Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : P07120119038
1. Definisi Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau praktek yang diperkuat. Belajar
merupakan hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilaku. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah bahwa bentuk input dan output dari
stimulus dalam bentuk tanggapan. Stimulus adalah apa yang guru kepada siswa,
sedangkan reaksi atau respon dalam bentuk tanggapan siswa terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon penting
untuk dicatat karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan
diukur.
Dimyati dan Mudjiono (2006) : Belajar merupakan suatu proses internal yang
kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur
afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi,
dan penyesuaian perasaan sosial.
Djamarah dan Zain (2010) : Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi.
Hamalik (2010) : Belajar adalah bukan suatu tujuan tetapi merupakan proses
untuk mencapai tujuan. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman.
Hamzah (2006) : Belajar merupakan suatu proses yang sistematis yang tiap
komponennya sangat menentukan keberhasilan anak didik.
Menurut Hilgard & Bowner (1987 : 12) Belajar sebagai suatu proses yang
mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang
dihadapi dengan karakteristik-karakteristik dari perubahan-perubahan aktifitas
tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan
reaksi asli,kematangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme.
Hilgard (dalam Sanjaya, 2007) : learning is the process by which an activity
originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in
the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable
to training (belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah).
Hudoyo (1990) : Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Seseorang
dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Reber (dikutip Suprijono, 2010) : Belajar adalah proses mendapatkan
pengetahuan.
Riyanto (2010) : Seseorang dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu
dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah.
Sagala (2005) : Belajar merupakan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktek dan pengalaman tertentu.
Sanjaya (2008) : Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan.
Sardiman (2008) : Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, menulis dan sebagainya serta
belajar itu akan lebih baik jika si subjek mengalami dan melakukannya.
Skinner (dalam Mudjiono dan Dimyati, 2006) : Belajar didefenisikan sebagai
suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,
sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Slameto (2010) : Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Sudjana (2010) : Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu-individu yang belajar.
Suprijono (2010) : Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
Syah (2008) : Belajar merupakan tahap perubahan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Thursan Hakim (2002) : Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.
Trianto (2011) : Belajar sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui
pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau
karekteristik seseorang sejak lahir.
Winkel (2009) : Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan yang relatif konstan dan berbekas.
Menurut Doris Lessing (dalam buku Pembelajaran. Andrias Harifa,2001 :
1) Belajar adalah mengerti sesuatu yang telah diketahui sepanjang hidup tetapi
dengan pemahaman yang berbeda.
Menurut Ahmad Mudzalir (1997 : 33) Belajar adalah syarat mutlak untuk
menjadi pandai dalam segala hal baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun
keterampilan.
Menurut teori ilmu jiwa Gestalt (dalam buku Psikolog Pendidikan. Alisuf
Sabri,1996 : 72) : Belajar bukan hanya sekedar proses asosiasi antara stimulus
dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atau conditioning dengan
melalui latihan-latihan atau ulangan-ulangan.
Cronbach mengemukakan bahwa learning is shown by change in behaviour as a
result of experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman).
Menurut M. Ngalim Purwanto dalam buku “Psikologi Pendidikan” Belajar
adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian
atau suatu pengertian.
Wittig (dalam Syah, 2003 : 65-66), belajar sebagai any relatively permanen
change in an organism behavioral repertoire that accurs as a result of experience
(belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman).
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung terus
menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar
berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan
mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapat menulis. Perubahan
itu berlangsung terus menerus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik
dan sempurna. Ia dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Disamping itu,
dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh
kecakapan-kecakapan lain. Misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-
catatan, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya.
Perubahan yang bersifat sementara (Temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa
saat saja, seperti keringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat
digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah
laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan
seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang,
melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus
dipergunakan atau dilatih.
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perubahan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar
disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah
menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau
tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perbuatan belajar
yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai
hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam
sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika
seseorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak
adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah mengalami
perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda,
pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda,
cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan
sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat
dengan aspek lainnya.
Ciri Ciri Belajar Menurut Djamarah
Menurut djamarah ciri -ciri belajar ada enam, diantaranya adalah:
Faktor Internal
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Perubahan pola makan-minum dan istirahat akan
menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu
sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa, tingkat indera pendengar dan indera penglihat
sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan khususnyayangdisajikandikelas.
Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga itu seyogyanya
selaku guru yang profesional harusnya bekerjasama dengan pihak sekolah untuk
memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan
setempat. Kiat lain adalah dengan menempatkan mereka di deretan bangku terdepan
secara bijaksana tanpa harus menyampaikan kekurangan siswa tersebut di depan
kelas. Jangan sampai mempengaruhi mental anak tersebut.
b. Aspek Psikologis
Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tepat.
J.P Chaplin ( Mujib, 2002: 318) merumuskan tiga defenisi kecerdasan, yaitu:
1) Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif,
2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat
unsur seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengkritik,
3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.
Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang,
Untuk mengantisipasi sikap negatif siswa, guru dituntut untuk terlebih dahulu
menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri terhadap mata pelajaran yang
menjadi tugasnya. Dengan meyakini manfaat bidang studi tertentu, siswa akan
merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul
sikap positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang
mengajarkannya.
Bakat
Secara umum, bakat adalah kemamuan potensional yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan
selanjutnya bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Sehubungan dengan itu, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya prestasi belajr bidang-bidang studi tertentu. Olehnya itu sangat tidak
bijaksana orang tua yang memaksakan anaknya untuk memilih jurusan-jurusan
keahlian kehendaknya tanpa mengetahui lebih dulu bakat yang dimiliki oleh
anaknya.Iniakanberdampakburuk.
Setiap pembelajar, tentu memiliki kekhasan tertentu yang berbeda dengan
pembelajar lain, oleh karena itu, dalam belajar seorang pembelajar haruslah
mengembangkan kekhasan-kekhasan yang dimiliki. Keterampilan personal yag
secara khas dimiliki oleh pembelajar. Pembelajar akan berkembang seoptimal
mungkin sesuai dengan ciri khas atau karakteristik yang ada padanya.
Minat
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh
minat besar terhadap pelajaran Sains akan memusatkan perhatiannya lebih
banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan itu akhirnya siswa
lebih giat dan akhirnya mendapatkan prestasi yang baik. Guru dalam hal ini
seyogyanya membangkitkan minat yang dimiliki oleh anak didiknya.
Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu. Motivasi terbagi atas dua macam, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik;
2) Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadan yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Motivasi
ekstrinsik adalah hal yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Faktor Eksternal
Lingkungan Sosial
a. Keluarga
b. Guru
c. Masayarakat
d. Teman
Cara belajar efektif dan efisien yaitu dimulai dengan menetapkan tujuan atau target.
Misal tujuanmu belajar adalah untuk memasuki perguruan tinggi ternama di
Indonesia. Dengan memasuki perguruan tinggi tersebut, kamu harus memiliki nilai
yang tentunya mumpuni.
Oleh karena itu tetapkan tujuan yang sebisa mungkin cukup signifikan untuk memacu
semangatmu. Misalnya seperti ujian semester nanti, kamu akan menargetkan
mendapatkan minimal 80 untuk pelajaran Matematika.
Menentukan tujuan bisa menjadi sebuah motivasi jika kamu mulai merasa kehilangan
minat untuk belajar. Memiliki tujuan yang jelas membantu kamu tetap fokus dan
konsisten selama proses belajar.
Cara belajar efektif dan efisien yang kedua adalah mengatur jadwal belajarmu. Dalam
hal ini kamu harus disiplin dalam menaati jam belajarmu. Misal dari jam 7 malam
hingga jam 8 malam kamu harus belajar. Jangan lupa untuk beristirahat selama 5-10
menit saat kamu sedang belajar.
Belajar setiap hari adalah salah satu kunci agar hasil belajarmu lebih banyak terserap
ke otak, dibandingkan dengan belajar dengan sistem kebut semalam. Bahkan jika
kamu hanya menghabiskan 20 menit untuk belajar, itu lebih baik daripada tidak sama
sekali.
Buat suasana belajar yang nyaman agar kamu tetap fokus dalam belajar. Beberapa
orang terbiasa dengan suasana yang sepi dan tidak banyak gangguan, maka bisa
belajar di perpustakaan ataupun kafe yang tenang.
Tetapi, ada juga seseorang yang belajar lebih cepat terserap jika sambil mendengarkan
musik. Semua itu tergantung dirimu, kenali dirimu dan buat suasana belajar senyaman
mungkin.
4. Membuat Ringkasan
Cara belajar efektif dan efisien selanjutnya dengan membuat ringkasan dari hasil
belajarmu. Kamu bisa menulis pokok-pokok penting. Bisa berupa poin-poin dari
bahan belajarmu dalam sebuah buku, seperti rumus. Hal ini akan mudah untuk
memahami inti dari pembelajaran tersebut.
Saat membuat rangkuman, sebetulnya kamu sedang mengulang materi yang telah
didapatkan. Pengulangan ini membantu kamu mengingat kembali catatan dengan
lebih efektif. Cobalah menyalin catatan sebelum ulangan atau ujian untuk
membantumu mengingat materi lebih baik.
Jangan lupa membuat ringkasan dengan kalimat yang kamu buat sendiri. Menuliskan
materi dalam kalimat yang kamu buat sendiri akan membantumu lebih mengingat
poin-poin penting yang telah kamu pelajari.
Kamu sering lupa materi pelajaranmu? Kamu bisa menggunakan akronim yang
mudah diingat. Contohnya, kalau perlu mengingat catatan tentang asas pemilu yaitu
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Kamu bisa menggunakan rangkaian
kata yang mudah diingat seperti 'Lu Be R Ju Dil'.
Atau mengintar tentang unsur golongan 2A atau alkali tanah (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra),
kamu bisa menggunakan rangkaian kata yang mudah diingat seperti 'Beli Mangga
Campur Sirup Bau Racun'. Dengan menggunakan akronim yang mudah diingat bisa
mempermudah kamu untuk mengingat hasil belajarmu.
Beberapa orang salah dalam belajar pada hal ini. Sering kali seseorang malah
menghafal materi bukan memahaminya. Padahal, sekedar menghafalkan pelajaran
hanya akan efektif untuk ujian atau waktu jangka pendek. Dalam jangka panjang,
ilmu yang dihafalkan hanya akan mudah untuk dilupakan dan tidak meninggalkan
manfaat apapun.
Jangan segan untuk bertanya jika kita tidak memahami sesuatu atau mengalami
kebuntuan dalam suatu ilmu. Kamu belajar karena kamu memang tidak mengerti,
maka jika kamu kesusahan jangan ragu untuk selalu bertanya. Kamu bisa bertanya
kepada temanmu, belajar bersama atau diskusi juga mampu membuat belajar menjadi
lebih menyenangkan.
8. Pantang Menyerah
Jika semua sudah kamu lakukan dan masih belum mencapai target, bukan berati kamu
gagal. Ingatlah bahwa kamu tidak akan pernah bisa jika tidak membuat kesalahan.
Tetap percaya diri dan terus berusaha.
Tetap tenang dan pantang menyerah. Tidak ada jalan pintas dalam hidup. Begitu juga
dengan mengejar sebuah impian, tidak ada jalan pintas untuk meraih impianmu. Maka
jangan pernah menyerah untuk terus belajar.