Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asthma merupakan penyakit yang menahun yang menyerang paru-
paru dan merupakan penyakit dengan pasien terbanyak di dunia. Menurut The
Global Initiative For Asthma ( GINA ) pada tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai
hari asthma sedunia karena penderita asthma semakin meningkat ( Dayu, 2011
). Gejala pada setiap anak pasti berbeda-beda tetapi gejala yang sering muncul
seperti sesak nafas, batuk, suara mengi dan sulit untuk berbicara, kejadian
yang paling parah adalah kematian.Penyakit ini tidak dapat menular, ada
beberapa pendapat yang mengatakan bahwa penyakit ini tidak bisa di
sembuhkan tetapi ada juga yang bilang jika penyakit asthma bias
disembuhkan dengan penangan medis yang teratur.
Asthma merupakan penyakit yang meningkat dari tahun ketahun dan
perlu perhatian yang lebih terutama terhadap anak-anak. Menurut data WHO
di perkirakan angka kejadian penderita asthma diseluruh dunia sekitar 300
juta orang, diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 400 juta
jiwa.Asma tanpa disadari merupakan kondisi yang berbahaya terutama bagi
penderita asthma yang tidak terkontrol, asthma merupakan penyebab kematian
ke 5 tertinggi di seluruh dunia. Sekitar 250.000 jiwa penderita asma setiap
tahunya meninggal dunia. Di Indonesia sendirisekitar 10 % masyarakat
menderita asthma dengan berbagai varianya, dan masuk dalam 10 besar
penyakit yang mematikan dan kesakitan. Diperkirakan masih dalam taraf yang
tinggi pada anak-anak.
Menurut kemenkes RI ( 2011 ) penyakit asthma di indonesia
merupakan penyakit yang masuk dalam katagori sepuluh besar yang
menyebabkan kematian dan kesakitan. Di negera berkembang penyakit
asthma mencapai 80 % di akibatkan karena kemiskinan, kurangnya tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan fasilitas pengobatan yang tidak memadai. Jika
penyakit asma tidak dapat terkontrol dengan baik akan mengakibatkan
peningkatan mencapai 20 % untuk sepuluh tahun mendatang. Untuk anak
sendiri yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan menimbulkan
bahaya yang lebih serius di antaranya: akan menghambat tumbuh kembang
anak, bahkan sampai menyebabkan kematian. Asthma merupakan penyakit
yang tidak bisa sembuh tetapi bisa melalui pengendalian yaitu melalui cara
menghindari faktor-faktor penyebab pemicu timbulnya asma. Pemicu asthma
bisa dari benda-benda yang ada disekitar kita seperti bulu binatang, debu,
serbuk sari dll, tetapi setiap orang memiliki pemicu yang berbeda-beda tetpi
yang sering di jumpai atau pada umumnya adalah udara dingin, kegiatan yang
berlebihan.
Pada saat asthma menyerang secara otomatis saluran pernafasan akan
terjadi penyempitan dan cairan lengket yang melekat di bagian dinding bagian
dalam akan semakin meningkat. Selama kekambuhan terjadi anak akan sering
mengalami sulit tidur, mudah lelah, dan aktivitas berkurang (syafriani, 2014 ).
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka penyusun tertarik untuk mengupas
topik tentang asma pada anak.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini agar kita semua terutama orang tua dan
perawat dapat memahami mengenai serangan asthma apada anak – anak dan
mengetahui tatacara pelaksanaan penanganan asthma pada anak. Selain itu
juga untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah keperawatan
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah
suatu penyakit obstruksi pada jalan napas secara riversibel yang ditandai
dengan inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan napas terhadap berbagai
stimulan (Suriadi, 2010).
Asthma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel,
eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan
gejala dyspnea, whizing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat
revesibel dan terjadi secara episodik berulang (brunner dan suddarth, 2011).
Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang
anak-anak hingga orang dewasa. Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi
ketka terjadi gangguan pada sisrem pernapasan yang menyebabkan penderita
mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, sesak di dada terutama
ketika malam hari atau dini hari. (Dharmayanti, Hapsari, Azhar, 2015)
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan
indra penciuman. Bentuk dan stuktur hidung menyerupai piramida atau
kerucut dengan alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars
horizontal osis palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem
pernapasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-
serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus yang mencegah
masuknya benda-benda asing yang menggangu proses pernapasan.
2. Faring
Faring adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara
basis kranii dan vertebrae servikalis VI. Di antara basis kranii dan esofagus
berisi jaringan ikat digunakan untuk tempat lewat alat-alat di daerah faring.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang
dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum. Sebelah atas
pintu masuk laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari efiglotis aritenoid
dan pita interaritenoid, dan sebelah bawah tepi bawah kartilagokrikoid. Tepi
tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian
atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.
4. Trakea
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C
yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput,
terletak diantara vertebrae servikalis VI sampai tepi bawah kartilago krikoidae
vertebrata torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm dan diameter 2,5 cm, dilapisi
oleh otot polos, mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-
balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.
5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea, terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama
dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan
berjalan kebawah kearah tampuk paru-paru. Bronkus mengadakan pendekatan
pada lobus pernafasan, struktur dalam bronkus berbeda dengan diluar
bronkus.
6. Pulmo
Paru-paru merupakan organ utama sistem pernapasan yang berda di dalam
rongga dada, terdiri atas paru kanan dan paru kiri. Paru-paru dibungkus
kantung yang dibentuk oleh pleura paritalis dan pleura viseralis. Di antara
paru kanan dan paru kiri terdapat mediasternum yang berisi jantung, aorta,
dan arteri besar, pembuluh darah vena besara, trakea. Kelenjar timus, saraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Kedua paru sangat lunak
dan elastis, mampu mengembang dan mengempis secara bergantian. Sifat
elastis paru disebabkan oleh adanya serat-serat jaringan ikat elastisdan
tegangan permukaan alveolus. Paru-paru berwarna biru keabu-abuan dan
berbintik-bintik akibat dari partikel-partikel debu yang masuk dimakan
fagosit, banyak ditemukan pada pekerja tambang.

Paru-paru dan dinding dada adalah sturtur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada, paru-paru dengan
mudah mengembang dadalam dinding dada. Tekanan pada ruang antara paru-paru
dan dinding dada dibawah tekanan atmossfer, paru-paru teregang dan berkembang
pada waktu bayi baru lahir. Pada waktu lahir ekspirasi tenang kecenderungan recoil
dinding dada diimbangi oleh kecenderungan dinding dada untuk recoil kearah yang
berlawanan. Paru-paru dapat mengembang dan mengempis melalui dua cara, yaitu (1)
dengan cara gerakan diafragma untuk membesar dam memperkecil rongga dada, serta
(2) dengan depresi atau elevasi tulang iga untuk memperbesar dan memperkecil
diameter anterposterior rongga dada. (Syafuddin, 2016)

C. Etiologi

Menurut Suriadi dan Yulianni (2010) etiologi dari Asthma yaitu:

1. Faktor ekstrinsik: reaksi antigen antibodi; karena inhalasi alergen (debu,


serbuk – serbuk, bulu binatang).
2. Faktor instrinsik; infeksi; para influenza virus, pneumonia, mycoplasmal.
Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.
Polusi udara (CO₂, asap rokok, parfum). Emosional; taut, cemas dan
tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor penerus.

D. Manifestasi klinis
Menurut Suriadi dan Yulianni (2010) manifestasi klinis asthma yaitu:

1. Wheezing
2. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot – otot asesori
pernapasan, cuping hidung, retraksi dada dan stridor.
3. Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan napas
sempit.
4. Tachhypnea, tachycardia, orthopnea.
5. Gelisah
6. Berbicara sulit atau pendek karena napas sesak
7. Diaphorosis
8. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
9. Fatigue
10. Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan bahkan bicara
11. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
12. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest)
13. Serangan yang tiba – tiba atau berangsur angsur
14. Auskultasi; terdengar ronchi dan crackles

E. Komplikasi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2010) komplikasi dari asthma yaitu:
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal napas
2. Chronc persistent bronchitis
3. Bronchiolitis
4. Pneumonia
5. Emphysema

