AKAD MUDHARABAH
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Akuntansi Entitas Islam
dengan judul “Akad Mudharabah”
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep akuntansi konvensional yang telah diterapkan di Indonesia maupun sebagai
standar internasional selama ini merupakan adopsi pada barat dan budaya
kapitalis yang hanya mengandalkan materi dan duniawi. Dengan semakin
berkembangnya pola pikir manusia yang tidak hanya mengedepankan kepentingan
duniawi, maka dirasa perlu untuk menyeimbangkannya dengan kepentingan
ukhrawi. Sehingga akhir-akhir ini terjadi suatu peningkatan terhadap kajian bidang
akuntansi menuju akuntansi dalam perspektif Islami atau akuntansi syariah
Salah satu aspek yang mendorong akuntansi dengan perspektif Islam atau
akuntansi syariah di Indonesia adalah dengan munculnya perbankan syariah. Bank
syariah dalam usahanya memberikan pembiayaan dan jasa lainnya selalu
berlandaskan pada prinsip syariah. Kegiatan operasional pada bank syariah terdiri
dari kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana. Selain itu juga ada jasa-
jasa perbankan lain yang disediakan oleh bank syariah. Dalam melaksanakan
kegiatan penghimpunan dana, bank syariah menerima simpanan dari
masyarakat. Sedangkan dalam rangka penyaluran dana, bank syariah memberikan
jasa dalam bentuk pembiayaan.
Terdapat beberapa pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah. Salah satu
produk yang ditawarkan oleh bank syariah adalah pembiayaan mudharabah.
Pembiayaan ini menggunakan sistem bagi hasil antara nasabah dengan
bank dalam pembagian keuntungannya sesuai dengan nisbah yang disepakati
pada saat akad. Pembiayaan mudharabah berbeda dengan produk pembiayaan yang
ditawarkan oleh bank konvensional. Pada pembiayaan mudharabah diterapkan
keadilan, kejujuran dan transparansi dari kedua belah pihak. Hubungan antara bank
dan nasabah tidak hanya sebagai debitor dengan kreditor saja, tetapi hubungan
keduanya diakui sebagai mitra kerja yang lebih dekat dan lebih humanis.
Pembiayaan mudharabah sendiri membutuhkan kerangka akuntansi yang
menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai
sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan
4
kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan
akuntansi antara bank syariah yang satu dengan yang lain. Perbedaan perlakuan
tersebut akan mengakibatkan dampak terhadap hal keadilan dalam menentukan
laba bagi pemegang saham dan depositor.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Mudharabah?
2. Apa landasan syariah dari Mudharabah?
3. Apa saja rukun dan jenis-jenis Mudharabah?
4. Kapan berakhirnya akad Mudharabah?
5. Bagaimana prinsip bagi hasil akad Mudharabah?
6. Bagaimana perlakuan akuntansinya untuk pemilik dana dan pengelola dana?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari Mudharabah.
2. Mengetahui landasan syariah yang mendasari Mudharabah.
3. Mengetahui rukun dan jenis-jenis Mudharabah.
4. Mengetahui kapan berakhirnya akad Murabahah.
5. Mengetahui prinsip bagi hasil akad Mudharabah.
6. Mengetahui perlakuan akuntansi untuk pemilik dana dan pengelola dana.
5
BAB II
PEMBAHASAN
B. LANDASAN SYARI’AH
Secara umum landasan dasar syariah akad Mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak
dari ayat al Qur’an dan hadits berikut ini :
1. Dalil Al Qur’an
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT...” (QS. Al-Muzzammil: 20)
6
Imam Zailai, dalam kitabnya Nasbu ar Rayah (4/13), telah
menyatakan bahwa para sahabat telah sepakat terhadap
pengolahan harta anak yatim secara Mudharabah.
Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang
di kutip Abu Ubaid dalam kitab al Amwal.
7
1. Modal
Dalam sistem Mudharabah ada empat syarat modal yang harus
dipenuhi:
1) Modal harus berupa alat tukar/satuan mata uang (Al Naqd)
dasarnya adalah ijma’ atau barang yang ditetapkan
nilainya ketika akad menurut pendapat yang rojih.
2) Modal yang diserahkan harus jelas diketahui
3) Modal yang diserahkan harus tertentu.
4) Modal diserahkan kepada pihak pengelola modal dan
pengelola menerimanya langsung dan dapat beraktivitas
dengannya.
2. Jenis Usaha
Jenis usaha di sini disyaratkan beberapa syarat:
a) Jenis usaha tersebut di bidang perniagaan
8
b) Tidak menyusahkan pengelola modal dengan
pembatasan yang menyulitkannya, seperti ditentukan
jenis yang sukar sekali didapatkan, contohnya harus
berdagang permata merah delima atau mutiara yang
sangat jarang sekali adanya.
c) Asal dari usaha dalam Mudharabah adalah di bidang
perniagaan dan bidang yang terkait dengannya yang
tidak dilarang syariat. Pengelola modal dilarang
mengadakan transaksi perdagangan barang-barang haram
seperti daging babi, minuman keras dan sebagainya.
3. Keuntungan
Setiap usaha dilakukan untuk mendapatkan keuntungan,
demikian juga Mudharabah. Namun dalam Mudharabah
disyaratkan pada keuntungan tersebut empat syarat:
a) Keuntungan khusus untuk kedua pihak yang bekerja
sama yaitu pemilik modal (investor) dan pengelola
modal. Seandainya disyaratkan sebagian keuntungan
untuk pihak ketiga, misalnya dengan menyatakan:
‘Mudharabah dengan pembagian 1/3 keuntungan
untukmu, 1/3 untukku dan 1/3 lagi untuk istriku atau
orang lain, maka tidak sah kecuali disyaratkan pihak
ketiga ikut mengelola modal tersebut, sehingga menjadi
qiraadh bersama dua orang. Seandainya dikatakan:
’separuh keuntungan untukku dan separuhnya untukmu,
namun separuh dari bagianku untuk istriku’, maka ini sah
karena ini akad janji hadiyah kepada istri.
b) Pembagian keuntungan untuk berdua tidak boleh hanya
untuk satu pihak saja. Seandainya dikatakan: ‘Saya bekerja
sama Mudharabah denganmu dengan keuntungan
sepenuhnya untukmu’ maka ini dalam madzhab Syafi’i
tidak sah.
9
c) Keuntungan harus diketahui secara jelas.
d) Dalam transaksi tersebut ditegaskan prosentase
tertentu bagi pemilik modal (investor) dan pengelola.
Dalam pembagian keuntungan perlu sekali melihat hal-hal
berikut:
a) Keuntungan berdasarkan kesepakatan dua belah pihak,
namun kerugian hanya ditanggung pemilik modal.
b) Pengelola modal hendaknya menentukan bagiannya
dari keuntungan. Apabila keduanya tidak menentukan hal
tersebut maka pengelola mendapatkan gaji yang umum
dan seluruh keuntungan milik pemilik modal (investor).
c) Pengelola modal tidak berhak menerima keuntungan
sebelum menyerahkan kembali modal secara sempurna.
Berarti tidak seorangpun berhak mengambil bagian
keuntungan sampai modal doserahkan kepada pemilik
modal.
d) Keuntungan tidak dibagikan selama akad masih
berjalan kecuali apabila kedua pihak saling ridha dan
sepakat.
10
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
Jenis ini memberikan kebebasan kepada Mudhorib
(pengelola modal) melakukan apa saja yang dipandang
dapat mewujudkan kemaslahatan.
Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut jega dengan
istilah restricted mudharabah / specified Mudharabah
adalah kebalilan dari Mudharabah Muthlaqah. Si
Mudharib (Pelaksana) dibatasi dengan batasan jenis
usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini
seringkali mencerminkan kecenderungan umum si
shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah adalah salah satu bentuk akad
mudharabah dengan pengelola dana (mudharib) turut
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama
investasi, diperlukan karena mengandung unsur
kemudahan dalam pengelolaannya serta dapat
memberikan manfaat yang lebih besar bagi para pihak.
11
dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban
amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati.
5) Modal sudah tidak ada
12
Bank syariah: 30% x Rp. 100.000 = Rp 30.000
Pengelola: 70% x Rp. 100.000 = Rp. 70.000
13
menuju aplikasi konsep representational faithfulnes dalam
pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas :
Dr. Investasi mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
Investasi mudharabah dlam bentuk aset nonkas diukur sebesar
nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan, kemungkinan ada
2:
1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya,
maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan
diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah
a. Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas :
14
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun
sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau
faktor lain yang bukan kelalain atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui
sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah. Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi mudharabah xxx
Cr. Investasi mudharabah xxx
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian Investasi mudharabah hilang setelah
dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan
pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat pembagian bagi hasil. Jurnal :
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Investasi mudharabah xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx
15
16
4) Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad
mudharabah berakhir.
Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode
sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian
dana dibentuk penyisihan kerugian investasi
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Kerugian Investasi mudharabah xxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai awal
mudharabah
5) Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola
dana diakui sebagai piutang. Jurnal :
Dr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx
17
Jurnal :
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan kerugian investasi xxx
Cr. Investasi mudharabah xxx
Cr. Keuntungan xxx
ATAU
7) Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam
laporan keuangan sebesar nilai tercatat
8) Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan
transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada :
a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi
dana, pembagian hasil usaha mudharabah, dan lain-lain.
b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan
jenisnya;
c) Penyajian kerugian investasi mudharabah selama
periode berjalan;
d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai psak 101
tentang penyajian laporan keuangan syariah
18
nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode
akuntansi, dana syirkah temporer dikukur sebesar nilai tercatat.
2. Pengukuran Dana syirkah temporer
Dana Syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diterima.
Jurnal :
Dr. Kas/ Aset Nonkas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang
sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik
dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi
porsi hak pemilik dana.
Jurnal :
Dr. Beban bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membagi bagi hasil :
Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
19
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri
dana mudharabah berarti ada pendapatan dan beban yang diakui
dan pencatatannya sama dengan akuntansi konvensional. Jurnal
penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh
keuntungan).
Jurnal :
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
20
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya
Jurnal :
7. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam
laporan keuangan :
a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar
nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilik
dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan
sebagai kewajiban.
8. Pengungkapan
Pengelola dana merupaka transaksi mudharabah dalam
laporan keuangan :
a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi
dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan
lain-lain;
b) Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan
jenisnya.
c) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah
muqayadah.
21
akad mudharabah muthalaqah, apabila akadnya Mudharabah
Muqayyadah, di mana dana dari pemilik dasa langsung
disalurkan kepada pengelola dana lain (kedua) dan pengelola
dana pertama hanya bertindak sebagai perantara yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pengelola dana
lain (kedua), maka dana untuk jenis seperti ini akan dilaporkan
off balance sheet. Atas kegiatan tersebut pengelola dana
pertama akan menerima komisi atas jasa mempertemukan
kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pengelola
dana lain (kedua) berlaku nisbah bagi hasil.
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akad Mudharabah adalah perjanjian antara dua pihak pemilik
modal (shahibul maal) dan pengelola bisnis (mudharib) untuk
berbisnis/berinvestasi, Akad harus disepakati di muka sebelum
kerjasama bisnis/investasi dimulai. Landasan dasar syariah akad
Mudharabah berasal dari Dalil Al Qur’an, Dalil dari Hadits, Dalil dari Ijma’
Al Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya
memiliki tiga rukun:
a) Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal)
dan pengelola (mudharib).
b) Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan.
c) Pelafalan perjanjian.
Jenis-jenis akad mudharabah yakni Mudharabah Muthlaqah,
Mudharabah Muqayyadah, Mudharabah Musytarakah
Berakhirnya akad mudharabah karena hal-hal sebagai berikut:
a. waktu yang telah ditentukan.
b. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
c. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai
pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana
dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban
amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati.
e. Modal sudah tidak ada
Prinsip pembagian hasil usaha (psak 105 par 11) dilakukan
berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam
praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi mengakui
pendapatan dari proyeksi hasil usaha. hasil atas realisasi
penghasilan hasil usaha dari pengelola dana.
23
DAFTAR PUSTAKA
24