan agar nantinya pada saat proses kelahiran penangannya lebih

mudah, sedangkan dari segi pakannya di UPT PT dan HMT Malang diberikan pakan

seperti ternak lainnya, penanganan selanjutnya yaitu dengan melakukan pemindahan

kandang dari kandang laktasi ke kandang bunting atau kandang kelahiran.

Kelahiran (parturition, partus, delivery, mise bas) merupakan akhir dari

periode kebuntingan (Dima, 2015). Diperlukan perhatian khusus terhadap ternak di

UPT PT dan HMT Malang, ternak yang sulit untuk mengeluarkan anaknya harus

dibantu oleh anak kendang atau petugas pada saat itu. Menurut. Kurnianto, Johari dan

Kurniawan (2007) menyatakan bahwa tanda-tanda utama menjelang kelahiran

berhubungan dengan perubahan ligamentum pelvis, pembesaran dan adanya oedema

44
vulva dan aktifitas kelenjar mammae. Tanda-tanda ini sangat berguna sebagai

petunjuk, walaupun sangat bervariasi untuk memperediksi secara tepat tanggal

kelahiran. Kemudian cempe yang baru lahir akan dibantu untuk minum kolostrum

langsung dari ambing induknya dan dibersihkan mulut dan hidungnya dari lendir

yang masih menempel agar tidak mengganggu cempe. Kemudian induk ternak

diberikan suntikan vitamin setelah partus. Cempe yang baru lahir dan Cempe sedang

dibantu untuk mengkonsumsi kolostrum terdapat pada gambar 3`

Gambar 3. Cempe yang baru lahir

4.2.4.3 Actuating untuk Pembibitan

Pelaksanaan (Actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota berusaha untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Suatu

perencanaan dan pengorganisasian akan terlihat baik apabila pelaksanaan yang

dilakukan juga baik.

Pelaksanaan awal yang dilakukan pada UPT PT dan HMT Malang yaitu

dengan seleksi. Seleksi yang berada di UPT PT dan HMT Malang yaitu seleksi

periode sapih, seleksi periode umur 8-12 bulan dan seleksi afkir. Dalam perencanaan

seleksi dapat dilakukan dengan menetapkan prosedur yang baik sehingga tujuan

45
seleksi dapat tercapai. Pelaksanaan seleksi periode sapih di UPT PT dan HMT

Malang dilakukan dengan melihat sifat kualitatif dan kondisi fisik cempe saat seleksi.

Waktu pelakasanaan seleksi periode sapih dilakukan pada saat cempe berumur 3

bulan dengan kriteria warna hitam putih ataupun coklat putih, garis muka cembung,

telinga melipat dan mengarah kedepan. Kondisi fisik cempe saat sapih harus dalam

keadaan sehat. Pada program seleksi ini cempe yang memenuhi kriteria seleksi secara

kualitatif langsung digunakan untuk replacement. Sedangkan untuk cempe yang tidak

memenuhi kriteria akan diafkir dengan dipelihara. Khusus ternak afkir hingga

mencapai dewasa untuk dijual. Seleksi selanjutnya yaitu pada periode umur 8-12

bulan, pada seleksi ini dinilai secara kuantitatif karena pada seleksi ini digunakan

pula untuk program seleksi calon pejantan dan calon indukan. Kemudian untuk

penanganan induk pasca Kelahiran yaitu sebagai berikut:

1. Dibersihkan vulva dari sisa – sisa plasenta yang menempel pada badan induk

2. Diberikan injeksi antibiotik jika pada saat proses kelahiran induk mengalami

kesusahan dalam mengeluarkan fetus

3. Diberikan vitamin b kompleks untuk memulihkan energi induk pasca

kelahiran

4. Disemprotkan gusanex agar tidak terjadi infeksi

Sedangkan penanganan terhadap cempe yang baru lahir yaitu ebagai berikut:

1.Membersihkan lendir di mulut dan hidung

2.Memberikan pertolongan nafas buatan jika cempe kesulitan dalam bernafas

Sedangkan penanganan terhadap cempe yang baru lahir yaitu ebagai berikut:

1. Membersihkan lendir di badan dengan menggunakan kain kering

46
2. Diberikan kolostrum

3. Ditempatkan ternak di tempat yang kering

4. Dekatkan anak kambing dengan induknya untuk meningkatkan

mothering ability

. 4.2.4.4 Organizing untuk Perkandangan

Organizing atau pengorganisasian adalah suatu peraturan yang mengatur

sumber daya manusia yang bekerja secara individu maupun kelompok dengan arahan

pimpinan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Gamma dkk, 2014).

Pengorganisasian disusun dalam bentuk bagan organisasi atau struktur organisasi, dan

pekerja dibagi menjadi beberapa jabatan. Hal tersebut disesuaikan tugas dan tanggung

jawab yang dibebankan pada semua anggota organiasasi menurut skill dan

kemampuan masing-masing individu. Bagan organisasi manejemen perkandangan

disajikan pada Gambar dibawah.

Koordinator Penanggung Jawab Anak


Kandang Kandang Kandang

Gambar 12. Bagan Organisasi Manajemen Perkandangan

Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam UPT PT dan HMT Malang

yang sesuai dengan bidang usahanya. Program kerja tersebut disesuaikan dengan

perencanaan yang diberikan oleh koordinator kandang kepada penanggung jawab

kandang yang nantinya akan disampaikan ke anak kandang. Program kerja ditentukan

oleh penanggung jawab kandang dengan memberikan jadwal kegiatan kerja per hari.

Dengan demikian kegiatan kerja anak kandang dapat berjalan dengan baik dengan

47
pengawasan penanggung jawab kandang. Pembagian tugas di UPT PT dan HMT

Malang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Jabatan dan Tugas pada Manajemen Perkandangan

Jabatan Tugas

Koordinator Kandang Menyusun program untuk

mempersiapkan kandang yang baik untuk

kambing PE baik dari segi model maupun

fasilitas kandang

Penanggung Jawab Kandang Melaksanaakan intruksi dari koordinator

untuk mengaplikasikan program yang

dibuat oleh koordinator kandang.

Anak Kandang Mengaplikasikan program yang telah

dibuat oleh koordinator kandang dengan

arahan dan pengawasan

Koordinator Kandang di UPT PT dan HMT Malang menggunakan sistem

kandang model panggung dengan bentuk kandang koloni. Kandang panggung adalah

kandang yang kontruksinya dibuat panggung (di bawah lantai kandang terdapat

kolong) yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Alas kandang yang digunakan

bisa terbuat dari kayu atau bambu. Sesuai dengan pernyataan Indra (2011) bahwa

kandang kambing biasanya dibuat panggung dengan tujuan urin dan feses bisa jatuh

ke bawah melalui sela lantai panggung karena kandang yang bercampur dengan feses

48
dan urin akan mengganggu kesehatan ternak. Lantai bawah panggung juga

merupakan tempat mengumpulkan kotoran kambing yang biasa digunakan sebagai

pupuk kandang. Rasyid,Efendi, dan Mariyono (2012) menambahkan bahwa letak

bangunan kandang yang baik mempunyai permukaan lebih tinggi sehingga terhindar

dari genangan air dan mempermudah pembuangan kotoran, tidak berdekatan dengan

tempat tinggal penduduk, tidak mengganggu kesehatan lingkungan, jauh dari jalan

umum, dan pembuangan limbah tersalur dengan baik. Kandang panggung di UPT PT

dan HMT Malang tersaji pada Gambar 13.

Gambar 13. Kandang Panggung di UPT PT dan HMT Malang

Sedangkan kandang koloni adalah kandang yang memiliki luas kandang

yang disesuaikan dengan ukuran tubuh ternak dan jumlah ternak yang dipelihara

sehingga kandang tersebut dapat menampung lebih dari satu ternak dalam satu

kandang. Kandang tipe ini memiliki keunggulan dapat menampung ternak banyak

dan memudahkan peternak dalam mengelola ternak. Sedangkan, kelemahan yang

dimiliki kandang koloni adalah dekatnya jarak antara satu ternak dengan ternak

lainnya menyebabkan intensitas penularan penyakit akan lebih tinggi. UPT PT dan

HMT Malang berada di dataran tinggi dengan ketinggian 700 – 1000 m di atas

permukaan laut dan kelembaban lingkungan berkisar 60 – 90 % serta temperatur

udara berkisar 19 - 27°C.

49
4.2.4.5 Actuating untukPerkandangan

Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok

sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran

perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut, oleh karena para

anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut (Dimas, 2010).

Penanggung jawab kandang melaksanakan program pembagian

perkandangan kambing di UPT PT dan HMT Malang sesuai dengan ukuran kandang

di UPT PT dan HMT Malang yang disajikan pada Tabel dibawah ini.

Tabel. Ukuran kandang di UPT PT dan HMT Malang

Ukuran Kandang
Kepadatan Tipe
Kandang Panjang Lebar Jumlah
(m2) Kandang
(m) (m) (ekor)

A 15,4 6,72 38 2,58 HH

B 15,4 6,72 44 2,24 HH

C 15,4 6,72 42 2,32 TT

D 15,4 6,72 54 1,81 TT

E 15,4 6,72 45 1,12 HH

F 10 5,3 34 1,19 TT

G 10 5,3 48 1,06 TT

I 30 4 56 2,06 ST

J 30 4 67 1,66 ST

K 12 9,7 21 5,06 HH

50
Laktasi 24 5 67 1,73 HH

M 8,3 5,3 16 4,64 ST

Total 532

Sumber : Data Primer

Keterangan

HH : Head to Head

TT : Tail to Tail

ST : Stall Tunggal

Kandang di UPT PT dan HMT Malang dapat dibuat secara tunggal atau

ganda, tergantung dari jumlah ternak yang dipelihara. Menurut Ilham dan Muktahar

(2018) menyatakan bahwa Tipe tunggal, yakni tipe kandang yang ternaknya hanya

satu baris atau sejajar dan dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, serta

pembuangan kotoran. Penggunaan kandang tipe tunggal di UPT PT dan HMT

Malang adalah kandang I,J dan M. Kandang tipe ganda di bagi menjadi dua yaitu

kandang Head to Head dan kandang Tail to Tail. Suherman dan Kurniawan (2017)

berpendapat bahwa kandang Head to Head dirancang dengan satu gang bertujuan

agar mempermudah saat memberi pakan dan efisiensi waktu. Tipe kandang ini adalah

tipe kandang yang paling banyak digunakan di UPT PT dan HMT Malang. Kandang

yang menggunakan kandang Head to Head ini adalah kandang A,B,E,K dan Laktasi.

Kelebihan dari kandang ini adalah memudahkan anak kandang untuk memberikan

pakan kepada ternak, sedangkan kekurangan kandang ini adalah anak kandang

kesulitan untuk membersihkan kandang karena harus berpindah dari satu gang ke

51
gang lain/dari pen satu ke pen lainnya. Kandang Head to Head dapat dilihat pada

Gambar dibawah

Gambar. Kandang Head to Head

Marom, Kalsum dan Ali (2017) menyatakan bahwa kandang Tail to Tail

terdapat 2 gang dengan tujuan untuk mempermudah saat membersihkan feses.

Kandang tipe ini tempat palung berada di luar atau antar ekor kambing saling

berhadapan. Keuntungan dari kandang ini adalah anak kandang mudah dalam

pembersihan kotoran melalui lorong di tengah. Kekurangannya adalah memperlama

pemberian pakan karena harus pindah-pindah gang. Kanang tipe ini biasanya banyak

dipergunakan dalam peternakan sapi perah. Kandang tipe ini di UPT PT dan HMT

Malang jarang digunakan, karena kandang tipe ini mempersulit dalam pemberian

pakan. Kandang yang menggunakan tipe kandang Tail to Tail adalah kandang C,D,F

dan G.

4.2.4.6 Controlling untuk Perkandangan

52
Controlling atau Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk

menilai dan mengendalikan jalan suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan (Samryn. 2012).Koordinator kandang mengontrol

fasilitas kandang di UPT PT dan HMT Malang antara lain tempat pakan, tempat

minum, sapu lidi dan arco. Bahan tempat pakan sendiri ada beberapa bahan antara

lain bata, seng dan kayu. Tempat pakan yang terbuat dari bata terdapat di kandang

Laktasi, untuk yang terbuat dari seng terdapat di kandang A, kandang B, kandang

cempe, dan sebagian di kandang pembesaran dan bahan tempat pakan yang terbuat

dari kayu kandang C, kandang D, sebagian kandang pembesaran dan kandang

karantina. Di atas tempat pakan terdapat celah yang dapat dimasuki kepala kambing

yang terbuat dari besi atau kayu sehingga kambing lebih mudah dalam mengambil

pakan. Menurut Kusumastuti (2012) bahwa lebar celah kandang untuk tempat

mengeluarkan kepala kambing ketika makan sebaiknya sekitar 30 cm. Tempat minum

di UPT PT dan HMT Malang sendiri terbuat dari dua bahan antara lain beton dan

plastik. Kandang yang menggunakan tempat pakan terbuat dari beton terdapat di

kandang A, kandang B dan sebagian kandang pembesaran. Tempat pakan yang

terbuat dari plastik atau ember terdapat di kandang laktasi, kandang Induk anak,

kandang cempe, sebagian kandang pembesaran dan kandang karantina. Kelebihan

tempat pakan yang terbuat dari beton lebih awet dibanding dengan yang terbuat dari

plastik, seng atau kayu. Untuk sapu lidi dan arco terdapat disetiap kandang untuk

digunakan untuk membersihkan.

Kandang kambing UPT PT dan HMT Malang memiliki parit yang berada

disamping kandang dengan bahan semen, diharapkan urin kambing dan aliran air

53
dapat mengalir dengan lancar. Parit tersebut berfungsi untuk menampung urine dan

feses kambing yang jatuh, dan juga berfungsi sebagai jalan air pada saat hujan

sehingga air tidak tergenang di sekitar kandang kambing. Menurut Ako (2011) bahwa

kandang sebaiknya terletak pada tempat yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya.

Sekeliling kandang harus dilengkapi selokan dengan ukuran 20 cm dengan

kedalaman 25 cm. Dengan adanya selokan maka air pembersih kandang, urin, dan

feses ternak mudah mengalir untuk dikumpulkan di dalam bak pembuangan kotoran.

4.2.4.7 Sanitasi dan biosecurity

Perawatan merupakan suatu kegiatan menjaga kondisi ternak untuk tetap

dalam kondisi sehat dan baik serta terhindar dari penyakit. Tujuan perawatan yaitu

menunjang kesehatan, mengurangi resiko ternak terjangkit penyakit dan menghindari

adanya kemungkinan ternak terluka. Ternak yang sakit dapat dilihat secara langsung

dari ciri visual ternak tersebut.

Ciri visual ternak yang sehat dibandingkan dengan ternak yang sakit adalah

pergerakan ternak sehat cenderung aktif dan lincah sedangkan ternak yang sakit

kurang aktif dan lincah, mata ternak yang sehat terliht jernih dan ternak yang sakit

terlihat pucat dan sayu, bulu untuk ternak yang sehat adalah halus dan bersih

sedangkan untuk ternak yang sakit cenderung kasar, kusam dan kondisi berdiri. Nafsu

makan ternak yang sehat normal dan ternak yang sakit berkurang nafsu makan, untuk

kondisi lender dilubang alami nampak tidak ada pada ternak yang sehat dan pada

ternak yang sakit terdapat lender pada lubang alami, suara nafas ternak yang sehat

cenderung halus dan teratur serta tidak tersengal-sengal dan untuk ternak yang sakit

suara nafnya cenderung ngorok dan tidak beraturan (Astiti, 2010).

54
Pemeriksaan kondisi ternak diperlukan dalam suatu usaha peternakan untuk

menjaga status kesehatan ternak tersebut. Pemeriksaan di UPT PT dan HMT Malang

dilakukan setiap hari untuk mengetahui status kesehatan ternak setiap ternak dari luar

dan pada setiap organ tubuh ternak tersebut. Pada status kesehatan ternak itu

memungkinkan adanya kelainan atau tidak. Menurut Widyono (2003) pemeriksaan

diawali dengan inspeksi terhadap tingkah laku, cara jalan, kondisi tubuh, suara,

lubang tubuh dan aktivitas menyusut serta dilakukan pengukuran frekuensi nafas,

frekuensi pulsus dan pengukuran rektal (suhu tubuh). Hewan sehat didefinisikan

sebagai hewan yang memenuhi kriteria vitalis anak kambing dan domba sebagaimana

konjugtiva mata merah rosa dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit sistemik.

