HNO3
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
disusun oleh :
HENDRIKUS DWIJAYANTO WIBOWO SUTARJO
NIM : 045214039
i
CORROSION RATE OF STAINLESS STEEL 304 IN HNO3
SOLUTION
A FINAL PROJECT
Submit for The Partial Fulfillment of Requirements
to Obtain the Sarjana Technic Degree
In Mechanical Engineering
By :
HENDRIKUS DWIJAYANTO WIBOWO SUTARJO
Student number : 045214039
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Yang menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-Nya
hingga terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini, dengan judul “Laju Korosi
Stainless Steel 304 Dalam Larutan HNO3”. Adapun penyusunan tugas akhir ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik
penyusunan Tugas Akhir ini, penulis meneliti Laju Korosi Stainless Steel 304
dalam larutan HNO3 pada suhu 70oC selama 6 jam dilanjutkan pada suhu 290C
selam 18 jam.
bantuan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, kepada :
1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J., Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Yosep Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains &
3. Bapak Budi Sugiharto, S.T., M.T., ketua Program Studi Teknik Mesin
Tugas Akhir.
viii
7. Bapak Martono, Laboran Laboratorium Ilmu Logam Universitas Sanata
Dharma.
Dharma.
10. Kedua orang tua penulis Bapak M.Sutarjo. dan Ibu Yuliana Yati.
11. Kakakku, FX Sulistiyanto W.S., s.Si., APT dan Lice Sabata, A., Md.
12. Teman-teman.
angkatan yang telah berbagi suka dan duka serta pendorong semangat saya
14. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
ini penulis dengan kesungguhan hati dan lapang dada menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun guna lebih sempurnanya tugas akhir ini. Akhir kata
semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Terima
kasih.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
2.2.2 Ferritic Stainless Steel..................................................................................5
1. Kromium ( Cr ) .......................................................................................6
2.Nikel ( Ni ) ................................................................................................6
3.Mangan ( Mn ) ..........................................................................................6
4.Molybdenum ( Mo ) ..................................................................................6
5.Karbon ( C ) ..............................................................................................6
6. Nitrogen ( N ) ...........................................................................................7
xi
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................21
3.3. Proses Pembuatan HNO3 pH 0,2 Dan pH 0,5 dan Proses Perendaman .........25
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 4.6 Gambar benda uji V selama 12 minggu.............................................38
Gambar 4.8 Grafik laju korosi SS 304 dalam larutan HNO3 dengan pH 0,5........43
Gambar 4.9 Grafik laju korosi SS 304 dalam larutan HNO3 dengan pH 0,2........43
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data perubahan berat benda uji I pada larutan HNO3 pH 0,5................29
Tabel 4.2 Laju korosi benda uji I pada larutan HNO3 pH 0,5 ...............................30
Tabel 4.3 Data perubahan berat benda uji II pada larutan HNO3 pH 0,5 ..............31
Tabel 4.4 Laju korosi benda uji II pada larutan HNO3 pH 0,5 ..............................32
Tabel 4.5 Data perubahan berat benda uji III pada larutan HNO3 pH 0,5 .............34
Tabel4.6 Laju korosi benda uji III pada larutan HNO3 pH 0,5.............................35
Tabel 4.7 Data perubahan berat benda uji IV pada larutan HNO3 pH 0,2.............36
Tabel 4.8 Laju korosi benda uji IV pada larutan HNO3 pH 0,2.............................37
Tabel 4.9 Data perubahan benda uji V pada larutan HNO3 pH 0,2.......................38
Tabel 4.10 Laju korosi benda uji V pada larutan HNO3 pH 0,2............................39
Tabel 4.11 Data perubahan berat benda uji VI pada larutan HNO3 pH 0,2...........41
Tabel 4.12 Laju korosi benda uji VI pada larutan HNO3 pH 0,2...........................41
xv
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju korosi stainless steel 304
dalam larutan HNO3. Proses pencelupan dilakukan pada suhu 700C selama 6 jam
dilanjutkan dengan suhu 290C selama 18 jam setiap 7 hari. Hal ini untuk
dibersihkan dari kotoran kemudian diukur, digambar, ditimbang dan dicatat berat
awalnya. Selanjutnya spesimen dicelup di dalam larutan HNO3 pH 0,2 dan 0,5
pada suhu 700C selama 6 jam dilanjutkan pada suhu 290C selama 18 jam setiap 7
specimen. Hal ini terlihat jelas pada laju korosi pH 0,5 pada las busur listrik 0,105
gram/dm2/bulan, untuk laju korosi tanpa las adalah 0,026 gram/dm2/bulan. Pada
pH 0,2 pada las busur listrik adalah 0,045 gram/dm2/bulan pada pH 0,2 tanpa las
dengan benda uji yang tidak mengalami pengelasan terjadi perbedaan laju korosi
yang signifikan.
xvi
ABSTRACT
This research purpose to find out corrosion rate Stainless Steel 304 in
sulfuric acid. Immerse process do in 700C temperature for 6 hours and than in
290C temperature for 18 hours every day. This condition aim to get closer to the
actual use in the manufacture of tubes of reactor SAMOP (Sub Critical Assembly
Specimen atfer TIG welding and electric arc welding cleaned from crust
and than measured, drawing, balanced, and record the first weight. And than
specimen innerse to sulfuric acid pH 0,2 and 0,5 in 700C temperature for 6 hours
and than in 290C temperature for 18 hours every day for 3 month. Weight
The survey findings show heavy shrinkage sample, it is well visible on the
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
negara industri maju dengan pesat. Hampir semua peralatan dan mesin-
sehingga dapat diketahui kekuatan maksimum dan umur pakainya. Hal ini
HNO3 dengan pH 0,2 dan 0,5 terhadap laju korosi Stainless Steel 304.
Stainless steel jenis ini digunakan untuk tabung Reaktor SAMOP (Sub
1. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah stainless steel tipe 304
3. Benda uji yang akan diteliti dimasukkan ke dalam tabung kimia berisi
Penulisan Tugas Akhir ini akan dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
besi dan baja, sifat-sifat baja, pengaruh unsur spesifik pada baja,
struktur mikro besi dan baja, jenis-jenis korosi, pengelasan TIG, dan
dan data yang ada, serta saran-saran yang diajukan oleh penulis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
nuklir memiliki banyak keunggulan oleh adanya sifat radiasi yang mudah
dideteksi sampai kadar yang sangat rendah, berdaya tembus besar dan dapat
dikendalikan baik arah, luas berkas maupun energi partikelnya. Baja tahan
Baja tahan karat (stainless steel) adalah paduan antara besi (Fe) dengan
chrom (Cr) membentuk protektif layer (lapisan pelindung anti korosi). Untuk
unsur lain juga ditambahkan. Unsur-unsur lain yang ditambahkan antara lain
biasa disebut sebagai baja tahan karat delapan belas delapan. Baja tahan
karat austenit ketahanan karatnya lebih baik, mampu bentuk dan mampu
las. Jenis ini sering digunakan pada berbagai industri kimia, untuk bahan
Kadar chrom sekitar 16% sampai 18% dan kadar nickel sekitar 2%.
Ketahanan korosi kurang begitu baik dan relatif sulit untuk difabrikasi atau
dimachining. Sifat yang menguntungkan dari baja tahan karat ferit adalah
mekanik yang baik. Baja tahan karat jenis ini digunakan untuk alat potong
dan perkakas.
Baja tahan karat jenis duplex mempunyai fasa ganda yaitu fasa
ferit yang saling menutupi. Sebagai contoh, tegangan mulur yang rendah
dari sifat austenit diperbaiki dengan adanya sifat ferit. Dan keuletan rendah
dari sifat ferit diperbaiki oleh sifat austenit. Ketahanan korosi pada
sehingga baja ini dapat dipakai untuk penukar panas yang menggunakan air
laut.
(NaCl).
halnya emas (Au) & platina (Pt) yang hampir tidak mengalami korosi
korosi. Daya tahan korosi SS disebabkan karena adanya lapisan yang tidak
Sumber oksigen bisa berasal dari udara maupun air. Material lain yang
memiliki sifat sejenis antara lain titanium (Ti) dan juga aluminium (Al).
protective layer tidak dapat lagi terbentuk, maka korosi akan terjadi.
Banyak media yang dapat menjadi penyebab korosi, seperti halnya udara,
cairan/ larutan yang bersifat asam/basa, gas-gas proses (misalnya gas asap
hasil buangan ruang bakar atau reaksi kimia lainnya), logam yang berlainan
produksi makanan.
berikut. :
1. Uniform Corrosion
2. Pitting Corrosion
3. Crevice Corrosion
5. Intergranular Corrosion
6. Galvanic Corrosion
terlihat pada (Gambar 2.2). Korosi ini terjadi umumnya disebabkan oleh
cairan atau larutan asam kuat maupun alkali panas. Asam hidroklorit dan
dari korosi lokal (bukan seperti uniform corrosion). Pitting corrosion ini
dalam SS yang tersaji pada (Gambar 2.3). Korosi ini terjadi pada beberapa
konsentrasi klorida yang cukup tinggi (misal NaCl atau garam di air laut).
Pada konsentrasi klorida yang cukup tinggi, awalnya ion-ion klorida merusak
Timbulnya cacat ini dapat disebabkan oleh kotoran sulfida, retak-retak kecil
padat. Proses kimia yang terjadi saat pitting korosi ini dapat dilihat dalam
nitrogen (N) yang tinggi cenderung lebih tahan terhadap pitting corrosion.
ketika lubang kecil terbentuk, maka lubang ini akan terus cenderung
tertutup atau tidak dapat tersentuh sama sekali. Oleh karena itu dalam
austenitik seperti UR 6B. SS 304 memiliki komposisi (dalam %): < 0,015 C,
17.5 Cr, 13,5 Ni, 2,6 Mo. SS super-austenitik UR 6B memiliki komposisi : <
0,020 C, 20 Cr, 25 Ni, 4,3 Mo, dan 0,13 N. Dengan komposisi yang berbeda
maka nilai PREN untuk masing-masing SS adalah: 304 = 18, 316L = 26, dan
korosi paling kuat sedangkan 304 memiliki ketahanan pitting korosi yang
terlemah.
12
Gambar 2.3 IIustrasi pitting corrosion pada material SS. (Sumber: Surdia, T., Saito, S.)
Gambar 2.4 Skema proses kimia yang terjadi saat pitting corrosion menyerang dan
terhadap krom (Cr) SS sangat rendah bahkan tidak ada sama sekali (miskin
oksigen). Sering pula terjadi akibat desain konstruksi peralatan yang tidak
sudut-sudut yang sempit, celah/sudut antara 2 atau lebih lapisan metal, celah
13
antara mur/baut dsb. Peristiwa korosi ini terjadi di daerah yang sangat sempit
(celah, sudut, takik dsb) seperti disajikan pada (Gambar 2.5). Crevice
Gambar 2.5 Ilustrasi crevice corrosion yang menyerang saat 2 material bertemu dan
kerja (working Strees) pada SS akan bertambah besar. Korosi ini dapat terjadi
Ilustrasi dari korosi ini dapat dilihat pada (Gambar 2.6). Korosi ini meningkat
jika part yang mengalami stress berada di lingkungan dengan kadar klorida
tinggi seperti air laut yang temperaturnya cukup tinggi. Sebagai akibatnya
ppm). SS yang cocok korosi ini adalah austenitic SS disebabkan kadar Nikel-
nya (Ni) relatife tinggi. Grade 316 secara siknifikan tidak lebih tahan
dibanding 304. Duplex SS (misal 2205/UR 45N) lebih tahan dibanding 304
atau 316, bahkan sampai temperature aplikasi 150ºC dan super duplex akan
lebih tahan lagi terhadap stress corrosion cracking. Pada beberapa kasus,
dengan butir pasir logam, atau juga meng-annealing setelah SS selesai proses
butir. Sehingga daerah ini akan dengan mudah terserang oleh korosi (Gambar
menambahkan unsur yang memiliki daya tarik terhadap karbon lebih besar
berkadar karbon rendah yang ditandai indeks 'L' -low carbon steel- (misal
316L atau 304L). SS dengan kadar karbon tinggi akan tahan terhadap korosi
jenis ini asalkan digunakan pada temperatur tinggi pula (misal 304H, 316H,
321H, 347H).
Gambar 2.7 Ilustrasi korosi pada butir akibat terjadinya sensitasi krom (Cr).
dengan mur, paku keling/rivet dengan bodi tangki, hasil welding dengan
benda kerja) dan atau terendam dalam larutan elektrolit, sehingga dissimilar
17
disebakan satu material berfungsi sebagai anoda dan yang lainnya sebagai
anoda akan lebih mudah terkorosi. Urutan tersebut ditunjukkan pada seri
Gambar 2.8 Ilustrasi terjadinya korosi antara dua logam yang berbeda jenis
tungsen yang bukan mampu habis yang pada hakekatnya berdiri sendiri,
dalam suatu atmosfer argon murni, dengan atau tanpa tambahan kecil gas-gas
18
berfaedah lain. Perisai gas mencegah kontaminasi logam las oleh udara.
Permukaan paduan alumunium ditutupi oleh lapisan oksida tahan api bertitik
lebur tinggi yang harus dihilangkan sebelum suatu las yang memuaskan dapat
dibuat. Suatu kawat pengisi dapat juga ditambahkan pada tepi depan
genangan cairan untuk membentuk las. Ini merupakan salah satu sifat busur
api arus bolak-balik sehingga menghilangkan oksida yang kuat selama proses
pengelasan. Proses pengelasan TIG dipakai bila diperlukan las yang rapi,
ketebalan yang lebih dari 6 mm, biasanya digunakan pengelasan MIG, atau
sambungan pipa dengan atau tanpa sisipan yang mampu lebur dimasuki
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan
yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan
19
mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari
elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan
mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku
dan tersambunglah kedua logam tersebut. Mesin las busur listrik dapat
mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman
(kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi
panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang
terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan
terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara
benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai
Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi
Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat
mencapai 5500 °C. Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos,
penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu
Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan
BAB III
METODE PENELITIAN
Larutan HNO3 65% pekat Benda Uji (stainless steel 304) benda
uji 1 dan 4 tidak mengalami
pengelasan. Benda uji 2,3,5,6
mengalami pengelasan.
Pengambilan Data
Berat setelah 7 hari
(ditimbang)
Analisis &
Perhitungan
Kesimpulan &
Saran
3.2.1
1 Bahan
1.
1 Spesim
men / benda uji
u
0,047%
%, Fe = 70,477%
2.
2 Larutan
n HNO3 65%
%.
Larutan
n HNO3 65%
% ini dibeli dari laborattorium jurussan farmasi
3.2.2
2 Peralata
an
Peralatan
P yanng digunakann dalam pennelitian ini addalah :
23
1
Yogyakarta, dengan ketelitian sampai gram.
1000
Perendaman
Proses pembuatan larutan HNO3 pH 0,2 dan 0,5 dari larutan HNO3
a. Tabung reaksi
c. Pipet
e. Aquades
larutan HNO3 65 % dengan berat jenis 1,39 diambil 34,23 ml. Ini
diperoleh dari :
pH 0,2 = 10 −0 , 2 N
= 0,631 N
100 1
Maka, 0,631 × × × 63 = 43,9 ml/ltr
65 1,39
dengan berat jenis 1,39 diambil 22,05 ml. Ini diperoleh dari :
pH 0,5 = 10 −0 , 5 N
= 0,3162 N
26
100 1
Maka, 0,3162 × × × 63 = 22,05 ml/ltr
65 1,39
suhunya.
selama 6 jam dan suhu 290C selama 18 jam. Hal ini untuk
volume sama yaitu 1 liter. Karena adanya penguapan maka setiap hari
5. Analisis Hasil
korosi Stainless Steel 304 yang telah mengalami pengelasan TIG & busur
listrik dalam larutan HNO3 pH 0,2 dan 0,5 pada suhu 700C selama 6 jam
BAB IV
Data Spesimen I :
Analisis Perhitungan
∆y
Laju korosi =
A.t
Dengan:
dan waktu dihitung dalam satuan Jam. Hal ini dikarenakan untuk
6 jam dilanjutkan pada suhu 290C selama 18 jam setiap harinya. Hal
Luas I
Luas III
Luas II
= 1224mm2
= 204 mm2
= 108 mm2
Tabel 4.1 Data perubahan berat benda uji I pada larutan HNO3 pH 0,5.
1 0 14,608
2 I 14,608
3 II 14,607
4 III 14,606
5 IV 14,606
6 V 14,603
7 VI 14,601
8 VII 14,601
9 VIII 14,598
10 IX 14,597
11 X 14,597
12 XI 14,596
13 XII 14,596
0,001
Laju korosi minggu II = = 0,013 gram/dm2/minggu.
(0,1536 ) x 2
Tabel 4.2 Laju korosi benda uji I pada larutan HNO3 pH 0,5
Berat Berat Penurunan
Minggu Luas Laju Korosi
No Awal Akhir Berat
Ke - (mm2) (gram/dm2/jam)
(gram) (gram) (gram)
1 1 14,608 14,608 - 0,1536 0
2 2 14,608 14,607 0,001 0,1536 0,013
3 3 14,607 14,606 0.001 0,1536 0,019
4 4 14,606 14,606 - 0,1536 0
5 5 14,606 14,603 0,003 0,1536 0,097
6 6 14,603 14,601 0,002 0,1536 0,078
7 7 14,601 14,601 - 0,1536 0
8 8 14,601 14,598 0,003 0,1536 0,156
9 9 14,598 14,597 0,001 0,1536 0,058
10 10 14,597 14,597 - 0,1536 0
11 11 14,597 14,596 0,001 0,1536 0,0716
12 12 14,596 14,596 - 0,1536 0
Tabel 4.3 Data perubahan berat Stainless Steel 304 yang telah mengalami pengelasan
pada larutan HNO3 pH 0,5
Minggu Berat benda
No
ke- uji (gram)
1 0 13,795
2 I 13,795
3 II 13,793
4 III 13,789
5 IV 13,786
6 V 13,783
7 VI 13,780
8 VII 13,778
9 VIII 13,776
10 IX 13,772
11 X 13,771
12 XI 13,770
13 XII 13,770
= 1155mm2
= 210 mm2
= 99 mm2
Maka diperoleh,
0,002
Laju korosi minggu II = = 0,027 gram/dm2/minggu.
(0,1464 ) x 2
Tabel 4.4 Laju korosi SS 304 setelah mengalami pengelasan dalam larutan HNO3 pH 0,5
Benda uji III merupakan pelat stainless steel 304 yang telah
Gambar 4.4 Benda uji III setelah mengalami perendaman selama 13 minggu
= 1224mm2
= 216 mm2
= 102 mm2
34
Data perubahan berat benda uji III pada larutan HNO3 pH 0,5 :
Tabel 4.5 Data perubahan berat benda uji III pada larutan HNO3 pH 0,5
Berat benda
Minggu
No uji
ke-
(gram)
1 0 16,081
2 I 16,081
3 II 16,074
4 III 16,058
5 IV 16,046
6 V 16,041
7 VI 16,041
8 VII 16,039
9 VIII 16,038
10 IX 16,035
11 X 16,033
12 XI 16,032
13 XII 16,031
0,007
Laju korosi minggu II = = 0,09 gram/dm2/minggu.
(0,1542 ) x 2
35
Tabel 4.6 Laju korosi benda uji III pada larutan HNO3 pH 0,5
Data Spesimen IV :
= 1139mm2
= 201 mm2
= 102 mm2
Tabel 4.7 Data perubahan berat benda uji IV pada larutan HNO3 pH 0,2
1 0 13,478
2 I 13,478
3 II 13,476
4 III 13,473
5 IV 13,470
6 V 13,469
7 VI 13,466
8 VII 13,466
9 VIII 13,462
10 IX 13,460
11 X 13,460
37
12 XI 13,460
13 XII 13,469
0,002
Laju korosi minggu II = = 0,027 gram/dm2/minggu.
(0,1442 ) x 2
Tabel 4.8 Laju korosi benda uji IV pada larutan HNO3 pH 0,2
Berat Berat Penurunan
Minggu Luas Laju Korosi
No Awal Akhir Berat
Ke - (mm2) (gram/dm2/jam)
(gram) (gram) (gram)
1 1 13,478 13,478 - 0,1442 -
2 2 13,478 13,476 0,002 0,1442 0,027
3 3 13,476 13,473 0,003 0,1442 0,062
4 4 13,473 13,470 0.003 0,1442 0.083
5 5 13,470 13,469 0,001 0,1442 0,034
6 6 13,469 13,466 0,003 0,1442 0,124
7 7 13,466 13,466 - 0,1442 -
8 8 13,466 13,462 0,004 0,1442 0,221
9 9 13,462 13,460 0.002 0,1442 0,124
10 10 13,460 13,460 - 0,1442 -
11 11 13,460 13,460 - 0,1442 -
12 12 13,460 13,469 0,001 0,1442 0,083
Data Spesimen V :
Tabel 4.9 Data perubahan berat benda uji V pada larutan HNO3 pH 0,2
= 1155mm2
= 210 mm2
= 99 mm2
Tabel 4.10 Laju korosi benda uji V pada larutan HNO3 pH 0,2.
Berat Berat Penurunan Laju Korosi
Minggu Luas
No Awal Akhir Berat (gram/dm2/ja
Ke - (mm2)
(gram) (gram) (gram) m)
1 1 14,364 14,364 - 0,1464 -
2 2 14,364 14,362 0,002 0,1464 0,027
3 3 14,362 14,358 0,004 0,1464 0,081
4 4 14,358 14,352 0.006 0,1464 0,163
5 5 14,352 14,359 0,003 0,1464 0,102
6 6 14,359 14,356 0,003 0,1464 0,122
7 7 14,356 14,355 0,001 0,1464 0,047
8 8 14,355 14,352 0,003 0,1464 0,163
9 9 14,352 14,349 0.003 0,1464 0,184
10 10 14,349 14,349 - 0,1464 -
11 11 14,349 14,349 - 0,1464 -
12 12 14,349 14,348 0,001 0,1464 0,081
40
C. Stainless Steel
S Yang Mengalami
M Pengelasan
n Busur Listtrik
Ben
nda uji III m
merupakan pelat
p stainlesss steel 304 yang telah
Data Spesim
men VI
1. Tebal benda
b uji = 3 mm
2. Berat mula-mula
m = 16,081 gram
m
4. Lebar benda
b uji = 117 mm
Luas spesim
men = luas I +luas II + luuas III
Luas I = (36 mm x 17 mm
m) x 2
= 12244mm2
Luas II = (36 mm x 3 mm
m) x 2
= 216 mm2
= 102 mm2
41
Tabel 4.11 Data perubahan berat benda uji VI pada larutan HNO3 pH 0,2
1 0 18,238
2 I 18,238
3 II 18,236
4 III 18,233
5 IV 18,231
6 V 18,228
7 VI 18,225
8 VII 18,224
9 VIII 18,223
10 IX 18,219
11 X 18,218
12 XI 18,218
13 XII 18,217
0,007
Laju korosi minggu II = = 0,09 gram/dm2/minggu.
(0,1542 ) x 2
Tabel 4.12 Laju korosi benda uji VI pada larutan HNO3 pH 0,5
Berat Berat Penurunan
Minggu Luas Laju Korosi
No Awal Akhir Berat
Ke - (mm2) (gram/dm2/jam)
(gram) (gram) (gram)
1 1 18,238 18,238 - -
0,1542
2 2 18,238 18,236 0,002 0,09
0,1542
3 3 18,236 18,233 0.003 0,058
0,1542
4 4 18,233 18,231 0,002 0,051
0,1542
42
0.3
0.25
(gram/dm2/jam) Title
0.2
Laju Korosi
0.15 benda uji I tanpa las
0.1
benda uji 2 pengelasan
0.05 TIG
0
benda uji 3 pengelasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
busur listrik
Minggu Ke-
Gambar 4.8 Grafik laju korosi stainless steel 304 dalam larutan HNO3 dengan pH 0,5
0.25
0.2
(gram/dm2/jam) Title
Laju Korosi
0.15 benda uji IV tanpa las
0.1 benda uji V pengelasan
TIG
benda uji VI pengelasan
0.05
busur listrik
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu Ke-
Gambar 4.9 Grafik laju korosi stainless steel 304 dalam larutan HNO3 dengan pH 0,2.
44
0.12
0.1
gram/dm²/ bulan
0.08
0.06
0.04
0.02
0
Tanpa las Las TIG Las Busur Listrik
Stainlees Steel 304
0.05
0.045
0.04
0.035
gram/dm²/bulan
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
Tanpa Las Las TIG Las Busur Listrik
Stainless Steel
4.4 Pembahasan
larutan HNO3 pH 0,5 dan juga pada pH 0,2. Korosi yang terjadi secara
protective layer yang melindungi stainless steel dari korosi. Antara benda
uji yang mengalami pengelasan dengan benda uji yang tidak mengalami
terjadi pengurangan berat benda uji maka benda uji mengalami korosi
karena ada sebagian dari lapisan protective layer yang rusak. Pada saat
benda uji kembali tidak mengalami pengurangan berat atau beratnya stabil,
protective layer yang telah rusak kembali terbentuk setelah terjadi reaksi
oksidasi antara Cr yang ada pada stainless steel dengan oksigen yang ada
sekali. Dari penampilan visual benda uji terjadi perubahan warna dari
BAB V
5.1. Kesimpulan
benda uji yang telah mengalami pengelasan dengan benda uji yang tidak
terdapat pada las busur listrik. Korosi yang terjadi merata pada seluruh
permukaan benda uji karena rusaknya sebagian dari lapisan protective layer.
gram/dm2/minggu.
5.2 Saran
2. Gunakanlah alat penimbang berat benda uji yang akurat dan jangan ganti-
ganti timbangan.
3. Keringkan dahulu benda uji sebelum ditimbang, supaya kadar air hilang.
47
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga, Jakarta.
Dharma, Yogyakarta.
23 juni 2009