Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
definisi embriologi
Embriologi berasal dari kata embryo dan logo. Embryo merupakan
pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan embryo pada tingkat
permulaan. Logos artinya ilmu. Embriologi merupakan ilmu mengenai
pembentukan, pertumbuhan, serta perkembangan embrio pada tingkat
permulaan dan mmpelajari bagaimana sel tunggal membelah dan berubah
selama perkembangan untuk membentuk organisme multiseluler.
Rohen, Johannes. Drecoll, Elke. Embriologi Fungsional: Perkembangan
Sistem Fungsi Organ Manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2008.
2. tahapan neuroembriogenesis
A. Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi
di daerah ampulla tuba fallopii. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari
vagina ke rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur. Pergerakan
naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum
spermatozoa dapat membuahi oosit, mereka harus mengalami proses
kapasitasi dan reaksi akrosom. Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di
dalam saluran reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7
jam. Selama waktu ini, suatu selubung dari glikoprotein dari protein-protein
plasma segmen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah
akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat
melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom. Reaksi akrosom terjadi
setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona.
Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk
menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin. Fase
fertilisasi mencakup fase 3 fase:
1. Penembusan korona radiata. Spermatozoa-spermatozoa yang
mengalami kapasitasi tidak akan sulit untuk menembusnya.
2. Penembusan zona pelusida. Zona pelusida adalah sebuah perisai
glikoprotein yang mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi
reaksi kromosom. Hanya 1 spermatozoa diantara 200-300 juta spermatozoa
yang ada di saluran kelamin yang berhasil menembus zona pelusida. Saat
spermatozoa masuk ke dalam membrane oosit, spermatozoa lain tidak akan
bisa masuk lagi karena aktifasi dari enzim oosit sendiri.
3. Fusi oosit dan membran plasma.
Spermatozoa bergerak masuk ke membrane oosit dan mencapai inti
oosit. Perlu diketahui bahwa spermatozoa dan oosit masing-masing memiliki
23 kromosom (haploid), selama masa penyatuan masingmasing pronukleus
melakukan sintesis DNA. Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun
dalam gelendong untuk melakukan pembelahan secara mitosis yang normal.
Dua puluh tiga kromosom dari ibu dan dua puluh tiga kromosom dari ayah
membelah sepanjang sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan
tersebut saling bergerak ke kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel
zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom yang normal.
B. Pembelahan
Kira-kira 24 jam setelah fertilisasi, oosit yang telah dibuahi mulai
pembelahan pertamanya. Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani
serangkaian pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya jumlah
sel dengan cepat. Sel ini dikenal sebagai blastomer yang akan berbentuk
seperti gumpalan yang padat. Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-
sel embrio yang termampatkan tersebut, membelah lagi membentuk morula.
Morula adalah, kumpulan dari 16-30 sel blastomere. Karena sel-sel ini muncul
dari pembelahan (cleavage) dari zigot dan semua terdapat pada zona pelusida
yang tidak bisa membesar, jadi pertumbuhannya tidak banyak terlihat. Setiap
sel yang baru besarnya sama dengan sel awal dan nama morula berarti
mulberry, karena mirip seperti kumpulan sel-sel setengah bulat. Sel-sel bagian
dari morula merupakan massa sel dalam, sedangkan sel-sel di sekitar
membentuk massa sel luar. Massa sel dalam akan membentuk
jaringanjaringan embrio yang sebenarnya, sementara massa sel luar akan
membentuk trofoblastt, yang kemudian ikut membentuk plasenta.
C. Pembentukan Blastokista, Embrioblast, dan Rongga Amnion.
Pada hari ke-4 setelah inseminasi, sel terluar dari morula yang masih
diselubungi dengan zona pelucida mulai berkumpul membentuk suatu
pemadatan. Sebuah rongga terbentuk pada di interior blastokista dan Kirakira
pada waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona
pelusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam (inner
cell mass). Sel-sel embrio berkembang dari inner cell mass yang sekarang
disebut embrioblastt. Sedangkan sel-sel di massa sel luar atau trofoblast,
menipis dan membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini
sekarang sudah menghilang, sehingga implantasi bisa dimulai.
Pada akhir hari ke-5 embrio melepaskan diri dari zona pelusida yang
membungkusnya. Melalui serangkaian siklus pengembangan-kontraksi embrio
menembus selimut pelusida. Hal ini didukung oleh enzim yang dapat
melarutkan zona pelusida pada kutub embrionik. Pelepasan embrio ini
dinamakan hatching.
3. tahapan neurohistologis
Pada usia kehamilan 18 minggu, sel-sel saraf menunjukkan kondisi
pengelompokan yang padat dengan migrasi semua sel dari ependymal
zona (zona ventrikel) ke permukaan pial (Fig.1). Hal ini sangat
menonjol di semua wilayah korteks serebral. Migrasi vertikal lebih
dominan dibandingkan denga migrasi kolateral. Sel-sel tersebut bulat
dengan inti sel yang jelas didalamnya.(Fig.2).
Neuron dalam empat sirkuit saraf yang berbeda tetapi sangat interaktif, secara
kolektif disebut jalur motorik somatik, berpartisipasi dalam kontrol gerakan dengan
memberikan input ke neuron motorik yang lebih rendah (Gambar 16.9):
● Neuron sirkuit lokal. Input tiba di Lower Motor Neuron dari interneuron terdekat
yang disebut neuron sirkuit lokal. Neuron-neuron ini terletak dekat dengan sel-sel
neuron motorik bawah di batang otak dan sumsum tulang belakang. Jaringan sirkuit
lokal menerima input dari reseptor sensorik somatik, seperti nosiseptor dan spindel
otot, serta dari yang lebih tinggi. berpusat di otak. Mereka membantu
mengoordinasikan aktivitas ritmik dalam kelompok otot tertentu, seperti fleksi
bergantian dan perluasan tungkai bawah selama berjalan.
● Upper Motor Neuron. Baik neuron sirkuit lokal dan neuron motorik bawah
menerima input dari neuron motorik atas (UMN). Sebagian besar neuron motorik atas
sinapsis dengan neuron sirkuit lokal, yang pada gilirannya menyebabkan sinaps
dengan neuron motorik yang lebih rendah. (Beberapa neuron motorik atas sinapsis
langsung dengan neuron motorik yang lebih rendah.) UMNs dari korteks serebral
sangat penting untuk pelaksanaan gerakan sukarela tubuh. UMN lain berasal dari
pusat motorik batang otak: nukleus merah, nukleus vestibular, colliculus superior, dan
pembentukan reticular. UMN dari batang otak mengatur nada otot, mengontrol otot
postural, dan membantu menjaga keseimbangan dan orientasi kepala dan tubuh. Baik
nukleus basal dan serebelum memberikan pengaruh pada neuron motorik atas
● Neuron inti basal. Neuron nukleus basal membantu pergerakan dengan memberikan
input ke neuron motorik atas. Sirkuit saraf menghubungkan nukleus basal dengan
daerah motorik korteks serebral (melalui thalamus) dan batang otak. Sirkuit ini
membantu memulai dan menghentikan gerakan, menekan gerakan yang tidak
diinginkan, dan membentuk tingkat otot yang normal.
● Neuron serebelar. Neuron serebelar juga membantu pergerakan dengan
mengendalikan aktivitas neuron motorik atas. Siklus saraf menghubungkan otak kecil
dengan area motorik korteks sereal (melalui thalamus) dan batang otak. Fungsi utama
otak kecil adalah untuk memantau perbedaan antara gerakan yang dimaksudkan dan
gerakan yang sebenarnya dilakukan. Kemudian, ia mengeluarkan perintah ke neuron
motorik atas untuk mengurangi kesalahan dalam gerakan. Otak kecil dengan demikian
mengoordinasikan gerakan tubuh dan membantu mempertahankan postur dan
keseimbangan normal.2
1. How does brain produce movement. [Citied at:
https://www.ndsu.edu/faculty/pavek/Psych486_686/chapterpdfs1stedKolb/kolb_10.pdf at
May 2nd 2018, 22.23 pm]
2. Tortora, GJ, Derrickson, B. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition. United States
of America: John Wiley & Sons, Inc. 2012
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
(b)
Gambar 2. (a) Area Otak, (b) Area otak tampak tengah
2.
Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.
Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di
belakang batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam
mengontrol kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol banyak
fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Selain
itu, serebelum berfungsi menyimpan dan melaksanakan serangkaian
gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya.4
Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak
bertugas untuk mengontrol tekanan darah, denyut jantung,
pernafasan, kesadaran, serta pola makan dan tidur. Bila terdapat
massa pada batang otak maka gejala yang sering timbul berupa
muntah, kelemahan otat wajah baik satu maupun dua sisi, kesulitan
menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika bangun (CDC, 2004).
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah
bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum
dan serebelum. Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak
tengah. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon
penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur
gerakan tubuh dan pendengaran (Moore & Argur, 2007).
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara
midbrain dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial
posterior. Saraf Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons
(Moore & Argur, 2007).
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari
batang otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis.
Medulla oblongata terletak juga di fossa kranial posterior. CN IX,
X, dan XII disosiasikan dengan medulla, sedangkan CN VI dan
VIII berada pada perhubungan dari pons dan medulla (Moore &
Argur, 2007).