Program kesehatan selanjutnya adalah pengobatan ternak yang terkena

penyakit. Pengobatan yang dilakukan di UPT PT dan HMT Malang setelah

mengetahui dari hasil pemeriksaan kondisi ternak. Adapun penyakit yang ditemukan

selama PKL (Praktek Kerja Lapang) di UPT PT dan HMT Malang yaitu scabies, pink

eye, kembung dan mastitis.

Membersihkan kandang merupakan suatu hal yang biasa dilakukan,

bertujuan untuk menjaga kebersihan ternak, menjaga kebersihan lingkungan sekitar

kandang agar ternak terhindar dari bibit penyakit, di UPT PT dan HMT Malang,

sanitasi dilakukan dengan 2 cara yaitu secara mekanik dan secara kimiawi

1. Secara mekanik dengan mengunakan peralatan kandang dilakukan secara

rutin pagi dan sore hari, pada pagi mulai pukul 06:30 dan untuk sore hari

mulai pukul 13:30 dengan menggunakan peralatan sapu lidi, sekop dan traktor

pengangkut kotoran. Kegiatan ini meliputi : menyapu lantai kandang

55
membersihkan palungan, membersihkan tempat minum dan membersihkan

kotoran ternak.

2. Secara kimiawi dilakukan secara rutin setiap 21 hari sekali dengan

menggunakan alat sprayer dan obat-obatan khusus sesuai dengan kebutuhan,

kegiatan ini meliputi : penyemprotan Desta-san (antisetika desinfektan) pada

kandang dan lingkungan kandang, sedangkan obat-obatan yang biasa dipakai

yaitu obat-obatan anti parasit seperti : kututox, cipperkiller dan taktic

(amitras), obat-obatan anti parasit dan anti virus : TH4. Desinfektan berupa

destan dan povidone iodine.

Pelaksanaan biosecurity di kandang UPTPT dan HMT Malang belum

berjalan. Hal tersebut terlihat pada tidak berfungsinya kontrol lalu lintas pekerja,

ternak maupun kendaraan yang keluar masuk area UPTPT dan HMT Malang yang

belum berjalan teratur. Perlengkapan yang digunakan penanggung jawab dan anak

kandang saat memasuki kandang di UPT PT dan HMT Malang masih belum sesuai

standar seperti pakaian dan sepatu yang digunakan tidak disediakan secara khusus

dari perusahaan dan kebersihannya tidak terjaga. Penyebaran penyakit pada ternak

tidak hanya dari ternak, melainkan dapat pula dari manusia ke ternak. Oleh sebab itu

perlu adanya kejelasan tugas pada setiap anak kandang seperti hal tersebut perlu

dihindari untuk meminimalisir penyebaran penyakit dari ternak lain melalui anak

kandang sesuai dengan manajemen biosecurity.

4.2.5 Controlling

Controlling atau pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk mencocokkan

apakah kegiatan operasional di lapangan sesuai dengan rencana (planning) yang telah

56
ditetapkan dalam mencapai tujuan dari organisasi (Glendoh, 2002). Pengawasan di

UPT PT dan HMT Malang dilakukan secara internal dan eksternal.

Pengawasan internal dilakukan oleh pejabat structural dan pngawa bibit

ternak yang meliputi :

 Kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan SOP.

 Metode pencatan, pengolahan data dan seleksi.

 Kualitas bibit ternak (kesesuaian dengan SNI)

Pengawasan eksternal dilakukan oleh :

 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur yang bertugas mengawasi

kinerja UPT PT dan HMT Malang secara keseluruhan.

 Inspektorat Provinsi Jawa Timur yang meliputi pencapaian sasaran

kinerja pelaksanaan Administrasi dan keuangan

 Auditor ISO 9001: 2015 dari Australia-New Zeland Join

Standarisation yang mliputi pengawasan pelaksanaan sistem

manajemen mutu.

57

Anda mungkin juga menyukai