F. Patofisiologi
Asthma pada anak terjadi karena adanya penyempitan pada jalan napas
dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan
adanya bahan iritasi atau allergen otot – otot bronkus menjadi spasme dan zat
antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi.
IgE dimunculkan pada reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran
histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala
asthma. Reson asthma terjadi dalam tiga tahap; pertama tahap immedate yang
ditandai dengan bronkokonstriksi ( 1 – 2 jam , tahap delayed dimana
bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4 – 6 jam dan terus menerus 2 – 5 jam
lebih lama; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif
jalan napas beberapa minggu atau bulan. Asthma juga dapat terjadi faktor
pencetusnya karena latihan, kecemasan dan udara dingin. Selama serangan
asthmatik, bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mokus. Hal
ini menyebabkan lumen jalan napas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan napas dan dapat menimbulkan distres
pernapasan. Anak yang mengalami asthma mudah untuk inhalasi dan sukar
dalam ekshalasi karena edema pada jalan napas. Dan ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan napas menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O₂, sehingga
terjadi penurunan pO₂ (hypoxia). Selama serangan asthmatik, CO₂ tertahan
dengan meningkatnya resistensi jalan napas selama ekspirasi, dan
menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem
pernapasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernapasan
(tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat
menurunkan kadar CO₂ dalam darah (hypocapnea).
G. Pathways
Stimulus non Pengaktifan sel Stimulusn immunologik
antigen
immunologik;
infeksi virus, stimulus
fisik dan kimia

autonomic sistem persarafan Sel mast, sel epitel


refleks axon neuropeptida makrofag, eosinofil limposit

Mediator radang
Kontraksi otot – otot pernapasan
Kemotaksis

Respon granulosit; netrofil, eosninofil,


Basofil, aktifnya sel mononukleus,
Makrofag, limfosit

Mediator radang

Edema bronkus, infiltrat seluler


Fibrosis subetipel, sekresi mukus meningkat,
Permeabilitas vaskuler dan mukosal

Hiperresponsif jalan napas

Asthma

Gambaran patofisiologi / pathways;


Sumber: Suriadi, Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta:
CV. Agung Seto, Ed 2

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Terapeutik
a) Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
b) Terapi cairan parenteral
c) Terapi pengobatan sesuai program;
Beta2 agonist untuk mengurangi bronkospasme: albuterol
(proventil, ventolin), dengan pemberian oksigen, dosis oral; 0,1
mg/kg setiap 8 jam; nebulizer; 0,15 mg/kg per dosis dalam 2ml
normal salin; inhalasi 1 atau 2 isapan setiap 4 - 6 jam. Efeknya
tachycardia, palpitasi,pusing kepala, mual, dysrythnia, tremor,
hipertensi dan insomnia. Intervensi keperawatan; jelaskan pada
oran tua tentang efek samping dan cara melakukan nebulizer dan
fisioterapi dada.
Terbulatin;
Dosis; usia 2 – 6 tahun; 0,15mg/kg tiga hari sekali (tidak lebih dari
5mg per hari); 6 – 14 tahun; 2mg/kg tiga kali sehari ( tidak lebih
dari 24mg per hari); 14 tahun dan dewasa; 2 – 6 mg/kg dalam tiga
kali sehari atau empat kali sehari (tidak lebih dari 32mg per hari).
Inhalasi; 1 atau 2 hisapan setiap 4 – 6 ja. Nebulizer; 0,5 – 1,5 mg
setiap 4 – 6 jam. Efek samping; tachycardia, pusing kepala, tremor,
mual dan insomnia. Intervensi keperawatan; monitor efek samping
dan ajarkan orang tua prinsip pemberian pengobatan.
Metaprotenol (alupen, metaprel);
Dosis: 0,3 – 0,5 mg/kg per dosis setiap 6 – 8 jam, maksimum
20mg per dosis. Efek samping; tachycardia, palpitasi, hipertensi,
gemetar, lemah, pusing kepala, mual, muntah dan mulut terasa
tidak enak.

2. Penatalaksanaan Perawatan
a) Pengkajian
- Riwayat asthma atau alergi dan serangan asthma yang lalu. Alergi
atau masalah pernapasan.
- Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan
pengobatan
- Fase akut: tanda – tanda vital, usaha napas dan pernapasan, retraksi
dada, penggunaan otot – otot assesori pernapasan, cuping hidung,
pulse oxymetri, suara napas; wheezing, menurunnya suara napas.
Kaji status neurologi; perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue,
perubahan tingkah laku. Dan kaji status hidrasi.
- Riwayat psikososial; faktor pencetus; stress, latihan, kebiasaa dan
rutinitas, perawatan sebelumnya.
b) Diagnosa keperawatan
- Gangguan pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak efektif, dan
pola napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme,
edema mukosal dan meningkatnya sekret.
- Fatigue berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaa
naps.
- Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress
pernapasan.
- Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan
meningkatnya pernapasan dan menurunnya intake cairan.
c) Perencanaan
- Anak idak menunjukkan gangguan ketidakseimbangan asam basa
yang ditandai dengan saturasi oksigen lebih kurang 95%1
- Anak tidak tampak fatigue yang ditandai dengan tidak iritabel,
dapat berpartisipasi dan aktivitas yang sesuai dengan kondisi.
- Kecemasan menurun yang ditandai dengan anak tenang dan dapat
mengekspresikan perasaannya, begitu juga orang tua merasa
tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
- Status hidrasi adekuat yang ditandai dengan turgor kulit elastis,
membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan
berat badan, output urine >2ml/kg per jam.
d) Implementasi
1.Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan pemberihan jalan
napas
- Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi
bila dinperlukan.
- Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15
menit sampai 4 jam.
- Berikan oksigen sesui program dan pantau pulse oximetri dan
batasi (penyapihan) atau tanpa alat bantu bila kondisi telah
membaik.
- Kaji kenyamanan posisi tidur anak.
- Monitor efek sampirng pemberian pengobatan; monitor serum
darah;theophylin dan catat kemudian laporkan ke dokter.
Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia
- Kaji gejala dan tanda efek samping theophyline seperti; mualdan
muntah pada gejala awal,cardiopulmonal mencakup; tachycardia,
dysrhmythma, tachypnea, diuresis, irritability dan kemungkinan
kejang.
- Berikan cairan yang adekuat peroral atau parenteral.
- Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada bila
indikasi, ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah prngobatan
dan pengisapan sekret (suction).
- Jelaskan semua prosedur yang akan di lakukan pada anak untuk
menurunkan kecemasan
- Berikan terapi bermain sesuai dengan usia.
2.Memberikan istirahat yang cukup, mencegah hypoxy, dan
mengurangi kerja berat pernafasan.
- Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahan, fatigue, iritabel,
tachycardia, tachypnea.
- Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang
dapat membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.
- Intruksikan pada orang tua untuk tetap berada di dekat anak .
- Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan
posisi,
- Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.
- Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas
setelah terapi
- Setelah krisis, ajarkan untuk aktifitas yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi
dan memperluas perkembangan psikososial.
3. Memberikan lingkungan yang tenang dan mengurangi kecemasan
- Ajarkan teknik relaksasi ; latihan nafas, melibatkan
penggunaan bibir dan perut, dan ajaran untuk berimajinasi.
- Pertahankan lingkungan yang tenang; temani anak, dan berikan
suport
- Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal
- Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi
- Infoormasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi
anak
- Jelaskan semua prosediur yang akan dilakukan
4. Berikan hidrasi yang adekuat
- Monitor intake dan output ( pemasukan dan pengeluaran ),
mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur gravitasi
urun ( nilai 1.003 1.30 ).
- Monitor elektrolit
- Kaji warna seputum, konsistensi dan jumlah
- Pertahankan terapi parental bila indikasi, dan monitor
kelebihan (overload) cairan.
- Berikan intake cairan peroral bila toleran , hati hati minuman
yang dapat meningkatkan bronkospasme (air dingin)
- Setelah fase akut, ajrkan anak dan orangtua untuk minum 3-8
gelas (750-2000 ml),tergantung usia dan berat badan.
5. Mengkaji proses koping keluaga
- Berikan kesempatan pada orangtua untuk espresi perasaan
- Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu setres
- Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
- Informasikan pada orang tua tentang kondisi anak
- Identifikasi sumber sumber psiko sosial keluarga dan finansial
6. Memberikan infornasi tentang proses penyakit, perawatan dan pengobatan
- Kaji tingkat pengetahuananak dan orang tua tentang penyakit,
pengobatan dan intervensi
- Bantu untuk mengidentifikai faktor pencetus
- Jelaskan tentang emosi dan stress yang dapat menjadi faktor
pencetus
- Jelaskan pentingnya pengobatan: dosis, efek samping, waktu
pemberian dan pemeriksaan darah
- Informasikan tanda dan gejala 7yang harus dilaporkan dan kontrol
ulang
- Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas
- Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
An. B usia 42 bulan dirawat di RS Hidayah. Klien mengeluh sesak nafas 2 hari
SMRS, klien tidak batuk, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi
wheezing. Klien tampak pucat dan tampak gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada
alergi terhadap udara dingin. Klien dan ibu klien tampak cemas. Ibu klien belum
mengetahui tentang penyakit asma. TTV ; TD : 100/70 mmHg, Nadi : 90 x/menit,
Suhu : 37˚C, dan RR : 38 x/menit.

A. Identitas diri klien


Nama : An. B
Umur : 42 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku bangsa : Jawa
Alamat :
No.RM :
Tanggal masuk RS : 10 Oktober 2019 pukul 09.30 WIB
Dx. Medis : Asma

 Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny.N
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :
Hubungan dengan klien : Ibu

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama : Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 1 hari sebelum ke puskesmas,
klien mengalami batuk, klien ada alergi dingin kemudian oleh ibunya diperiksakan di
Puskesmas, menurut hasil dari pemeriksaan, klien didiagnosa asma sehingga klien
harus menjalani pengobatan dan dokter menganjurkan agar klien dibawa ke RS
Hidayah. Pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 09.30 WIB oleh keluarga klien dibawa
ke IGD RS Hidayah. Saat dikaji pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 11.00 WIB Ibu
klien mengatakan klien sesak nafas sejak 2 hari SMRS, klien mengalami batuk,
terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi wheezing. Klien tampak
pucat dan nafsu makan klien menurun. Ibu klien mengatakan klien ada alergi
terhadap udara dingin. Klien dan ibu klien tampak gelisah dan cemas. Ibu klien belum
mengetahui tentang penyakit asma. . Hasil TTV ; TD : 100/70 mmHg, Nadi : 90
x/menit, Suhu : 37˚C, dan RR : 38 x/menit. Terapi : Oksigen 3 liter/ menit,infus RL
20 tpm, dan nebulizer.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan jika udara dingin klien merasa sesak tetapi sesaknya
ringan tidak separah ini .Klien belum pernah dirawat di RS.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. Dan
keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM, hipertensi maupun
penyakit serius lainnya.
5. Riwayat kehamilan
Anak laki laki dari ibu G1 P1 A0. Selama kehamilan klien, ibu klien mengatakan
tidak mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-mual. Ibu klien selalu
memeriksakan kehamilannya ke bidan secara teratur.
6. Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dan spontan, tidak ada kelainan
bawaan dan tidak mempunyai gangguan selama proses persalinan. Klien lahir pada
usia kehamilan 39 minggu, presentasi bawah kepala, ketuban berwarna jernih, setelah
lahir klien langsung menangis, BBL : 3500 gram.
7. Riwayat imunisasi
Klien sudah mendapat imunisasi lengkap : BCG, Polio I, II, III, ; DPT I, II, III ;
dan campak.
8. Riwayat tumbuh kembang
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami keterlambatan dalm proses tumbuh
kembang.
Perkembangan motorik : klien mampu berjalan dengan tegak, lari-lari kecil,
melompat, dan berdiri dengan 1 kaki selama 3 detik.
Perkembangan sosial : klien mulai mampu menggosok gigi sendiri, dan menncoba
memakai baju.
9. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan klien = 100 cc/ kgBB/ hari
= 100 x 14
=1400 liter
10. Kebutuhan kalori
Kebutuha kalori klien = 100 kalori/kgBB
= 100 x14
=1400 kalori/hari

C. Pola Pengkajian Menurut Gordon


1. Pola Persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan
Sebelum sakit : Ibu klien megatakan kesehatan memang penting dan klien bila sakit
mudah kerjasama untuk proses penyembuhan dirinya misalnya teratur minum obat,
dan hindari pantangan.
Saat sakit : Ibu klien mengatakan bahwa klien dan dirinya belum mengerti tentang
asma dan bagaimana penanganan dirumah jika klien tiba tiba kambuh.
2. Pola Nutrisi / Metabolik
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan pasien susah makan, makan 3x sehari porsi
sedikit, dan tidak suka sayur klien hanya makan sedikit nasi dan lauknya saja. Minum
6 gelas per hari. BB : 14,5 kg.
Saat dikaji : Klien makan 2x/sehari sesuai diit dari RS tetapi tidak habis. Minum 4
gelas per hari. BB: 14 kg.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari warna kuning konsistensi lembek berbau khas, BAK
4-5x perhari warna kuning jernih berbau khas.
Saat dikaji : Klien belum BAB sejak dirawat di RS, BAK 2x, warna kuning berbau
khas.
4. Pola aktivitas / latihan
Sebelum sakit : Klien aktif bermain dengan teman sebayanya.
Saat dikaji : Klien dibantu oleh ibunya dalam melakukan aktivitasnya, seperti mandi,
makan, ganti baju, dan pasien hanya terlihat berbaring ditempat tidur.
5. Pola Istirahat / tidur
Sebelum sakit : Klien tidur 9 jam sehari, tidur siang kurang lebih 2 jam.
Saat dikaji : Klien susah tidur dan sering terbangun pada malam hari. Lama tidur 7
jam sehari.
6. Pola perseptif kognitif
Sebelum sakit : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan dengan
jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap makanan
dengan baik.
Saat dikaji : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan dengan
jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap makanan
dengan baik.
7. Pola koping/toleransi stres
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien adalah klien anak periang.
Saat dikaji : Klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan klien menangis dan
rewel.
8. Pola Konsep diri
Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuan.
Saat dikaji : Klien hanya tiduran dan menganggap kondisi nya sedang lemah.
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, dan tidak ada masalah dalam sistem reproduksi
klien.
10. Pola peran / hubungan
Sebelum sakit : Klien mampu berkomunikasi dengan kata-kata sederhana. Hubungan
klien dengan orangtua dan keluarga baik.
Saat dikaji : Klien lebih nyaman ditemani oleh ibunya.
11. Pola nilai / kepercayaan
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien mulai ikut mengaji di mushola dekat
rumahnya. Klien belum melakukan sholat.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien tidak bisa mengaji dan klien hanya bisa
berdoa.

D. Pemeriksaan Fisik
1. TTV :
 TD : 90/60 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 37,5 ˚C
 RR : 36 x/menit
2. Antropometri :
 Lingkar Kepala : 54 cm
 Lingkar Lengan atas : 16 cm
 BB : 14 Kg
 TB : 100 cm
3. Kepala : mesosepal
4. Mata : konjungtiva anemis, sklera Anikterik, reflek terhadap
cahaya pupil isokhor
5. Hidung : tidak ada polip, terlihat pernafasan cuping hidung,
terpasang oksigen kanul nasal 2 liter/menit.
6. Mulut : bibir terlihat pucat,dan terdapat secret.
7. Telinga : normal, tidak ada sekret dan darah
8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
9. Dada :
 Paru
Inspeksi : pergerakan dada cepat, terdapat tarikan dinding dada ke dalam
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat vocal fomitus
kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat bunyi wheezing
 Jantung :
Inspeksi : tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 bunyi regular
10. Abdomen :
 Inspeksi : bentuk datar
 Auskultasi : bising usus 20 x/menit
 Palpasi : adanya massa, klien belum BAB.
 Perkusi : timpani
11. Genetalia : laki laki, tidak terpasang DC
12. Anus : tidak ada lesi
13. Ekstremitas :
 atas : akral hangat, CRT < 3 detik, terpasang infus RL 20 tpm, dan tidak ada
gangguan gerak
 bawah : tidak ada gangguan gerak.
14. Kulit : turgor kulit normal, tidak ada oedema.

E. Analisa data
No. Data Etiologi Problem
1. DS : ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Ibu klien mengatakan untuk mengeluarkan bersihan jalan
klien sesak nafas sekresi pada jalan napas
- ibu klien mengatakan napas
klien mengalami batuk

DO :
- RR : 36 x/menit
- Terdengar suara
wheezing
- terdengar suara batuk
berdahak
- Terdapat pernafasan
cuping hidung
- Terdapat tarikan
dinding dada ke dalam

2. DS: Ketidakseimbangan Gangguan


-Ibu klien mengatakan ventilasi-perfusi pertukaran gas
klien sesak napas
DO:
- pasien tampak sesak
napas
- Terdengar suara
wheezing
- Terdapat pernafasan
cuping hidung
- Terdapat tarikan
dinding dada ke dalam
- Pergerakan dinding
dada cepat
- pasien tampak cemas
dan gelisah
- Terpasang oksigen
dengan Terapi :
Oksigen 3 liter/ menit
-Terpasang infuse RL
20 tpm
Hasil TTV
TD : 100/70 mmHg,
Nadi : 90 x/menit,
Suhu : 37˚C
RR : 38 x/menit.

1. Diagnosa keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
2. Intervensi Keperawatan
No. Hari/tgl Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Pantau status
keperawatan selama 2x24jam pernapasan klien
diharapkan klien mampu : Pertahankan oksigen
Indikator Awal Akhir 2 liter/menit
RR normal Posisikan klien semi
Irama napas fowler
Mampu Anjurkan klien
mengeluarkan untuk banyak minum
sputum air hangat
Latih batuk efektif
Lakukan suction
Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
bronkodilator sesuai
indikasi
2. Setelah dilakukan tindakan -Monitor status
keperawatan selama 2x24jam pernapasan pasien
diharapkan klien mampu : dan oksigenasi
Indikator Awal Akhir -Posisikan pasien
Frekuensi untuk meringankan
Pernapasan sesak napas
Irama -Auskultasi suara
napas pernapasan, catat
Kedalaman area yang
inspirasi ventilasinya
Bunyi menurun dan bunyi
napas napas tambahan
tambahan -kolaborasi dengan
dokter terkait
pemberian obat pada
terapi nebulezer

3. Implementasi
Hari/tgl Implementasi Hasil Paraf
- Memantau status Ds:
pernapasan klien -Ibu pasien
- Memonitor TTV mengatakan napas
- Memonitor saturasi pasien masih terasa
oksigen dan sesak
mempertahankan oksigen -Ibu pasien
2 liter/menit mengatakan pasien
- Membantu pasien untuk masih batuk
tidur dengan posisi yang Do:
dapat meringankan sesak - Pasien tampak
napas, yaitu posisi semi sesak saat bernapas
fowler - Masih terdengar
- Menganjurkan ibu pasien bunyi wheezing
agar pasien banyak - masih terdapat
minum air hangat secret
- Melakukan auskultasi -Masih terpasang
suara pernapasan nasal kanul untuk
- Melakukan fisioterapi terapi oksigen
dada dan melatih batuk - Tanda-tanda Vital
efektif TD :90/70 mmHg,
- Berkolaborasi dengan Nadi : 86 x/menit,
dokter untuk pemberian Suhu : 37,5˚C
obat bronkodilator sesuai RR : 35 x/menit.
indikasi

4. Evaluasi
No. Hari/tgl Evaluasi paraf
1 S:
-Ibu pasien mengatakan napas pasien
masih terasa sesak
-Ibu pasien mengatakan pasien masih
batuk
O:
- Pasien tampak sesak saat bernapas
- Masih terdengar bunyi wheezing
- masih terdapat secret
-Masih terpasang nasal kanul untuk
terapi oksigen
- Tanda-tanda Vital
TD :90/70 mmHg,
Nadi : 86 x/menit,
Suhu : 37,5˚C
RR : 35 x/menit.
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Asma merupakan suatu gangguan pada sisrem pernapasan yang ditandai
dengan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, sesak di
dada terutama ketika malam hari atau dini hari. Asma merupakan penyakit
inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel
imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap
stimulus
B. Saran
Untuk pencegahan asma, orang tua dan anak dapat menghindari factor-faktor
yang menyebabkan timbulnya asma, agar penyakit asma dapat terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
 Brunner dan Sudarrth. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
 Dayu. 2011. Asma pada balita mengenal, mengobati dan mengendalikan
penyakit asma pada anak usia balita. Yogyakartya: Javalitera
 Dharmayanti, Ika., Hapsari, Dwi., dan Azhar, Khadijah. 2015.Asma Pada
Anak Indonesia: Penyebab dan Pencetus.Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional (9) (4).
 NANDA. 2013. Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa: Made Sumarwati dan
Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC
 Suriadi, Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak (ed. 2).Jakarta:
CV. Agung Seto
 Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai