Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

KAJIAN TERHADAP DENPASAR SEBAGAI TEMPAT PELAKSANAAN


DISPENSING (PENYERAHAN) OBAT OLEH KALANGAN TENAGA
MEDIS BERDASARKAN PELEGALAN UNDANG-UNDANG PRAKTEK
KEDOKTERAN

I Made Adi Widnyana, S.H., M.H.

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali


Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

PENDAHULUAN penyembuhan serta penyegaran


Dalam dunia kesehatan pasien pada sarana kesehatan.
pembagian tentang kewenangan serta Melihat tugas dan
peran tenaga kesehatan dalam kewenangan ketiga golongan tenaga
memberikan pelayanan kesehatan kesehatan tersebut sesungguhnya
kepada masyarakat sudah jelas. Hal adalah bersifat mitra kerja/ saling
tersebut sesungguhnya telah diatur di membantu dengan peran dan batasan
dalam Ketentuan Peraturan yang sudah jelas. Namun belakangan
Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 ini dalam praktek di lapangan banyak
tentang Tenaga Kesehatan, yang dijumpai beberapa oknum tenaga
meliputi penggolongan atau kesehatan yang mengambil peran dan
pembagian tenaga kesehatan sebagai tugas dari tenaga kesehatan yang lain
tenaga medis, tenaga kefarmasian, dengan dalil penyelamatan pasien.
serta tenaga keperawatan. Tentu hal ini tidak dapat dibiarkan
Tugas dan fungsi pokok berlarut-larut karena akan timbul
dari tenaga medis yakni terkait ketidakteraturan serta
pendiagnosaan penyakit sehingga ketidakoptimalan pelayanan
tenaga medis akan mengetahui sebab kesehatan yang diberikan kepada
dari keluhan rasa sakit yang pasien, sehingga berimbas pula pada
disampaikan oleh pasien serta kesenjangan yang terjadi antara
merekomendasikan pemberian obat golongan tenaga kesehatan yang satu
dalam bentuk resep. Demikian pula dengan yang lainnya baik dari sisi
tenaga kefarmasian yang memiliki kedudukan serta finansial.
tugas pokok terkait penyiapan obat Salah satu bentuk
atau sediaan farmasi yang diresepkan pengambilalihan kewenangan tenaga
oleh tenaga medis mulai dari kesehatan lainnya adalah dalam
pemesanan, peracikan, hingga bentuk drug dispensing (penyerahan
penyerahannya kepada pasien obat) yang dilakukan oleh tenaga
berdasarkan aturan yang diresepkan. medis di Denpasar, yang berdasarkan
Sedangkan tenaga keperawatan lebih penelitian yang penulis lakukan
berperan dalam memberikan suatu tahun 2015 terhadap tempat praktek
asuhan keperawatan yang senantiasa pribadi tenaga medis, diperoleh hasil
berada disamping pasien ketika lebih dari 66% tenaga medis di
menjalani perawatan serta Denpasar melakukan tindak drug
memberikan bantuan terkait proses dispensing tersebut. Dalam ketentuan
Undang-Undang Nomor 29 tahun

60
ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

2004 tentang Praktek Kedokteran undang Nomor 69 Tahun 1958,


memang terkait pemberian obat Denpasar menjadi ibu kota dari
kepada pasien dilegalkan dengan pemerintah daerah Kabupaten
syarat dilakukan di daerah terpencil Badung, selanjutnya berdasarkan
yang tidak ada apoteknya. Sehingga Keputusan Menteri Dalam Negeri
dari hal tersebut menimbulkan suatu Nomor Des.52/2/36-136 tanggal 23
pertanyaan bagi penulis untuk diteliti Juni 1960, Denpasar juga ditetapkan
terkait “Apakah Denpasar ini masih sebagai ibu kota bagi Provinsi Bali
dapat disebut daerah terpencil yang yang semula berkedudukan di
tidak memiliki apotek ?”, sehingga Singaraja. Kemudian berdasarkan
masih banyak tenaga medis yang Peraturan Pemerintah Nomor 20
dapat melakukan tindak drug Tahun 1978, Denpasar resmi menjadi
dispensing kepada pasien secara „‟Kota Administratif Denpasar‟‟, dan
bebas tanpa adanya pengawasan atau seiring dengan kemampuan serta
sanksi yang tegas dari instansi terkait potensi wilayahnya dalam
atau justru sebaliknya dengan menyelenggarakan otonomi daerah,
mengetahui kedudukan Denpasar pada tanggal 15 Januari 1992,
secara hukum maka akan diketahui berdasarkan Undang-undang Nomor
konsekuensi yang dihadapai oleh 1 Tahun 1992, dan Kota Denpasar
tenaga medis yang praktek di ditingkatkan statusnya menjadi
Denpasar. Untuk itulah dalam tulisan „‟kotamadya‟‟, yang kemudian
ini penulis akan sajikan kajian diresmikan oleh Menteri Dalam
literatur serta peraturan yang Negeri pada tanggal 27 Februari
mengedepankan data sehingga dapat 1992.
menjelaskan terkait kedudukan Secara administratif
Denpasar sebagai tempat pemerintahan kota ini terdiri dari
menjamurnya pelaksanaan tindak 4 kecamatan,
drug dispensing oleh tenaga medis 43 desa atau kelurahan dengan
yang terjadi sampai saat ini. 209 dusun. Saat ini pemerintah Kota
Denpasar telah mengembangkan
KAJIAN PUSTAKA berbagai inovasi dalam
Denpasar meningkatkan layanan kepada
Nama Denpasar dapat masyarakatnya di antara mulai
bermaksud "Pasar Baru", membenahi sistem administrasi
sebelumnya kawasan ini merupakan kependudukannya (Djojosoekarto,
bagian dari Kerajaan Badung, sebuah dkk., 2008). Adapun pembagian
kerajaan yang pernah berdiri sejak Denpasar dalam empat kecamatan
abad ke-19, sebelum kerajaan tersebut yaitu: Denpasar Barat,
tersebut ditundukan Denpasar Selatan, Denpasar Timur,
oleh Belanda pada tanggal 20 dan Denpasar Utara.
September 1906, dalam sebuah Dispensing
peristiwa heroik yang dikenal dengan Dispensing obat adalah
Perang Puputan Badung (Sutaba, proses berbagai kegiatan yang
1983). berkaitan dengan dispensing obat.
Setelah kemerdekaan Berbagai kegiatan tersebut adalah
Indonesia, berdasarkan Undang- menerima dan memvalidasi resep

61
ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

obat, mengerti dan kedokteran meliputi; mewawancarai


menginterpretasikan maksud resep pasien, memeriksa fisik dan mental
yang dibuat dokter, membahas solusi pasien, menentukan pemeriksaan
masalah yang terdapat dalam resep penunjang, menegakkan diagnosis,
bersama-sama dengan dokter penulis menentukan penatalaksanaan dan
resep, mengisi Profil Pengobatan pengobatan pasien, melakukan
Penderita (P-3), menyediakan atau tindakan kedokteran atau kedokteran
meracik obat, memberi wadah dan gigi, menulis resep obat dan alat
etiket yang sesuai dengan kondisi kesehatan, serta menerbitkan surat
obat, merekam semua tindakan, keterangan dokter atau dokter gigi.
mendistribusikan obat kepada Pelegalan UUPK tentang
Penderita Rawat Jalan (PRJ) atau Penyerahan Obat Untuk Tenaga
Penderita Rawat Tinggal (PRT), Medis
memberikan informasi yang Pelegalan atau
dibutuhkan kepada penderita dan pembolehan tenaga medis untuk
perawat. Praktik Dispensing yang dapat melakukan dispensing
Baik adalah suatu praktik yang (penyerahan) obat baru dapat
memastikan suatu bentuk yang dilakukan pada beberapa kondisi,
efektif dari obat yang benar, diantaranya dapat dilakukannya
ditujukan kepada pasien yang benar, suatu proses peracikan dan
dalam dosis dan kuantitas sesuai penyerahan (dispensing) obat jika hal
instruksi yg jelas, dan dalam tersebut dilakukan di daerah terpencil
kemasan yang memelihara potensi yang tidak memiliki apotek (butir j
obat. Proses dispensing dilakukan Pasal 35 UUPK), atau demi
dengan tahapan sebagai berikut: penyelamatan pasien, tenaga medis
menerima dan memvalidasi resep, diizinkan menyimpan sejumlah dan
mengkaji resep untuk kelengkapan, beberapa jenis obat yang didapat dari
mengerti dan menginterpretasikan Apoteker yang memegang apotek
resep, menapis profil pengobatan (butir i Pasal 35 UUPK).
penderita, menyiapkan, membuat,
atau meracik obat, dan METODE PENELITIAN
mendistribusikan obat kepada Penelitian ini
penderita. menggunakan metodelogi literatur
Tenaga Medis atau kepustakaan dengan
Menurut Pasal 1 Ayat (1) menganalisa beberapa peratutan
Keputusan Menteri Kesehatan RI perundang-undangan ataupun
Nomor 1540/MENKES/SK/XII/2002 peraturan-peraturan lainnya yang
yang disebut tenaga medis adalah terkait dengan permasalahan yang
Dokter, Dokter Gigi, Dokter diteliti.
Spesialis, Dokter Gigi Spesialis baik Pendekatan yang
lulusan dalam negeri maupun luar digunakan dalam penelitian ini
negeri yang diakui oleh Pemerintah adalah pendekatan ketentuan hukum,
Republik Indonesia. tahapan kerjanya adalah: Pertama,
Peran dari tenaga medis kertas kerja yang akan digunakan
menurut Pasal 35 Undang-Undang dalam pengumpulan bahan atau data
No 29 Tahun 2004 tentang praktek disiapkan, buku-buku atau literatur

62
ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

yang berkaitan dengan permasalahan Kesehatan Nomor


penyerahan obat yang dilakukan oleh 1540/Menkes/SK/XII/2002 tentang
tenaga medis dikumpulkan serta penempatan tenaga medis yang
ketentuan hukum Undang-Undang dijadikan kriteria atau dasar oleh
Nomor 29 tahun 2004, Peraturan pemerintah khususnya Menteri
Pemerintah Republik Indonesia Kesehatan dalam penetapan tenaga
Nomor medis yang diangkat sebagai
949/MENKES/PER/VIII/2007, Pegawai Tidak Tetap (PTT) dapat
Undang-Undang 23 tahun 1992 serta dilihat dalam ketentuan Pasal 1 dari
ketentuan hukum lain yang terkait Peraturan Pemerintah Republik
dengan permasalahan atau objek Indonesia Nomor
kajian juga dikumpulkan. Isi yang 949/MENKES/PER/VIII/2007 yakni
berkaitan dengan permasalahan pada ayat (3) dan (4) yang berbunyi :
dikutip dan ditulis pada kertas “Daerah Sangat Terpencil adalah
kutipan disertakan penulisan daerah yang sangat sulit dijangkau
sumbernya. karena berbagai sebab seperti
keadaan geografi (kepulauan,
HASIL PENELITIAN pegunungan, daratan, hutan dan
Dalam syarat pelegalan rawa), transportasi dan sosial
Undang-Undang Praktek Kedokteran budaya.” (ayat 3) “Daerah Terpencil
terkait pelaksanaan dispensing adalah daerah yang sulit dijangkau
(penyerahan obat) oleh tenaga medis karena berbagai sebab seperti
disebutkan bahwa tenaga medis keadaan geografi (kepulauan,
dapat melakukan dispensing obat pegunungan, daratan, hutan dan
dengan ketentuan yaitu “dilakukan rawa), transportasi dan sosial
daerah terpencil yang tidak ada budaya.” (ayat 4) Berdasarkan
apoteknya.” pengertian tersebut maka kriteria dari
Maka dari itu dalam suatu daerah yang dapat
penelitian ini berdasarkan kajian dikatagorikan suatu daerah terpencil
pustaka yang dilakukan mengacu dan sangat terpencil dapat dilihat
pada daerah Denpasar yang dijadikan kembali dari ketentuan Pasal 2 dan
tempat praktek oleh beberapa tenaga Pasal 3 Peraturan Pemerintah
medis dalam melakukan tindak Republik Indonesia Nomor
dispensing obat, maka ditemukan 949/MENKES/PER/VIII/2007.
hasil kajian analisis sebagai berikut: Daerah terpencil adapun
Tentang batasan atau syarat suatu syaratnya dilihat dari sarana
daerah dikategorikan daerah pelayanan kesehatan yang ditetapkan
terpencil letak geografisnya harus berada di
Pengertian daerah wilayah yang sulit dijangkau,
terpencil jika mengacu pada pegunungan, pedalaman, dan rawa-
Ketentuan Peraturan Pemerintah rawa, atau di daerah awan bencana
Republik Indonesia Nomor alam baik gempa, longsor, maupun
949/MENKES/PER/VIII/2007 gunung api. Untuk akses transportasi
tentang Kriteria Pelayanan pada daerah yang tergolong terpencil
Kesehatan terpencil dan sangat transportasi yang umum digunakan
terpencil dan Keputusan Menteri (darat/air/udara) rutin maksimal 2

