Psikologi Olhrga 6F
Psikologi Olhrga 6F
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Memikirkan dan mengimpikan hari kedepan adalah salah satu habit yang dimiliki oleh
kaum visioner. Kaum yang cara dan kemampuan memandang kehidupan ini bisa jauh ke depan,
melewati batasan waktu dan tempat. Kaum yang berkemampuan mem-breakdown rencana besar
ke dalam rencana kecil yang secara konsisten diperjuangkan agar menjadi kenyataan.
Sesungguhnya, penetapan tujuan atau target (goal setting) haruslah dilakukan dalam
segala aspek kehidupan.Dalam bidang olahraga pun amatpenting untuk menentukan goal
setting ini. Goal setting bermanfaat dalam perkembangan kepribadian para atlet dan dapat menjadi
suatu strategi psikologis dalam meniti dan meraih prestasi puncak. Perkembangan di Amerika dan
Eropa, telah berkembang sejumlah strategi secara psikologis sebagai cara untukmembantu para
atlet, baik dalam pencapaian perkembangan pribadi, maupun dalam meraih prestasi puncak. Salah
satu diantara strategi tersebut adalah teknik “goal-setting”. Teknik ini juga merupakan suatu teknik
pelatihan mental yang pada kenyataannya tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan atau
kinerja para atlet dalam berbagai tingkat usia dan kemampuan, tetapi juga berkaitan erat dengan
perubahan positif yang terjadi dalam aspek psikologis lainnya, seperti tingkatanxiety, kepercayaan
diri (self-confidence), motivasi dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Penetapan target / tujuan (goal setting) dalam olahraga amat penting bagi perkembangan
keperibadian para atlet dan dapat menjadi suatu strategi psikologis dalam meniti dan meraih
prestasi puncak. Dalam segala aspek kehidupan, goal setting (penetapan sasaran/tujuan)
merupakan sesuatu yang terus menerus disarankan demi mencapai kesuksesan. Kesuksesan itu
sendiri ada berbagai macam, seperti sukses dalam pekerjaan, sukses dalam bisnis, sukses dalam
hal finansial, sukses dalam mencapai impian, dan tentu saja dalam hal ini, sukses dalam dunia
olahraga, baik itu dalam olahraga kompetitif maupun olahraga rekreasi. Goal setting sangat
disarankan karena memang efektif dalam proses mencapai tujuan yang atlet ingin
raih. Well, kenapa goal setting sedemikian efektif? Menurut Locke & Latham (2002), goal
setting sangat efektifitas karena dapat mempengaruhi/membantu atlet melalui 4 cara berikut, yaitu:
1. Memberi atensi/perhatian dan fokus pada hal-hal yang memang penting/yang menjadi
sebuah prioritas
1. SMART-Goal Setting (kebanyakan orang mengenal cara ini untuk mentapkan tujuan
dalam berbagai aspek kehidupan)
2. Outcome,Performance,Process-Goal Setting
Goal-setting atau penetapan tujuan akan lebih baik apabila bersifat spesifik. Penetapan
tujuan seperti “melakukan yang terbaik” bukanlah tujuan yang spesifik karena “melakukan yang
2
terbaik” tidak bisa menunjukkan apa itu yang dimaksud dengan yang “terbaik”; apakah dalam hal
stamina, teknik, atau taktik. Memang ada keadaan dimana goal-setting hanya bisa bersifat
subjektif, namun sebisa mungkin ini dijadikan pengecualian dan lebih sering menetapkan tujuan
yang se-spesifik mungkin. Contoh goal-setting yang lebih spesifik adalah “menguasai teknik
smash yang tajam seperti yang didemonstrasikan oleh atlet badminton x”. Contoh lain darigoal-
setting yang lebih spesifik lagi adalah “mencetak 2 gol pada pertandingan berikutnya”. Goal-
setting macam itu juga jelas karena menunjukkan bahwa tujuan dianggap berhasi dicapai apabila
berhasil mencetak 2 gol pada pertandingan berikutnya. Contoh ini juga sekalian menunjukkan
bahwa suatu tujuan haruslahmeasurable.
b. Measurable
Penetapan tujuan haruslah measurable (dapat diukur). Tujuan seperti “mencetak 2 gol
dalam pertandingan berikutnya” adalah goal yang spesifik dan juga sekaligus mudah dapat diukur
(2 gol). Bagaimana cara mengukur apabila tujuannya adalah “menguasai teknik smash yang tajam
seperti yang didemonstrasikan oleh atlet badminton x”? Contoh tolak ukur yang bisa dilakukan
adalah seperti; berhasil melakukan smash yang sesuai harapan sebanyak 10 kali beruturut-turut
saat latihan. Contoh tersebut memberikan tolak ukur bahwa tujuan dianggap telah tercapai apabila
bisa melakukan smash seperti yang diinginkan sebanyak 10 kali berturut-turut.
3
d. Time-based
Secara sederhana, time-based berarti bahwa atlet mempunyai waktu kapan tujuan itu ingin
dicapai. Tujuan tersebut dapat berupa skill ataupun prestasi yang ingin diraih dalam jangka waktu
tertentu. Misalnya menguasai sebuah skill dalam waktu 2 minggu atau setelah 3 pertandingan.
Perlu diperhatikan lagi bahwa penetapan waktu untuk mencapai suatu tujuan tertentu juga harus
realistis.
2. Outcome,performance,process-goal setting
Saat atlet bertanding tentu saja keinginannya adalah untuk menang dan memang penting untuk
menetapkan tujuan untuk menang (outcome goal) dan bertanding semaksimal mungkin agar benar-
benar menang, bukan hanya dalam pertandingan, namun juga dalam latihan. Menetapkan tujuan
untuk menang memang penting, namun itu seharusnya bukanlah satu-satunya tujuan yang
seharusnya ditetapkan oleh atlet. Tujuan-tujuan lain apakah yang harusnya atlet tetapkan dalam
penetapan tujuan baik dalam mengahdapi pertandingan dan bahkan juga latihan?
a. Outcome goal
Outcome-goal adalah suatu bentuk tujuan yang fokus pada hasil akhir suatu situasi yang
bersifat kompetitif. Contoh dari outcome-goal adalah menang, juara, dan ranking pertama dalam
suatu lomba, pertandingan, turnamen, atau bahkan latihan.
b. Performance goal
Performance-goal adalah suatu bentuk penetapan tujuan yang berfokus pada performa
spesifik atlet dalam suatu situasi kompetitif dan bukan semata-mata pada hasil akhir. Contoh
dari performance-goal adalah, “sukses memberikan minimal 10 assisst dalam pertandingan
basket”, “sukses melakukan smash minimal sebanyak 10 kali dalam pertandingan badminton”,
Performance-goal baik dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam latihan, bukan hanya
pertandingan.
c. Process goal
Process-goal adalah suatu bentuk penetapan tujuan yang berfokus pada tindakan-
tindakan kecil namun penting yang harus dilakukan oleh atlet agar dapat menunjukkan performa
yang diinginkan atau sesuai standar yang telah ditetapkan. Contoh dari process-goal adalah “selalu
4
kembali ke titik tengah lapangan setelah memukul shuttlecock dalam badminton”, “menjaga
ketenangan sepanjang pertandingan dengan menarik nafas apabila mulai terasa panik atau
tegang”, “mencondongkan lengan ke arah lawan saat dalam situasi one on one dalam basket”.
Penting untuk menetapkan outcome goal, dan sangat penting juga untuk
menetapkan performance & process goal juga. Bisa dilihat bahwa outcome goalmerupakan tujuan
akhir, sedangkan performance & process goal adalah cara-carayang dapat dilakukan demi
meningkatkan kemungkinan untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan.
Penetapan performance & process goal memungkinkan atlet untuk memonitor diri dengan detail
di akhir pertandingan atau latihan, baik dengan hasil akhir menang ataupun kalah. Atlet akan
mampu mengevaluasi diri mereka mengapa mereka bisa menang ataupun kalah dan
mengidentifikasi apa yang bisa ditingkatkan. Keuntungan lain dalam menetapkan performance &
process goal adalah bahwa tujuan-tujuan tersebut lebih di dalam kontrol atlet
dibandingkan outcome goal, sehingga mampu menurunkan kecemasan. Salah satu faktor yang
meningkatkan kecemasan adalah kurangnya perceived control, atau persepsi seseorang mengenai
sejauh mana seseorang merasa bahwa dia mempunyai kontrol atas suatu situasi/kondisi.
5
Pengertian goal setting adalah proses penetapan sasaran atau tujuan dalam bidang
pekerjaan, dalam proses goal setting ini melibatkan seluruh aspek yang bekerja secara bersama-
sama menentukan atau menetapkan sasaran atau tujuan-tujuan kerja yang akan dilaksanakan
tenaga kerjanya sebagai pengemban tugas dalam suatu periode tertentu (Gibson, dkk. 1985).
Latham den Locke (dalam Steers dan Porters, 1983); Locke dkk (1981) menjelaskan bahwa
pengertian goal setting adalah suatu gagasan untuk menetapkan. Seseorang melaksanakan suatu
pekerjaan dimana tugas yang diberikan sudah ditetapkan targetnya atau sasarannya, misalnya
untuk mencapai kuota yang ditargetkan atau menyelesaikan sejumlah tugas dengan batas waktu
yang sudah ditentukan. Dalam hal ini sasaran (goal) adalah objek dari perbuatan dan jika individu
menetapkan taktik kemudian berbuat untuk mencapai sasaran atau tujuannya tersebut, berarti
sasaran atau tujuan ini menentukan perilaku dalam bekerja. Hersey dan Blanchard (1986) orientasi
seseorang menyatakan bahwa perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh tujuan tertentu, dan perilaku itu pada dasarnya bertujuan pada objek atau sasaran.
Pengertian goal setting yang dikemukakan Davis (1981) adalah manajemen penetapan
sasaran atau tujuan untuk keberhasilan mencapai kinerja (performance). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa penerapan penetapan tujuan yang efektif membutuhkan tiga langkah yaitu: menjelaskan
arti dan maksud penetapan target tersebut, kedua menetapkan target yang jelas, dan yang ketiga
memberi umpan balik terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan. Cascio (1987) menyatakan
bahwa goal setting itu didasarkan pada pengarahan tingkah laku terhadap suatu tujuan.Sasaran
atau target bisa ditambah dengan memberi penjelasan atau informasi kepada atletbagaimana
mengerjakan tugas tersebut, serta mengapa sasaran atau tujuan tersebut penting dilaksanakan.
Penerapan goal setting ini terhadap sistem kinerja sangat populer dan luas penggunaannya.
Pendekatan manajemen berdasarkan sasaran ini meliputi perencanaan, pengawasan, penilaian
pegawai, serta keseluruhan sistem kinerja yang ada dalam organisasi. Prosedur umum dalam
manajemen berdasarkan sasaran ini yang paling utama adalah mengidentifikasikan bagian-bagian
kunci keberhasilan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat serta untuk goal settingadalah disimpulkan bahwa
pengertian berdasarkan penetapan sasaran atau target berorientasi hasil. Manajemen yang
berorientasi ini dianggap lebih baik karena lebih menekankan pencapaian hasil, kesempatan
sehingga memberi manajemen yang sasarannya pada kepada atlet untuk mengerti bagaimana
seharusnya bekerja, dan hubungan komunikasi antara atlet dan pelatih lebih terbina karena terjadi
6
interaksi antara yang memberi tugas dengan pelaksana. Secara umum pengertian goal setting itu
adalah penetapan sasaran atau target yang akan dicapai seseorang.
7
Umpan balik kerja adalah informasi berasal dari dalam pengelolaan pekerjaan itu namun bisa
juga informasi berasal dari itu lebih sendiri. Bisa juga informasi itu bisa berasal dari orang lain,
bagaimana keadaan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, apakah tergolong sukses, berhasil atau
tidak berhasil.
e. Partisipasi (participation)
Menurut Beach (1975) partisipasi adalah proses yang melibatkan atlet dalam aktivitas
organisasi secara mental dan fisik. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa partisipasi umumnya
dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada atlet untuk mengemukakan sumbangan pikiran
terhadap pemecahan masalah dan tindak lanjut pelaksanaan kerja.
f. Tantangan (challenge)
Adanya tingkat tantangan dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan akan membuat
atlet bekerja lebih keras dan bersungguh-sungguh daripada tidak ada tangangan sama sekali.
Pencapaian sasaran atau tujuan yang menantang menciptakan usaha-usaha pemecahan dan akan
menimbulkan dorongan berbuat yang lebih baik lagi.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Goal setting merupakan suatu mekanisme untuk mengidentifikasi apa yang ingin kita capai
atau raih. Pada dasarnya, goal setting merupakan rangkaian kegiatan yang akan kita lakukan dalam
mencapai prestasi. Perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta,
imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan
memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-
batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian.
Dari berbagai penelitian yang mengkaitkan sistem penetapan target dengan kinerja
(performance) dapat dipakai sebagai acuan untuk menguji hubungan antara setting dengan
produktivitas kerja. Penelitian Shalley dkk (1986) menunjukkan bahwa sistem penetapan sasaran
atau target menaikkan prestasi kerja.
Hasil penelitian Locke dkk, (dalam Landy, 1989 ) selama 15 tahun meneliti goal setting,
mengemukakan beberapa konklusi umum yaitu:
a. 90% hasil dari berbagai eksperimen lapangan dan laboratorium menunjukan adanya dukungan
bahwa goal setting berhubungan dengan kinerja.
b. target atau tujuan dalam tugas–tugas pekerjaan secara langsung berpengaruh terhadap kinerja
oleh karena adanya perhatian, tindakan, mobilisasi energi untuk pelaksanaan tugas, dan
motivasi untuk mengembangkan strategi yang sesuai guna pencapaian target atau sasaran.
9
DAFTAR PUSTAKA
Mardiana Ade, dkk. (2010). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Universitas Terbuka.
sugar-science.blogspot.com
10