Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTANSI ENTITAS ISLAM

AKAD MUDHARABAH

VIERA MUSVIERA (A031171010)


ERNA SARI (A031171018)
DIAN SARI (A031171703)
AFIFAH NURUL MAULIDINA (A031171331)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Akuntansi Entitas Islam
dengan judul “Akad Mudharabah”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Makassar, 20 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 4
A. Latar Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Masalah .................................................................................. 5
BAB II Pembahasan ....................................................................................... 6
A. Pengertian Mudharabah .................................................................... 6
B. Landasan Syariah ............................................................................... 6
C. Rukun Mudharabah ........................................................................... 7
D. Jenis-Jenis Mudharabah .................................................................... 10
E. Berakhirnya Akad Mudharabah ....................................................... 11
F. Prinsip Bagi Hasil Akad Mudharabah.............................................. 12
G. Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) ..................................................... 13
BAB III Penutup ............................................................................................. 23
A. Kesimpulan.......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsep akuntansi konvensional yang telah diterapkan di Indonesia maupun sebagai
standar internasional selama ini merupakan adopsi pada barat dan budaya
kapitalis yang hanya mengandalkan materi dan duniawi. Dengan semakin
berkembangnya pola pikir manusia yang tidak hanya mengedepankan kepentingan
duniawi, maka dirasa perlu untuk menyeimbangkannya dengan kepentingan
ukhrawi. Sehingga akhir-akhir ini terjadi suatu peningkatan terhadap kajian bidang
akuntansi menuju akuntansi dalam perspektif Islami atau akuntansi syariah
Salah satu aspek yang mendorong akuntansi dengan perspektif Islam atau
akuntansi syariah di Indonesia adalah dengan munculnya perbankan syariah. Bank
syariah dalam usahanya memberikan pembiayaan dan jasa lainnya selalu
berlandaskan pada prinsip syariah. Kegiatan operasional pada bank syariah terdiri
dari kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana. Selain itu juga ada jasa-
jasa perbankan lain yang disediakan oleh bank syariah. Dalam melaksanakan
kegiatan penghimpunan dana, bank syariah menerima simpanan dari
masyarakat. Sedangkan dalam rangka penyaluran dana, bank syariah memberikan
jasa dalam bentuk pembiayaan.
Terdapat beberapa pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah. Salah satu
produk yang ditawarkan oleh bank syariah adalah pembiayaan mudharabah.
Pembiayaan ini menggunakan sistem bagi hasil antara nasabah dengan
bank dalam pembagian keuntungannya sesuai dengan nisbah yang disepakati
pada saat akad. Pembiayaan mudharabah berbeda dengan produk pembiayaan yang
ditawarkan oleh bank konvensional. Pada pembiayaan mudharabah diterapkan
keadilan, kejujuran dan transparansi dari kedua belah pihak. Hubungan antara bank
dan nasabah tidak hanya sebagai debitor dengan kreditor saja, tetapi hubungan
keduanya diakui sebagai mitra kerja yang lebih dekat dan lebih humanis.
Pembiayaan mudharabah sendiri membutuhkan kerangka akuntansi yang
menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai
sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan

4
kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan
akuntansi antara bank syariah yang satu dengan yang lain. Perbedaan perlakuan
tersebut akan mengakibatkan dampak terhadap hal keadilan dalam menentukan
laba bagi pemegang saham dan depositor.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Mudharabah?
2. Apa landasan syariah dari Mudharabah?
3. Apa saja rukun dan jenis-jenis Mudharabah?
4. Kapan berakhirnya akad Mudharabah?
5. Bagaimana prinsip bagi hasil akad Mudharabah?
6. Bagaimana perlakuan akuntansinya untuk pemilik dana dan pengelola dana?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari Mudharabah.
2. Mengetahui landasan syariah yang mendasari Mudharabah.
3. Mengetahui rukun dan jenis-jenis Mudharabah.
4. Mengetahui kapan berakhirnya akad Murabahah.
5. Mengetahui prinsip bagi hasil akad Mudharabah.
6. Mengetahui perlakuan akuntansi untuk pemilik dana dan pengelola dana.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKAD MUDHARABAH


Akad Mudharabah adalah perjanjian antara dua pihak yang
berbisnis/berinvestasi, dimana satu pihak sebagai pemilik modal
(shahibul maal) dan pihak lainnya sebagai pengelola bisnis
(mudharib). Dalam akad Mudharabah secara baku sudah
ditetapkan hak dan kewajiban masing- masing pihak. Akad
harus disepakati di muka sebelum kerjasama bisnis/investasi
dimulai.

B. LANDASAN SYARI’AH
Secara umum landasan dasar syariah akad Mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak
dari ayat al Qur’an dan hadits berikut ini :
1. Dalil Al Qur’an
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT...” (QS. Al-Muzzammil: 20)

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di


muka bumi dan carilah karunia Allah SWT...” (QS. Al-Jumu’ah:10)

2. Dalil dari Hadits


Dari Shalih bin Suhaib R.A. Bahwa Rasulullah Saw bersabda :
“Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan : Jual-Beli
secara tangguh, Muqaradhah ( Mudharabah ), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk
dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280, Kitab at Tijarah)
3. Dalil dari Ijma’

6
Imam Zailai, dalam kitabnya Nasbu ar Rayah (4/13), telah
menyatakan bahwa para sahabat telah sepakat terhadap
pengolahan harta anak yatim secara Mudharabah.
Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang
di kutip Abu Ubaid dalam kitab al Amwal.

C. RUKUN AKAD MUDHARABAH


Al Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya memiliki
tiga rukun:
1. Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik
modal) dan pengelola (mudharib).
2. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan
keuntungan.
3. Pelafalan perjanjian.
Rukun pertama: adanya dua atau lebih pelaku
Kedua pelaku kerja sama ini adalah pemilik modal dan
pengelola modal. Disyaratkan pada rukun pertama ini
keduanya memiliki kompetensi beraktifitas (Jaiz Al Tasharruf)
dalam pengertian mereka berdua baligh, berakal, Rasyid
dan tidak dilarang beraktivitas pada hartanya. Sebagian ulama
mensyaratkan bahwa keduanya harus muslim atau pengelola
harus muslim, sebab seorang muslim tidak ditakutkan
melakukan perbuatan riba atau perkara haram. Namun sebagian
lainnya tidak mensyaratkan hal tersebut, sehingga
diperbolehkan bekerja sama dengan orang kafir yang dapat
dipercaya dengan syarat harus terbukti adanya pemantauan
terhadap aktivitas pengelolaan modal dari pihak muslim
sehingga terlepas dari praktek riba dan haram.

Rukun kedua: objek Transaksi.


Objek transaksi dalam Mudharabah mencakup modal, jenis
usaha dan keuntungan.

7
1. Modal
Dalam sistem Mudharabah ada empat syarat modal yang harus
dipenuhi:
1) Modal harus berupa alat tukar/satuan mata uang (Al Naqd)
dasarnya adalah ijma’ atau barang yang ditetapkan
nilainya ketika akad menurut pendapat yang rojih.
2) Modal yang diserahkan harus jelas diketahui
3) Modal yang diserahkan harus tertentu.
4) Modal diserahkan kepada pihak pengelola modal dan
pengelola menerimanya langsung dan dapat beraktivitas
dengannya.

Jadi dalam Mudharabah disyaratkan modal yang diserahkan


harus diketahui dan penyerahan jumlah modal kepada
Mudharib (pengelola modal) harus berupa alat tukar seperti
emas, perak dan satuan mata uang secara umum. Tidak
diperbolehkan berupa barang kecuali bila ditentukan nilai
barang tersebut dengan nilai mata uang ketika akad
transaksi, sehingga nilai barang tersebut yang
menjadi modal Mudharabah. Kejelasan jumlah modal
ini menjadi syarat karena menentukan pembagian
keuntungan. Apabila modal tersebut berupa barang dan
tidak diketahui nilainya ketika akad, bisa jadi barang tersebut
berubah harga dan nilainya seiring berjalannya waktu,
sehingga memiliki konsekuensi ketidakjelasan dalam
pembagian keuntungan.

2. Jenis Usaha
Jenis usaha di sini disyaratkan beberapa syarat:
a) Jenis usaha tersebut di bidang perniagaan

8
b) Tidak menyusahkan pengelola modal dengan
pembatasan yang menyulitkannya, seperti ditentukan
jenis yang sukar sekali didapatkan, contohnya harus
berdagang permata merah delima atau mutiara yang
sangat jarang sekali adanya.
c) Asal dari usaha dalam Mudharabah adalah di bidang
perniagaan dan bidang yang terkait dengannya yang
tidak dilarang syariat. Pengelola modal dilarang
mengadakan transaksi perdagangan barang-barang haram
seperti daging babi, minuman keras dan sebagainya.

3. Keuntungan
Setiap usaha dilakukan untuk mendapatkan keuntungan,
demikian juga Mudharabah. Namun dalam Mudharabah
disyaratkan pada keuntungan tersebut empat syarat:
a) Keuntungan khusus untuk kedua pihak yang bekerja
sama yaitu pemilik modal (investor) dan pengelola
modal. Seandainya disyaratkan sebagian keuntungan
untuk pihak ketiga, misalnya dengan menyatakan:
‘Mudharabah dengan pembagian 1/3 keuntungan
untukmu, 1/3 untukku dan 1/3 lagi untuk istriku atau
orang lain, maka tidak sah kecuali disyaratkan pihak
ketiga ikut mengelola modal tersebut, sehingga menjadi
qiraadh bersama dua orang. Seandainya dikatakan:
’separuh keuntungan untukku dan separuhnya untukmu,
namun separuh dari bagianku untuk istriku’, maka ini sah
karena ini akad janji hadiyah kepada istri.
b) Pembagian keuntungan untuk berdua tidak boleh hanya
untuk satu pihak saja. Seandainya dikatakan: ‘Saya bekerja
sama Mudharabah denganmu dengan keuntungan
sepenuhnya untukmu’ maka ini dalam madzhab Syafi’i
tidak sah.

9
c) Keuntungan harus diketahui secara jelas.
d) Dalam transaksi tersebut ditegaskan prosentase
tertentu bagi pemilik modal (investor) dan pengelola.
Dalam pembagian keuntungan perlu sekali melihat hal-hal
berikut:
a) Keuntungan berdasarkan kesepakatan dua belah pihak,
namun kerugian hanya ditanggung pemilik modal.
b) Pengelola modal hendaknya menentukan bagiannya
dari keuntungan. Apabila keduanya tidak menentukan hal
tersebut maka pengelola mendapatkan gaji yang umum
dan seluruh keuntungan milik pemilik modal (investor).
c) Pengelola modal tidak berhak menerima keuntungan
sebelum menyerahkan kembali modal secara sempurna.
Berarti tidak seorangpun berhak mengambil bagian
keuntungan sampai modal doserahkan kepada pemilik
modal.
d) Keuntungan tidak dibagikan selama akad masih
berjalan kecuali apabila kedua pihak saling ridha dan
sepakat.

Rukun ketiga: Pelafalan Perjanjian (Shighoh Transaksi).


Shighah adalah ungkapan yang berasal dari kedua belah
pihak pelaku transaksi yang menunjukkan keinginan
melakukannya. Shighah ini terdiri dari ijab qabul. Transaksi
Mudharabah atau Syarikat dianggap sah dengan perkataan dan
perbuatan yang menunjukkan maksudnya.

D. JENIS-JENIS AKAD MUDHARABAH


 Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi Mudharabah Muthlaqah
adalah bentuk kerjasama antara shahibul Maal dan
Mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi

10
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
Jenis ini memberikan kebebasan kepada Mudhorib
(pengelola modal) melakukan apa saja yang dipandang
dapat mewujudkan kemaslahatan.
 Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut jega dengan
istilah restricted mudharabah / specified Mudharabah
adalah kebalilan dari Mudharabah Muthlaqah. Si
Mudharib (Pelaksana) dibatasi dengan batasan jenis
usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini
seringkali mencerminkan kecenderungan umum si
shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
 Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah adalah salah satu bentuk akad
mudharabah dengan pengelola dana (mudharib) turut
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama
investasi, diperlukan karena mengandung unsur
kemudahan dalam pengelolaannya serta dapat
memberikan manfaat yang lebih besar bagi para pihak.

