Anda di halaman 1dari 6

Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang

terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu campuran, harus
dilakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran.
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul komponen di
antara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul
komponen berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih
cepat meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya interaksi
komponen-komponen campuran dengan fase diam dan fase gerak. Apabila dua atau lebih komponen
memiliki daya interaksi dengan fase diam atau fase gerak yang hampir sama maka komponen-komponen
tersebut sulit dipisahkan.[4]

Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari botani Rusia yang
menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari pigmen-pigmen lain pada ekstrak tanaman.
Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti warna dan
graphos yang berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan tulis, warna
senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja terjadi dalam proses pemisahan ini. Tswett sendiri
mengantisipasi penerapan pada beraneka ragam sistem kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi
dan diperluas, beberapa bidang sains mungkin akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap
tersembunyi sampai sekitar tahun 1931, ketika pemisahan karotena tumbuhan dilaporkan oleh ahli sains
organik terkemuka yaitu Kuhn. Penelitian ini menarik lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorsi
menjad meluas pemakaiannya dalam bidang kimia hasil alam.[5]

Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan. Dalam kromatografi
fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair, maka
berdasarkan fase bergerak-fase diam terdapat empat macam sistem kromatografi, yaitu: kromatografi
gas-cair, kromatografi gas-padat, kromatografi cair-padat dan kromatografi cair-cair. Kromatografi juga
dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi (Partition chromatography) dan
kromatografi serapan (Adsorption chromatography). Sedangkan menurut teknik kerja yang digunakan,
misalnya kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kertas dan kromatografi gas.[6]

Tabel 1. Jenis-jenis kromatografi[7]

Fase bergerak

Fase diam

Prinsip

Teknik kerja
Gas

Padat

Adsorpsi

Kromatografi gas-padat

Cair

Padat

Adsorpsi, partisi

Kromatografi kolom, KLT dan kromatografi kertas

Cair

Cair

Partisi

Kromatografi kolom, KLT dan kromatografi kertas

Gas

Cair

Partisi

Kromatografi gas-cair

Selain cara klasifikasi di atas ada juga yang digabung, misalnya kromatografi partisi gas-cair, kromatografi
partisi cair-cair, kromatografi adsorbsi cair-padat dan lain-lain. Juga dikenal kromatografi penukar ion dan
kromatografi filtrasi gel yang prinsipnya berbeda dari prinsip kromatografi yang telah disebutkan
sebelumnya. Pada tabel 1, dicantumkan jenis-jenis kromatografi yang umumnya dipakai.[8]

Menurut Aswar (2010), prinsip kromatografi pemisahan yang terjadi dalam kromatografi dilaksanakan
sedemikian rupa dengan memanipulasi sifat-sifat fisik umum dari suatu senyawa atau molekul yaitu :

1. Kecenderungan suatu molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan).

2. Kecenderungan suatu molekul untuk bertaut dengan suatu serbuk bahan padat (absorbsi).

3. Kecenderungan suatu molekul untuk menguap (volatilitas).


Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan Martin (1944) yang menggunakan
kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas
besar terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk
lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga
dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori kertas. Cairan fase bergerak
yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air akan mengalir membawa noda cuplikan
yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi
masing-masing komponen diantara fase diam dan fase bergeraknya.[9]

Proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan
menggunakan mikropipet pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis
horizontal. Setelah kertas dikeringkan, kertas diletakkan di dalam ruang yang sudah dijenuhkan dengan
air atau dengan pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat dilakukan 24 jam sebelum analisis. Terdapat tiga
teknik pelaksanaan analisis. Descending adalah salah satu teknik di mana cairan dibiarkan bergerak
menuruni kertas akibat gaya gravitasi. Pada teknik ascending; pelarut bergerak ke atas dengan gaya
kapiler. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga dikenal
sebagai cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. Kondisi-kondisi berikut harus diperhatikan untuk
memperoleh nilai Rf yang reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih
dari 0,5 oC. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan atmosfer pelarutnya, agar
mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran pelarutnya pada kertas. Dilakukan beberapa pengerjaan
yang parallel, Rf-nya tidak boleh berbeda lebih dari ± 0,02.[10]

Suatu atomizer umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot bila batas permukaan pelarut dan zat
terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomiser yang halus lebih disukai. Gas-gas juga dapat
digunakan sebagai penanda bercak. Untuk karbohidrat notasi RG digunakan untuk menggantikan Rf.
Setelah penandaan bercak atau batas permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis kolorimetri atau
spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam kertas dapat
ditentukan secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi kertas selain untuk pemisahan dan analisis
kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan membuat
grafik antara RMα terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog, maka memungkinkan untuk
mengidentifikasi suatu anggota deret homolog.[11]

Faktor retardasi (Rf) merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi
tetap merupakan besaran karakteristik dan reproduksibel. Rf didefinisikan sebagai perbandingan jarak
yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak).[12]

Rf = jarak yang ditempuh komponen / jarak yang ditempuh pelarut

Tinta adalah bahan berwarna yang mengandung pigmen warna yang digunakan untuk mewarnai suatu
permukaan. Tinta bersama pena dan pensil digunakan untuk menulis dan menggambar. Tinta merupakan
sebuah media yang sangat kompleks, berisikan pelarut, pigmen, celupan, resin dan pelumas, sollubilizer
(semacam senyawa yang membentuk ion-ion polimer polar dengan resin tahan air), surfaktan (yaitu
unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari sebuah cairan, memungkinkan penyebaran yang
mudah, surfaktan juga menurunkan tekanan antar permukaan antara dua cairan), materi-materi
partikuler, pemijar, dan material-material lainnya. Komponen-komponen tinta tersebut menjalankan
banyak fungsi: pembawa tinta, pewarna, dan dan bahan-bahan aditif lainnya digunakan untuk mengatur
aliran, ketebalan dan rupa tinta ketika kering.[13]

Pengujian tinta sangat erat kaitannya dengan pengujian kertas. Dalam banyak kasus pengujian sangat
jarang ditemukan tinta yang diuji dalam bentuk cair, umumnya tinta yang diuji sudah berada dalam
bentuk tulisan pada suatu kertas. Sehingga hal ini menyulitkan pemeriksaan tinta pada kasus pemalsuan
dokumen. Karena untuk mendapatkan tinta dari dokumen akan diperiksa kemungkinan terjadi kerusakan
dokumen. Oleh karena itu pencarian metode yang tepat untuk identifikasi tinta haruslah tidak merusak
dokumen, diusahakan kerusakan yang terjadi sangat kecil. Selain itu hal–hal lain yang perlu dipahami
dalam pengujian tinta adalah komposisi tinta, proses pembuatan, serta sejarah perkembangan berbagai
jenis tinta yang biasa digunakan pada rentang masa tertentu.[14]

Menurut Wiex Lan (2011), beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengujian suatu tinta yaitu :

1. Pengujian dengan reagen–reagen kimia pada bekas tinta dokumen atau pada bagian-bagian
dokumen yang terkena tinta. Dengan test ini jenis tinta dapat ditentukan serta sifat alami adan sifat lain
dari bahan sumba yang ada dalam tinta tersebut.

2. Uji kromatografi untuk memisahkan bahan–bahan sumba di dalam tinta. Metode ini terbatas pada
perbandingan bahan sumba dan tinta, tetapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi satu atau dua
komponen lain dari bahan sumba.

3. Identifikasi masing–masing unsur tinta seperti besi(II) sulfat (FeSO4) dan besi(II) klorida (FeCl2)
sebagai penentuan kuantitatif dari besi atau kadar sulfat dalam tinta. Dapat dilakukan dengan
pengukuran absorpsi sinar oleh kertas.