63
ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

kali seminggu, dan waktu tempuh dilihat dari segi sosial ekonominya
memerlukan waktu pulang-pergi pada daerah sangat terpencil akan
lebih dari 6 jam perjalanan, ada kesulitan pemenuhan bahan
sedangkan dilihat dari segi sosial pokok, kelabilan kondisi keamanan
ekonominya pada daerah terpencil (Anonim b, 2007).
akan ada kesulitan pemenuhan bahan Kedudukan Denpasar sebagai
pokok, kelabilan kondisi keamanan. suatu daerah Kota
Pusat Pelayanan Masyarakat Kota adalah suatu sistem
(Puskesmas) penetapan kriteria jaringan kehidupan manusia dengan
terpencil ditentukan dari jarak kepadatan penduduk yang tinggi,
Ibukota Kabupaten ke lokasi strata sosial ekonomi yang
Puskesmas, sedangkan untuk sarana heterogen, dan corak kehidupan yang
pelayanan rujukan penetapan kriteria materialistik, sehingga dari
terpencil ditentukan dari jarak pengertian tersebut dapat ditarik
Ibukota Propinsi ke lokasi sarana suatu unsur-unsur tentang kota yakni
rujukan, dan bagi sarana pelayanan : Sistem jaringan kehidupan manusia,
kesehatan lainnya penetapan kriteria tingkat kepadatan yang tinggi, strata
terpencil ditentukan dari jarak sosial ekonominya heterogen, dan
Ibukota Kabupaten ke lokasi sarana materialistik (Bintarto, 1999).
pelayanan kesehatan lainnya Melihat unsur-unsur
(Anonim b, 2007). tersebut dan dibandingkan dengan
Daerah yang digolongkan realitas kehidupan Denpasar sebagai
sangat terpencil adapun syaratnya suatu daerah, maka layak jika
dilihat dari sarana pelayanan Denpasar dikatagorikan sebagai
kesehatan yang ditetapkan letak suatu Kota berdasarkan ketentuan
geografisnya harus berada di wilayah dalam Undang-Undang Nomor 32
yang sulit dijangkau, pegunungan, Tahun 2004 j.o Undang-Undang
pedalaman, dan rawa-rawa, pulau Nomor 22 Tahun 1999. Karena
kecil/gugus pulau dan daerah pesisir, dilihat dari tingkat kepadatan
serta berada di wilayah perbatasan penduduknya, penduduk di Kota
negara lain, baik darat maupun di Denpasar tergolong sangat padat
pulau-pulau kecil terluar. Akses dengan jumlah 2 Juta jiwa lebih
transportasi pada daerah yang (Anonim a, 2007) serta dengan luas
tergolong sangat terpencil terpencil wilayah 123,98 km2 dan tingkat
transportasi yang umum digunakan pertumbuhan yang mencapai 3.5%
(darat/air/udara) rutin maksimal 1 pertahun, menunjukkan potensial
kali seminggu, waktu tempuh dari kota Denpasar sebagai kota yang
memerlukan waktu pulang-pergi terpadat di Bali (Anonim, 2003). Hal
lebih dari 8 jam perjalanan, hanya ini pula yang memicu diubahnya
tersedia transportasi dengan pesawat status Denpasar yang ditahun 1978
udara untuk mencapai lokasi, ditetapkan sebagai daerah
transportasi yang ada sewaktu-waktu administratif dengan 3 kecamatan,
terhalang kondisi iklim/cuaca berdasarkan Undang-Undang Nomor
(seperti: musim angin, gelombang, 1 tahun 1992 menjadi Kota Madya
dan lain-lain, serta tidak ada yang memiliki kewenangan otonom
transportasi umum. Sedangkan untuk mengatur dan mengurus

64
ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

wilayah perkotaan (Anonim b, 1992). suatu pembentukan Kota (Anonim,


Setelah terbitnya Undang-Undang 2006).
Nomor 32 Tahun 2004 sebagai Jumlah Tenaga Kefarmasian dan
penggati Undang-Undang Nomor 22 Sarana Farmasi di Denpasar
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Sarana Farmasi yang
Daerah, maka status Kota Madya dimaksudkan menurut Pasal 2 butir
Daerah Tk.II yang disandang (b) Undang-Undang Nomor 25 tahun
Denpasar berubah menjadi status 1980 adalah Apotek, yang memiliki
Kota (Anonim a, 2004). Syarat suatu fungsi sebagai sarana melaksanakan
Kota/ Kabupaten berdasarkan peracikan, pengubahan bentuk
ketentuan Pasal 5 ayat (3), (4), dan pencampuran dan penyerahan obat
(5) Undang-Undang Nomor 32 atau bahan obat. Adapun jumlah dari
Tahun 2004, yaitu: a) Syarat Apotek yang di Kota Denpasar
Admistratif : Adanya persetujuan adalah 187 unit dengan rincian:
DPRD kabupaten/kota dan Kecamatan Denpasar Selatan 48 unit,
Bupati/Walikota yang bersangkutan, Denpasar Timur 23 unit, Denpasar
persetujuan DPRD provinsi dan Barat 63 unit dan Denpasar Utara 53
Gubernur serta rekomendasi Menteri unit (Anonim c, 2007). Pada tahun
Dalam Negeri (ayat 3), b) Syarat 2008 terjadi penambahan 6 unit
Teknis : Faktor yang menjadi dasar Apotek sehingga total jumlah apotek
pembentukan daerah yang mencakup sebanyak 203 unit (Anonim, 2008).
faktor kemampuan ekonomi, potensi Sedangkan untuk jumlah
daerah, sosial budaya, social politik, tenaga kefarmasian yang meliputi
kependudukan, luas daerah, Apoteker, Sarjana Farmasi, dan
pertahanan, keamanan, dan faktor Asisten Apoteker yang bertugas di
lain yang memungkinkan sarana kesehatan Kota Denpasar
terselenggaranya otonomi daerah, c) sejumlah 249 orang dengan rincian
Syarat Fisik: Paling sedikit lima yang bertugas di Puskesmas 16
kabupaten/kota untuk pembentukan orang, di Rumah Sakit 227 orang,
provinsi dan paling sedikit 5 dan di Dinas Kesehatan 6 orang
kecamatan untuk pembentukan (Anonim c, 2007). Ditambah dengan
kabupaten, dan 4 kecamatan untuk jumlah Apoteker yang terdaftar
pembentukan kota, lokasi calon bekerja di Apotek pada lingkungan
ibukota, sarana, dan prasarana Kota Denpasar yakni 203 orang,
pemerintahan (Anonim a, 2004). maka jumlahnya total tenaga
Melihat syarat tersebut kefarmasian diperkerkirakan
maka Denpasar sah ditetapkan sebanyak 430 orang (Anonim, 2008).
statusnya sebagai suatu Kota karena
dinilai telah memenuhi syarat. Hal PEMBAHASAN
ini diperkuat lagi dengan adanya Dari hasil penelitian
pemekaran kecamatan yang berdasarkan kajian peraturan di atas
dilakukan menjadi 4 kecamatan dapat diketahui bahwa Denpasar
yakni, Denpasar Selatan, Denpasar bukan merupakan suatu daerah
Timur, Denpasar Barat, dan terakhir terpencil, karena dilihat dari
yang baru dibentuk Denpasar Utara, ketentuan dari suatu daerah yang
sebagai pemenuhan syarat fisik dari digolongkan terpncil ataupun sangat

65
ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

terpencil Denpasar tidak masuk b. Berdasarkan ketentuan yang


dalam kedua kategori tersebut. berlaku serta melihat unsur-unsur
Sebaliknya Denpasar justru sangat suatu daerah, Denpasar bukan
memenuhi unsur-unsur sebagai suatu merupakan daerah terpencil,
daerah yang dikategorikan sebagai namun justru memenuhi unsur
Kota. Untuk itu telah dapat sebagai suatu Kota.
ditegaskan bahwa dalil atau alasan c. Denpasar dilihat dari data sensus
daerah terpencil yang digunakan oleh tahun 2007 memiliki persebaran
tenaga medis melakukan praktek Apotek yang merata di empat
dispensing obat di daerah Denpasar kecamatan
dapat dimentahkan. Terkait dengan d. Dampak dari kajian terhadap
keberadaan Apotek di Denpasar yang Denpasar sebagai suatu Kota
berdasarkan sensis Dinas Kesehatan mengakibatkan tenaga medis yang
tahun 2007 menunjukkan jumlah melaksanakan praktek di
sebesar 187 unit yang terdistribusi di Denpasar tidak dapat melakukan
empat kecematan, diyakini jumlah tindak dispensing (penyerahan)
ini meningkat jika dilakukan obat secara langsung kepada
perhitungan atau sensus di tahun pasien.
2016. Sehingga keberadaan Apotek Saran
di Denpasar ini seakan mempertegas Saran yang dapat penulis
penolakan terhadap dalil atau alasan sampaikan adalah sebagai berikut:
pelaksanaan dispensing obat oleh a. Dengan diketahuinya tentang
tenaga medis di Denpasar yang kedudukan Denpasar sebagai
dianggap sebagai daerah terpencil suatu Kota berdasarkan kajian
yang tidak ada apoteknya. Undang-Undang maka disarankan
Oleh karena itu dengan kepada tenaga medis untuk tidak
melihat hasil penelitian ini lagi melaksanakan tindak
sesungguhnya sudah dapat dispensing (penyerahan) obat
digunakan sebagai argumen yang kepada pasien secara langsung,
kuat untuk melarang sekaligus serta mengembalikan tugas dan
menindak tegas pelaksanaan tindak kewenangan masig-masing
dispensing atau penyerahan obat profesi.
yang dilakukan oleh tenaga medis di b. Mengharapkan ada suatu tindak
Denpasar dengan alasan apapun. tegas dari instansi terkait, Dinas
kesehatan, BPOM, ataupun dari
PENUTUP unsur kepolisian untuk dapat
Simpulan menghentikan aksi oknum-oknum
Dari pembahasan di atas tenaga medis yang melaksanakan
dapat disimpulkan hal sebagai tindak dispensing obat secara
berikut : illegal.
a. Berdasarkan UUPK pelaksanaan c. Kedepannya penulis berharap ada
dispensing obat oleh tenaga medis suatu aturan hukum yang akan
hanya dapat dilakukan di daerah mengatur tentang tindak drug
terpencil yang tidak ada dispensing (penyerahan obat) ini,
apoteknya. karena melihat beberapa negara
lain di dunia telah mengatur hal

66
ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

ini sebagai suatu tindak pidana Nomor 1 Tahun 1992.


apabila dilakukan oleh pihak yang Jakarta: Pemerintah RI.
tidak berwenang. Anonim b. 2002. SIMO Jalan Terus
Diskes dan POM
DAFTAR PUSTAKA Mentahkan Sikap IDI Bali.
Anonim. 1963. Lembaran Negara Denpasar: Harian Bali
1963/81; TLN NO. 2580. Post.
Jakarta: Pemerintah RI. Anonim b. 2004. Lembaran Negara
Anonim. 1996. Peraturan Republik Indonesia tahun
Pemerintah Republik 2006 Nomor 116. Jakarta:
Indonesia Nomor 32 Pemerintah RI.
Tahun 1996, tentang Anonim b. 2007. Peraturan
Tenaga Kesehatan. Pemerintah Republik
Jakarta: Pemerintah Indonesia Nomor
Republik Indonesia. 949/MENKES/ PER/ VIII/
Anonim. 2003. Profil Kota 2007. Jakarta: Pemerintah
Denpasar. Denpasar: RI.
Pemerintah Kota Anonim c. 2007. Sensus Dinas
Denpasar. Kesehatan Kota Denpasar.
Anonim. 2006. Lembaran Daerah Denpasar: Dinas
Kota Denpasar tahun 2006 Kesehatan Kota Denpasar.
No. 4 Seri D No. 4. Alit, Dewa. 2006. Penerapan dan
Denpasar: Pemerintah Rencana Pengembangan
Kota Denpasar. Regulasi Perijinan Sarana
Anonim. 2008. Sensus Dinas Yankes di Kota Denpasar.
Kesehatan. Denpasar: Denpasar: Dinas
Dinas Kesehatan Kota Kesehatan.
Denpasar. Amri, Amir dan Hanafiah, J. 1999.
Anonim a. 1992. Lembaran Negara Etika Kedokteran dan
1992/ 100; TLN No. 3495. Hukum Kesehatan.
Jakarta. Pemerintah RI. Jakarta : Penerbit Buku
Anonim a. 2002. Keputusan Menteri Kedokteran.
Kesehatan RI Nomor Bintarto. 1999. Interaksi Desa-Kota
1540/ MENKES/ SK/ XII/ dan Permasalahannya.
2002. Jakarta: Menteri Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kesehatan RI. Dewi, A.L. 2008. Etika dan Hukum
Anonim a. 2004. Lembaran Negara Kesehatan. Yogyakarta :
Republik Indonesia tahun Pustaka Book Publisher.
2004 Nomor 125. Jakarta: Djojosoekarto, A., Siahaan, H.M.P.,
Pemerintah RI. Setiyawati, N.H.
Anonim a. 2007. Sensus Kota 2008. Pelayanan publik
Denpasar tahun 2007. dalam persepsi
Denpasar: Pemerintah masyarakat: hasil survei
Kota Denpasar. persepsi masyarakat
Anonim b. 1992. Lembaran Negara dengan metode citizen
tentang Undang-Undang report card di daerah,

67
ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 2 : Hal. 60 - 68, Desember 2015

Kemitraan
Partnership, ISBN 979-26-
9631-8
Sadiawati, D., Djojosoekarto, A.,
Setiyawati, N.H.,.
2008, Membangun sistem
integrasi dalam
pemberantasan korupsi di
daerah: catatan atas
pengalaman pengawalan
rencana aksi daerah
pemberantasan korupsi
(RAD PK) dan
pelaksanaan citizen report
card (CRC) di lima
daerah, Kemitraan
Partnership, ISBN 979-26-
9625-3
Sutaba, I.M., (1983), Sejarah
perlawanan terhadap
imperialisme dan
kolonialisme di daerah
Bali, Proyek Inventarisasi
dan Dokumentasi Sejarah
Nasional, Departemen
Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat
Sejarah dan Nilai
Tradisional.

68

Anda mungkin juga menyukai