Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HUTANG

Dalam FASB dalam SFAC No. 6, hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi masa
mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva
atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.

Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan FASB, IAI (1994) definisi hutang (kewajiban) yaitu hutang
perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan
arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (paragraph 62).

Menurut Soemarso (2008 : 81) Kewajiban (hutang) adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan
perusahaan dimasa mendatang karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan ekonomi
dapat berbentuk penyerahan uang, aktiva lain, jasa-jasa atau dilakukannya pekerjaan tertentu. Tindakan
atau transaksi itu dapat berupa diterimanya uang, barang atau jasa, diakuinya suatu biaya atau kerugian.
Kewajiban mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kreditur untuk mengklaim aktiva
perusahaan. Kewajiban biasanya dapat ditentukan jumlahnya atau mudah ditaksir dan dinyatakan dalam
satuan uang.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas hutang/kewajiban adalah suatu pengorbanan
ekonomi yang dilakukan perusahaan dimasa yang akan datang yang timbul dari aktivitas transaksi
sebelumnya. Pengorbanan tersebut dapat berupa penyerahan uang, barang atau jasa yang diakui
sebagai biaya atau kerugian.

2.2 KLASIFIKASI HUTANG

Sama dengan halnya aktiva hutang juga memiliki dua kelompok utama. Kedua jenis hutang tersebut
dalah hutang lancar dan hutang jangka panjang. Berikut uraian satu persatu mengenai hutang tersebut.

1. Hutang jangka pendek

Menurut Lubis (2017 : 240) Hutang lancar adalah kewajiabn-kewajiban yang akan jatuh tempo dalam
satu tahun selama satu siklus kegiatan normal perusahaan. Satu siklus normal adalah periode waktu
yang diperlukan dari sejka kas dibayarkan untuk pembelian barang atau jasa yang dibutuhkan untuk
produksi sampai dengan kas dari hasil penjualan produk perusahaan diterima. Karena hutang melibatkan
pengorbanan dimasa ang akan datang maka hutang lancar mengandung unsur ketidakpastian.

Hutang jangka pendek memiliki dua manfaat, yaitu fleksibilitas dan biaya yang lebih murah.
1. Fleksibilitas, hutang jangka panjang bersifat fleksibel, dapat digunakan kapan saja perusahaan
membutuhkannya. Apalagi perusahaan lebih kerap dihadapkan pada kebutuhan jangka pendek.

2. Biaya lebih murah, Pada umumnya suku bunga hutang jangka pendek lebih rendah daripada
hutang jangka panjang, karena semakin panjang periode hutang, maka semakin besar bunganya.

Selain memiliki manfaat hutang jangka panjang juga memiliki kelemahan, kelemahan hutang jangka
pendek yaitu:

a) Likuiditas, hutang jangka pendek memiliki likuiditas lebih buruk dibanding jangka panjang.
Likuiditas hutang jangka panjang lebih mantab terjamin, sedangkan hutang jangka pendek debitur harus
sering menyediakan dana untuk melunasinya, atau membayar bunganya dan memperpanjang pinjaman
pokoknya berulang-ulang.

b) Ketidakpastian biaya/bunga, bunga hutang jangka panjang senantiasa mudah berubah sesuai
dengan suku bunga rata-rata pasar yang berlaku dan persepsi kreditur terhadap tingkat risiko
perusahaan debitur.

Kelompok atau jenis hutang jangka pendek meliputi :

a. Hutang dagang, hutang yang timbul akibat terjadi pembelian barang dagangan.

b. Hutang wesel, janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal
tertentu dimasa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi lainnya.

c. Biaya yang masih harus dibayar, penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang
belum terealisasi. Seperti hutang gaji, bunga dan lain-lain.

d. Hutang bank merupakan kewajiban jangka pendek atau jangka panjang kepada bank atau
lembaga keuangan yang disebabkan pinjaman yang diterima oleh perusahaan.

e. Hutang deviden merupakan sejumlah yang terutang oleh peusahaan kepada para pemegang
saham karena adanya distribusi yang telah diumumkan oleh dewan komisaris. Setlah pengumuman
perusahaan berhutang kepada pemegang saham. Biasanya deviden tersebut akan dibayar dalam jangka
waktu satu tahun. Oleh karena itu dikelompokkna sebagai hutang jangka pendek. Hutang deviden dalam
bentuk tambahan lmbar saham tidak diakui sebagai hutang karena tidak memerlukan pengeluaran harta
atau jasa dimasa yang akan datang.

2. Hutang jangka panjang


Menurut Lubis (2017 : 240) Hutang jangka panjang merupakan hutang yang memiliki waktu pembayaran
lebih dari satu tahun atau melebihi siklus operasi perusahaan.

Hutang jangka panjang meliputi:

a. Hutang obligasi

Obligasi merupakan instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual ke investor.
Perusahaan mengeluarkan surat berharga yang menjanjikan pembayaran pada periode tertentu dan
surat tersebut memuat beberapa perjanjian yang spesifik.

b. Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memperoleh pendapatan dari
dividen dan capital gain.

c. Hipotek

Hipotek merupakan instrumen utang dengan pemberian hak tanggungan atas properti dan pinjaman
kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan terhadap kewajibannya.

d. Hutang dari lembaga keuangan

Hutang bisa langsung diperoleh melalui bank atau lembaga nonbank. Pinjaman dari lembaga keuangan
memiliki karakteristik adanya amortisasi dan jaminan. Pinjaman langsung dibayar dengan cara
amortisasi, yaitu secara bertahap sehingga akan mengurangi beban pembayaran yang besar jika
dilakukan pelunasan sekaligus.

e. Modal ventura

Modal ventura merupakan bentuk penyertaan modal dari perusahaan pembiayaan kepada perusahaan
yang membutuhkan dana untuk jangka waktu tertentu.

f. Hutang wesel jangka panjang

Merupakan surat berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari bank penerbit draftkepada pihak
lainnya untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang ditunjuknya pada
waktu yang telah ditentukan.

g. Hutang sewa guna

Merupakan kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah
disepakati bersama.
h. Hutang pensiun

Merupakan perjanjian dimana perusahaan akan memberikan pembayaran kepada karyawan setelah
mereka berhenti bekerja untuk jasa yang telah diberikan pada masa bekerja,

Penggunaan hutang jangka panjang akan lebih menguntungkan apabila terjadi kondisi-kondisi berikut:

1. Penjualan dan pendapatan relatif stabil, kenaikan besardalam penjualan dan pendapatan yang
akan datang diharapkan memberikan keuntungan besar dari penggunaan laverage.

2. Apabila diharapkan adanya kenaikan besar dalam tingkat harga diwaktu yang akan datang,
maka perusahaan tersebut akan mendapatkan keuntungan berhutang yang akan dibayar kembali dengan
uang yang lebih murah (karena inflasi).

3. Rasio hutang yang ada sekarang adalah relatif rendah bagi lini bisnis.

4. Manajemen berpendapat bahwa harga saham biasa dalam hubungannya dengan obligasi,
adalah ditekan untuk sementara.

5. Penjualan saham biasa akan menimbulkan persoalan mengenai pemeliharaan pola


pengendalian yang berlaku sekarang dalam perusahaan.

2.3 KARAKTERISTIK HUTANG

1. Kewajiban Sekarang

Kewajiban timbul karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang tidak dapat
dihindari untuk menyerahkan barang/jasa. Dalam Lubis (2017 : 241) FASB mengatakan bahwa hutang
merupakan pengorbanan dimasa mendatang dari keuntungan ekonomi. Definisi diatas lebih didasarkan
atas pada peristiwa masa mendatang yang belum diketahui terjadinya. Oleh karena itu penorbanan
tersebut belum benar-benar terjadi, maka pengorbanan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu
yang nyata.

Objek hutang yang sebenarnya adalah kewajiban yang ada pada saat sekarang. Oleh karena itu, menurut
Kam dalam Lubis (2017: 242) definisi hutang yang lebih menunjukkan pada saat sekarang adalah
kewajiban suatu unit usaha yang merupakan keharusan bagi unit usaha tersebut untuk menyerahkan
aktiva/jasa pada pihak lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu.

Hutang juga sering disebut klaim atau hak tertentu pihak lain kepada aktiva perusahaan. Hal ini
disebabkan suatu unit usaha dapat memiliki aktiva atau jasa karena adanya pihak lain yang menyediakan
dana untuk memperoleh aktiva yang ada pada neraca pada dasarnya merupakan klaim pihak lain
terhadap sumber ekonomi sehingga suatu entitas memiliki kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau
jasa pada pihak lain tersebut.
Kewajiban dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain:

1. Kewajiban pada kreditor/hutang

2. Kewajiban kepada pemilik

Meskipun kedua pihak tersebut memiliki hak terhadap aktiva, namun keduanya memiliki hak yang
berbeda. Kreditor memiliki hak untuk didahulukan pelunasannya dalam kasus likuidasi. Sedangkan untuk
pemilik, hak atas aktiva hanya didasarkan pada sisa aktiva setelah kewajiban terhadap kreditor
terpenuhi.

Dalam kasus subtance defeasance menimbulkan pertanyaan : “ kapan hutang akan diakui ?” definisi
FASB atas hutang menunjukkan bahwa hutang disesuaikan ketika aktiva atau jasa telah ditransfer
erhadap entitas lainnya. Dalam statement no. 76 mayoritas kelompok percaya terhadap FASB bahwa
suatu obligasi memuaskan bilamana debitur menempatkan aktiva-aktiva perjanjian yang tidak dapat
dibatalkan dengan tujuan melayani suatu kewajiban huatng yang diberi. Pengorbanan seharusnya dibuat
karena perusahaan telah dilepaskan penggunaannya terhadap aktiva. Sebaliknya kelompok minoritas
mendesak bahwa debitur perusahaan tidak dibebaskan atau dilepaskan dari hutang sampai kreditur
aktual membayar atau menyetujui bahwa debitur sudah tidak lagi obliger utama.

2. Hasil Transaksi Masa Lalu

Syarat lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi tersebut menunjukkan transaksi
yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat digunakan untuk memastikan bahwa hanya kewajiban
sekarang yang harus dicatat sebagai hutang dalam neraca.

3. Kredit Tangguhan

Seperti halnya aktiva atau kredit tangguhan ada sebuah pernyataan tentang masukan atas kredit
tangguhan tertentu sebagai hutang. Tidak semua kredit tangguhan yang ada menjadi diragukan. Contoh,
kas dikumpulkan dari pelanggan yang terlebih dahulu menunjukkan hutang untuk menyerahkan aktiva
atau jasa terhadap pelanggan pada masa yang akan datang. Kasus ini merupakan hutang. Contoh,
melalui kredit tangguhan, pertanyaan hutang adalah laba kotor yang ditunda untuk penjualan cicilan.
Ketika pengakuan pendapatan atas penjualan cicilan digunakan penerimaan atas kas dibandingkan
penjualan merupakan kesempatan untuk mencatat laba. Perbedaan antara penjualan dan biaya atas
barang–barang yang dijual ditempatkan dalam akun khusus, sedangkan laba ditangguhkan.
4. Kerugian Kontijensi

Merupakan dampak adanya hutang. Usaha untuk membuat perbedaan antara hutangsekarang dan
hutang dimasa mendatang bukanlah hal yang sederhana. Perbedaan ini terjadi disebabkan adanya
penilaian atas peristiwa masa lalu sehingga sulit diintepretasi. Dalam Lubis (2017 : 244) FASB dalam
statement no. 5 mendefinisikan kerugian kontijensi sebagai berikut : “ suatu kondisi, situasi atau
serangkaian keadaan yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya kemungkinan hutang atau rugi
suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkianan tersebut tergantung pada terjadi/tidaknya satu
peristiwa atau lebih dimasa mendatang.”

FASB mengatakan kerugian harus diakui jika hutang terjadi dan jumlahnya dapat diestimasi secara logis.
Jika kondisi ini tidak sesuai maka ini disebut dengan kerugian kontijensi. Hutang kontijensi yang timbul
tidak dilakukan pencatatan karena tidak menghasilkan hutang.

5. Pensiun

Merupakan salah satu contoh atas peristiwa masa lalu.dalam program pensiun perusahaan berjanji
untuk memberikan dana pensiun bagi karyawan yang telah memasuki masa akhir jabatan. Melalui
program ini apakah sebuah hutang terjadi ? Apakah yang mendasri hutang ? Apakah perusahaan berjanji
untuk membayarnya ? Beberapa perusahaan mengatakan bahwa perusahaan berjani untuk
membayarnay bagi karyawan yang pensiun. Pendapat lain mengatakan bahwa suatu entitas
berkewajiban untuk mmeberikan keuntungan aktuak bagi karyawan yang pensiun. Seperti hutang
lainnya, keputusan didasarkan pada apakah sebuah hutang tergantung pada seperti apa peritiwa masa
lalu. FASB mengeluarkan sebuah pembahasan memorantum atas perencanaan pensiun dalam beberapa
point penting :

1. Seperti karyawan memandang jasa

2. Kapan perushaan dapat memberikan kontribusi atas perencaaan yang kan digunakan untuk
membayar keuntungan

3. Kapan perusahaan menurut batas hukum memberikan keuntungan walaupun jika perencanaan
berkahir

4. Kapan karyawan pensiun

5. Kapan keuntungan pensiun dibayarkan kepda orang yang dipensiunkan

2.4 PENYEBAB TERJADINYA HUTANG

Intrepretasi terhadap terjadinya hutang cenderung didasarkan konsep economic substance over legal
form bukan semata-mata pada aspek yuridisnya. Dengan demikian, apabila dinilai dari substansi
ekonomi suatu transaksi/peristiwa memenuhi kriteria hutang, otomatis hutang akan diakui dan disajikan
dalam neraca.

a. Keadaan Yang Dapat Menimbulkan Hutang

Untuk menentukan suatu transaksi sebagai hutang atau bukan, sangat tergantung pada
kemampuan untuk menafsurkan transaksi/kejadian yang emnimbulkannya. Namun demikian, ditinjau
dari penafsiran sematik apabila suatu kewajiban dalam kenyataannya memang ada, maka yang paling
penting adalah mencatat hal tersebut sebagaisuatu hutang tanpa memperhatikan bagaimana terjadinya.

Kohler, (1970: hal.263) menyatakan bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk
uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Terjadi/telah terjadi

b. Terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang

c. Terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang.

Hutang dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain:

1. Kewajiban legal/kontrak (Contractual liabilities)

Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan hukum
untuk membayar kas atau menyerahkan berang (jasa) kepada entitas tertentu.

2. Kewajiban konstruktif (constructive liabilities)

Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan/kondisi
tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah
tertentu dimasa yang akan datang.

3. Kewajiban equitable

Kewajiban ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh perusahaan
karena alas an moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum.

b. Unconditional Right Of Offset

Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang dan jasa di masa
mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau sebaliknya bukan hutang. Kewajiban
tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang berasal dari transaksi usaha dan menimbulkan
kewajiban untuk melakukan pembayaran di masa mendatang, apabila suatu barang atau jasa telah
diterima. Umumnya akuntan tidak akan mencatat kontrak tersebut apabila tidak ada satu pihakpun yang
melaksanakan suatu prestasi kerja. Alasannya adalah sebelum barang tersedia, kewajiban pembeli
terhadap hak penguasaan aktiva ditandai oleh hak pembeli untuk menerima barang tersebut. Dalam
kondisi tertentu kontrak yang harus dilaksanakan atas pembelian barang atau jasa dapat tidak dilaporkan
bila kewajiban terhadap komitmen pembelian tersebut melebihi nilai barang yang diperoleh. Misalnya
jika terdapat penurunan yang material terhadap harga barang terjadi setelah kontrak pembelian jangka
panjang ditandatangani, maka kewajiban tersebut melebihi nilai hak menurut kontrak. Akibatnya timbul
suatu kerugian. Oleh karena itu pencatatan terhadap hutang hanya dilakukan sebesar kerugian yang
terjadi dari pelaporan laba bersih dan mengkredit jumlah yang sama dengan debet kerugian yang timbul.
Secara umum dapat dirumuskan bahwa hutang harus diakui dalam laporan keuangan apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:

a. Ada kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaat ekonomi masa mendatang akan
dilakuka atau akan terjadi

b. Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti

Menurut Kam daam Lubis (2017 : 2046) hutang dapat diakui berdasarkan kondisi berikut ini:

1. Didasarkan pada hukum

Adanya dasar hokum yang menyebabkan terjadinya hutang adalah syarat legal untuk mengakui hutang,
meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban equitable.

2. Pemakaian prinsip konservatisme

Prisip konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian dari pada keuntungan. Jadi
rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan akan terjadi. Pencatatan terhadap rugi/hutang
semacam ini merupakan praktek yang diterima umum.

3. Substansi ekonomi suatu transaksi

Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka hutang dapat segera diakui
dan dilaporkan dalam laporan keuangan.

4. Kemampuan mengukur nilai hutang

Kriteria ini berkaitan dengan reabilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap hutang sangat
subyektif/arbritrer, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan hutang tidak dicatat dalam neraca.
2.5 PENGUKURAN HUTANG

Ketika hutang didefinisikan ada suatu kebutuhan untuk menjelaskan secara spesifik tentang hal-hal
tertentu. Intepretasi ini merupakan aturan yang kita gunakan di dalam mengidentifikasi atau mengakui
hutang-hutang tertentu. Aturan ini dilihat didasarkan pada kreteria tertentu seperti halnya telah
dijelskan pada bahasan terdahulu pada aktiva. Berikut kriteria pengakuan terhadap hutang :

Wesel Bayar Dengan Tingkat Bunga Dibawah Tingkat Buang Pasar

Menurut APB Opinion no. 21 wesel bayar dengan tingkat bunga dibawah tingkat buang pasar,
tingkat bunga harus didiskontokan. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan wesel agar ekuivalen dengan
tingkat bunga pasar. Diskonto diamortisasi selama umur wesel dalam rangka melakukan penyesuaian
bunga berkala kepada tingkat bunga pasar. Ini juga dilakukan untuk wesel tagih.

Hutang Obligasi

Obligasi dicatat pertama kali berdasarkan nilai bunga bersih dari transaksi. Nilai bersih sama dengan nilai
sekarang atas pembayaran bunga dimasa yang akan datang dan pengembalian pembayaran yang
didiskontokan pada tingkat bunga pasar. Sangat perlu membetuk diskonto dan premium bila bunga
obligasi tidak sama dengan tingkat bunga pasar. Nilai obligasi dibawaan neraca desajikan dengan cara
menambahkan nilai nominal dengan niali premiun yang belum diamortisasi atau nilai nominal dikurangi
dengan diskonto yang belum diamortisasi. Metode amortisasi premium dan diskonto adalah metode
garis lurus dan metode bunga efektif.

Obligasi Konversi

Adalah obligasi yang boleh ditukar dengan saham biasa. Oblibagsi konversi mempunyai tingakt
bungan yang rendah dari obligasi biasa. Ada dua pendekatan untuk membukukan obligasi konversi.
Pertama diperlakukan sebagai hutang sampai dengan terjadinya konversi. Kedua menyisihkan sejumlah
hutang sebagai harta pembayaran dan jumlah ini ditambahkan pada modal sumbangan.

Hutang Dengan Waran Saham

Waran yang dapat dipisahkan mengijinkan pemegangnya untuk memeliki ekuitas dan hutang. Oleh
karena itu bagian yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pembayaran langsung untuk hak membeli
saham.
Redeemable Prefered Stock dan Other Hybrid Securities

Manajer keuangan biasanya berupaya untuk menghilangkan huatang dalam neracanya. Karena
untuk berusaha menembus kembali saham-saham preferen. Dengan cara ini huatng berubah menjadi
ekuitas pemilik. Saham ini dikelompokkan sebagai hutang karena saham ini tidak mempunyai hask suara,
memiliki jangka waktu untuk ditebus sebesar nilai nominalnya. Bisa dilunasi sesuai dengan pilihan
perusahaan. Deviden kumulatif harus didahuluakn dari deviden saham biasa dan devidennya tetap
sebesar preferensinya. Saham preferen yang bisa ditebus bisa dikonversi dengan saham biasa. Saham
prefren adalah jenis lain dari saham hybrid. Saham ini dalam neraca disajikan diantara hutang dan
ekuitas. Saham jenis ini disebut seperti ekuitas sebab memiliki jatuh tempo yang panjang dan bebrapa
mampu untuk menunda deviden.

Sekuritasi

Sekuritas adalah proses penjualan aset piutang dari kreditur awal pada pihak lain (investor) sehingga
kreditor awal menerima dana segar dari penjualan piutang dan investor akan menerima bunga dengan
memegang investasi yang berasal dari investasi tersebut. Secara umum sekuritasi dimaknai sebagai suatu
proses mengkonversi suatu aset keuangan berupa tagihan ataupun aset apapun yaang memiliki suatu
arus pendapatan misalnya pembiayaan kepemilikan mobil, tagihan kartu kredit, leasing, pembiayaan
property komersial serta kredit pinjaman perbankan secara umum menjadi suatu komoditas keuangn
yang dapat diperjualbelikan dengan mengubah bentuk aktiva menjadi sekuritas (surat berharga). Pokok
dan return dari hutang/tagihan yang menjadi underlying dibayarkan kepada investor pemegang sekuritas
secara reguler dengan metode perhitungan yang disesuaikan dengan tipe underlying aset dab
sekuritasnya. Sedangkan BI mendefinisikan sekuritas aset sebagai penerbuitan surat berharga oelh
penerbit efek beragun aset yang didasarkan pada pengalihan aset keuangan dari kreditur asal yang
diikuti dengan pembayaran yang berasal dari hasi penjualan beragun aset kepada pemodal. Atau
sekuritas adalah proses penjualan aset piutang dari kreditur awal kepada pihak lain sehingga kreditur
awal menerima dana segar dari penjualan piutang dan investor akan menerima bunga dengan
memegang investasi yang berasal dari investasi tersebut.

Kreiteria aset yang dapat disekuritisasi adalah :

1. Aset keuangan yang dapat dialihkan dalam rangka sekuritisasi aset, wajib berupa aset keuangan
yang terdiri dari kredit, tagihan yang timbul dari surat berharga, tagihan yang timbul dikemudian hari
dan aset keuangan lain yang setara.

2. Aset keuangan yang dialihkan wajib memenuhi kriteria :

a. Memiliki arus kas

b. Dimiliki dan dalam pengendalian kreditur asal

c. Dapat dipindahtangankan dengan bebas kepada penerbit


Sekuritisasi pada hakekatnya adalah teknik pembiayaan dengan mana dikumpulkan dan dikemas
sejumlah aset keuangan berupa piutang atau tagihan yang lahir dari transaski keuangan perdagangan,
yang biasanya kurang menjadi likuid karena mudah diperjualbelikan.

2.6 PENYELESAIAN HUTANG

IAI (1994: paragraf 62) salam SAK menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiba masa kini biasanya
melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi
untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan :

a. Pembayaran kas

b. Penyerahan aktiva

c. Pemberian jasa

d. Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau,

e. Konversi kewajiban menjadi ekuitas

Kewajiban juga dapat dihapus dengan cara lain seperti kreditor membebaskan atau membatalkan
haknya.

a. In-Subsance Defeseance

In-Subsance Defeseance adalah suatu rencana perjanjian dimana seorang debitur menempatkan
sejumlah tertentu harta moneter secukupnya yang bebas resiko pada kuasa badan perwakilan (trust)
tertentu untuk digunakan sebagai pembayaran hutang di masa mendatang.

Gambaran tentang pelunasan hutang dengan cara In-Subsance Defeseance dapat dilihat pada contoh
berikut ini. PT. A mempunyai hutang obligasi sebesar Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun,
jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Atas hutang tersebut PT. A membeli sertifikat bank Indonesia
senilai Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun.
Pembelian tersebut dilakukan secara tunai dengan total pengeluaran Rp. 7.500.000. sertifikat Bank
Indonesia kemudian diserahkan pada badan perwakilan untuk digunakan sebagai pelunasan hutang.

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Pada saat pembelian:

Investasi sertifikat Bank Indonesia Rp. 10.000.000

Kas Rp. 10.000.000


Pada saat penempatan sertifikat Bank Indonesia pada badan perwakilan:

Hutang Obligasi Rp. 10.000.000

Investasi sertifikat Bank IndonesiaRp. 7.500.000

Untung (extraordinary) Rp. 2.500.000

Keuntungan PT. A dalam melakukan transaksi semacam itu adalah:

1. Hutang akan berkurang sehingga rasio debt equity menjadi lebih baik

2. Laba bersih tahun berjalan akan meningkat

3. Untuk tujuan pajak, untung tidak dapat diakui

4. Pendapatan bunga dari Sertifikat Bank Indonesia dapat digunakan untuk menutup biaya bunga
atas hutang obligasi

b. Kredit Tangguhan (Deferred Credit)

Dalam APB no. 4 hutang didefinisikan sebagai kewajiban ekonomi yang diakui dan diukur sesuai dengan
prinsip akuntansi. Definisi tersebut juga meliputi kredit tangguhan yang bukan merupakan kewajiban
ekonomi. Dalam laporan keuangan sering kali timbul masalah yang berkaitan dengan perlakuan kredit
tangguhan tertentu yang dimasukkan sebagai hutang misalnya uang muka yang dibayar pembeli tetapi
produk belum diserahkan kepada pembeli. Kasus demikian menunjukkan adanya kewajiban untuk
menyerahkan aktiva atau jasa pada masa mendatang kepada pembeli. Dengan demikian transaksi
tersebut jelas dianggap sebagai hutang. Kredit tangguhan yang sering menjadi masalah laba kotor belum
direalisir yang timbul dari penjualan angsuran. Apabila prinsip pengakuan pendapatan atas penjualan
angsuran diterapkan, laba hanya akan diakui bila terdapat kas yang diterima atas penjualan angsuran
tersebut. Laba kotor yang belum direalisir merupakan perbedaan nantara penjualan dan cost barang
terjual atas penjualan angsuran.

c. Hutang Dan Rugi Kontijensi (Contingent loss/Liabilities)

Dalam FASB Statement No. 5 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kontijensi adalah suatu kondisi
atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya kemungkinan hutang atau rugi suatu
perusahaan, dimana timbulnya kemungkinan tersebut tergantung pada terjadi atau tidaknya suatu
hutang terutama menyangkut kewajiban sekarang atau masa mendatang.
2.7 KONSEP EKUITAS

Menurut Lubis (2017: 249) Ekuitas pemilik adalah hak pemegang saham atas suatu aktiva yang tersisa
dalam perusahaan. Definisi ini cenderung menganut teori kepemilikan. Menurut APB Statement no 4
ekuitas pemilik adalah kelebihan aktiva perusahaan diatas kewajiban. Sedangkan menurut Baridwan
(2012:23) ekuitas adalah hak milik sisa (residual interest) dalam aktiva suatu badan usaha yang tersisa
sesudah dikurangi utang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ekuitas pemilik adalah hak dari pemilik atas
aktiva yang tersisa dalam perusahaan.

Pada perusahaan perseroan, ada perbedaan hukum antara modal kontribusi dan laba ditahan. Modal
legal adalah batas kewajiban dari pemegang saham yang diukur berdasarkan nilai nominal atau nilai yang
ditetapkan bila tidak ada nilai nominal. Modal kontribusi lainnya adalah modal yang meliputi premium
saham, modal sumbangan, modal penempatan saham treasury, modal penempatan saham opsi dan
warran.

Seperti yang telah dijelaskan, ekuitas merupakan hak pemilik atas kekayaan perusahaan. Kekayaan
perusahaan dalam neraca dicatat sebagai aktiva. Pada perusahaan berbentuk perseroan terbatas ,
ekuitas terdiri atas modal disetor dan laba ditahan. FASB menjelaskan bahwa ekuitas merupakan:

“Ekuitas adalah tingkat residual aktiva dari suatu entitas yang tersisa setelah pengurangan hutang-
hutang. Pada perusahaan bisnis, ekuitas adalah tingkat kepemilikan”.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:

1. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.

2. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik
yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik atau
distribusi kepada pemilik.

Definisi ini menyajikan teori proprietary menurut stakeholders yang dirasa menjadi pemilik
perusahaan. APB No.1 dalam menjelaskan tentang hutang tidak tampak ada perbedaan yang dibuat
diantara hutang dan ekuitas pemilik. Namun demikian,APB statement no.4 dan SFAC no.6 membuat
perbedaan diantara keduanya: APB statement no.4 menawarkan definisi pasif dari ekuitas pemilik
sebagai akses terhadap aktiva perusahaan melalui hutang-hutangnya. Pendekatan yang sama juga di
ambil SFAC no. 6. Kedua definisi ini menyiratkan kepemilikan proprietary perusahaan oleh stockholders.
Gambar berikut menampilkan tiga komponen dari ekuitas pemilik.

Pengakuan Dan Pengukuran Ekuitas Pemilik


Transaksi ekuitas pemilik dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu : transaksi modal atau transaksi yang
berkaitan dengan penghasilan. Transaksi modal menyangkut transaksi langsung dari pemilik terhadap
perusahaan. Transaksi yang berkaitan dengan penghasilan menyajikan transaksi laba rugi dan
penyesuaian laba tahun sebelumnya.

Hak-hak

Hak memberikan pemilik modal kepastian hukum atau kebijakan perusahaan. Kepemilikan tunggal atas
sejumlah modal mengharuskan seorang kreditor memiliki klaim atas pemilik atau suatu perusahaan.
Dalam teori akuntansi, tidak menjadi masalah seperti apa bentuk hukum dari organisasi, perusahaan
diperkenalkan sebagai sebuah unit atas akuntabilitasnya.

Kreditur tidak memiliki hak untuk menggunakan aktiva perusahaan. Dengan cara yang terbatas, dengan
kontrak, mereka dapat mengganggu operasi yang mengharuskan laba ditahan terbatas atau dengan dana
cadangan yang dibentuk atau aktiva yang diberi tidak dijual tanpa persetujuan mereka. Sebaliknya,
pemilik memiliki hak, otoritas untuk mengoperasikan bisnis.

Substansi Ekonomi

Semua pemilik ekuitas memiliki resiko akan kerugian, tetapi karena tuntutan kreditur sebelumnya,
resiko mereka lebih kecil dari pemilik. Pemilik harus melakukan usaha membendung kerugian yang
dihasilkan dari setiap aktivitas perusahaan. Para pemilik atau wakil-wakil mereka memiliki pengendalian
atas aktiva-aktiva dalam akuisisi, komposisi, kegunaan dan disposisi. Mereka memiliki pengendalian atas
operasi, tanggungjawab untuk menjalankan bisnis dan untuk keberlanjutan pendapatan.

Modal Legal

Akuntansi untuk ekuitas stakeholders dipengaruhi oleh preskripsi legal. Banyak syarat untuk modal
legal menuntut perbaikan perusahaan melalui sejumlah modal tertentu. Tujuannya adalah untuk
melindungi kreditor dari “cushion” atau “buffer”.