4. Penentuan umur tinta, untuk membandingkan pemeriksaan tinta reaksi dari tinta. Fragmen
hendaknya dilihat di bawah mikroskop. Fragmen yang berisi bercak tinta yang intesitas warnanya sama
digunakan sebagai perbandingan. Pada umumnya bercak tinta yang tipis akan memberikan reaksi lebih
cepat dan lebih sempurna dibandingkan dengan bercak tinta yang tebal. Disamping itu terlihat bahwa
flourosensi di bawah sinar ultraviolet akan tampak berbeda bila pH-nya berubah. Oleh karena itu untuk
pemeriksaan tinta tertentu diupayakan reagen yang digunakan dapat memberikan reagen yang spesifik.

Pada umumnya tinta menggunakan beberapa zat warna. Oleh karena itu analisis secara kromatografi
kertas harus dapat membedakan serta mengidentifikasi zat warna yang diperlukan berbagai macam zat
warna yang beredar di pasaran yang biasa dipakai untuk pembuatan tinta. Kesulitan besar akan dialami
pada saat melakukan identifikasi karena beberapa zat warna tidak diproduksi dalam keadaan murni,
melainkan dicampur dengan warna – warna lainnya. Untuk alasan tersebut, suatu analisis komperatif
dari beberapa sampel untuk multi violet dari berbagai macam pabrik akan menghasilkan kromatogram
yang berbeda–beda.[15]
Aswar, “Laporan Kromatografi Kimia Dasar 1 Universitas Mulawarman”. Scribd.com. 2010.
http://www.scribd.com/doc/45637382/laporan-kromatografi. Diakses pada tanggal 27 Mei 2012

Chadijah, Sitti Chadijah, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Makassar: UIN Alauddin Makassar,2012

Hendayana, Sumar. Kimia Pemisahan (Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010

John, ”Kromatografi Kertas”. Johnfiterirawan.com. 25 maret 2012.


http://johnfiterirawan.com/kromatografi-kertas.html. Diakses pada tanggal 27 Mei 2012

Khopkar. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia, 2010

Lan, Wiex, “Laporan Praktikum Kimia Forensik”. Scribd.com. 19 Mei 2011.


http://www.scribd.com/doc/55787151/Laporan-Praktikum-Kimia-Forensik. Diakses pada tanggal 27 Mei
2012

“Tinta”. Wikipedia The Free Encylopedia. 12 Mei 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Tinta. Diakses pada
tanggal 27 Mei 2012

Yazid, Estien. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI, 2005

Yulia, Meggy Yulia, “Prinsip Perbedaan Keterabsorpsian”. kimia.upi.edu. 2008.


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Meggy%20Yulia%20A
%20060221/prinsip_perbedaan_keterabsorpsian.html. Diakses pada tanggal 27 Mei 2012

[1]Meggy Yulia, “Prinsip Perbedaan Keterabsorpsian”, kimia.upi.edu. 2008.


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Meggy%20Yulia%20A
%20060221/prinsip_perbedaan_keterabsorpsian.html (27 Mei 2012)

[2]John, ”Kromatografi Kertas”, johnfiterirawan.com. 25 maret 2012.


http://johnfiterirawan.com/kromatografi-kertas.html (27 Mei 2012)

[3]Sitti Chadijah, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani, Penuntun Praktikum Kimia Analitik (Makassar:
UIN Alauddin Makassar,2012), h. 40

[4]Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan (Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern) (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), h. 1-2

[5]Aswar, “Laporan Kromatografi Kimia Dasar 1 Universitas Mulawarman”, scribd.com. 2010.


http://www.scribd.com/doc/45637382/laporan-kromatografi (27 Mei 2012)
[6]Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis (Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 194-195

[7]Ibid

[8]Ibid

[9]Estien Yazid, op. cit., h. 205

[10]Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010), h. 163

[11]Ibid

[12]Estien Yazid, op. cit., h. 196

[13]“Tinta”, Wikipedia The Free Encylopedia. 12 Mei 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Tinta (27 Mei
2012)

[14]Wiex Lan, “Laporan Praktikum Kimia Forensik”, scribd.com. 19 Mei 2011.


http://www.scribd.com/doc/55787151/Laporan-Praktikum-Kimia-Forensik (27 Mei 2012)

[15]Ibid

Anda mungkin juga menyukai