Nama Kelompok 3:
A.A Sagung Arundhati Yowani (1807341055)
Lucius Reynaldi Febrian (1807341056)
Lucyane Filipini Marsidi (1807341057)
Ni Made Mawarni (1807341058)
Amara Noor Halizah (1807341059)
Apolonia Monika Tu (1807341060)
D3 PERPAJAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, satiap orang memerlukan komunikasi interpersonal sebagai salah satu
bantu dalam kelancaran berkerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi
interpersonal merupakan aktivitas yamg di lakukan dalam kehidupan sehari-hari,dan
merupakan cara umtuk menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan,
perasaan dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama
antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang mempunyai efek besar dalam
hal mempengaruhi orang lain terutama individu. Hal itu di sebabkan, biasanya pihak-pihak
yang terlibat dalam komunikasi bertemu secara langsung, tidak menggunakan media dalam
penyampaian pesannya sehingga tidak ada jarak yang memisahkan antara komunikator
dengan komunikan (face to face). Oleh karena itu saling berhadapan muka. Maka masing-
masing pihak dapat langsung mengetahui repon yang di berikan, serta mengurangi tingkat
ketidak jujuranketika sedang terjadi komunikasi. Sedangkan apabila komunikasi
interpersonal itu terjadi secara sekunder, sehingga antara komunikator dan komunikan
terhubung media.efek komunikasi sangat di pengaruhi oleh karatristik interpersonalnya.
Misalnya dua orang saling berkomunikasi melalui media telepon seluler, maka efek
komunikasi tidak semata-mata di pengaruhi oleh kualitas pesan dan kecanggihan media,
namun yang lebih penting adalah adanya ikatan interpersonal yang bersifat emosional.
Mesikupun komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang rutin kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataan menunjukkan bahwa proses komunikasi
interpersonal tidak selamanya mudah. Pada saat tertentu, kita menyadari bahwa perbedaan
latar belakang social budaya antar individu telah terjadi faktor potensial menghambat
keberhasilan komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud komunikasi antar pribadi ?
2. Apa tujuan komunikasi antar pribadi ?
3. Bagaimana komunikasi antar pribadi sebagai proses trasaksional dan efektifitas
komunikasi antar pribadi ?
4. Apa yang di maksud gaya Kepemimpinan?
5. Apa yang di maksud Hirerarki Kebutuhan Manusia?
6. Mendengarkan sebagai keahlian antar pribadi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, definisi komunikasi antar pribadi
2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi antar pribadi
3. Untuk mengetahui Bagaimana komunikasi antar pribadi sebagai proses trasaksional dan
efektifitas komunikasi antar pribadi
4. Untuk mengetahui apa yang di maksud gaya Kepemimpinan
5. Untuk mengetahui apa yang di maksud Hirerarki Kebutuhan Manusia
6. Untuk Mengetahui mendengarkan sebagai keahlian antar pribadi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengetian komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi (interpersonal commication) adalah komunikasi antara
individu-individu ( Littlejonh, 1999). Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah
komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal, seperti suami-istri, dua sahabat dekat, seorang dosen dengan mahasiswanya, dan
lain sebagainya.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss ( dalam Deddy Mulyana, 2005) mengantakan ciri-
ciri komunikasi diadik adalah
1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat
2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik
secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi antar pribadi sangat potensial karena kita dapat menggunakan kelima alat
untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepadan komunikan
kita.sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi
berperan penting hingga kapanpun ,selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya
komunikasi tatap muuka ini membuat manusian lebih akrab dengan sesamanya, berbeeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewar teknologi
tercanggihpun.
Sementara itu, merujuk pada pendapat Sugiyo, dikatakan bahwa terdapat sembilan
tujuan komunikasi interpersonal yaitu:
1. Menemukan diri sendiri
2. Menemukan dunia luar
3. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna
4. Mengubah sikap dan perilaku sendri dan orang lain
5. Barmain dan hiburan
6. Belajar
7. Mempengaruhi orang lain
8. Merubah pendapat orang lain
9. Membantu orang lain
Adapun secara lengkap, Fungsi Komunikasi meliputi 8 fungsi yaitu :
1. Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, fakta, pesan, yang dibutuhkan
orang agar dapat mengerti dan bereaksi secara jelas dengan kondisi internasional, lingkungan,
dan orang lain, dan agar mengambil keputusan dengan tepat.
2. Sosialisasi, atau pemasyarakatan.
3. Motivasi, yakni menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka
panjang dan mendorong orang menentukan pilihannya, dan mendorong kegiatan individu dan
kelompok berdasarkan tujuannya.
4. Perdebatan atau diskusi, yakni menyediakan ruang dialog dan saling tukar pendapat untuk
pemecahan problem.
5. Pendidikan, yakni transformasi ilmu pengetahuan sehingga mendorong pengembangan
intelektual, watak, dan ketrampilan maupun sikap yang diperlukan dalam kehidupan.
6. Memajukan kebudayaan, yakni penyebarluasan hasil budaya dan seni dengan maksud
melestarikan warisan masa lalu, memperluas horizon seseorang, dan membangun imajinasi
dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetika.
7. Hiburan, yakni penyebarluasan sinyal, simbol, gambar, suara, dari drama, tari, sastra,
olahraga, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan.
8. Integrasi, yakni menyediakan bagi bangsa dan negara, kelompok, ataupun
individu kesempatan memperoleh berbagai pesan untuk dapat saling mengenal dan
menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
Berdasarkan beberapa fungsi komunikasi yang telah tersebut di atas, dapat kita
sederhanakan fungsi-fungsi tersebut menjadi empat fungsi saja, yakni:
1. Menyampaikan Informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence)
Jadi Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran itu dapat berwujud gagasan,
ide, informasi, opini, dan lain sebagainya yang muncul dari benaknya. Komunikasi
mengandung lima komponen, yakni; komunikator (communicator), pesan (message), media
( media), komunikan (communicant), dan efek (effect).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang
yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak
membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini
patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak
tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang
bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal
ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh
lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly,
1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda
lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.
2.Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk
‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang
orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan
bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu
seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan sama
dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif
dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat
meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta dan
sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya
Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana
yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif
bukan evaluatif, spontan bukan strategic, dan provisional bukan sangat yakin.
a. Pengarahan (directing)
Gaya kepemimpinan pengaraha tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana para
karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan tugas tertentu.
Disamping itu, tugas pekerjaan yang harus diselesaikan cenderung komplek dan
rumit.
b. Pembekalan (waching)
Gaya kepemimpinan pembekalan tepat digunakan pada situasi dimana para karyawan
telah memiliki pengalaman yang cukup dalam menyelesaikan pekerjaan. Di samping
itu, para karyawan memiliki motifasi yang cukup tinggi dalam menyelesaikan setiap
pekerjaannya.
c. Dukungan (supporting)
Gaya kepemimpinian dukungan tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana para
karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan
hubugan yang baik dengan seorang manajer.
d. Pendelegasian (delegating)
Gaya kepemimpinan pendelegasian tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana
para karyawan telah memahami dengan baik tugas-tugas pekerjaan yang harus
diselesaikan, sehingga mereka layak untuk menerima pendelegasian tugas dari
manajer.
Gaya kepemimpinan yang telah dipilih dalam suatu situasi dan kondisi tertentu
barangkali tepat diterapkan pada saat itu,tetapi jika situasi dan kondisi telah berubah ,gaya
kepemimpinan yang diterapkan juga dapat berubah. Gaya kepemimpinan seperti ini adalah
gaya kepemimpinan situasional ( situasional leadership). Ada tiga kemampuan/keterampilan
penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan kepemimpinan situasional tersebut,
antara lain:
a) Keterampilan analitis (analytical skills),
Merupakan keterampilan yang harus dimilliki oleh seorang manajer dalam melakukan
evaluasi atau penilaian kinerja bawahan (karyawan) dalam melaksanakan pekerjaan
mereka.
b) Keterampilan Fleksibilitas
Merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang manajer dalam menerapkan
gaya kepemimpinan dalam situasi dan kondisi yang tepat berdasarkan hasil analisis
yang tepat pula.
c) Keterampilan komunikasi (communication skills)
Menurut Hellriegel dan Slocum,seorang manajer yang dinamis harus memiliki lima
kemampuan yang dikenal sebagai keahlian kepemimpinan inti ( core leadership skills) yaitu
pemberdayaan ( empowerment), intuisi (intuition), pemahaman diri (self-understanding), visi
(vision), dan nilai kesesuaian (value congruence).
Menurut Lehman, Himstreet, dan baty, kebanyakan para manajer dalam setiap harinya
menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking)
dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai asosiasi bisnis. Kebiasaan
sebagai pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal positif,antara lain:
a) Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan kebutuhan
dasar manusia untuk didengarkan.
b) Kinerja / prestasi kerja karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut dapat
dimengerti dengan baik.
c) Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan (karyawan) akan berdampak positif pada
prestasi kerjanya.
d) Manajer dan karyawan akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman dalam penyampaian
suatu pesan.
e) Pendengar yang baik akan dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar gosip.
f) Pendengar yang baik memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari pihak lain,
sehingga hal ini mendorong berkembangnya kreativitas.
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Peran penting dari komunikasi
dalam hubungan pribadi adalah bahwa hubungan pribadi tidak dapat terpisahkan dengan
komunikasi karena dapat dinyatakan semakin baik suatu hubungan pribadi, semakin terbuka
orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat persepsinya tentang orang lain dan
persepsi akan dirinya sendiri sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung diantara
komunikan.
Efektifitas komunikasi diawali oleh motivasi dari masing-masing individu. Pesan
yang disampaikan harus mampu dimengerti, dipersepsi dan mampu menghasilkan reaksi
(action) atau komunikasi antarpribadi dikatakan sukses apabila membuahkan hasil. Kualitas
pesan yang disampaikan mempengaruhi efektifitas komunikasi baik secara verbal dan
nonverbal. Konsep diri dari masing-masing individu yang berinteraksi menjadi point yang
sangat penting dalam tercapainya efektifitas komunikasi. Namun perlu ditekankan bahwa
tidak selamanya prinsip komunikasi efektif yang berhubungan dengan teori ekonomi bisa
diaplikasikan, karena materi bukanlah segalanya, ada faktor-faktor lain yang sangat
berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Primer
Ø Ngalimun. 2017. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : PT Pustaka Baru Press
Ø Marhaeni fajar. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Jakarta :graha Ilmu
Sumber Skunder
Ø http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29067/Chapter%20II.pdf?sequence=4