Opsi Saham

Opsi saham adalah hak beli saham dibawah harga pasar yang diberikan kepada karyawan atas
kompensasi jasa karyawan terhadap perusahaan. Ada 4 waktu yang membedakan cara pengukuran
saham yaitu tanggal pemberian, tanggal diterima oleh karyawan, tanggal dapat diskon pertama dan
tanggal pemotongan sesungguhnya.

Saham Treasury

Perolehan saham treasury merupakan metode signaling prospek yang akan datang bagi pemegang
saham. Sebab-sebab perusahaan membeli kembali treasury stock karena :

1. Keinginan untuk meningkatkan proporsi pemilikan saham


2. Untuk menyediakan opsi saham bagi karyawan

3. Untuk menghindari usaha pengambil alihan atau mengurangi jumlah pemegang saham

4. Membentuk harga pasar saham bagi perusahaan

Deviden Saham

Menurut APB 43, ada 2 kebijakan akuntansi untuk deviden saham, tergantung ukuran dari deviden
tersebut, yaitu :

1. Deviden saham besar (lebih dari 25 %) dan dicatat dengan reklasifikasi laba ditahan ke modal
kontribusi berdasarkan nilai nominal saham yang diterbitkan.

2. Deviden saham kecil (kurang dari 20 %), reklasifikasi laba ditahan ke dalam modal kontribusi
didasarkan atas harga pasar saham dan nilai deviden berdasarkan atas nilai pasar saham sebelum
pembagian deviden.

Alasan dibaginya deviden saham adalah keinginan manajemen untuk memberikan bukti kepada
pemegang saham untuk penghasilan mereka di dalam laba ditahan dan untuk menaikkan jumlah lembar
saham yang beredar. Kedua metode yang digunakan untuk mencatat deviden saham tidak
mempengaruhi penghasilan, aktiva dan hutang. Hanya komposisi ekuitas pemilik yang berubah.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Menurut FASB, IAI (1994) definisi hutang (kewajiban) yaitu hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (paragraph 62). Maka hutang dapat definisikan sebagai
suatu pengorbanan ekonomi yang dilakukan perusahaan dimasa yang akan datang yang timbul dari
aktivitas transaksi sebelumnya. Pengorbanan tersebut dapat berupa penyerahan uang, barang atau jasa
yang diakui sebagai biaya atau kerugian.

Hutang dapat klasifikasikan menjadi 2 yaitu hutang jangka pendek/lancar dan hutang jnagka panjang.
Yang termasuk hutang jangka lancar yakni hutang dagang, hutang wesel, hutang gaji, bunga dan lain-lain,
dan hutang deviden, sedangkan hutang jangka panjang meliputi hutang obligasi, hutang wesel jangka
panjang, hutang hipotek, hutang pensiun, hutang sewa guna, hutang dari lembaga keuangan, hutang
modal ventura dan hutang saham.
Klasifikasi hutang meliputi kewajiban sekarang, kredit tangguhan, hasil dari transaksi atau kejadian masa
lalu, kerugian kontijensi, dan pensiun. Penyebab teradinya hutang disebabkan karena adanya keadaan
yang dapat menimbulkan hutang dan uncoditional right offset. Dan yang termasuk pengukuran hutang
yakni wesel bayar dengan tingkat bunga dibawah tingkat bunga pasar, hutang obligasi, obligasi konversi,
hutang dengan saham waran, redeemable prefered stock dan other hybrid securities, dan sekuritisasi.
Yang termasuk penyelesaian hutang ada in subtance defeseance, kredit tangguhan dan hutang dan rugi
kontijensi.

Sedangkan konsep hutang sendiri menurut Lubis (2017: 249) Ekuitas pemilik adalah hak pemegang
saham atas suatu aktiva yang tersisa dalam perusahaan. Definisi ini cenderung menganut teori
kepemilikan. Menurut APB Statement no 4 ekuitas pemilik adalah kelebihan aktiva perusahaan diatas
kewajiban. Dan yang termasuk dalam ekuitas ini ada pengakuan dan pengukuran ekuitas pemilik,
bentuk-bentuk unik, hak-hak, substansi ekonomi, modal legal, opsi saham, saham treasury dan deviden
saham.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2012. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Teori Akuntansi. Medan: Madenatera

Soemarso, 2008. Akuntansi suatu pengantar Edisi 4. Jakarta: PT Rineka Citra

https://dexsuar.wordpress.com/2013/09/18/konsep-hutang-dan-ekuitas/

Anda mungkin juga menyukai