Anda di halaman 1dari 12

Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No.

bidang
HUMANIORA

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA


DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD
DALAM MENINGKATKAN AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

Eddy Soeryanto Soegoto

Kemajuan suatu institusi perguruan tinggi dapat dipengaruhi oleh dua faktor
lingkungan, yaitu lingkungan ekstern dan intern, suatu institusi perguruan tinggi
dapat maju apabila perguruan tinggi tersebut mampu memanfaatkan kesempatan
dan dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh lingkungan perguruan
tinggi. Gagasan otonomi kampus untuk lebih memandirikan universitas agar dapat
lebih bertumbuh dan berkembang dalam realisasi "world class university", harus
dimulai dari momentum awal dengan komitmen dan spirit yang tinggi sehingga
akan mewujudkan impian kampus dengan keunggulan dalam hal kualitas
pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh
karena itu penting menerapkan manajemen berbasis kinerja dalam rangka
menghadapi perubahan-perubahan dilingkungan organisasi. Untuk itu para dosen
dan karyawan dituntut memiliki kinerja yang baik untuk menghadapi tantangan agar
dapat memanfaatkan situasi yang dapat menguntungkan organisasi. Program
Manajemen Kinerja mempunyai implikasi bahwa kegiatan tersebut harus
dilaksanakan sebagai sebuah proses manajemen umum yang dimulai dengan
penetapan tujuan dan sasaran dan diakhiri dengan evaluasi. Meliputi: (1)
Merencanakan, (2) Proses Manajemen, dan (3) Produktivitas. Ruang lingkup
program manajemen kinerja di Perguruan Tinggi yang mampu mencapai
akuntabilitas meliputi:Teknologi (Peralatan, metode kerja), Kualitas dari input
(termasuk material), Kualitas lingkup fisik (keselamatan, kesehatan kerja), Iklim dan
budaya organisasi (termasuk supervisi dan kepemimpinan, serta sistem
kompensasi dan imbalan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam
rangka penerapan manajemen kinerja di perguruan tinggi adalah dengan Balanced
Scorecard.

Kata Kunci: Manajemen Kinerja, Penilaian Kinerja, Balanced Scorecard dan Akun-
tabilitas

I. LATAR BELAKANG

Dampak adanya globalisasi, keterbukaan Dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi,


demokrasi, rasionalisasi berfikir dan dituntut untuk dengan cepat merespon
budaya kompetisi/persaingan dalam proses yang kompleks dan berkelanjutan
beberapa tahun terakhir ini telah dalam menghasilkan lulusan yang
mempengaruhi dunia pendidikan. Akibat mempunyai kemampuan dapat bekerja
yang timbul yaitu terjadinya perubahan- sesuai dengan bidang ilmunya dan diterima
perubahan yang bersifat sangat cepat di masyarakat secara baik benar. Dengan
dalam penyelenggaraan pendidikan di kata lain Perguruan Tinggi (PT) harus
perguruan tinggi. menghasilkan lulusan tenaga kerja yang

H a l a ma n 131
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto

kompeten berstabdar nasional maupun Persoalan ketenagakerjaan merupakan


internasional di bidangnya. Dengan persoalan ketersediaan (supply) tenaga
menghasilkan lulusan yang kompeten kerja dan persoalan kebutuhan (demand)
dengan standar internasional pada tenaga kerja oleh pelaku ekonomi. Oleh
akhirnya akan dapat meningkatkan daya karena itu untuk mengatasi masalah kete-
saing bangsa (HELTS : Higher Education nagakerjaan, atau lebih spesifik lagi pen-
Long Term Strategy : 2003 – gangguran, kebijakan yang harus dilaku-
2010),sehingga mampu bersaing dengan kan adalah bagaimana menangani sisi
tenaga kerja luar negeri dan dapat demand dan supply tenaga kerja. Pada
diterima bekerja di seluruh dunia sisi demand, pembenahan persoalan kete-
termasuk dalam negeri sendiri. Dengan nagakerjaan diarahkan pada pengemban-
demikian ketika AFTA yang diberlakukan gan kebijakan ekonomi yang mampu men-
pada tahun 2008, persaingan bebas di yerap tenaga kerja yang ada semaksimal
dunia internasional sudah dapat mungkin. Kebijakan ekonomi tidak saja
diantisipasi. berarti memacu pertumbuhan ekonomi
Kemampuan untuk mengelola dan setinggi mungkin namun pertumbuhan
mengembangkan perguruan tinggi sudah ekonomi tersebut harus semaksimal
dirasakan perlu menggunakan prinsip- mungkin menyerap tenaga kerja.
prinsip manajemen yang modern dan
berorientasi pada mutu untuk Pada sisi supply tenaga kerja, pembena-
memperbaiki dan menyempurnakan han mendasar persoalan ketenagakerjaan
kegiatan pendidikan dan sekaligus harus diletakkan dalam konteks kebijakan
sebagai antisipasi perkembangan kependudukan. Pemahaman mengenai
lembaga. yang semakin besar, antisipasi dinamika kependudukan akan memberi-
perk em b angan glob al is as i, dan kan pemahaman yang luas dan mendalam
menyiapkan diri ke gerbang persaingan terhadap persoalan ketenagakerjaan. Per-
internasional. Dengan demikian soalan sisi penawaran tenaga kerja harus
keunggulan untuk mendapatkan sebuah diletakkan dalam konteks peningkatan
pengakuan internasional terhadap mutu kualitas penduduk. Investasi dalam bidang
proses sebuah Perguruan tinggi menjadi sumberdaya manusia melalui kesehatan,
penting. pendidikan dan pelatihan merupakan ja-
lan utama untuk menjadikan penduduk
Selama krisis ekonomi di Indonesia, ber- yang berkualitas sehingga menghasilkan
bagai media memberitakan secara luas tenaga kerja yang handal dan memiliki
terjadi pembengkakan pengangguran yang daya saing dengan tenaga kerja dari nega-
mencapai angka 6.151.272 jiwa atau se- ra lain di era globalisasi ini.
kitar 6% dari seluruh angkatan kerja pada
Tahun 2002. Mengapa hal tersebut bisa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) memiliki
terjadi?Apakah persoalan tersebut terjadi karakteristik yang sedikit berbeda, khu-
semata-mata karena masalah krisis eko- susnya dalam pengadaan dan pengelola-
nomi ataukah ada persoalan yang lebih an aspek dana, dibanding dengan PTN; ini
mendasar?. Persoalan tersebut terkait berimplikasi luas pada optimalisasi aspek
erat dengan persoalan ketenagakerjaan lain, yaitu: aspek sumber daya manusia
oleh karena kuantitas dan kualitas tenaga maupun aspek perangkat dan aspek pro-
kerja akan sangat mempengaruhi penawa- ses. Sehingga upaya penciptaan kualitas
ran tenaga kerja. Karena itu pembenahan lulusan harus sejauh mungkin direncana-
mendasar dari persoalan tenaga kerja kan berdasarkan skala prioritas. Maka
harus dilakukan dengan perencanaan sehubungan dengan itu memikirkan upaya
yang memiliki persektif jauh kedepan ter- optimalisasi variabel vital dengan strategi
hadap persoalan ketenagakerjaan.

H a l a m a n 132
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

yang tepat, dengan mempertimbangkan


konsep normatif maupun konsep teknis, Dalam rangka mengantisipasi hal
adalah langkah penting untuk pengayaan tersebut, maka harus ada perubahan-
kualitas manajemen pendidikan tinggi. perubahan yang bersifat inovasi,
reorientasi, reorganisai, reformasi menuju
Pendidikan tinggi swasta, selaras dengan pengembangan pendidikan, yang
karakteristik dan fungsi, dalam beberapa kesemua perubahan tersebut harus
waktu terakhir ini telah mentasdikan diri menuju terciptanya dan tercapainya
sebagai usaha jasa pendidikan. Sebagai kepuasan stakeholders. Kepuasan ini
usaha jasa, pendidikan tinggi mempunyai t erca pai ap ab ila p e nye le nggar a
kelompok pelanggan yang harus dilayani Pendidikan mampu menghasilkan lulusan
dengan pelayanan jasa yang bermutu. yang kompete dengan standar nasionala
Perhatian terhadap mutu harus tergambar bahkan internasional. Untuk mencapai itu
dalam tiga wilayah utama (three main are- maka diperlukan perubahan paradigma
as) pendidikan, yakni: pengajaran pendidikan dengan konsekuensinya.
(teaching), penelitian (research), dan pen- Konsekwensi dari pada itu perlu ada
didikan berkelanjutan (continuing educa- koreksi terhadap dimensi aturan yang
tion). mengikat perguruan tinggi, menyangkut
standar mutu minimal yang perlu
Pendidikan tinggi swasta, selaras dengan dirumuskan secara bersama-sama. Model
karakteristik dan fungsi, dalam beberapa pengelolaan yang mengedepankan aspek
waktu terakhir ini telah mentasdikan diri kualitas dan aspek pelayanan perlu
sebagai usaha jasa pendidikan. Sebagai diintrodusir bagi setiap perguruan tinggi
usaha jasa, pendidikan tinggi mempunyai swasta melalui upaya optimasi kualitas
kelompok pelanggan yang harus dilayani manajemen aspek proses dan sumber
dengan pelayanan jasa yang bermutu. daya manusia serta dana.
Perhatian terhadap mutu harus tergambar
dalam tiga wilayah utama (three main are- II. KONSEP MANAJEMEN KINERJA
as) pendidikan, yakni: pengajaran  Manajemen adalah Seni dalam
(teaching), penelitian (research), dan pen- menyelesaikan sesuatu melalui orang
didikan berkelanjutan (continuing educa- lain (Follet,1997)
tion).
 Sebuah proses yang dilakukan untuk
Terdapat dua faktor lainnya, selain faktor mewujudkan tujuan organisasi melalui
kualitas, yang perlu mendapat sorotan rangkaian kegiatan berupa perenca-
dalam pengembangan manajemen kinerja naan, pengorganisasian, pengarahan,
PTS pada ketiga wilayah utama pendidi- dan pengendalian orang-orang serta
kan tersebut yakni, faktor proses dan fak- sumber daya organisasi lainnya
tor sumber daya manusia. Faktor proses (Nickels, McHugh and McHugh ,1997)
berkaitan dengan perancangan proses,  Manajemen adalah Seni atau proses
sistem (termasuk teknologi informasi),
dalam menyelesaikan sesuatu yang
b uday a k erj a s t ruk t ur, s is t em
terkait dengan pencapaian tujuan.
pengendalian, proses penyusunan
perencanaan, penganggaran dan (Ernie&Kurniawan, 2005)
produktivitas. Sedang faktor sumber daya  Manajemen kinerja adalah proses di-
manusia mencakup permasalahan yang mana eksekutif, manajer, dan supervi-
memuat dimensi sosial dan psikologi, s or b ekerja unt uk m engait -
interaksi dan interelasi, motivasi, kan/mensejajarkan tujuan karyawan
keterampilan, gaya, penghargaan dan dengan tujuan perusahaan (Dessler,
imbalan. 2005).

