Anda di halaman 1dari 9

A.

Klasifikasi Iklim
Salah satu indikator yang dapat dijadikan acuan untuk menganalisis karakteristik
suatu wilayah adalah kondisi iklim. Iklim sendiri didefinisikan sebagai kondisi rata-rata
cuaca di suatu tempat yang terjadi dalam serangkaian tahun yang lama. Iklim pada suatu
daerah ditentukan oleh faktor alam dan faktor antropogenik (terkait dengan manusia). Faktor
alam yang memengaruhi kondisi iklim meliputi atmosfer, geosfer, hidrosfer, dan biosfer.
Sementara faktor antropogenik yang memengaruhi kondisi iklim terkait dengan
pemanfaatan lahan dan sumber daya. Berdasarkan kepada data rerata iklim, maka dapat
dilakukan klasifikasi iklim di suatu daerah. Pembuatan klasifikasi iklim sendiri bertujuan
untuk menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak terbatas jumlahnya menjadi kelas-
kelas yang jumlahnya relatif lebih sedikit berdasarkan persamaan sifat iklim, sehingga
memperoleh efisiensi informasi iklim dalam bentuk yang umum dan sederhana (Modul
Meteorologi dan Klimatologi, Fakultas Geografi, 2013). Adapun klasifikasi iklim yang
digunakan untuk memahami karakteristik wilayah di Indonesia antara lain dikemukakan
oleh Koppen, Schmidth-Ferguson, dan Oldeman.

Koppen menyusun klasifikasi iklimnya berdasarkan rerata curah hujan dan


temperatur bulanan/tahunan. Hal tersebut disebabkan karena kedua unsur tersebut, yakni
curah hujan dan temperatur, merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
di permukaan Bumi. Koppen sendirI menggunakan simbol huruf besar dan kecil untuk
membedakan ciri- ciri antara curah hujan dan temperatur. bSimbol ini juga digunakan dalam
menentukan pembagian daerah iklim berdasarkan temperatur bulan terdingin dan juga bulan
terpanas. Berikut ini merupakan kode dari klasifikasi iklim Koppen:

• A : iklim tropis
• B : iklim kering
• C : iklim sedang
• D : iklim dingin
• E : iklim kutub
• f = selalu basah : hujan bisa jatuh dalam semua musim
• s = bulan kering pada musim panas di belahan bumi yang bersangkutan
• w = bulan kering (winter)
• m = hujan cukup/ medium

Schmidth-Ferguson menggunakan bulan basah dan bulan kering dalam menyusun


klasifikasi iklimnya. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah
hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih
dari 100 mm. Adapun penggolongan iklim Schmidth-Fergusson ditentukan berdasarkan
nilai Q yang dirumuskan dengan formula:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


Q= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

Tabel 1. Klasifikasi Iklim Schmidth-Fergusson


Golongan Nilai Q Uraian
A 0 ≤ Q < 0.143 Sangat basah
B 0.143 ≤ Q < 0.333 Basah
C 0.333 ≤ Q < 0.60 Agak basah
D 0.60 ≤ Q < 1.00 Sedang
E 1.0 ≤ Q < 1.67 Agak kering
F 1.67 ≤ Q < 3.00 Kering
G 3.00 ≤ Q < 7.00 Sangat kering
H 7.00 ≤ Q Luar biasa kering

Sementara Oldeman, menyusun klasifikasi iklimnya berdasarkan pada jumlah bulan


basah dan bulan kering berturut-turut selama minimal 10 tahun. Klasifikasi iklim yang
dikemukakan Schmidth-Ferguson dan Oldeman berbeda dalam hal metode menghitung
bulan basah dan bulan kering. Kriteria bulan basah dan bulan kering yang digunakan
Oldeman adalah sebagai berikut:

 Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm


 Bulan lembap apabila curah hujan antara 100 hingga 200 mm
 Bulan kering apabila curah hujan kurang dari 100 mm

Berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah
agroklimat utama seperti tabel berikut:
B. Klasifikasi Iklim Kabupaten Cilacap

Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten terluas yang ada di Provinsi Jawa Tengah
dengan luas wilayah 225.360,840 Ha. Kabupaten yang terdiri atas 24 kecamatan ini terletak
di bagian barat daya Provinsi Jawa Tengah. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Kebumen, di utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Brebes, di
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis (Provinsi Jawa Barat) dan di sebelah
selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Secara Geografis, Kabupaten Cilacap
terletak diantara 108°4’30”—109°30 30” BT dan 7°30’—7°45’20” LS (BPS Cilacap, 2018).

1. Klasifikasi Koppen

Secara umum, menurut klasifikasi iklim yang diajukan oleh Koppen, iklim wilayah
yang berlaku di Indonesia adalah iklim tipe A (Iklim Tropis). Iklim tipe A ini dicirikan
dengan kondisi bulan terdinginnya yang lebih dari 64,4°F dan presipitasinya melebihi
evaporasi.
Peta Sebaran Iklim A (Humid Equatorial/ Tropical) berdasarkan klasifikasi Koppen di Dunia

Berdasarkan kepada klasifikasi iklim oleh Koppen, Kabupaten Cilacap beriklim tipe
Am (Monsoon Tropika), yang berarti jumlah hujan ketika bulan basah dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada saat bulan kering). Hal ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh
BPS terkait dengan rata-rata curah hujan per bulan sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Curah Hujan di Kabupaten Cilacap (2008-2017)

Rata-Rata Banyaknya Curah Hujan per Tahun di Kabupaten Cilacap


Bulan/Months Number of Precipitations in Cilacap Town

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 176 375 266 248 303 376 307 265,3 171,9 371
Februari 257 276 135 257 194 249 196 25,33 437,1 375,5
Maret 242 111 200 176 139 178 184 341,04 159,3 140,6
April 165 163 144 224 198 348 251 163,42 367 408,9
Mei 28 177 356 289 130 274 99 74,417 340,8 148
Juni 7 347 151 78 20 267 159 33,646 385 271
Juli 0 34 163 37 0 356 342 0,5417 658 67,5
Agustus 13 7 187 0 0 30 76 0 319 2,7
September 16 16 214 0 0 11 1 0,75 636 197,5
Oktober 313 215 252 109 84 60 118 0,8958 955 838
November 528 351 164 372 534 243 400 199,89 526 307
Desember 257 371 224 301 400 164 808 268,14 483 366
Sumber : BPS. Cilacap Dalam Angka
2. Klasifikasi Schmidth-Ferguson

Sedangkan mengacu pada klasifikasi Schmidth dan Ferguson, kondisi Iklim di


kabupaten ini pada umumnya termasuk beriklim golongan B, yang memiliki sifat basah.
Rata-rata curah hujan dari 24 stasiun selama periode 1988-2006 (19 tahun) adalah 736
mm/th. Bulan basah (Oktober-Maret) dengan curah hujan 80-100 mm/bulan, sedangkan
bulan kering (April-September) dengan curah hujan kurang dari 70 mm/bulan (W.
Estiningtyas, et al, 2007). Kemudian berdasarkan data yang disajikan Tabel 2 juga
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Versi Schmidth- Tabel Bulan Basah, Lembap dan Kering Kabupaten Cilacap (2008-2017)
Ferguson 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BB (Basah) 7 9 12 8 7 9 9 6 12 10
BL (Lembap) 0 0 0 1 1 1 2 1 0 1
BK (Kering) 5 3 0 3 4 2 1 5 0 1

Selanjutnya dapat dihitung bahwa ∑BK dalam rentang 10 tahun adalah 24 bulan
sementara ∑BB dalam rentang 10 tahun adalah 84 bulan. Data tersebut kemudian dirata-
rata, sehingga didapatkan nilai jumlah rata-rata bulan kering di Kabupaten Cilacap sebesar
2,4 dan nilai jumlah rata-rata bulan basah sebesar 8,9. Berdasarkan kepada data tersebut
maka dapat ditentukan klasifikasi iklim Kabupaten Cilacap menurut klasifikasi Schmidth-
Ferguson, yaitu:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


Q = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

2,4
Q=
8,9

Q = 0,26

Maka didapatkan nilai Q yang digunakan untuk mengklasifikasikan iklim di


Kabupaten Cilacap sebesar 0,26. Sehingga, Kabupaten Cilacap menurut klasifikasi Schmidt-
Fergusan merupakan wilayah dengan iklim golongan B.
3. Klasifikasi Oldeman

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2, dapat ditentukan jumlah bulan basah,
lembap, dan kering menurut Oldeman sebagai berikut:

Tabel Bulan Basah, Lembap dan Kering Kabupaten Cilacap (2008-2017)


Versi Oldeman
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BB (Basah) 5 6 5 6 3 7 5 4 10 7
BL (Lembap) 2 3 7 2 4 2 4 2 2 3
BK (Kering) 5 3 0 4 5 3 3 6 0 2

Secara umum, tipe iklim Kabupaten Cilacap menurut klasifikasi Oldeman adalah
tipe C dimana terdapat 5—6 bulan basah yang berurutan. Misalnya pada tahun 2017,
dimana bulan basah berurutan mulai Oktober-Februari.

Sementara berdasarkan tinjauan jurnal maupun penelitian mengenai klasifikasi iklim


di Kabupaten Cilacap yang sudah ada, didapatkan kesimpulan bahwa menurut klasifikasi
Oldeman Kabupaten Cilacap memiliki tujuh tipe iklim dan zona agroklimat diantaranya:
A1, B1, B2, B3, C2, C3, dan D3 (Rifqi Kamala, 2015). Adapun tipe iklim menurut Oldeman
beserta penjabarannya ialah sebagi berikut:

Tabel Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman


Kriteria Keterangan
A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan dan satu bulan kering
A2 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan dan dua bulan kering
B1 7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
B2 7-9 bulan basah berurutan dan 2-3 bulan kering
B3 7-8 bulan basah berurutan dan 4-5 bulan kering
C1 5-6 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
C2 5-6 bulan basah berurutan dan 2-3 bulan kering
C3 5-6 bulan basah berurutan dan 4-6 bulan kering
D1 3-4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
D2 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
D3 3-4 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
D4 3-4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan bulan kering
E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan
Sumber: Tjasyono, 2004 (dalam Modul Meteorologi dan Klimatologi Fakultas Geografi UGM, 2013)

Agihan tipe A1 meliputi:


 Kecamatan Jeruklegi
 Kecamatan Cilacap Utara
 Sebagian Kecamatan Kesugihan sebelah barat,
Agihan tipe B1 meliputi:
 Kecamatan Kesugihan bagian tengah
 Kecamatan Binangun
 Kecamatan Nusawungu
Agihan tipe B2 meliputi:
 Kecamatan Sampang bagian selatan
 Kecamatan Kroya bagian utara
 Kecamatan Maos
Agihan tipe B3 meliputi:
 Kecamatan Sampang bagian utara
 Kecamatan Maos bagian utara
 Kecamatan Cilacap Selatan bagian tengah
Agihan tipe C2 meliputi:
 Kecamatan Cilacap Selatan bagian barat
 Kecamatan Kampung Laut bagian barat
 Kecamatan Kawunganten bagian barat
Agihan tipe C3 meliputi:
 Kecamatan Patimuan bagian barat
 Kecamatan Wanareja bagian utara
 Kecamatan Dayeuhluhur bagian timur
 Kecamatan Majenang bagian utara
Agihan tipe D3 meliputi Kecamatan Dayeuhluhur bagian barat saja.

Berdasarkan kepada uraian yang sudah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
menurut klasifikasi iklim Koppen, Kabupaten Cilacap beriklim tipe Am (Monsoon Tropika),
yang berarti jumlah hujan ketika bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada
saat bulan kering. Sementara menurut klasifikasi iklim Schimdth dan Ferguson, Kabupaten
Cilacap memiliki iklim golongan B yang bersifat basah. Sementara menurut klasifikasi
iklim Oldeman, Kabupaten Cilacap memiliki tujuh tipe iklim dan zona agroklimat
klasifikasi Oldeman diantaranya: A1 (bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan dan satu
bulan kering), B1 (7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering), B2 (7-9 bulan basah
berurutan dan 2-4 bulan kering), B3 (7-8 bulan basah berurutan dan 4-5 bulan kering, C2 (5-
6 bulan basah berurutan dan 2-3 bulan kering), C3 (5-6 bulan basah berurutan dan 4-6 bulan
kering, dan D3 (3-4 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering).
Referensi

Departemen Geografi Lingkungan UGM. 2013. Modul Meteorologi dan Klimatologi Nomor
6. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

BPS Kabupaten Cilacap. 2016 Kabupaten Cilacap dalam Angka 2016. Cilacap: BPS
Kabupaten Cilacap. Diunduh dari: http://cilacapkab.bps.go.id (diakses pada 29 Oktober
2018).

BPS Kabupaten Cilacap. 2018 Kabupaten Cilacap dalam Angka 2018. Cilacap: BPS
Kabupaten Cilacap. Diunduh dari: http://cilacapkab.bps.go.id (diakses pada 29 Oktober
2018).

Estiningtyas, W., F. Ramadhani, E. Aldrian. 2007. ‘Analisis Korelasi Curah Hujan dan Suhu
Permukaan Laut Wilayah Indonesia, Serta Implikasinya Untuk Prakiraan Curah Hujan
(Studi Kasus Kabupaten Cilacap)’. Jurnal Agromet Indonesia 21 (2):46—60.

Rifqi Kamala. 2015. ‘Analisis Agihan Iklim Klasifikasi Oldeman Menggunakan Sistem
Informasi Geografis Di Kabupaten Cilacap’. Surakarta: Fakultas Geografi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai