Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI BISNIS

Nama Kelompok 3:
 A.A Sagung Arundhati Yowani (1807341055)
 Lucius Reynaldi Febrian (1807341056)
 Lucyane Filipini Marsidi (1807341057)
 Ni Made Mawarni (1807341058)
 Amara Noor Halizah (1807341059)
 Apolonia Monika Tu (1807341060)

D3 PERPAJAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, satiap orang memerlukan komunikasi interpersonal sebagai salah satu
bantu dalam kelancaran berkerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi
interpersonal merupakan aktivitas yamg di lakukan dalam kehidupan sehari-hari,dan
merupakan cara umtuk menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan,
perasaan dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama
antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang mempunyai efek besar dalam
hal mempengaruhi orang lain terutama individu. Hal itu di sebabkan, biasanya pihak-pihak
yang terlibat dalam komunikasi bertemu secara langsung, tidak menggunakan media dalam
penyampaian pesannya sehingga tidak ada jarak yang memisahkan antara komunikator
dengan komunikan (face to face). Oleh karena itu saling berhadapan muka. Maka masing-
masing pihak dapat langsung mengetahui repon yang di berikan, serta mengurangi tingkat
ketidak jujuranketika sedang terjadi komunikasi. Sedangkan apabila komunikasi
interpersonal itu terjadi secara sekunder, sehingga antara komunikator dan komunikan
terhubung media.efek komunikasi sangat di pengaruhi oleh karatristik interpersonalnya.
Misalnya dua orang saling berkomunikasi melalui media telepon seluler, maka efek
komunikasi tidak semata-mata di pengaruhi oleh kualitas pesan dan kecanggihan media,
namun yang lebih penting adalah adanya ikatan interpersonal yang bersifat emosional.
Mesikupun komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang rutin kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataan menunjukkan bahwa proses komunikasi
interpersonal tidak selamanya mudah. Pada saat tertentu, kita menyadari bahwa perbedaan
latar belakang social budaya antar individu telah terjadi faktor potensial menghambat
keberhasilan komunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud komunikasi antar pribadi ?
2. Apa tujuan komunikasi antar pribadi ?
3. Bagaimana komunikasi antar pribadi sebagai proses trasaksional dan efektifitas
komunikasi antar pribadi ?
4. Apa yang di maksud gaya Kepemimpinan?
5. Apa yang di maksud Hirerarki Kebutuhan Manusia?
6. Mendengarkan sebagai keahlian antar pribadi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, definisi komunikasi antar pribadi
2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi antar pribadi
3. Untuk mengetahui Bagaimana komunikasi antar pribadi sebagai proses trasaksional dan
efektifitas komunikasi antar pribadi
4. Untuk mengetahui apa yang di maksud gaya Kepemimpinan
5. Untuk mengetahui apa yang di maksud Hirerarki Kebutuhan Manusia
6. Untuk Mengetahui mendengarkan sebagai keahlian antar pribadi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengetian komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi (interpersonal commication) adalah komunikasi antara
individu-individu ( Littlejonh, 1999). Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah
komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal, seperti suami-istri, dua sahabat dekat, seorang dosen dengan mahasiswanya, dan
lain sebagainya.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss ( dalam Deddy Mulyana, 2005) mengantakan ciri-
ciri komunikasi diadik adalah
1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat
2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik
secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi antar pribadi sangat potensial karena kita dapat menggunakan kelima alat
untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepadan komunikan
kita.sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi
berperan penting hingga kapanpun ,selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya
komunikasi tatap muuka ini membuat manusian lebih akrab dengan sesamanya, berbeeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewar teknologi
tercanggihpun.

Terdapat beberapa definisi komunikasi antarpribadi menurut beberapa ahli,


diantaranya adalah:
1. Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication
Book komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara
dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa
umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between two persons,
or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).
2. Menurut Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut
ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.
3. Tan mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara
dua orang atau lebih. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator.[3]
2. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi
Setiap kegiatan manusia memiliki tujuan, tak terkecuali komunikasi
antarpribadi. Menurut Supratiknya komunikasi interpersonal memiliki lima tujuan utama
dalam pelaksanaanya, yang meliputi:
1. Belajar maksudnya dengan komunikasi individu dapat mengetahui dunia luar, luas
wawasannya.
2. Berhubungan menjalin relasi dengan individu lain dan optimalisasi dalam menilai diri dan
individu lain secara positif
3. Mempengaruhi mempengaruhi orang lain untuk mengikuti apa yang dikemukakan
komunikator berpartisipasi dalam kegiatan bersama.
4. Bermain. Mencapai tujuan kesenangan dan mencapai kesejahteraan bersama.
5. Membantu membantu orang lain yang memiliki masalah.

Sementara itu, merujuk pada pendapat Sugiyo, dikatakan bahwa terdapat sembilan
tujuan komunikasi interpersonal yaitu:
1. Menemukan diri sendiri
2. Menemukan dunia luar
3. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna
4. Mengubah sikap dan perilaku sendri dan orang lain
5. Barmain dan hiburan
6. Belajar
7. Mempengaruhi orang lain
8. Merubah pendapat orang lain
9. Membantu orang lain
Adapun secara lengkap, Fungsi Komunikasi meliputi 8 fungsi yaitu :
1. Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, fakta, pesan, yang dibutuhkan
orang agar dapat mengerti dan bereaksi secara jelas dengan kondisi internasional, lingkungan,
dan orang lain, dan agar mengambil keputusan dengan tepat.
2. Sosialisasi, atau pemasyarakatan.
3. Motivasi, yakni menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka
panjang dan mendorong orang menentukan pilihannya, dan mendorong kegiatan individu dan
kelompok berdasarkan tujuannya.
4. Perdebatan atau diskusi, yakni menyediakan ruang dialog dan saling tukar pendapat untuk
pemecahan problem.
5. Pendidikan, yakni transformasi ilmu pengetahuan sehingga mendorong pengembangan
intelektual, watak, dan ketrampilan maupun sikap yang diperlukan dalam kehidupan.
6. Memajukan kebudayaan, yakni penyebarluasan hasil budaya dan seni dengan maksud
melestarikan warisan masa lalu, memperluas horizon seseorang, dan membangun imajinasi
dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetika.
7. Hiburan, yakni penyebarluasan sinyal, simbol, gambar, suara, dari drama, tari, sastra,
olahraga, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan.
8. Integrasi, yakni menyediakan bagi bangsa dan negara, kelompok, ataupun
individu kesempatan memperoleh berbagai pesan untuk dapat saling mengenal dan
menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
Berdasarkan beberapa fungsi komunikasi yang telah tersebut di atas, dapat kita
sederhanakan fungsi-fungsi tersebut menjadi empat fungsi saja, yakni:
1. Menyampaikan Informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence)
Jadi Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran itu dapat berwujud gagasan,
ide, informasi, opini, dan lain sebagainya yang muncul dari benaknya. Komunikasi
mengandung lima komponen, yakni; komunikator (communicator), pesan (message), media
( media), komunikan (communicant), dan efek (effect).

3. Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Proses Transaksional


Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses yang sangat unik, artinya tidak
seperti kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi antarpribadi juga menuntut adanya tindakan
saling memberi dan menerima di antara pelaku yang terlibat komunikasi. Dengan adanya
pertukaran ini komunikasi disebut sebagai proses transaksional
1. Komunikasi Antarpribadi Sebagai Proses
Sebagai suatu proses, komunikasi antarpribadi merupakan rangkaian tindakan, kejadian
dan kegiatan yang terjadi secara terus-menerus atau bisa dibilang merupakan suatu yang
dinamis. Artinya, segala sesuatu yang tercakup dalam komunikasi antarpribadi selalu dalam
keadaan berubah, yakni para pelaku, pesan maupun lingkungannya. proses komunikasi
antarpribadi dapat digambarkan sebagai proses yang sirkuler (artinya adalah bahwa setiap
orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi bertindak sebagai pembicara sekaligus
pendengar dan sebagai actor sekaligus reactor) dan terus menerus (sebagai proses yang terus
menerus diartikan bahwa komunikasi berlangsung tanpa henti, sehingga batasan awal dan
berakirnya komunikasi antarpribadi menjadi tidak jelas).
2. Komponen-Komponen dalam Komunikasi Antarpribadi Saling Tergantung
Komponen-komponen dalam komunikasi antarpribadi saling berkaitan dan saling
bergantung satu sama lain. Setiap komponen komunikasi antarpribadi mempunyai kaitan baik
dengan komponen lain maupun dengan komponen secara kseluruhan. Oleh karena itu, dalam
komunikasi antarpribadi tidak ada pengirim tanpa penerima, tidak ada pesan-pesan tanpa
pengirim dan tidak ada umpan balik tanpa penerima. Karena bersifat saling tergantung maka
perubahan yang terjadi pada suatu komponen akan menyebabkan perubahan pada komponen
lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan pada para pelaku komunikasi
akan menyebabkan pada aspek lainnya. Adanya sifat saling tergantung dan perubahan dalam
komunikasi antar pribadi ini, menyebabkan tidak ada aksi atau reaksi yang dapat diulang.
Tidak ada tindakan yang persis sama dari waktu ke waktu berikutnya. Komunikasi
antarpribadi mempunyai ciri tidak dapat di ulang. Dengan demikian suatu interaksi
antarpribadi adalah pengalaman-pengalaman baru.
3. Para Pelaku dalam komunikasi Antarpribadi Bertindak dan Bereaksi
Di dalam proses tradisional, setiap orang, melakukan tindakan memberi reaksi tindakan
sebagai manusia yang utuh. Orang tidak dapat bertindak dan hanya dengan pikiran dan emosi
saja, tetapi melibatkan pikiran, emosi, sikap, gerakan tubuh, pengalaman sebelumnya dan lan-
lain.

Karakteristik komunikasi sebagai suatu proses dapat dikelompokkan ke dalam


berbagai prinsip:
1. Tidak terelakkan Dalam banayak hal kita sering berkomunikasi tanpa tujuan atau dipikirkan
terlebih dahulu. Ketika kita berada di kerumunan orang-orang pasti kita akan memandang
atau memberi tanggapan terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita.
2. Tidak dapat diubahSesuatu yang sudah kita komunikasikan, tidak bisa diubah. Untuk itu
kita pwerlu hati-hati untuk mengatakan sesuatu kepada orang lain. Hindari pernyataan maaf
karena kata-kata yang telah kita lontarkan, terlebih-lebih dalam situasi konflik dengan
suasana tegang.
3. Mempunyai dimensi isi dan hubungan Dalam pengertian ini komunikasi menunjuk pada isi
dan hubungan di antara para pelakunya.
4. Melibatkan proses penyesuaian Komunikasi bisa berlangsung apabila saling memberi
sistem sinyal yang sama. Sebaliknya, komunikasi menjadi kurang lancar apabila para
pelakunya mempunyai sistem sinyal yang berbeda-beda.Hal ini terlihat jelas bila dua orang
dengan bahasa berbeda saling berkomunikasi. Mungkin mereka akan mengalami kesulitan
untuk bisa saling memahami pesan yang dikomunikasikan. Namun demikian, pada
kenyataannya tidak ada dua orang yang meberisistem sinyal yang persis sama. Perbedaan
budaya dan sub-budaya, bahkan bila kita menggunakan bahasa umum, seringkali mempunyai
sistem komunikasi non verbal yang berbeda. Semakin luas perbedaan sistem-sistem ini, maka
komunikasi akan semakin sulit terjadi. Prinsip ini menekankan bahwa melalui komunikasi
kita belajar sinyal-sinyal orang lain, komunikasi melibatkan setiap pelaku untuk saling
menyesuaikan diri.
5. Dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan saling melengkapi.Dalam hubungan
simetrik, perilaku seseorang bercermin pada perilaku orang lain. Perilaku seseorang akan
ditanggapi dengan perilaku yang sama. Hubungan ini merupakan kesamaan untuk
mengurangi perbedaan di antara dua orang.

D. Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi


Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang
yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak
membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini
patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak
tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang
bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal
ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh
lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly,
1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda
lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.

2.Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk
‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang
orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan
bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu
seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan sama
dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif
dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat
meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta dan
sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya
Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana
yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif
bukan evaluatif, spontan bukan strategic, dan provisional bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)


Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara: menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang
menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki
sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan
orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap
situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih
pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak
pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan
ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan
bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam
suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan
yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl
rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.
4. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan ( leadership style) adalah suatu cara bagaimana mempengaruhi,
mengarahkan, memotivasi dan mengendalikan bawahan dalam menyelesaikan tugas atau
pekerjaannya. Salah satu teori yang mampu memberikan gambaran gaya kepemimpinan
seseorang adalah teori X (diasumsikan cenderung negatif dan gaya kepemimpinan yang
diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk) dan Y (cenderung
positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif) yang
dikemukakan oleh Douglas McGregor. Berikut adalah berbagai asumsi yang mendasari teori
X dan Y adalah :
Teori X Teori Y
Ø Karyawan cenderung tidak suka (malas) Ø Karyawan suka bekerja
bekerja, kalau mungkin menghindarinya.
Ø Karyawan selalu ingin diarahkan Ø Karyawan yang memiliki komitmen pada
tujuan organisasi akan dapat mengarahkan
tujuan organisasi akan dapat mengarahkan
dan mengendalikan dirinya sendiri.
Ø Manajer harus selalu mengawasi kerja Ø Karyawan belajar untuk menerima bahkan
mencari tanggung jawab pada saat bekerja.
Menurut Ludlow dan Panton, terdapat empat gaya kepemimpinan ( Leadarship style)
yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda,antara lain :

a. Pengarahan (directing)
Gaya kepemimpinan pengaraha tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana para
karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan tugas tertentu.
Disamping itu, tugas pekerjaan yang harus diselesaikan cenderung komplek dan
rumit.
b. Pembekalan (waching)
Gaya kepemimpinan pembekalan tepat digunakan pada situasi dimana para karyawan
telah memiliki pengalaman yang cukup dalam menyelesaikan pekerjaan. Di samping
itu, para karyawan memiliki motifasi yang cukup tinggi dalam menyelesaikan setiap
pekerjaannya.
c. Dukungan (supporting)
Gaya kepemimpinian dukungan tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana para
karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan
hubugan yang baik dengan seorang manajer.
d. Pendelegasian (delegating)
Gaya kepemimpinan pendelegasian tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana
para karyawan telah memahami dengan baik tugas-tugas pekerjaan yang harus
diselesaikan, sehingga mereka layak untuk menerima pendelegasian tugas dari
manajer.
Gaya kepemimpinan yang telah dipilih dalam suatu situasi dan kondisi tertentu
barangkali tepat diterapkan pada saat itu,tetapi jika situasi dan kondisi telah berubah ,gaya
kepemimpinan yang diterapkan juga dapat berubah. Gaya kepemimpinan seperti ini adalah
gaya kepemimpinan situasional ( situasional leadership). Ada tiga kemampuan/keterampilan
penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan kepemimpinan situasional tersebut,
antara lain:
a) Keterampilan analitis (analytical skills),
Merupakan keterampilan yang harus dimilliki oleh seorang manajer dalam melakukan
evaluasi atau penilaian kinerja bawahan (karyawan) dalam melaksanakan pekerjaan
mereka.
b) Keterampilan Fleksibilitas
Merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang manajer dalam menerapkan
gaya kepemimpinan dalam situasi dan kondisi yang tepat berdasarkan hasil analisis
yang tepat pula.
c) Keterampilan komunikasi (communication skills)

Menurut Hellriegel dan Slocum,seorang manajer yang dinamis harus memiliki lima
kemampuan yang dikenal sebagai keahlian kepemimpinan inti ( core leadership skills) yaitu
pemberdayaan ( empowerment), intuisi (intuition), pemahaman diri (self-understanding), visi
(vision), dan nilai kesesuaian (value congruence).
Menurut Lehman, Himstreet, dan baty, kebanyakan para manajer dalam setiap harinya
menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking)
dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai asosiasi bisnis. Kebiasaan
sebagai pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal positif,antara lain:
a) Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan kebutuhan
dasar manusia untuk didengarkan.
b) Kinerja / prestasi kerja karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut dapat
dimengerti dengan baik.
c) Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan (karyawan) akan berdampak positif pada
prestasi kerjanya.
d) Manajer dan karyawan akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman dalam penyampaian
suatu pesan.
e) Pendengar yang baik akan dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar gosip.
f) Pendengar yang baik memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari pihak lain,
sehingga hal ini mendorong berkembangnya kreativitas.

5. Hierarki Teori Kebutuhan


Barangkali, tepat untuk dikatakan bahwa teori motivasi yang paling terkenal adalah
hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) milik Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa
dalam setiap diri manusia terdaat hierarki dari lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut adalah:
1. Fisiologis: Meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan kebutuhan fisik
lainnya,
2. Rasa aman: Meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.
3. Sosial: Meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.
4. Penghargaan: Meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti rasa hormat diri,
otonomi, dan pencapaian, dan faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status,
pengakuan, dan perhatian.
5. Aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya;
meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih
rendah. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat
bawah (lower-order needs); kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri
sebagai kebutuhan tingkat atas (higher-order needs). Perbedaan antara kedua tingkatan
tersebut didasarkan pada dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara
internal (di dalam diri seseorang), sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan
dipenuhi secara eksternal (oleh hal-hal seperti imbalan kerja, kontrak serikat kerja, dan masa
jabatan).

Kebutuhan Dasar 1 : Kebutuhan Fisiologis


Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan
unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan
seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan)
semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan ini.

Kebutuhan Dasar 2 : Kebutuhan Keamanan (Safety)


Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan,
stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas.
Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan
kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan
adalah pertahanan hidup jangka panjang.

Kebutuhan Dasar 3 : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging


dan Love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki
atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang
sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat
atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love.
Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu yang tidak
dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak
sendirian. Misalnya: hubungan pacaran, hidup bersama atau pernikahan yang membuat orang
terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri
sendiri, yang memperoleh daripada memberi.
B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan
mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak
mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri
dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.

Kebutuhan Dasar 4 : Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)


Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan
motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :
1. Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya
dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.

Kebutuhan Dasar Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri


Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau
kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu
mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri
adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk
menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan
untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat
mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.

Penerapan Teori Hirarki Kebutuhan


a. Penerapan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow pada Manajemen Bisnis
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow penting untuk diterapakan dalam kepemimpinan.
Hal ini terutama harus diperhatikan untuk memotivasi karyawan di tempat kerja, yang dapat
diapliakasikan dalam gaya manajemen, mengatur deskripsi kerja, kegiatan perusahaan, dan
aturan penggajian.
Implikasi mengenai teori ini dapat diterapkan melalui :
a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yakni dengan menyediakan makan siang, tempat
istirahat, dan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs), yakni dengan menciptakan lingkungan kerja yang
aman, bebas dari ancaman, dan keamanan dalam bekerja
c. Kebutuhan sosial (social needs), yakni dengan menciptakan rasa diterima oleh lingkungan,
rasa memiliki, dan kebersamaan dengan membentuk tim yang dinamis
d. Kebutuhan penghargaan diri (self esteem needs), yakni dengan menghargai prestasi
karyawan, memiliki rencana-rencana yang penting, dan menyediakan status agar karyawan
merasa dihargai dan memiliki nilai
e. Kebutuhan aktulisasi diri (self actualization), yakni dengan menyediakan tantangan dalam
bekerja dan pemahaman untuk berinovasi, kreativitas, dan perkembangan berdasarkan tujuan
jangka panjang

6. Mendengarkan Sebagai Keahlian Antarpribadi


Dalam komunikasi antarpribadi, kegiatan mendengarkan (menyimak) suatu
percakapan dengan orang lain merupakan bagian penting dalam memahami suatu pesan yang
disampaikan oleh orang lain.
Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, kebanyakan para manajer dalam setiap
harinya menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara
(speaking) dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai asosiasi bisnis.
Kebiasaan sebagai pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal positif:
1. Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan
kebutuhan dasar manusia untuk didengarkan.
2. Kinerja/prestasi kerja karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut dapat
dimengerti dengan baik.
3. Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan (karyawan) akan berdampak
positif pada prestasi kerjanya.
4. Manajer dan karyawan akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman dalam
penyampaian suatu pesan.
5. Pendengar yang baik akan dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar
gosip.
6. Pendengar yang baik memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari pihak lain,
sehingga hal ini mendorong berkembangnya kreativitas.
7. Pendengar yang efektif juga akan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik dan
peningkatan kepuasan kerja.
8. Kepuasan kerja meningkat karena mereka tahu apa yang terjadi, kapan mereka
mendengar, dan kapan mereka berpartisipasi didalamnya yang tumbuh dari komunikasi
yang baik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Peran penting dari komunikasi
dalam hubungan pribadi adalah bahwa hubungan pribadi tidak dapat terpisahkan dengan
komunikasi karena dapat dinyatakan semakin baik suatu hubungan pribadi, semakin terbuka
orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat persepsinya tentang orang lain dan
persepsi akan dirinya sendiri sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung diantara
komunikan.
Efektifitas komunikasi diawali oleh motivasi dari masing-masing individu. Pesan
yang disampaikan harus mampu dimengerti, dipersepsi dan mampu menghasilkan reaksi
(action) atau komunikasi antarpribadi dikatakan sukses apabila membuahkan hasil. Kualitas
pesan yang disampaikan mempengaruhi efektifitas komunikasi baik secara verbal dan
nonverbal. Konsep diri dari masing-masing individu yang berinteraksi menjadi point yang
sangat penting dalam tercapainya efektifitas komunikasi. Namun perlu ditekankan bahwa
tidak selamanya prinsip komunikasi efektif yang berhubungan dengan teori ekonomi bisa
diaplikasikan, karena materi bukanlah segalanya, ada faktor-faktor lain yang sangat
berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer
Ø Ngalimun. 2017. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : PT Pustaka Baru Press
Ø Marhaeni fajar. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Jakarta :graha Ilmu

Sumber Skunder
Ø http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29067/Chapter%20II.pdf?sequence=4

Anda mungkin juga menyukai