Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ISU DAN KECENDERUNGAN MASALAH KESEHATAN


PADA KELOMPOK DEWASA

Oleh :
Kelompok V

1. Alfin Muzayana 201601005 7. Lia Yusmawati 201601067


2. Dellia Paramita 201601021 8. Murti Lestari 201601080
3. Erlita Nur A 201601036 9. Nita Septisni 201601086
4. Fery Krestiawan 201601045 10. Paulus Defi C. 201601091
5. Iska Dwi S. 201601057 11. Siti Lutfiana 201601112
6. Lia Fitriani 201601066 12. Wiji Nurlatifah 201601120

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas “Keperawatan Komunitas”

Penyusun menulis tugas ini guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
Metodologi Penelitian di Jurusan Keperawatan dan kami selaku penyusun tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran dari pembaca,
penulis berharap pembaca dapat memahami dengan baik agar ilmu pengetahuan
kita bertambah dan bisa menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pare, 17 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan nasional
adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti memenuhi kebutuhan
dasar manusia yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, lapangan
kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi
tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di
tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Masa dewasa adalah transisi dari masa remaja dan tua. Usia ini adalah masa
mengembangkan diri dengan menjalin relasi sosial yang lebih luas. Kebutuhan
tersebut bermanfaat untuk saling tukar informasi, berbagi pengalaman,
ataupun melakukan kerja sama untuk urusan proyek atau rencana tertentu
Arnett (2004).
Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) atau
istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai narkoba (Narkotika,
Psikotropika, dan Obat Berbahaya) semakin banyak terjadi. Menurut
Azmiyati (2014) dalam Sholihah (2015), penyalahgunaan narkoba merupakan
penggunaan salah satu atau beberapa jenis narkoba secara berkala atau teratur
di luar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik,
psikis, dan gangguan fungsi sosial. Penyalahgunaan narkoba memberikan
dampak yang tidak baik yaitu dapat mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang
berakibat pada ketergantungan. Menurut Hawari dalam Azmiyati 2014,
ketergantungan tersebut terjadi karena sifat-sifat narkoba yang dapat
menyebabkan keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire)
terhadap zat yang dimaksud dan perlu dengan jalan apapun untuk
memperolehnya, kecenderungan untuk menambahkan takaran atau dosis
dengan toleransi tubuh, ketergantungan psikologis yaitu apabila pemakaian zat
dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan,
kecemasan, depresi dan sejenisnya, ketergantungan fisik yaitu apabila
pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan
gejala putus obat (withdrawal symptoms).
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin banyak terjadi pada beberapa
kalangan mulai dari masyarakat yang berekonomi rendah maupun tinggi.
Badan Narkotika Nasional Pusat (BNNP) mencatat bahwa pada tahun 2013,
korban penyalahgunaan narkoba mencapai angka sebesar 2,2 % dari total
jumlah penduduk Indonesia atau setara 4,2 juta jiwa (Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan, 2014). Korban penyalahgunaan narkoba berusia antara
usia 10-59 tahun. Dan paling banyak pada kelompok usia dewasa. Keadaan ini
sungguh riskan karena paling banyak yang menjadi korban narkoba padausia
produktif. Padahal usia produktif merupakan usia dimana individu dapat
meningkatkan taraf hidupnya mulai dari ekonomi, sosial, dan kesehatan.
Apabila narkoba digunakan terus menerus maka dapat menimbulkan
ketergantungan. Ketergantungan pada narkoba merupakan salah satu dampak
akibat penyalahgunaan obat yang tidak sesuai dengan dosis yang diharuskan,
sehingga pemakai zat tersebut tidak dapat menghentikan untuk
mengonsumsinya dan secara berkala harus terus mendapatkannya. Apabila
telah mengkonsumsi narkoba terus-menerus maka akan merugikan kesehatan
dan menimbulkan dampak sosial yang luas.
Hal tersebut diatas menjadi latar belakang kelompok dalam penyusunan
makalah mengenai isu dan kecenderungan masalah kesehatan pada kelompok
dewasa.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, antara lain :
1. Apa saja konsep dari dewasa?
2. Apa yang dimaksud dengan penyalahgunaan zat?
3. Apa saja masalah yang muncul pada kecenderungan kelompok dewasa?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui masalah kesehatan pada dewasa
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari dewasa muda
2. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari masalah kesehatan
3. Untuk mengetahui masalah yang muncul pada kecenderungan
kelompok dewasa

1.4 Manfaat
1.4.1 Penulis
Dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dalam memahami tentang masalah kesehatan dan kecenderungan yang
terjadi pada dewasa.
1.4.2 Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan
sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa Stikes Karya Husada Kediri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dewasa


2.1.1 Definisi
Istilah dewasa berasal dari bahasa Latin, yaitu adultus yang berarti
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. Seseorang dikatakan dewasa adalah apabila dia mampu
menyelesaikan pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam
masyarakat atau orang dewasa lainnya (Pieter & Lubis, 2010). Seseorang
dikatakan dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan
mencapai kematngan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan
bersama-sama orang dewasa lainnya (Mubin & Cahyadi, 2006).
2.1.2 Ciri Usia Dewasa
Menurut Anderson dalam Mubin & Cahyadi (2006), seseorang yang
sudah dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego
2. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja
yang efisien
3. Dapat mengendalikan perasaan pribadinya
4. Mempunyai sikap yang objektif
5. Menerima kritik dan saran dan bertanggung jawab
6. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistis dan
yang baru
2.1.3 Batasan Usia Dewasa
Menurut Hurlock, masa dewasa dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Masa Dewasa Awal (Dewasa Muda)
Masa dewasa awal atau Early Adulthood adalah seseorang yang
berusia antara 18 atau 20 tahun sampai 40 tahun. Secara
biologis merupakan masa puncak perumbuhan fisik yang prima dan
usia tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest
people in population) karena didukung oleh kebiasaan-kebiasaan
positif (pola hidup sehat). Secara psikologis, cukup banyak yang
kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah
dihadapi dan tidak mampu diatasi baik sebelum maupun setelah
menikah, misalnya: mencari pekerjaan, jodoh, belum siap menikah,
masalah anak, keharmonisan keluarga, dll. Tugas-tugas
perkembangan (development task) pada usia ini meliputi:
pengamalan ajaran agama, memasuki dunia kerja, memilih pasangan
hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup berkeluarga, merawat
dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga, memperoleh karier
yang baik, berperan dalam masyarakat, mencari kelompok sosial
yang menyenangkan.
2. Masa Dewasa Madya/Setengah Baya/Paruh Baya
Masa Dewasa Madya/Setengah Baya atau Middle Age adalah
seseorang yang berusia antara 40 - 60 tahun. Aspek fisik sudah mulai
agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, dan mengalami
sakit dengan penyakit tertentu yang belum pernah dialami (rematik,
asam urat, dll). Tugas-tugas perkembangan meliputi: memantapkan
pengamalan ajaran agama, mencapai tanggung jawab sosial sebagai
warga negara, membantu anak remaja belajar dewasa, menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan pada aspek fisik, mencapai dan
mempertahankan prestasi karier, memantapkan peran-perannya
sebagai orang dewasa.
3. Masa Dewasa Lanjut/Masa Tua
Masa Dewasa Lanjut/Masa Tua atau Old Age adalah seseorang yang
berusia 60 tahun hingga akhir kehidupannya atau sampai mati.
Ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis
(pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan interaksi
sosial). Tugas-tugas perkembangan meliputi : Lebih memantapkan
diri dalam pengamalan ajaran-ajaran agama. Mampu menyesuaikan
diri dengan: menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan, masa
pensiun, berkurangnya penghasilan dan kematian pasangan hidup.
Membentuk hubungan dengan orang seusia dan memantapkan
hubungan dengan anggota keluarga.

2.2 Penyalahgunaan NAPZA


2.2.1 NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan (BNN, 2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa
bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko
penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering,
cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain
yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).
2.2.2 Teori NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA dapat disebabkan oleh beberapa teori, yaitu :
1. Teori psikodinamika, bahwa penggunaan zat merupakan pencerminan
dari fungsi ego yang terganggu atau berhubungan dengan depresi atau
gangguan kepribadian.
2. Teori sosial, menyatakan bahwa penggunaan zat berhubungan
dengan pola hidup, keluarga, masyarakat dan peran faktor lain.
3. Teori perilaku, menjelaskan bahwa penyalahgunaan zat terjadi karena
adanya perilaku mencari zat (substance seeking behavior) yang
muncul sehubungan dengan pengalaman seseorang menggunakan zat
menemukan efek yang menyenangkan.
4. Teori genetik, menyatakan bahwa peran genetik ada pada
penyalahgunaan alcohol dan belum jelas pada penyalahgunaan yang
lainnya.
2.2.3 Tingkat Pemakaian NAPZA
1. Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA
yang tujuannya ingin mencoba, untuk memenuhi rasa ingin tahu.
Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini dan sebagian lain berlanjut
pada tahap lebih berat.
2. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use), yaitu pemakaian
NAPZA dengan tujuan bersenang-senang, pada saat rekreasi atau
santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, namun
sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat
3. Pemakaian Situasional (situasional use), yaitu pemakaian pada saat
mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan,
kekecewaan dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan
perasaan-perasaan tersebut.
4. Penyalahgunaan (abuse), yaitu penggunaan salah satu atau beberapa
jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi
medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan
gangguan fungsi sosial.
5. Ketergantungan (dependence use), yaitu keadaan dimana telah
terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan
jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus
zat (withdrawal syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha
memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar
dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara “normal”.

2.3 Fungsi Perawat Komunitas


1. Independent
Fungsi independent perawat adalah “those activies that are considered to
be within nursing’s scope of diagnosis and treatment”. Dalam fungsi ini
tindakan perawat dalam penanganan klien pengguna NAPZA tidak
memerlukan dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan. Dalam kaitan dengan penggunaan NAPZA
tindakan perawat antara lain :
1) Pengkajian klien pengguna NAPZA
2) Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Mendororoong klien berperilaku secara wajar.
2. Interdependent
Fungsi perawat adalah “carrier out in conjunction with other health team
members”. Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim
perawatan atau tim kesehatan lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan
pembentukan tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Dan anggota tim
lain bekerja sesuai kopetensinya masing-masing. Contoh tidakannya
adalah kolaborasi rehabilitas klien pengguna NAPZA, dimana perawat
bekerja dengan psikiater, sosial worker, ahli gizi juga rahaniawan.
3. Dependent
Fungsi perawat adalah “the activities performen based on the physician’s
order”. Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalm
memberikan pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan
pelayanan pengobatab atau pemberian psikofarmaka dan tindakan khusus
yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan oleh dokter.
Contohnya pada tindakan detoksifikasi NAPZA.
DAFTAR PUSTAKA

Azmiyati, S. R., Cahyati, W. H., Handayani, O. W. K. (2014). Gambaran


Penggunaan NAPZA Pada Anak Jalanan di Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (KEMAS), 9 (2): 137-143.
Djimbula, Irfan. 2010. Bahaya Narkoba Bagi Generasi Negeri. Karya Ilmiah.
Institut Agama Islam Negeri Manado : Manado
Mubin, dan Cahyadi, A. (2006). Psikologi Perkembangan. Ciputat; Quantum
Teaching.
Nasution, Habibah. 2015. Penyalahgunaan NAPZA. Divisi Psikosomatis –
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. FK USU Medan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63568/086%20.
pdf?sequence=1&isAllowed=y Diakses pada 17 Mei 2019.
Pieter, H.Z. & Lubis, N.L. 2010. Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai