Vol 6 Artikel 1 PDF
Vol 6 Artikel 1 PDF
bidang
HUMANIORA
Kemajuan suatu institusi perguruan tinggi dapat dipengaruhi oleh dua faktor
lingkungan, yaitu lingkungan ekstern dan intern, suatu institusi perguruan tinggi
dapat maju apabila perguruan tinggi tersebut mampu memanfaatkan kesempatan
dan dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh lingkungan perguruan
tinggi. Gagasan otonomi kampus untuk lebih memandirikan universitas agar dapat
lebih bertumbuh dan berkembang dalam realisasi "world class university", harus
dimulai dari momentum awal dengan komitmen dan spirit yang tinggi sehingga
akan mewujudkan impian kampus dengan keunggulan dalam hal kualitas
pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh
karena itu penting menerapkan manajemen berbasis kinerja dalam rangka
menghadapi perubahan-perubahan dilingkungan organisasi. Untuk itu para dosen
dan karyawan dituntut memiliki kinerja yang baik untuk menghadapi tantangan agar
dapat memanfaatkan situasi yang dapat menguntungkan organisasi. Program
Manajemen Kinerja mempunyai implikasi bahwa kegiatan tersebut harus
dilaksanakan sebagai sebuah proses manajemen umum yang dimulai dengan
penetapan tujuan dan sasaran dan diakhiri dengan evaluasi. Meliputi: (1)
Merencanakan, (2) Proses Manajemen, dan (3) Produktivitas. Ruang lingkup
program manajemen kinerja di Perguruan Tinggi yang mampu mencapai
akuntabilitas meliputi:Teknologi (Peralatan, metode kerja), Kualitas dari input
(termasuk material), Kualitas lingkup fisik (keselamatan, kesehatan kerja), Iklim dan
budaya organisasi (termasuk supervisi dan kepemimpinan, serta sistem
kompensasi dan imbalan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam
rangka penerapan manajemen kinerja di perguruan tinggi adalah dengan Balanced
Scorecard.
Kata Kunci: Manajemen Kinerja, Penilaian Kinerja, Balanced Scorecard dan Akun-
tabilitas
I. LATAR BELAKANG
H a l a ma n 131
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto
H a l a m a n 132
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2
H a l a ma n 133
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto
Arti dari manajemen kinerja meliputi : per- Menilai prestasi karyawan tersebut den-
formance management dan managing em- gan cara membandingkan prestasi yang
ployee performance. Selanjutnya definisi dicapai dengan standar atau tolak ukur
program manajemen kinerja meliputi: (1) yang telah ditetapkan dalam langkah
merencanakan, (2) proses manajemen, yang pertama.
dan (3) produktivitas. Manajemen kinerja
meliputi pengelolaan semua elemen proses Memberikan umpan balik kepada kary-
organisasi yang mempengaruhi prestasi awan yang dinilai tentan seluruh asil
meliputi penetapan tujuan, seleksi & penilaian yang dilakukan.
penem pat an pek erja, penilaian,
Selanjutnya program manajemen kinerja
kompensasi, pelatihan, dan manajemen memliki tujuan/manfaat antara lain:
karir.
Meningkatkan prestasi kerja karyawan
Ruang Lingkup Program Manajeman Peningkatan yang terjadi pada prestasi
Kinerja terdiri dari beberapa elemen: karyawan
Teknologi (Peralatan, metode kerja) Merangsang minat dalam pengemban-
gan pribadi
Kualitas dari input (termasuk material
Kualitas lingkup fisik (keselamatan, Membantu perusahaan untuk dapat
kesehatankerja) menyusun progam pengembangan dan
Iklim dan budaya organisasi (termasuk pelatihan karyawan yang lebih tepat
supervisi dan kepemimpinan guna.
Sistem kompensasi dan imbalan Menyediakan alat atau sarana untk
Di dalam organisasi penting untuk membandingkan prestasi kerja pegawai
menentapkan program manajemen Memberikan kesempatan pada pegawai
kinerja, dimana program manajemen untuk mengeluarkan perasaanya
kinerja merupakan sebuah proses. tentang pekerjaan
Program manajemen kinerja pada
dasarnya adalah sebuah proses dalam Sejumlah penyebab umum yang sering
manjemen sumber daya manusia. Istilah menimbulkan kegagalan dan harus
“manajemen” dalam program tersebut dihindarkan dalam m enerapkan
mempunyai implikasi bahwa kegiatan manajemen kinerja disebutkan oleh Oliver
tersebut harus dilaksanakan sebagai (1985) yang dikutif oleh Dessler (2005)
sebuah proses manajemen yang umum sebagai berikut:
yang dimulai dengan penetapan tujuan
dan sasaran dan diakhiri dengan evaluasi.
Tidak adanya standar.
Standar yang relevan dan bersifat
Lima garis besar proses manajemen subyektif.
kinerja meliputi: Standar yang tidak realistis.
Merumuskan tanggung jawab dan tugas Ukuran prestasi yang tidak tepat
yang harus dicapai oleh seorang Kesalahan penilai.
karyawan dan rumusan tesebut
disepakati oleh atasan dan karyawan. Pemberian umpan balik secara buruk.
Menyepakati sasaran kerja dalam Komunikasi yang negatif.
bentuk hasil yang harus dicapai oleh Kegagalan untuk memanfaatkan data
karyawan untuk kurun waktu tertentu. hasil penilaian.
Melakukan monitoring, melakukan ko-
reksi, memberikan kesempatan dan Disebutkan oleh Mathis (2005) bahwa sis-
bantuan yang diperlukan olehanak tem manajemen kinerja yang efektif meli-
buah. puti:
H a l a m a n 134
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2
H a l a ma n 135
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto
Dengan demikian timbul peranyaan apa keterbukaan akan masukan dan ilmu-
yang menjadi kunci penentu nilai bagi pengetahuan global yang luas. Jelasnya,
perusahaan dan bagaimana perusahaan loyalitas dan perhatian lokal seharusnya
melihat kinerjanya berdasarkan nilai-nilai menjadi bagian inti dari pendidikan. Hasil
penentu tersebut? Berikut adalah edukasional yang diharapkan adalah
beberapa tipe analisis yang dapat untuk pengembangan seseorang lokal
dengan pandangan global yang terbatas,
mengarah pada kinerja dengan nilai yang
yang dapat bertindak secara lokal dengan
lebih baik: ilmu-pengetahuan yang telah disaring.
Analisis nilai perusahaan dan portofo-
lio dapat menentukan strategi yang Teori ini dapat membantu untuk menjamin
dapat meningkatkan nilai hari ini dan relevansi lokal dalam pendidikan global
esok. dan menghindari hilangnya identitas dan
perhatian lokal selama globalisasi atau
Analisis kompetitif eksternal memberi keterbukaan internasional. Khususnya
konteks dalam menentukan kerangka kerja lokal melindungi
serangkaian target. kepentingan lokal dari terglobalisasi
Kunci-kunci penentu nilai diidentifikasi berlebih. Tetapi dalam prakteknya,
dan menjadi prioritas. seringkali sangat sulit untuk membangun
batasan budaya atau sosial yang cocok
Perencanaan mengarahkan strategi ke untuk menyaring dampak global dan
inisiatif-inisiatif investasi kapital, menjamin relevansi lokal karena batasan
alokasi sumber daya dan perencanaan yang terlalu ketat dan dekat untuk
alokasi dana. menghentikan segala interaksi yang
diperlukan dan berarti dengan dunia luar
Model pengelolaan lembaga perguruan dan membatasi pertumbuhan ilmu-
tinggi dapat disetarakan dengan model pengetahuan lokal atau karena batasan
bisnis jasa. Kepuasan stakeholder terlalu longgar dan kehilangan fungsinya
(mahasiswa, dosen, staf, pengelola) juga sebagai penyaring dan pelindung.
menjadi ukuran keberhasilannya.
Manajemen perguruan tinggi haruslah IV. APLIKASI (EVALUASI MANAJEMEN
dikelola secara profesional seperti KINERJA DENGAN PENDEKATAN
layaknya lembaga bisnis lainnya, tetapi BALANCED SCORECARD
dengan tetap mengutamakan mutu
akademik sebagai “produk jasa” yang Pendekatan Balanced Scorecard dalam
harus dicapainya. Perguruan tinggi Pengukuran Manajemen Kinerja
mempunyai stakeholder internal, yaitu Perusahaan
Mahasiswa, Dosen, Karyawan, pemilik Kelemahan-kelemahan pada pengukuran
(swasta maupun pemerintah), supplier, tradisional terhadap kinerja perusahaan
serta lembaga pendidikan lain sebagai telah memunculkan kebutuhan akan
kompetitornya. Sedangkan stakeholder pengukuran yang lebih luas dan tidak
eksternal perguruan tinggi antara lain
semata-mata didasarkan pada sudut
adalah pemerintah, organisasi profesi, dan
kelompok lain dalam masyarakat. pandang finansial. Ukuran finansial lebih
banyak bercerita tentang masa lalu dan
Dalam pendidikan global, sangatlah tidak dapat membimbing organisasi
diperlukan untuk mengatur kerangka kerja untuk menciptakan nilai melalui investasi
dengan batasan ideologi dan norma sosial pada pelanggan, pemasok, karyawan,
yang jelas untuk rancangan kurikulum proses, teknologi, dan inovasi. Hadirnya
sehingga semua aktivitas edukasional
dapat memiliki fokus lokal yang jelas Balanced Scorecard sebagai pendekatan
ketika mendapat keuntungan dari baru dalam sistem pengukuran kinerja
H a l a m a n 136
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2
H a l a ma n 137
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto
Berikut ini akan dijelaskan ukuran-ukuran tas, bisa berupa operating income, gross
kinerja perusahaan yang dapat digunakan margin, ROI, ROCE, atau EVA.
dalam balanced Scorecard berdasarkan
empat perspektifnya yaitu : Tahap Harvest.
Tahap hidup perusahaan dimana perusa-
Ukuran-Ukuran dalam Perspektif Finansial. haan tidak lagi menekankan pada inves-
Dalam perspektif ini ukuran keuangan tasi-investasi, sebaliknya justru memetik
merupakan cerminan tujuan utama keuntungan dari investasi-investasi yang
perusahaan. Secara umum tujuan
dilakukan pada tahap hidup sebelumnya.
keuangan setiap perusahaan adalah
Oleh karena itu tujuan finansialnya akan
memaksimalkan laba, akan tetapi untuk
ditekankan pada cashflow dan tingkat
mengukur masing-masing perusahaan
tidak dapat digunakan standar yang sama. pengurangan dalam keperluan modal
Tolak ukur yang digunakan tergantung kerja.
pada posisi perusahaan dalam siklus
bisnis usaha, sebab pada siklus usaha Ukuran-Ukuran dalam Perspektif
Pelanggan.
yang berbeda tujuan finanisal perusahaan
Dalam perspektif pelanggan, manajer
bisa berbeda pula. Kaplan dan Norton
mengidentifikasi segmen pelanggan dan
membagi siklus usaha ke dalam tiga
pasar dimana erusahaan akan
tahap yaitu :
berkompetisi serta ukuran kinerja yang
Tahap Pertumbuhan. akan digunakan pada segmen tersebut
Merupakan tahap awal dalam siklus hidup (Kaplan dan Norton, 1996:26).
perusahaan. Dalam tahap ini perusahaan Perusahaan biasanya memilih dua set
umumnya memiliki produk atau jasa yang ukuran dalam perspektif pelanggan, set
mempunyai pertumbuhan potensial yang ukuran yang pertama (kelompok inti
signifikan, namun dapat beroperasi pengukuran) mewakili ukuran umum
dengan cashflow yang negatif dan tingkat
yang ingin digunakan semua perusahaan,
pengembalian investasi yang masih
sedangkan set kedua (kelompok
rendah. Oleh karena itu tujuan finansial
yang paling cocok untuk tahap ini penunjang) mencerminkan penggerak
dilambangkan dengan ukuran persentase kinerja dalam perspektif ini.
pertumb ughan pendapatan atau
penjualan di kelompok pelanggan, Dalam kelompok inti, tolak ukurnya
wilayah, dan pasar yang ditargetkan. antara lain pangsa pasar (market share),
tingkat perolehan pelanggan baru
Tahap Bertahan (Sustain). (customer acquisition), kemampuan
Pada tahap ini perusahaan0.2 mempertahankan pelanggan lama
asih perlu berinvestasi, namun disyarat- (customer retention), tingkat kepuasan
kan untuk dapat menghasilkan pengem- pelanggan (customer satisfaction), dan
balian yang baik atas investasi yang dila- tingkat profitabilitas pelanggan (customer
kukan. Perusahaan dalam tahap in beru- profitability).
saha mempertahankan pangsa pasar dan
bahkan mengembangkannya dari tahun
ke tahun. Tolak ukur yang digunakan Dalam kelompok penunjang, yang diukur
dalam tahap ini terkait dengan profitabili- adalah masalah customer value, yang
merupakan konsep kunci untuk
memahami penggerak pengukuran
H a l a m a n 138
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2
H a l a ma n 139
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto
riil yang dihasilkan disampaikan pada proses internal dari pelanggan. Oleh
pelanggan secara efisien, handal dan karena itu diperlukan reskilling
responsif. Tolok ukurnya misalnya, employee untuk menggerakkan pikiran
banyaknya permintaan pelanggan yang dan kemampuan kreatif karyawan.
tidak dapat dipenuhi, penyimpangan
biaya aktual terhadap anggaran biaya
operasional, tingkat efisiensi kegiatan
operasional.
3. Proses Purna Jual.
Adalah proses untuk memuaskan
pelanggan setelah dilakukan
penjualan. Tolok ukur yang digunakan
di PT misalnya jangka waktu untuk
memenuhi permintaan kualitas output
program studi, perbaikan kualitas yang
berkesinambungan, tingkat efisiensi Untuk mengukur kemampuan karyawan
pelayanan karyawan dan dosen kepada ini, Kaplan dan Norton (1996:129)
mahasiswa dan user. mengidentifikasi tiga pengukuran inti
yaitu :
Ukuran-Ukuran dalam Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran.
Perspektif ini mengidentifikasikan apa 1. E m p l o y e e Satisfaction.
yang harus dilakukan Karyawan yang puas merupakan pre
perusahaan/organisasi untuk kondisi untuk meningkatkan
memperbaiki kapabilitas mereka yang produktivitas, responsiveness, kualitas,
akan mengantarkan penciptaan nilai pada dan pelayanan konsumen.
pelanggan dan pemegang saham 2. E m p l o y e e R etention.
(Atkinson, Banker, Kaplan and Young, Karyawan yang loyal membawa nilai-
1997:29). Sasaran dalam perspektif ini nilai organisasi, pengetahuan mengenai
memb erik an infrastruktur unt uk proses organisasi, dan kepekaan
memungkinkan tercapainya sasaran pada
terhadap kebutuhan pelanggan. Ukuran
perspektif yang lain.
yang biasa digunakan untuk mengukur
Penilaian kinerja dalam perspektif employee retention adalah tingkat turn
pertumbuhan dan pembelajaran ini over karyawan.
dapat dikelompokkan menjadi tiga 3.Employee Productivity.
kategori yaitu :Kemampuan pegawai Merupakan dampak agregat dari
(employee capabilities); Kemampuan dorongan terhadap moral dan keahlian
sistem informasi (information System karyawan, inovasi, perbaikan proses
capabilities); Motivasi, pemberdayaan bisnis internal, dan pemuasan pelang-
dan keserasian (motivation, gan. Ukuran yang biasa digunakan di-
empowerment and alignment).
antaranya yaitu pendapatan per kary-
Kontribusi untuk memperbaiki kinerja
awan, yang mengukur berapa output
tidak hanya datang dari pimpinasn atau
yang dapat dihasilkan per karyawan.
eksekutif saja. Ide-ide untuk
memperbaiki proses dan kinerja juga
Untuk mengimplementasikan Balanced
harus datang dari front-line employee
Scorecard, ada dua hal yang harus dilaku-
yang paling dekat pada pelaksanaan
kan organisasi/perusahaan, yaitu (1) me-
H a l a m a n 140
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2
H a l a ma n 141
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 Eddy Soeryanto Soegoto
Kaplan, Robert S., Norton, David P., 1996, Thomson Learning, Thomson
The Balanced Score Card, Washington, Learning is a trademark used
USA. herein under license, In Singa-
pore.
Kertajaya, Hermawan (2001), Marketing
Plus 2000: Siasat Memenangkan Mello Jeffrey A. 2002. Strategic Human
Persaingan Global, PT. Gramedia Resource Management, South
Pustaka Utama, Jakarta, 2000 Western, Cincinnati Ohio (253-
256)
Mathis, Robert L., & John H. Jackson.
2005. Human Resource Manage- Unmer Malang, Laporan Hasil Seminar
ment. International Student Edi- "Menuju Manajemen PTS yang
tion. South-Western, a division of Efisien",1998.
H a l a m a n 142