H a l a ma n 133
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto

Arti dari manajemen kinerja meliputi : per-  Menilai prestasi karyawan tersebut den-
formance management dan managing em- gan cara membandingkan prestasi yang
ployee performance. Selanjutnya definisi dicapai dengan standar atau tolak ukur
program manajemen kinerja meliputi: (1) yang telah ditetapkan dalam langkah
merencanakan, (2) proses manajemen, yang pertama.
dan (3) produktivitas. Manajemen kinerja
meliputi pengelolaan semua elemen proses  Memberikan umpan balik kepada kary-
organisasi yang mempengaruhi prestasi awan yang dinilai tentan seluruh asil
meliputi penetapan tujuan, seleksi & penilaian yang dilakukan.
penem pat an pek erja, penilaian,
Selanjutnya program manajemen kinerja
kompensasi, pelatihan, dan manajemen memliki tujuan/manfaat antara lain:
karir.
 Meningkatkan prestasi kerja karyawan
Ruang Lingkup Program Manajeman  Peningkatan yang terjadi pada prestasi
Kinerja terdiri dari beberapa elemen: karyawan
 Teknologi (Peralatan, metode kerja)  Merangsang minat dalam pengemban-
gan pribadi
 Kualitas dari input (termasuk material
 Kualitas lingkup fisik (keselamatan,  Membantu perusahaan untuk dapat
kesehatankerja) menyusun progam pengembangan dan
 Iklim dan budaya organisasi (termasuk pelatihan karyawan yang lebih tepat
supervisi dan kepemimpinan guna.
 Sistem kompensasi dan imbalan  Menyediakan alat atau sarana untk
Di dalam organisasi penting untuk membandingkan prestasi kerja pegawai
menentapkan program manajemen  Memberikan kesempatan pada pegawai
kinerja, dimana program manajemen untuk mengeluarkan perasaanya
kinerja merupakan sebuah proses. tentang pekerjaan
Program manajemen kinerja pada
dasarnya adalah sebuah proses dalam Sejumlah penyebab umum yang sering
manjemen sumber daya manusia. Istilah menimbulkan kegagalan dan harus
“manajemen” dalam program tersebut dihindarkan dalam m enerapkan
mempunyai implikasi bahwa kegiatan manajemen kinerja disebutkan oleh Oliver
tersebut harus dilaksanakan sebagai (1985) yang dikutif oleh Dessler (2005)
sebuah proses manajemen yang umum sebagai berikut:
yang dimulai dengan penetapan tujuan
dan sasaran dan diakhiri dengan evaluasi.
 Tidak adanya standar.
 Standar yang relevan dan bersifat
Lima garis besar proses manajemen subyektif.
kinerja meliputi:  Standar yang tidak realistis.
 Merumuskan tanggung jawab dan tugas  Ukuran prestasi yang tidak tepat
yang harus dicapai oleh seorang  Kesalahan penilai.
karyawan dan rumusan tesebut
disepakati oleh atasan dan karyawan.  Pemberian umpan balik secara buruk.
 Menyepakati sasaran kerja dalam  Komunikasi yang negatif.
bentuk hasil yang harus dicapai oleh  Kegagalan untuk memanfaatkan data
karyawan untuk kurun waktu tertentu. hasil penilaian.
 Melakukan monitoring, melakukan ko-
reksi, memberikan kesempatan dan Disebutkan oleh Mathis (2005) bahwa sis-
bantuan yang diperlukan olehanak tem manajemen kinerja yang efektif meli-
buah. puti:

H a l a m a n 134
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

 Relevance perusahaan mengaitkan kualitas


pengukuran dengan nilai saham, dan
 Sensitivity paling tidak ada 70% perusahaan
 Reliability menerapkan metriks yang tidak
 Acceptability m em iliki validit as m em adai.
Kekurangan ketepatan di dalam
 Practicality metriks ini memunculkan
kebingungan dan menghalangi
III. Falsafah Manajemen Kinerja eksekusi strategi.
2) Biaya kualitas data. Estimasi total
Pertanyaan yang sering muncul didalam biaya yang keluar untuk aplikasi data
benak eksekutif perusahaan. Mereka warehousing mencapai lebih dari
yang merasa telah berkinerja baik boleh US$ 40 miliar/tahun. Dari nilai
jadi menganggap manajemen kinerja bu- tersebut, 60% lebih dipergunakan
kan prioritas utama. Mereka melihat untuk membersihkan data. Bahkan
manajemen kinerja tak ubahnya ilmu dengan investasi besar ini, sering
ringan dengan keuntungan nyata di hasil yang keluar sangat
depan mata. Benarkah anggapan kontraproduktif; 60% dari pegawai
tersebut? Ternyata bentuk solusi merasa terkesima dengan jumlah
Enterprise Performance Management informasi yang mereka terima dan
(EPM) dapat memberi perbedaan 43% manajer percaya bahwa
mendasar dalam upaya perusahaan keput us an - keput us an pent ing
menentukan strategi, rencana, tertunda dan kemampuan membuat
forecasting, monitoring serta mengelola keputusan terpengaruh oleh
kinerja bisnis. Akan tetapi, hal itu tak banyaknya informasi yang diterima.
mudah dicapai. 3) Sistem manajemen diabaikan dan
aset yang menghasilkan nilai tidak
Banyak perusahaan tertantang untuk terkelola baik. Hanya 25% dari 500
menjawab beberapa pertanyaan tentang peringkat valuasi S&P dapat
kreasi nilai dan pengelolaan kinerja dikatakan memiliki kinerja keuangan
perusahaan. Mereka mengeluarkan biaya yang baik. Sisanya terdiri dari bentuk
cukup banyak dalam mengimplementasi intangible. Studi atas 300 investor
sistem Enterprise Resource Planning, (termasuk investor skala besar,
data warehouse, paket laporan institusi investor, manajer portofolio
keuangan, sistem penentuan bujet dan dan peneliti) mengindikasikan 50%
forecasting serta perangkat keputusan alokasi pendanaan
scorecard/dashboard yang tidak berdasarkan kinerja nonfinansial.
terintegrasi. 4) Insentif yang salah. Pengalaman dan
penelitian Accenture menunjukkan
Berdasarkan penelitian Accenture dan banyak organisasi yang
data sekunder, ditemukan karakteristik menempatkan insentif yang salah
umum untuk menjelaskan mengapa untuk meningkatkan kinerja. Di
perusahaan-perusahaan sering bergulat antaranya, insentif untuk
dengan masalah kinerja, yaitu : meningkatkan kinerja yang
berasaskan metriks keuangan tanpa
1) Metriks yang salah. Hanya 23% dari keterkaitan yang mengarah pada
perusahaan yang menggunakan penciptaan nilai pemegang saham di
sistem balanced scorecard memiliki jangka panjang. Di samping itu,
bukti keterkaitan yang jelas antara insentif condong sangat pendek
scorecard dan pertumbuhan nilai waktu dan tidak diimbangi kinerja
pemegang saham. Hanya 12% jangka pendek dan jangka panjang.

H a l a ma n 135
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto

Dengan demikian timbul peranyaan apa keterbukaan akan masukan dan ilmu-
yang menjadi kunci penentu nilai bagi pengetahuan global yang luas. Jelasnya,
perusahaan dan bagaimana perusahaan loyalitas dan perhatian lokal seharusnya
melihat kinerjanya berdasarkan nilai-nilai menjadi bagian inti dari pendidikan. Hasil
penentu tersebut? Berikut adalah edukasional yang diharapkan adalah
beberapa tipe analisis yang dapat untuk pengembangan seseorang lokal
dengan pandangan global yang terbatas,
mengarah pada kinerja dengan nilai yang
yang dapat bertindak secara lokal dengan
lebih baik: ilmu-pengetahuan yang telah disaring.
 Analisis nilai perusahaan dan portofo-
lio dapat menentukan strategi yang Teori ini dapat membantu untuk menjamin
dapat meningkatkan nilai hari ini dan relevansi lokal dalam pendidikan global
esok. dan menghindari hilangnya identitas dan
perhatian lokal selama globalisasi atau
 Analisis kompetitif eksternal memberi keterbukaan internasional. Khususnya
konteks dalam menentukan kerangka kerja lokal melindungi
serangkaian target. kepentingan lokal dari terglobalisasi
 Kunci-kunci penentu nilai diidentifikasi berlebih. Tetapi dalam prakteknya,
dan menjadi prioritas. seringkali sangat sulit untuk membangun
batasan budaya atau sosial yang cocok
 Perencanaan mengarahkan strategi ke untuk menyaring dampak global dan
inisiatif-inisiatif investasi kapital, menjamin relevansi lokal karena batasan
alokasi sumber daya dan perencanaan yang terlalu ketat dan dekat untuk
alokasi dana. menghentikan segala interaksi yang
diperlukan dan berarti dengan dunia luar
Model pengelolaan lembaga perguruan dan membatasi pertumbuhan ilmu-
tinggi dapat disetarakan dengan model pengetahuan lokal atau karena batasan
bisnis jasa. Kepuasan stakeholder terlalu longgar dan kehilangan fungsinya
(mahasiswa, dosen, staf, pengelola) juga sebagai penyaring dan pelindung.
menjadi ukuran keberhasilannya.
Manajemen perguruan tinggi haruslah IV. APLIKASI (EVALUASI MANAJEMEN
dikelola secara profesional seperti KINERJA DENGAN PENDEKATAN
layaknya lembaga bisnis lainnya, tetapi BALANCED SCORECARD
dengan tetap mengutamakan mutu
akademik sebagai “produk jasa” yang Pendekatan Balanced Scorecard dalam
harus dicapainya. Perguruan tinggi Pengukuran Manajemen Kinerja
mempunyai stakeholder internal, yaitu Perusahaan
Mahasiswa, Dosen, Karyawan, pemilik Kelemahan-kelemahan pada pengukuran
(swasta maupun pemerintah), supplier, tradisional terhadap kinerja perusahaan
serta lembaga pendidikan lain sebagai telah memunculkan kebutuhan akan
kompetitornya. Sedangkan stakeholder pengukuran yang lebih luas dan tidak
eksternal perguruan tinggi antara lain
semata-mata didasarkan pada sudut
adalah pemerintah, organisasi profesi, dan
kelompok lain dalam masyarakat. pandang finansial. Ukuran finansial lebih
banyak bercerita tentang masa lalu dan
Dalam pendidikan global, sangatlah tidak dapat membimbing organisasi
diperlukan untuk mengatur kerangka kerja untuk menciptakan nilai melalui investasi
dengan batasan ideologi dan norma sosial pada pelanggan, pemasok, karyawan,
yang jelas untuk rancangan kurikulum proses, teknologi, dan inovasi. Hadirnya
sehingga semua aktivitas edukasional
dapat memiliki fokus lokal yang jelas Balanced Scorecard sebagai pendekatan
ketika mendapat keuntungan dari baru dalam sistem pengukuran kinerja

H a l a m a n 136
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

diklaim mampu mengatasi kelemahan- dalam Balanced Scorecard ini


kelemahan tersebut. memberikan kerangka untuk melakukan
proses manajemen yang penting, yaitu :
Keunggulan-keunggulan sistem 1. Mengklarifikasi dan menerjemahkan
pengukuran kinerja perusahaan dengan visi dan strategi organisasi.
mempergunakan Balanced Scorecard 2. M e n g k o m u n i k a s i k a n dan
adalah sebagai berikut :
menghubungkan sasaran dan ukuran
1. Balanced Scorecard tidak hanya
memperhatikan kinerja untuk tujuan stratejik.
ja ngk a p e nd ek , t et ap i j uga 3. Merencanakan, menetapkan target
memperhatkan tujuan jangka panjang dan menggariskan inisiatif stratejik.
perusahaan. 4. Mendorong umpan balik dan
2. Balanced Scorecard juga mencakup pembelajaran stratejik.
ukuran-ukuran finansial dan non
finansial yang m encerminkan Balanced Scorecard merupakan sistem
keterkaitan dalam suatu hubungan pengukuran m anajem en kinerja
sebab akibat, dan bukan semata-mata perusahaan secara komprehensif yang
kumpulan ukuran-ukuran yang meliputi aspek finansial dan non
kompleks. finansial. Dalam balanced Scorecard
3. Dengan tetap mempertahankan ukuran finansial yang menunjukkan
penekanan pada tujuan finansial kinerja masa lalu dilengkapi dengan
(leading indicator), Balanced Scorecard ukuran-ukuran non finansial yang
juga menyertakan penggerak (lagging menunjukkan penggerak (drivers) bagi
indicator) untuk mencapai tujuan kinerja masa yang akan datang (Kaplan
finansial tadi. Jadi, perusahaan tetap dan Norton, 1996:8). Balanced Scorecard
berada di jalur hasil finansial sambil memandang kinerja melalui empat
memperhatikan kemajuan dalam perspektif yaitu perspektif keuangan,
membangun kapabilitas dan intangible perspektif pelanggan, perspektif bisnis
asset yang diperlukan untuk internal, dan perspektif pembelajaran
pertumbuhan di masa datang. dan pertumbuhan. Melalui keempat
4. Balanced Scorecard memandang perspektif ini, sasaran dan ukuran
kinerja tidak hanya dari perspektif Balanced Scorecard diturunkan dari visi
internal seperti proses bisnis internal, dan strategi organisasi.
tetapi jga perspektif eksternal
perusahaan seperti perspektif
pelanggan.
5. Balanced Scorecard lebih dari sekedar
sistem pengukuran kinerja, karena \
Balanced Scorecard dapat digunakan
sebagai kerangka bagi proses
manajemen strategik, artinya Balanced
Scorecard dapat digunakan untuk
mengklarifikasi, mengkomunikasikan,
dan mengelola strategi perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang inovatif


menggunakan Balanced Scorecard untuk
mengkomunikasikan dan mengelola
strategi perusahaan. Fokus pengukuran

H a l a ma n 137
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto

Berikut ini akan dijelaskan ukuran-ukuran tas, bisa berupa operating income, gross
kinerja perusahaan yang dapat digunakan margin, ROI, ROCE, atau EVA.
dalam balanced Scorecard berdasarkan
empat perspektifnya yaitu : Tahap Harvest.
Tahap hidup perusahaan dimana perusa-
Ukuran-Ukuran dalam Perspektif Finansial. haan tidak lagi menekankan pada inves-
Dalam perspektif ini ukuran keuangan tasi-investasi, sebaliknya justru memetik
merupakan cerminan tujuan utama keuntungan dari investasi-investasi yang
perusahaan. Secara umum tujuan
dilakukan pada tahap hidup sebelumnya.
keuangan setiap perusahaan adalah
Oleh karena itu tujuan finansialnya akan
memaksimalkan laba, akan tetapi untuk
ditekankan pada cashflow dan tingkat
mengukur masing-masing perusahaan
tidak dapat digunakan standar yang sama. pengurangan dalam keperluan modal
Tolak ukur yang digunakan tergantung kerja.
pada posisi perusahaan dalam siklus
bisnis usaha, sebab pada siklus usaha Ukuran-Ukuran dalam Perspektif
Pelanggan.
yang berbeda tujuan finanisal perusahaan
Dalam perspektif pelanggan, manajer
bisa berbeda pula. Kaplan dan Norton
mengidentifikasi segmen pelanggan dan
membagi siklus usaha ke dalam tiga
pasar dimana erusahaan akan
tahap yaitu :
berkompetisi serta ukuran kinerja yang
Tahap Pertumbuhan. akan digunakan pada segmen tersebut
Merupakan tahap awal dalam siklus hidup (Kaplan dan Norton, 1996:26).
perusahaan. Dalam tahap ini perusahaan Perusahaan biasanya memilih dua set
umumnya memiliki produk atau jasa yang ukuran dalam perspektif pelanggan, set
mempunyai pertumbuhan potensial yang ukuran yang pertama (kelompok inti
signifikan, namun dapat beroperasi pengukuran) mewakili ukuran umum
dengan cashflow yang negatif dan tingkat
yang ingin digunakan semua perusahaan,
pengembalian investasi yang masih
sedangkan set kedua (kelompok
rendah. Oleh karena itu tujuan finansial
yang paling cocok untuk tahap ini penunjang) mencerminkan penggerak
dilambangkan dengan ukuran persentase kinerja dalam perspektif ini.
pertumb ughan pendapatan atau
penjualan di kelompok pelanggan, Dalam kelompok inti, tolak ukurnya
wilayah, dan pasar yang ditargetkan. antara lain pangsa pasar (market share),
tingkat perolehan pelanggan baru
Tahap Bertahan (Sustain). (customer acquisition), kemampuan
Pada tahap ini perusahaan0.2 mempertahankan pelanggan lama
asih perlu berinvestasi, namun disyarat- (customer retention), tingkat kepuasan
kan untuk dapat menghasilkan pengem- pelanggan (customer satisfaction), dan
balian yang baik atas investasi yang dila- tingkat profitabilitas pelanggan (customer
kukan. Perusahaan dalam tahap in beru- profitability).
saha mempertahankan pangsa pasar dan
bahkan mengembangkannya dari tahun
ke tahun. Tolak ukur yang digunakan Dalam kelompok penunjang, yang diukur
dalam tahap ini terkait dengan profitabili- adalah masalah customer value, yang
merupakan konsep kunci untuk
memahami penggerak pengukuran

H a l a m a n 138
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

Tabel 1. Ukuran Inti -Perspektif Pelangan Ukuran-Ukuran dalam Perspektif Bisnis


Internal.
Mencerminkan proporsi bisnis Dalam perspektif bisnis internal, manajer
dalam pasar tertentu mengidentifikasi proses-proses penting
(dinyatakan dalam jumlah dan kritis dalam mencapai sasaran
Ukuran Inti
pelanggan, dana yang
dikeluarkan, atau unit
penjualan).
Mengukur secara absolut atau
relatif tingkatan yang menun-
Market
jukkan sejauhmana unit usaha
Share
menarik atau memenangkan

Menemukan tingkat pemeli-


Customer haraan hubungan unit usahas
Acquisition dengan pelanggannya baik

Memperkirakan tingkat kepua-


Customer
san konsumen berdasarkan
Retention
Mengukur laba bersih dari
Customer seorang pelanggan, sebuah
Satisfac- segmen setelah dikurangi be-
tion pelanggan dan pemegang saham.
ban-beban. Perusahaan biasanya menetapkan
Mencerminkan proporsi bisnis ukuran-ukuran dalam perspektif ini
dalam pasar tertentu
Customer
setelah menetapkan sasaran dalam
(dinyatakan dalam jumlah
Profitability pelanggan, dana yang perspektif pemegang saham dan
dikeluarkan, atau unit p e l a n g g a n . K e b a n y a ka n s i s t e m
pengukuran yang ada hanya
memfokuskan pada perbaikan proses
yang telah ada. Kaplan dan Norton
kelompok ini. Ukuran yang sering menyarankan perusahaan/organisasi
digunakan dalam proposisi customer untuk mendefinisikan proses bisnis
value ini antara lain : internal secara lengkap, proses ini terdiri
dari tiga tahap yaitu :
 Atribut produk atau jasa, yang meliputu
fungsi, harga dan mutunya. 1. Proses Inovasi (Pengembangan).
 Hubungan dengan pelanggan, meliputi Dalam tahap ini diciptakan produk-
produk dan jasa-jasa baru untuk me-
penyampaian produk atau jasa kepada
menuhi kebutuhan pelanggan
pelanggan, menyangkut dimensi deliv- sekarang dan yang akan datang.
ery and response time, dan bagaimana Dalam PTS adalah pembukaan pro-
perasaan pelanggan saat membeli dari gram-program studi baru yang dibu-
perusahaan tersebut. tuhkan masyarakat.Tolok ukur yang
biasa digunakan misalnya banyaknya
 Citra dan reputasi perguruan tinggi, program studi yang berhasil dikem-
mencerminkan faktor-faktor intangible bangkan secara relatif, lamanya waktu
yang menarik pelanggan pada untuk mengembangkan program studi,
perusahaan yang bersangkutan. biaya untuk mengembangkan dan fre-
Dengan dimensi image dan reputasi kuensi modifikasi program studi.
memungkinkan PT mendefinisikan
2 . Proses Operasi.
dirinya pada pelanggannya.
Yaitu proses dimana produk/jasa yang

H a l a ma n 139
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto

riil yang dihasilkan disampaikan pada proses internal dari pelanggan. Oleh
pelanggan secara efisien, handal dan karena itu diperlukan reskilling
responsif. Tolok ukurnya misalnya, employee untuk menggerakkan pikiran
banyaknya permintaan pelanggan yang dan kemampuan kreatif karyawan.
tidak dapat dipenuhi, penyimpangan
biaya aktual terhadap anggaran biaya
operasional, tingkat efisiensi kegiatan
operasional.
3. Proses Purna Jual.
Adalah proses untuk memuaskan
pelanggan setelah dilakukan
penjualan. Tolok ukur yang digunakan
di PT misalnya jangka waktu untuk
memenuhi permintaan kualitas output
program studi, perbaikan kualitas yang
berkesinambungan, tingkat efisiensi Untuk mengukur kemampuan karyawan
pelayanan karyawan dan dosen kepada ini, Kaplan dan Norton (1996:129)
mahasiswa dan user. mengidentifikasi tiga pengukuran inti
yaitu :
Ukuran-Ukuran dalam Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran.
Perspektif ini mengidentifikasikan apa 1. E m p l o y e e Satisfaction.
yang harus dilakukan Karyawan yang puas merupakan pre
perusahaan/organisasi untuk kondisi untuk meningkatkan
memperbaiki kapabilitas mereka yang produktivitas, responsiveness, kualitas,
akan mengantarkan penciptaan nilai pada dan pelayanan konsumen.
pelanggan dan pemegang saham 2. E m p l o y e e R etention.
(Atkinson, Banker, Kaplan and Young, Karyawan yang loyal membawa nilai-
1997:29). Sasaran dalam perspektif ini nilai organisasi, pengetahuan mengenai
memb erik an infrastruktur unt uk proses organisasi, dan kepekaan
memungkinkan tercapainya sasaran pada
terhadap kebutuhan pelanggan. Ukuran
perspektif yang lain.
yang biasa digunakan untuk mengukur
Penilaian kinerja dalam perspektif employee retention adalah tingkat turn
pertumbuhan dan pembelajaran ini over karyawan.
dapat dikelompokkan menjadi tiga 3.Employee Productivity.
kategori yaitu :Kemampuan pegawai Merupakan dampak agregat dari
(employee capabilities); Kemampuan dorongan terhadap moral dan keahlian
sistem informasi (information System karyawan, inovasi, perbaikan proses
capabilities); Motivasi, pemberdayaan bisnis internal, dan pemuasan pelang-
dan keserasian (motivation, gan. Ukuran yang biasa digunakan di-
empowerment and alignment).
antaranya yaitu pendapatan per kary-
Kontribusi untuk memperbaiki kinerja
awan, yang mengukur berapa output
tidak hanya datang dari pimpinasn atau
yang dapat dihasilkan per karyawan.
eksekutif saja. Ide-ide untuk
memperbaiki proses dan kinerja juga
Untuk mengimplementasikan Balanced
harus datang dari front-line employee
Scorecard, ada dua hal yang harus dilaku-
yang paling dekat pada pelaksanaan
kan organisasi/perusahaan, yaitu (1) me-

H a l a m a n 140
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

netapkan sasaran dan membuat ukuran- perguruan tinggi berdasarkan manajemen


ukuran scorecard itu sendiri, kemudian (2) kinerja sehingga tercipta akuntabilitas
menggunakan dan mengintegrasikannya perguruan tinggi. Dalam pengukuran
ke dalam sistem manajemen. manajemen kinerja dapat menggunakan
salah satu pendekatan yaitu Balanced
Scorecard, karena melalui pendekatan ini
Cakupan aktivitas organisasi PTS dalam akan diketahui kepuasan karyawan,
mengimplementasikan Balanced Score- pelanggan dan produktivitas yang
card meliputi : merupakan 3 (tiga) hal utama dalam
pencapaian tujuan perusahaan
1. Penjelasan dan penerjemahan strategi. (organisasi).
2. Pengkomunikasian strategi ke seluruh
anggota organisasi. Daftar Pustaka
3. Penyesuaian tujuan masing-masing
unit atau program studi dengan tujuan Best, Roger J. 2000. Market-Based Man-
organisasi. agement: Strategies For Growing Cus-
4. Pengidentifikasian dan penyesuaian tomer Value and Profitability. Second Edi-
inisiatif strategis. tion. Prentice Hall: Upper Saddle River,
5. Penerjemahan sasaran strategis New Jersey.
menjadi sasaran jangka pendek dan
anggaran tahunan. Dessler, Gary. 2005. Human Resource
6. Revisi dan review hal-hal strategis dan Management. 10th Edition. Pear-
operasional untuk mendapatkan son Prentice-Hall, Inc., Florida.
umpan balik dan perbaikan strategi
Perguruan Tinggi Djohan Syarif. 2003. Strategi Pembinaan
7. dan Pengembangan SDM Pergu-
V. KESIMPULAN ruan Tinggi Dalam meningkatkan
Mutu Pendidikan Tinggi (Studi
Keberhasilan suatu institusi perguruan Kasus di Perguruan Tinggi di Ja-
tinggi bukan hanya tergantung pada karta). Jurnal Ekonomi STEI, No-
bagaimana organisasi tersebut mor 1, Tahun XII, Januari-Maret.
melaksanakan proses dan aktivitas
kesehariannya semata, akan tetapi
bagaimana kegiatan dan aktivitas rutin Foster, Bill & Karen R. Seeker, 2001,
maupun kondisional diintegrasikan dalam Pembinaan Untuk Meningkatkan
seluruh komponen organisasi yang rawan Kinerja Karyawan, terjemahan,
konflik. Peningkatan efisiensi dan Lembaga Manajemen PPM dan
efektivitas yang mendorong ke arah Penerbit PPM.
inovasi memerlukan usaha-usaha yang
terencana dengan baik dan terjamin
Jong, Abede; Gispert, Carles, Kabir,
keberlanjutannya untuk mempertajam
arah dan meningkatkan kelayakan Rezaul, Renneboog, Luc; 2002,
kegiatan, program, maupun International Journal of Good Cor-
kebijaksanaan dalam perspektif satu porate Governance and Firm Per-
m a na j em e n s t rat e gi s ( s t r at eg ic formance.
management). Untuk itu penting
melaksanakan penataan institusi

H a l a ma n 141
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto

Kaplan, Robert S., Norton, David P., 1996, Thomson Learning, Thomson
The Balanced Score Card, Washington, Learning is a trademark used
USA. herein under license, In Singa-
pore.
Kertajaya, Hermawan (2001), Marketing
Plus 2000: Siasat Memenangkan Mello Jeffrey A. 2002. Strategic Human
Persaingan Global, PT. Gramedia Resource Management, South
Pustaka Utama, Jakarta, 2000 Western, Cincinnati Ohio (253-
256)
Mathis, Robert L., & John H. Jackson.
2005. Human Resource Manage- Unmer Malang, Laporan Hasil Seminar
ment. International Student Edi- "Menuju Manajemen PTS yang
tion. South-Western, a division of Efisien",1998.

H a l a m a n 142

Anda mungkin juga menyukai