E. BERAKHIRNYA AKAD MUDHARABAH


Lamanya kerjasama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak
terbatas, tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangka
waktu kontrak kerja sama dengan menberitahukan pihak
lainnya. Namun, akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal
sebagai berikut :
1) Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya,
maka mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan.
2) Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
3) Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
4) Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai
pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana

11
dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban
amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati.
5) Modal sudah tidak ada

F. PRINSIP PEMBAGIAN HASIL USAHA (PSAK 105 PAR 11)


Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak
tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja
(profit) tidak termasuk kerugiannya (loss). Sehingga untuk
pembahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip bagi hasil
seperti yang digunakan dalam Undang-undang No.10 tahun
1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak
dibagi di antara pemilik dana dan penglelola dana, tetapi harus
ditanggung sendiri oleh pemilik dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat
dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha
mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari
pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari
proyeksi hasil usaha.
Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya
yang dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad harus
disepakati biaya- biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari
pendapatan.
Contoh perhitungan bagi hasil (bank sebagai pemilik dana) :
Penjualan 1.000.000
HPP (650.000)
Laba Kotor 350.000
Biaya-Biaya (250.000)
Laba (rugi) bersih 100.000

a) Metode Profit sharing dengan nisbah bank syariah : pengelola =


30 : 70

12
Bank syariah: 30% x Rp. 100.000 = Rp 30.000
Pengelola: 70% x Rp. 100.000 = Rp. 70.000

b) Metode revenue sharing dengan nisbah bank syariah :


pengelola = 10 : 90
Bank syariah: 10% x Rp. 350.000 = Rp 35.000
Pengelola: 90% x Rp. 350.000 = Rp. 315.000

Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaopran,


penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil
sesui nisbah yang disepakati (PSAK 105 Par 20)

G. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 105)


Akuntansi Untuk Pemilik Dana
1) Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui
sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas
atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana
2) Pengukuran investasi mudharabah
i. investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur
sebesar jumlah yang dibayarkan;
ii. investasi mudharabah dlam bentuk aset nonkas diukur
sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas
harus disetujui oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat
kontrak.
Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk
mengukur aset nonkas
a. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan
kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak
bank yang melakukan kontrak untuk nilai aset nonkas

13
menuju aplikasi konsep representational faithfulnes dalam
pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas :
Dr. Investasi mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
Investasi mudharabah dlam bentuk aset nonkas diukur sebesar
nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan, kemungkinan ada
2:
1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya,
maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan
diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah
a. Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas :

Dr. Investasi mudharabah Xxx


Cr. Keuntungan Tangguhan xxx
Cr. Aset Nonkas xxx

b. Jurnal Amortisasi keuntungan tangguhan:


Dr. keuntungan tangguhan xxx
Cr. Keuntungan xxx

2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya,


maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada saat
penyerahan aset nonkas
Jurnal :

Dr. Investasi mudharabah xxx


Cr. Keuntungan Tangguhan xxx
Cr. Aset Nonkas Mudharabah xxx

3) Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk asset


nonkas

14
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun
sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau
faktor lain yang bukan kelalain atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui
sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah. Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi mudharabah xxx
Cr. Investasi mudharabah xxx
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian Investasi mudharabah hilang setelah
dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan
pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat pembagian bagi hasil. Jurnal :
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Investasi mudharabah xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

c. Penurunan nilai pada saat atau setelah barang


dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha
mudharabah.
Investasi mudharabah yang diberikan dalam aset (nonkas)
dan aset nonkas tersebut mengalami penurunan nilai pada
saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif
dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian
tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi,
namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
Jurnal :
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian Investasi mudharabah xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

15
16
4) Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad
mudharabah berakhir.
Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode
sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian
dana dibentuk penyisihan kerugian investasi
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Kerugian Investasi mudharabah xxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai awal
mudharabah

5) Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola
dana diakui sebagai piutang. Jurnal :
Dr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil


Jurnal :
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx

6) Akad mudharabah berakhir


Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara
investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian
investasi dan pengembalian investasi mudharabah: diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.

17
Jurnal :
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan kerugian investasi xxx
Cr. Investasi mudharabah xxx
Cr. Keuntungan xxx

ATAU

Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx


Dr. Penyisihan kerugian investasi xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Investasi mudharabah xxx

7) Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam
laporan keuangan sebesar nilai tercatat

8) Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan
transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada :
a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi
dana, pembagian hasil usaha mudharabah, dan lain-lain.
b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan
jenisnya;
c) Penyajian kerugian investasi mudharabah selama
periode berjalan;
d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai psak 101
tentang penyajian laporan keuangan syariah

Akuntansi Untuk Pengelola Dana


1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah
diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau

18
nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode
akuntansi, dana syirkah temporer dikukur sebesar nilai tercatat.
2. Pengukuran Dana syirkah temporer
Dana Syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diterima.
Jurnal :
Dr. Kas/ Aset Nonkas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx

3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer


Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer
yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset.
Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan
mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan
bagian hak pemilik dana.

Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil


dari penyaluran kembali dana syirkah temporer :
Dr. Kas/ Piutang xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang
sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik
dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi
porsi hak pemilik dana.
Jurnal :
Dr. Beban bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membagi bagi hasil :
Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Kas xxx

19
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri
dana mudharabah berarti ada pendapatan dan beban yang diakui
dan pencatatannya sama dengan akuntansi konvensional. Jurnal
penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh
keuntungan).
Jurnal :
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :


Dr. Beban bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Utang bagi hasil mudharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :


Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Kas xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian


Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Beban xxx

5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian


pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana.
Jurnal :
Dr. Beban xxx
Cr. Utang lain-lain / Kas xxx
6. Diakhir akad
Jurnal :
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Aset Nonkas xxx

20
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya
Jurnal :

Dr. Dana Syirkah Temporer xxx


Cr. Kas/Aset Nonkas xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx

7. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam
laporan keuangan :
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar
nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilik
dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan
sebagai kewajiban.

8. Pengungkapan
Pengelola dana merupaka transaksi mudharabah dalam
laporan keuangan :
a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi
dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan
lain-lain;
b) Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan
jenisnya.
c) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah
muqayadah.

Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101


tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Asumsi pencatatan
untuk pengelola dana yang telah dibahas di atas menggunakan

21
akad mudharabah muthalaqah, apabila akadnya Mudharabah
Muqayyadah, di mana dana dari pemilik dasa langsung
disalurkan kepada pengelola dana lain (kedua) dan pengelola
dana pertama hanya bertindak sebagai perantara yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pengelola dana
lain (kedua), maka dana untuk jenis seperti ini akan dilaporkan
off balance sheet. Atas kegiatan tersebut pengelola dana
pertama akan menerima komisi atas jasa mempertemukan
kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pengelola
dana lain (kedua) berlaku nisbah bagi hasil.

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akad Mudharabah adalah perjanjian antara dua pihak pemilik
modal (shahibul maal) dan pengelola bisnis (mudharib) untuk
berbisnis/berinvestasi, Akad harus disepakati di muka sebelum
kerjasama bisnis/investasi dimulai. Landasan dasar syariah akad
Mudharabah berasal dari Dalil Al Qur’an, Dalil dari Hadits, Dalil dari Ijma’
Al Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya
memiliki tiga rukun:
a) Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal)
dan pengelola (mudharib).
b) Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan.
c) Pelafalan perjanjian.
Jenis-jenis akad mudharabah yakni Mudharabah Muthlaqah,
Mudharabah Muqayyadah, Mudharabah Musytarakah
Berakhirnya akad mudharabah karena hal-hal sebagai berikut:
a. waktu yang telah ditentukan.
b. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
c. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai
pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana
dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban
amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati.
e. Modal sudah tidak ada
Prinsip pembagian hasil usaha (psak 105 par 11) dilakukan
berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam
praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi mengakui
pendapatan dari proyeksi hasil usaha. hasil atas realisasi
penghasilan hasil usaha dari pengelola dana.

23
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, S. dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba


Empat.

24

Anda mungkin juga menyukai