Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penemuan antibiotik diinisiasi oleh Paul Ehrlich yang pertama kali
menemukan apa yang disebut “magic bullet’, yang dirancang untuk menangani
infeksi mikroba. Pada tahun 1910, Ehrlich menemukan antibiotika pertama,
Salvarsan, yang digunakan untuk melawan syphilis. Ehrlich kemudian diikuti oleh
Alexander Fleming yang secara tidak sengaja menemukan penicillin pada tahun 1928.
Sejak saat itu antibiotika ramai digunakan klinisi untuk menangani berbagai penyakit
infeksi (Ardiansyah, 2009).
Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami atau sintesis
yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses biokimiawi
didalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri. Definisi lain tentang
antibiotik adalah substansi yang mampu menghambat pertumbuhan serta reproduksi
bakteri dan fungi. Penggunaan antibiotik dikhususkan untuk mengobati penyakit
infeksi atau sebagai aat seleksi terhadap bakteri yang sudah berubah bentuk dan sifat
dalam ilmu genetika (Prapti, 2012).
Infeksi merupakan salah satu penyebab utama timbulnya penyakit di daerah
tropis seperti Indonesia karena keadaan udara yang banyak berdebu, temperatur yang
hangat dan lembab sehingga mikroba dapat tumbuh subur.Keadaan tersebut ditunjang
dengan kemudahan transportasi dan keadaan sanitasi yang buruk sehingga
memudahkan penyakit infeksi semakin berkembang (Kuswandi, 2001).
Infeksi adalah adanya suatu mikroorganisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.Penyakit infeksi dapat
disebabkan oleh empat kelompok besar hama penyakit, yaitu : bakteri, jamur, virus
dan parasit (Jawetz et al., 2001).
Penggunaan antibiotik secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah
faktor utama terjadinya resistensi.Banyak strain dari pneumococcus, staphylococcus,
enterococcus, dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotik, begitu juga
klebsiella dan Pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten (Utama,
2006).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah Uji Sensitivitas yaitu :
1. Untuk mengetahui teknik sensitivitas.
2. Untuk mengetahui sensitivitas Staphylococcusepidermidis dan Enterobacter
terhadap antibiotok.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui
teknik uji sensitivitas, dapat mengukur zona hambat pada masing-masing antibiotik
terhadap bakteri Staphylococcusepidermidis dan Enterobacter, mengetahui tingkat
sensitivitas, intermediet dan resistensi antibiotik terhadap bakteri
Staphylococcusepidermidis dan Enterobacter.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Uji sensitivitas
Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas anti bakteri. Metode uji sensitivitas
bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk
alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi
yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Pada umumnya metode
yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar
yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh
ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang
tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah
yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Gaman.
dkk, 2002).
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik
untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap
suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan
efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas
antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat
ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan
biologi dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk mengatasi
keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide, 2008).
Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari
keadaan sensitif ke keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya.
Sedangkan resisten adalah suatu keadaan dimana mikroba sudah peka atau
sudah kebal terhadap antibiotik (Djide, 2008).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti
mikroba atau antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah,
resisten karena adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena
terjadinya pemindahan gen yang resisten (resistensi ekstrakrosomal) atau
dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-
obat antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-genetik (Djide, 2008).

2.2 Bakteri
Bakteri adalah prokariot, DNAnya tidak terletak di dalam
nukleus.Banyak bakteri mengandung lingkaran DNA ekstrakromosomal yang
disebut plasmid.Di dalam sitoplasma tidak terdapat organel lain selain
ribosom, yangberukuran lebih kecil dibandingkan sel-sel eukaryotik (Hart dan
Shears, 2004).
Berdasarkan bentuk morfologisnya bakteri dapat digolongkanmenjadi 3
golongan yaitu :
a. Basil (bacillus) berbentuk tongkat pendek, silindris sebagian besarbakteri
berupa basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang(streptobasil),
bergandengan dua-dua (diplobasil) atau terlepas satusama lain.
b. Kokus (coccus) adalah bakteri serupa bola-bola, golongan ini
tidaksebanyak golongan basil, kokus ada bergandengan panjang serupatali
leher (streptokokus), bergandengan dua-dua (diplokokus),mengelompok
berempat (tetrakokus), mengelompok (stafilokokus),mengelompok seperti
kubus (sarsina).
c. Spiril (spirillum) yaitu bakteri berbentuk bengkok atau berbengkok-
bengkokserupa spiral. Bakteri bentuk spiral ini tidak banyakterdapat dan
merupakan golongan yang paling kecil
Berdasar pengaruh temperatur terhadap kegiatan fisiologi ada 3
golongan bakteri yaitu :
a. Bakteri termofil (potermik) yaitu bakteri yang tumbuh dengan baikpada
temperatur tinggi 55˚C sampai 65˚ C
b. Bakteri mesofil (mesotermik) yaitu bakteri yang hidup dengan baikdiantara
temperatur 5˚C sampai 60˚C dan temperatur optimumnya25˚C sampai 40˚C.
c. Bakteri psikrofil (oligotermik) yaitu bakteri yang dapat hidupdengan baik
diantara temperatur 0˚C sampai 30˚C sedangtemperatur optimumnya 10˚C
sampai 20˚C (Dwijoseputro, 1984).
Berdasar sifat pengecatannya, bakteri dibedakan atas :
a. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang pada pengecatan Gramtahan
terhadap alkohol, sehingga tetap mengikat warna cat pertama(Gram A) dan
tidak mengikat warna yang kedua sehingga bakteriakan berwarna ungu.
Contoh bakteri Gram positif adalahStreptococcus dan Staphylococcus.
b. Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang pada pengecatan Gramtidak tahan
terhadap alkohol sehingga warna cat pertama (Gram A)akan dilunturkan dan
bakteri akan mengikat warna yang keduasehingga bakteri akan berwarna
merah. Contoh bakteri Gramnegatif adalah E.coli, Shigella, Salmonella,
Klebsiella.
Bakteri Gram positif maupun Gram negatif memiliki suatumembran
plasma yang dibentuk oleh lapisan lemak dua lapis (lipid bilayer) bersama
dengan protein.Pada keduanya, komponen struktural utama daridinding sel
adalah kerangka tiga dimensi dari polisakarida Nasetilglukosamin, asam N-
asetilmuramat, dan asam amino yang dinamakan peptidoglikan (Hart dan Shears,
2004).
Bakteri Gram positif, hampir seluruh dinding selnya terdiri dari lapisan
peptidoglikan dengan polimer-polimer asam teikoat yang melekat padanya.
Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel yang lebih kompleks, lapisan
peptidoglikannya lebih tipis dibandingkan bakteri Gram positif dan dikelilingi
oleh suatu membran luar yang terdiri dari lipopolisakarida dan lipoprotein.
Komponen lipopolisakarida dari dinding sel Gram negative merupakan molekul
endotoksin yang memberikan sumbangan pada patogenesis bakteri (Hart dan
Shears, 2004).
2.2.1 Uji sensitivitas
Staphylococcus merupakan sel yang berbentuk bola dengan
diameter 1 μm, tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti
anggur.Staphylococcus termasuk dalam bakteri Gram positif
coccus.Coccustunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga
tampak dalam biakan cair.Staphylococcus tumbuh dengan cepat pada
beberapa tipe media dandengan aktif melakukan metabolisme, melakukan
fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari
warna putih hingga kuning gelap. Beberapa merupakan anggota flora
normal pada kulit dan selaput lender manusia, yang lain ada yang
menyebabkan supurasi dan bahkan septicemia fatal (Jawetz et al., 2001).
Staphylococcus bersifat nonmotil dan tidak membentuk
spora.Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media
bakteriologi di bawah suasana aerobik atau mikroaerofilik.Tumbuh dengan
cepat pada temperatur 37˚C, namun pembentukan pigmen yang terbaik
adalah pada temperatur kamar (20-35˚C).Staphylococcus menghasilkan
katalase yang membedakannya dengan Streptococcus. Staphylococcus
memfermentasi karbohidrat, menghasilkan asam laktat dan tidak
menghasilkan gas (Jawetz etal., 2001).
a. Katalase
Staphylococcus menghasilkan katalase yang mengubahhidrogen
peroksida menjadi air dan oksigen. Test katalase berfungsiuntuk
membedakan genus staphylococcus dan streptococcus, dimanapada
genus staphylococcus memberikan hasil yang positif denganditandai
terbentuknya gelembung udara dan streptokokus memberikanhasil
yang negatif (Jawetz et al., 1996).
b. Koagulase
Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase, suatu proteinmirip
enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah diberioksalat
atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalambanyak
serum. Faktor serum bereaksi dengan koagulase untukmenghasilkan
esterase dan menyebabkan aktivitas pembekuan, dengancara yang
mirip dengan pengaktifan protrombin menjadi trombin.Koagulase
dapat mengendapkan fibrin pada permukaanStaphylococcus, yang
mungkin dapat mengubah pola pemakananbakteri oleh sel-sel fagosit
atau perusakannya dalam sel ini (Jawetz etal., 1996).
c. Enzim-enzim lain
Beberapa enzim lain yang diproduksi oleh staphylococcus antaralain :
staphylokinase, proteinase, kinase dan beta laktamase (Todar,2002).
d. Eksotoksin
Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa toksin yang
dapatmenyebabkan kematian pada binatang yang terinfeksi, nekrosis
padakulit dan mengandung hemolisin yang dapat dipisah melalui
elektroforesis. Yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain :
alfatoksin, beta toksin, delta toksin, gamma toksin dan leukotoksin.
Staphylococcus mengandung antigen polisakarida dan protein
seperti zat lain yang penting dalam struktur dinding sel. Genus
Staphylococcus sedikitnya memiliki 30 spesies. Ada tiga tipe yang
berkaitan dengan medis yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, dan Staphylococcussaprophyticus.Staphylococcus dapat
menyebabkan penyakit karena kemampuannya melakukan pembelahan
dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melaui produksi beberapa
bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim, yang
lain dapat berupa toksin, meskipun fungsinya adalah sebagai enzim.
Beberapa toksin berada dibawah kontrol genetic plasmid, beberapa di
bawah kontrol baik kromosom maupun ekstrakromosom (Jawetz et al.,
2001).
1. Staphylococcus epidermidis
a. Sistematika Bakteri
Sistematika Staphylococcus epidermidis adalah sebagai berikut :
Divisio : Protopyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus epidermidis

b. Morfologi dan identifikasi


Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram
positifberbentuk bola dengan diameter 1μm yang tersusun dalam
kelompokkelompokyang tidak teratur.Pada biakan cair tampak bentuk
coccustunggal, berpasangan, berbentuk rantai.Bakteri ini tumbuh
baikpada berbagai media bakteriologi dibawah suasana
aerobik.Tumbuhdengan cepat pada temperatur 37°C namun
pembentukan pigmen yangterbaik pada temperatur kamar (20-
35°C).Sedangkan koloni pada mediapadat berbentuk bulat, lembut dan
mengkilat.Koloni Staphylococcusepidermidis ini biasanya berwarna
abu-abu hingga putih terutama padaisolasi primer, beberapa koloni
menghasilkan pigmen hanya padainkubasi yang
diperpanjang.Staphylococcus epidermidis non patogenik,tidak bersifat
invasif, koagulase negatif dan cenderung menjadinonhemolitik (Jawetz
et al., 2001).Staphylococcus epidermis bersifatkoagulase negatif, meragi
glukosa, dalam keadaan anaerob tidakmeragi manitol.
c. Patogenesis
Staphylococcus epidermidis terdapat sebagai flora normal
padakulit manusia dan pada umumnya, tidak menjadi masalah bagi
orang normalyang sehat.Akan tetapi, kini organisme ini menjadi
patogen oportunis yangmenyebabkan infeksi nosokomial pada
persendian dan pembuluh darah.
Organisme itu juga penyebab infeksi saluran kencing, terutama
pada pasienanak-anak dan laki-laki lanjut usia yang telah mengalami
penggunaaninstrumen uretra. Kuman ini dapat merupakan penyebab
infeksi kulit yangringan yang disertai pembentukan abses dan infeksi
tertentu khususnyaendokarditis.Kuman ini juga disebut sebagai
Staphylococcus albus.Staphylococcus epidermidis menimbulkan infeksi
pada neonatus,orang-orang yang sistem kekebalannya rendah, dan pada
penderita yangmenggunakan alat yang dipasang di dalam tubuh (Hart
dan Shears, 2004).
2.2.2 Enterobacter
Enterobacter adalah genus bakteri Gram-negatif umum, anaerob
fakultatif , berbentuk batang , non-spora dari keluarga Enterobacteriaceae
. Beberapa strain dari bakteri ini bersifat patogen dan menyebabkan
infeksi oportunistik pada inang immunocompromised (biasanya dirawat
di rumah sakit) dan pada mereka yang menggunakan ventilasi mekanis .
Saluran kemih dan saluran pernapasan adalah tempat infeksi yang paling
umum. Genus Enterobacter adalah anggota dari kelompok bakteri
coliform . Itu tidak termasuk dalam kelompok bakteri coliform fecal (atau
coliform termotolerant), tidak seperti Escherichia coli , karena tidak
mampu tumbuh pada suhu 44,5 ° C di hadapan garam empedu. Beberapa
dari mereka menunjukkan sifat penginderaan kuorum seperti yang
dilaporkan sebelumnya.
2.3 Antibiotik
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang
dalam jumlah amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain. Antibiotik mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
terutama di bidang kesehatan, karena kegunaanya dalam mengobati berbagai
penyakit infeksi. Adanya penemuan antibiotik-antibiotik baru sangat
dibutuhkan dalam bidang kedokteran karena banyak kuman yang telah resisten
terhadap antibiotik-antibiotik yang sudah ada. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian eksplorasi untuk mendapatkan isolasi bakteri yang dapat
menghasilkan antibiotik. Antibiotik banyak dihasilkan oleh alga, lichen,
tumbuhan tingkat tinggi, hewan tingkat rendah, vertebrata dan mikroorganisme
(Suwandi, 2003).
Antibiotik sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
infeksi bakterial. Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotik guna
penanggulangan penyakit infeksi bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan
kepekaan (tes sensitivitas) kuman terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada
masa kini telah banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotik
(Waluyo, 2008).
2.4 Jenis-Jenis Antibiotik
2.4.1 Menghambat Sintesis Dinding Sel
Menurut pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis
dinding sel yaitu:
1. Bacitracin adalah suatu polipeptida yang diperoleh dari suatu strain
Bacillus subtilis. Bacitracin stabil dan tidak dapat diabsorpsi dari
saluran cerna. Kegunaan basitrasin hanya untuk pemakaian topikal ke
kulit, luka, atau selaput lendir.
2. Streptomycin adalah antibiotik yang khas dibanding dengan
aminoglycoside lain, sebagaimana mekanisme resistennya. Resistensi
muncul pada banyak spesies, secara buruk membatasi kegunaan
streptomycin saat ini, dengan pengecualian yang disebut di bawah ini.
3. Tetracycline adalah golongan obat yang berbeda dalam ciri khas fisik
dan farmakologi tetapi sebenarnya mempunyai sifat antimikroba yang
identik dan memberikan resistansi silang lengkap
4. Gentamicin merupakan aminoglikosida yang banyak dipilih dan
digunakan secara luas untuk terapi infeksi serius. Gentamicin
memiliki spektrum antibakteri yang luas, tapi tidak efektif terhadap
kuman anaerob.
5. Erhytromycin merupakan antibiotik sebagai alternatif untuk pasien
yang alergi terhadap penisilin untuk pengobatan enteritis
kompilobakter, pneumonia, penyakit legionnaire, sifilis, uretritis non
gonokokus, prostatitis kronik, anke vukgaris dan profilaksis difetri
dan pertusis.
6. Oxacillin (OX) adalah antibiotik dalam kelompok obat penicillin.
Oxacillin melawan bakteri dalam tubuh, yang bekerja dengan cara
menghalangi dinding sel bakteri sehingga mematikan bakteri tersebut.
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi berbeda yang disebabkan oleh
bakteri, seperti infeksi Staphylococcal yang juga disebut infeksi staph.
7. Sefalosporin adalah Aztreonam, yang merupakan antibiotik yang
mencegah efek penisilinase. Antibiotik jenis ini merupakan antibiotik
yang sintesis dengan 1 cincin seginggaa disebut monobaktam.
Antibiotik ini berefek pada bakteri graam positif termasuk
Escherichia coli dan Pseudomonas.
8. Sefalosporin memiliki inti serupa dengan Penisilin dan resisten
terhadap penisilinase. Sefalosporin lebih efektif terhadap bakteri gram
negatif.
9. Karbapenem merupakan antibiotik berspektrum luas. Contohnya
adalah Primaxin yang merupakan antibiotik kombinasi imipenem dan
Silastasin natrium. Silastasin natrium mencegaah degradasi imipenem
pada ginjal.
10. Vankomisin memiliki spektrum sempit, digunakan bagi
Staphylococcus aureus yang resisten terhadap Penisilin termasuk
Metisilin.
2.4.2 Merusak Permeabilitas Membran Sel
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang merusak permeabilitas
membran membran sel yaitu :
1. Polimiksin merupakan suatu peptida yang didalamnya terdapat satu
ujung molekul larut lipid dan ujung molekul yang lain larut dalam
air. Masuknya Polimiksin dalam membran plasma fungi akan
menyebabkan gangguan antara lapisan-lapisan membran plasma.
Polimiksin akan tertinggal diluar membran, sedangkan lemak larut
akan berada didalam membran dan menyebabkan gangguan antaraa
lapisan-lapisan membran yang memungkinkan lalu lintas substansi
bebas keluar masuk sel.
2. Nistatin dan Amfoterisin memiliki struktur lingkar yang besar
disebabkan adanya sejumlah ikatan ganda dan sering disebut sebagai
antibiotik polien. Antibiotik ini bergabung dengan ergosterol yang
terdapat pada membran sel fungi dengan menimbulkan gangguan
dan kebocoran kebocoran sitoplasma.
2.4.3 Menghambat Sintesis RNA (Proses Transkripsi)
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis
RNA yaitu:
1. Rifampin merupakan turunan Rifamisin. Rifampin menghambat
sintesis mRNA dengan cara mengikat b-RNA polimerase bakteri
sehingga menghambat transkripsi mRNA. Antibiotik ini digunakan
untuk melawan Mycobacteria pada TBC dan lepra. Rifampin dapat
mempenetrasi jaringan.
2. Kuinilon misalnya asam nalidiksat yang bersifat bakterisidal,
bekerja dengan cara menghambat enzim DNAgirase pada replikasi
DNA, sehingga akan menghambat proses replikasi DNA dan
transkipsi mRNA. Antibiotik ini hanya digunakan untuk pengobatan
infeksi saluran kencing.
2.4.4 Menghambat Sintesis Protein (Proses Translasi)
Menurut Pratiwi (2008), antibiotik yang menghambat sintesis
protein yaitu :
1. Pefloxacin (PEF) umumnya dikenal sebagai obat antibakteri
kelompok fluoroquinolone. Pefloxacin adalah agen kemoterapetik
sintetik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang serius
dan mengancam nyawa. Untuk mengobati berbagai jenis infeksi
bakteri.
2. Tetracyccline (TE) merupakan antibiotik berspektrum luas yang
menghambat sintesis protein. Agen-agen ini bersifat bakteriostatik
terhadap berbagai bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk
anaerob, ricketsiae, chlamydiae, mycoplasma, dan bentuk-bentuk L,
serta aktif pula terhadap protozoa, contohnya amoeba.
3. Aminoglikosa merupakan kelompok antibiotik yang gula aminonya
tergabung dalam ikatan glikosida. Antibiotik ini memiliki spektrum
luas dan bersifat bakterisidal dengan mekanisme dengan mekanisme
penghambatan pada sintesis protein.
4. Tetrasiklin merupakan antibiotik berspektrum luas yang diproduksi
oleh Streptomycin. Antibiotik ini dapat mempenetrasi jaringan tubuh
sehingga dapat melawan Rickttsia dan Chlamya intraseluler.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan struktur sederhana
sehingga mudah dibuat ecaara sintetik dibandibgkan dengan
mengisolasinya dari Strepmyces.
6. Makrolida merupakan kelompok antibiotik yang memiliki cincin
lakton makrosiklik. Contohnya adalah eritromisin. Antibiotik ini
tidak dapat mempenetrasi dinding sel sebagian besar bakteri gram
negatif Bacillus dan merupakan obat alternatif Penisilin.
2.4.5 Menghambat Replikasi DNA
Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti metronidasol,
kinolon, novobiosin. Obat-obat ini menghambat asamdeoksiribonukleat
(DNA) girase sehingga mengahambat sintesis DNA. DNA girase adalah
enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan terbukanya dan
terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi
DNA.
2.5 Isolasi dan Identifikasi Bakteri
1. Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri digunakan untuk memisahkan biakan atau bakteri
campuran dengan menggunakan media kultur sehingga diperoleh isolat atau
biakanmurni.
Metode atau cara isolasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain:
a. Cara goresan (Streak Plate Methode)
Cara ini dilakukan dengan menggoreskan bahan yang
mengandungbakteri pada permukaan media agar yang sesuai dalam
cawan petri.Setelah diinkubasi maka pada media bekas goresan akan
timbul koloniterpisah.
b. Cara Taburan (Pour Plate Methode)
Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan media agar yang
sedangmencair pada suhu 500C dengan suspensi bahan yang
mengandungbakteri atau memasukkannya kedalam cawan petri steril.
Setelahdiinkubasi akan terlihat koloni-koloni tersebar di seluruh bagian
mediaagar (Hadioetomo, 1985).
2. Pewarnaan Gram
Metode pewarnaan atau pengecatan Gram ditemukan oleh
Christian Gram pada tahun 1884. Berdasar sifat bakteri terhadap cat
Gram,bakteri dapat digolongkan menjadi Gram positif dan Gram negatif.
Ada beberapa teori tentang dasar perbedaan kedua golongan
tersebut:
a. Teori Salton
Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20 %) di dalam
dinding sel bakteri Gram negatif. Zat lipid ini larut selama
pencuciandengan alkohol.Pori-pori pada dinding sel membesar,
sehingga zatwarna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan bakteri
menjadi tidakberwarna.
Bakteri Gram positif mengalami denaturasi protein padadinding
selnya oleh pencucian dengan alkohol. Protein menjadi kerasdan beku,
pori-pori mengecil sehingga komplek ungu kristal Iodiumdipertahankan
dan bakteri tetap berwarna ungu.
b. Teori Permeabilitas Dinding Sel
Teori ini berdasarkan tebal-tipisnya lapisan peptidoglikandalam
dinding sel. Bakteri Gram positif mempunyai susunan dindingyang
kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30
lapisan.Permeabilitas dinding sel kurang dan kompleks ungu Kristal
iodium tidak dapat keluar.
Bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yangtipis,
hanya 1-2 lapisan dan susunan dinding sel tidak kompak.Permeabilitas
dinding sel lebih besar sehingga masih memungkinkanterlepasnya
kompleks ungu kristal iodium (Anonim, 2004).
Pewarnaan atau pengecatan Gram mengidentifikasikan bahwa
bakteri Gram positif adalah bakteri yang pada pengecatan Gram
tahanterhadap alkohol sehingga tetap mengikat cat pertama (cat Gram
A) dantidak mengikat cat kontras (cat Gram D) sehingga bakteri akan
berwarnaungu. Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang pada
pengecatan Gramtidak tahan alkohol sehingga warna cat yang pertama
(cat Gram A)dilunturkan dan bakteri akan mengikat warna kontras (cat
Gram D)sehingga bakteri akan berwarna merah (Anonim, 2004).
3. Pemeriksaan Biokimiawi
a. Uji Katalase
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan jenis bakteri
Gram positif antara Streptococcus (negatif) dan Staphylococcus
(positif).Dasar pemeriksaan ini adalah kemampuan bakteri yang
dapatmelakukan katalase, dimana mampu menguraikan H2O2
danmengeluarkan gelembung oksigen (Hart dan Shears, 2004).
b. Uji Koagulase
Bertujuan untuk membedakan kemampuan koagulase positif
(Staphylococcus aureus) dari bakteri Staphylococcus yang
negatif.Prinsipuji ini didasarkan atas kemampuan bakteri yang
mengandung enzimkoagulase sehingga dapat membekukan plasma
(Hart dan Shears, 2004).
Staphylococcus aureus mempunyai dua macam koagulase,
yaitu :
1) Koagulase terikat atau faktor penjendalan yang terikat pada dinding sel
bakteri. Bila suspensi bakteri dicampur dengan plasma maka enzim
tersebut dapat menggumpalkan fibrin yang ada di dalam plasma
membentuk deposit pada permukaan selnya. Kemampuan ini diduga
untuk menghindarkan sel dari serangan sel fagosit hospes. Dapat
dideteksi dengan slide test (untuk uji cepat atau screening).
2) Koagulase bebas adalah enzim ekstraseluler yang juga dapat
menjendalkan fibrin. Dapat dideteksi dengan uji tabung (Anonim,
2004).
c. Uji DNAse
DNAse adalah enzim ekstraseluler yang dapat memotong DNA
menjadi nukleotida yang dapat larut dalam asam, sedangkan DNAtidak larut
dalam asam. Cara pemeriksaan uji DNAse yaitu bakteridigoreskan pada
media agar DNAse, kemudian diinkubasikan padasuhu 350 C selama 18-24
jam, lalu koloni digenangi dengan HCl 1M. Tes dinyatakan positif bila
daerah di sekitar koloni tampak jernih
d. Uji Manitol
Uji ini dapat digunakan untuk membedakan Staphylococcusaureus
dan yang lain karena pada umumnya Staphylococcus aureusmampu
memfermentasi manitol dalam keadaaan anaerob, sedangkanspesies yang
lain jarang. Ada dua cara pemeriksaan, yaitu :
 Satu koloni bakteri diinokulasikan pada media agar manitol di dalam
tabung, dengan cara menusukkan ke bawah sepanjang tabung, kemudian
diinkubasikan pada 350C selama 48 jam. Dinyatakan positif bila terjadi
perubahan warna menjadi kuning pada bagian atas dan bawah media
tersebut.
 Bakteri digoreskan pada agar garam manitol (Manitol Salt Agar = MSA)
dan diinkubasikan pada 370C selama 36 jam. Bila daerah disekitar
koloni berwarna kuning menunjukkan bahwa bakteri tersebut adalah
Staphylococcus aureus (Anonim, 2004).
e. Uji Novobiosin
Uji ini dilakukan untuk membedakan Staphylococcus epidermidis
dengan Staphylococcus saprophyticus.Staphylococcus epidermidis bersifat
sensitif tarhadap novobiosin sedangkan Staphylococcussaprophyticus
bersifat resisten terhadap novobiosin (Levinson, 2004).
3.6 Uji Sensitivitas Antibiotik
a. Difusi
Pada metode Difusi, media yang dipakai adalah agar Mueller
Hinton.Ada beberapa cara pada metode difusi ini, yaitu :
1. Cara Kirby Bauer
Suspensi bakteri ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu
sesuai dengan standart konsentrasi kuman 108 CFU per ml,
suspensikuman diratakan pada permukaan media agar dengan kapas
lidi sterilkemudian diletakkan kertas samir (disk) yang mengandung
antibiotikadiatasnya, diinkubasi 37º C selama 19-24 jam. Hasil
dinyatakandengan zone radical yaitu suatu daerah di sekitar disk di
mana samasekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.
Potensi antibiotic diukur dengan mengukur diameter dari zona
radikal.Zone irradicaladalah suatu daerah di sekitar disk yang
menunjukkan pertumbuhanbakteri dihambat oleh antibiotika tersebut,
tapi tidak dimatikan. Di siniakan terlihat adanya pertumbuhan yang
kurang subur atau lebih jarang,dibanding dengan daerah di luar
pengaruh antibiotika tersebut(Anonim, 2004).
2. Cara Sumuran
Pada prinsipnya sama dengan cara Kirby Bauer, hanya saja setelah
suspensi diratakan pada media agar kemudian pada agar tersebutdibuat
sumuran dengan garis tengah tertentu menurut kebutuhan.Dalam
sumuran, lalu diteteskan larutan antibiotika yang digunakan.Diinkubasi
pada 37˚ C selam 18-24 jam. Dibaca hasilnya, seperti padacara Kirby
Bauer (Anonim, 2004).
3. Cara Pour Plate
Urutan sama dengan cara Kirby Bauer, tetapi setelah dibuat
suspensikuman dengan larutan BHI sampai konsentrasi standar (108
CFU/ml),lalu dengan menggunakan ose khusus diambil dimasukkan ke
dalam 4ml agar base 1,5 % dengan suhu 50˚C (diambil dari
waterbath).Setelah itu suspensi kuman tersebut dibuat homogen, dan
dituang padamedia agar Mueller Hinton, ditunggu sampai beku dan
kemudiandipasang disk antibiotika.Diinkubasi selama 15-20 jam pada
suhu37˚C.Kemudian dibaca dan disesuaikan dengan standar masing-
masingantibiotika (Anonim, 2004).

b. Dilusi Cair / Dilusi Padat


Pada prinsipnya antibiotika diencerkan hingga diperoleh beberapa
konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat
ditambahsuspensi kuman dalam media.Sedangkan pada dilusi padat
tiapkonsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu ditanami kuman.
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan uji sensitivitas dapat disimpilkan :
1. Teknik uji sensitivitas menggunakan metode Kirby Bauer adalah uji sensitivitas
dengan metode difusi agar menggunakan teknik disc diffusion dengan media
Muller Hinton Agar (MHA).
2. Setiap jenis antibiotik memiliki tingkat resistensi, intermediet dan sensitivtas
yang berbeda-beda terhadap bakteri Enterobacter dan S. Aureu.s Bakteri S.
Aureus resistensi, intermedian dan sensitif terhadap antibiotik Amikacin,
Ampicillin, Cefotaxime, Ceftaxidime, Ceftriaxone, Contrimoxazole, Doxycyline,
Fosfomycin, Gentamicin, Levofloxacin, Nalidixic Acid, Norfloxacin, Pefloxacin,
Streptomycin dan Tetracycline. Sedangkan pada bakteri E. coli hanya resisten
terhadap antibiotik Bacitracin, Erytrhomycin, Novobiocin, Oxacilin dan
Cefadroxil.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, dkk,. 2011. Staphylococcus aureus pada Komunitas Lebih Resisten terhadap
Ampisilin dibandingkan Isolat Rumah Sakit. Universitas Brawijaya. Malang.
(http:// www. jkb. ub. ac. id/ index. php/ jkb/ article/ download/ 385/ 360).
Diakses pada hari Selasa, tanggal 08 April 2014. Pukul 19:15 WITA.
Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Gamman, dkk. 2002. Uji Sensitivitas.EGC. Jakarta.


Hart dan Shears, 2004.. Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Agro
Media Pustaka. Jakarta.
Jawetz et al., 2001.Bakteriuria Asimtomatik pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12
Tahun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara: 1-17
Jawetz. 2006. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. EGC.Jakarta.
Kuswandi, 2001. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Fakultas MIPA, Jurusan Farmasi,
Uninersitas Hasanuddin : Makassar.
Pratiwi, T Sylvia., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta.
Suwandi, U. 2003. Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.
Utama, 2006.Konsep Dasar Farmakologi Panduan Untuk Mahasiswa terjemahan oleh
Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.
Utama, H.W. (2006). Infeksi Nosokomial pada Pasien rawat inap diRSUP Dr. M.
Djamil Padang. Universitas Andalas. Padang. (http://zmutclik.blogspot.com/
2010/01/infeksi-nosokomial html). Diakses pada Jumat 15 Mei 2015, Pukul
18.45 WITA.
Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang. UMM
Press.
MAKALAH BAKTERIOLOGI II

UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK

OLEH:

NAMA : WA ODE MUSFIRA YUNIAR AINGKUM

NIM : A201701073

KELAS : C2

DOSEN :

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

STIKES MANDALA WALUYA

KENDARI

2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Uji sensitivitas
2.2 Bakteri
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Bakteriologi III dengan materi ” Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri”. Makalah ini di susun
dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah Bakteriologi III Program Studi DIV
Analis Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya,
Kendari.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, saya ucapkan terimah kasih SemogaAllah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Kendari , 20 Juli 2019

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai