Disusun Oleh :
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS 3 LUMAJANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan kasih-Nya,
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul Asuhan
Keperawatan Dengan Kebutuhan Eliminasi Akibat Patologis System Pencernaan Dan
Persyarafan Cerebrovaskuler Accident.
Makalah ini tidak akan dapat selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini disampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Achlish Abdillah, S.ST, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I.
2. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi inspirasi.
3. Rekan-rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyelasaian makalah ini.
Penyusunan makalah ini pasti masih ada kekurangan baik dari segi penyusunan,
bahasa, maupun segi lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya
sehingga bisa memberikan inspirasi kepada pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau
terhentinya suplay darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati
dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovaskular
accident). Orang awam cederung menganggap stroke sebagai penyakit. Sebaliknya, para
dokter justru menyebutnya sebagai gejala klinis yang muncul akibat pembuluh darah
jantung yang bermasalah, penyakit jantung atau secara bersamaan (Auryn, Virzara 2009,
h 38). Menurut WHO stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
Organisasi stroke dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat
terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat
seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada
tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Nabyl R.A. 2012).
Stroke dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Umumnya sekitar 50%
kasus stroke hemoragik akan berujung kematian, sedangkan stroke iskemik hanya 20%
yang berakibat kematian. Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
arteri ke otak sehingga terhalangnya suplai darah menuju otak. Penyebab arteri pecah
tersebut misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat
(Junaidi, 2011). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdes) indonesia tahun 2007 menunjukan
bahwa angka kejadian stroke di Indonesia sebesar 6% atau 8,3 per 1000 peduduk yang
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukan
sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah di diagnosis oleh tenaga kesehatan. Data
tersebut menujukan bahwa di Indonesia, jumlah rata-rata dalam setiap penduduk, terdapat
8 orang yang menderita stroke. Hal ini merupakan angka yang cukup besar dan
mengkhawatirkan. (Widyanto. 2013).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi CVA?
2. Bagaimana etiologi dari CVA?
3. Apa klasifikasi dari CVA?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari CVA?
5. Bagaimana patofisiologi dari CVA?
6. Apa sajakah pemeriksaan penunjang dari CVA?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari CVA?
8. Apa sajakah komplikasi dari CVA?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit CVA?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan definisi dari CVA.
2. Menjelaskan etiologi dari CVA.
3. Menjelaskan klasifikasi dari CVA.
4. Menjelaskan tanda dan gejala dari CVA.
5. Menjelaskan patofisiologi dari CVA.
6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari CVA.
7. Menjelaskan penatalaksanaan dari CVA.
8. Menjelaskan komplikasi dari CVA.
9. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit CVA.
Cerebrovaskular accident atau stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal, dan global, yang berlangsung
24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. (M. Clevo Rendi. 2012).
a. Emboli.
1. Emboli kardiogenik.
2. Fibrilasi atrium dan aritmia lain.
3. Thrombus mural dan ventrikel kiri.
4. Penyakit katub mitral atau aorta.
5. Endokarditis (infeksi atau non infeksi).
c. Penyakit intracranial.
a. Hipertensi.
c. Angipati amiloid.
e. Migren.
f. Kondisi hiperkoagulasi.
g. Penyalahgunaan obat.
i. Miksoma atrium.
a. Stroke iskemik
Iskemik terjadi akibat suplay darah ke jaringan otak berkurang, disebabkan karena
obstruksi total atau sebagian pembuluh darah otak. Mekanisme terjadinya iskemik
secara umum dibagi menjadi 5 kategori yaitu:
1. Trombosis
Merupakan pembentukan bekuan atau gumpalan di arteri yang menyebabkan
penyumbatan sehingga mengakibatkan terganggunya aliran darah ke otak. Faktor
lain terjadinya thrombosis adalah adanya lipohialinosis, invasi vaskuler oleh
tumor, penyakit gangguan pembekuan darah seperti Diseminated Intravasculer
Coagulasi (DIC) dan Trombotic Trombositopenia Purpura (TTP).
2. Emboli
Merupakan benda asing yang berada pada pembuluh darah sehingga dapat
menimbulkan konklusi atau penyumbatan pada pembuluh darah otak. Sumber
emboli diantaranya adalah udara, tumor, lemak, dan bakteri.
3. Hipoperfusi sistemik
Disebabkan menurunnya tekanan arteri misalnya karena cardiac arrest, emboli
pulmonal, miokardiak infark, aritmia, syok hipovolemik.
4. Penyempitan lumen arteri, dapat terjadi karena infeksi atau proses peradangan,
spasme atau karena kompresi massa dari luar.
b. Stroke Hemorogik
Angka kejadian stroke hemorogik sekitar 15% dari stroke secara keseluruhan.
Stroke ini terjadi karena perdarahan atau pecahnya pembuluh darah otak baik di
subarachnoid, intraserebral maupun karena aneurisma. Angka kematian pasien
dengan stroke hemoragik sekitar 25 – 60% (Black, 2009).
1. Perdarahan intraserebral
Terjadi karena pecahnya arteri-arteri serebral. Kira kira 2/3 pasien dengan
perdarahan serebral terjadi akibat tidak terkontrolnya tekanan darah yang tinggi
atau adanya riwayat hipertensi, penyakit diabetes melitus dan arterisklerosis.
Pasien dengan stroke hemorogik karena perdarahan intraserebral kejadiannya
akut, dengan nyeri kepala berat dan penurunan kesadaran.
2. Perdarahan subarachnoid
Akibat aneurisma atau malformasi vaskuler. Kerusakan otak terjadi karena
adanya darah yang keluar dan mengumpal sehingga mendorong ke area otak dan
pembuluh darah. Gejala klinik yang terjadi adalah perubahan kesadaran, mual,
muntah kerusakan intelektual dan kejang.
3. Aneurima
Merupakan dilatasi pada pembuluh darah arteri otak yang kemudian menjadi
kelemahan pada dinding pembuluh darahnya. Penyebab aneurima belum
diketahui namun diduga karena arterioskelosis, keturunan, hipertensi, trauma
kepala maupun karena bertambahnya umur.
Merupakan gangguan neurologi fokal yang timbul secara tiba-tiba dan menghilang
dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Gejala yang muncul akan hilang
secara spontan dalam waktu kurang dari 24 jam. Penyebab terjadinya TIA adalah
aliran darah keotak karena stenosis arteri karotis dan embolus.
Gangguan neurologik yang timbul sudah menetap atau permanen, maksimal sejak
awal serangan dan sedikit memperlihatkan perbaikan.
(Tarwoto. 2013).
Tanda dan gejala klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-
trata serangan ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut gejala klinis
meliputi :
Lokasi Syndrom
Arteri karotis intena (ICA) a. Kelumpuhan pada tangan, kaki, dan
wajah yang berlawanan dengan
kerusakan otak
b. Gangguan sensorispada kaki, wajah
dan tangan yang berlawanan denga
keusakan otak
c. Afasia, apraksia, agnosia
THROMBUS / EMBOLI
PENDARAHAN
HEMATOM SEREBRAL
PTIK
KESADARAN MENURUN
Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan karena perdarahan maka terjadi
gangguan perfusi jaringan akibat terhambat nya aliran darah otak. Tidak adekuat
nya aliran darah dan oksigen mengakibatkan hipoksia jaringan otak. Fungsi dari
otak akan sangat tergantung pada derajat kerusakan dan lokasi nya. Aliran darah ke
otak sangat tergantung pada tekanan darah , sehingga pada pasien dengan stroke
keadekuatan aliran darah sangat di butuhkan untuk menjamin perfusi jaringan yang
baik untuk menghindari terjadi nya hipoksia serebral.
2. Edema serebri
Merupakan respon fisiologis terhadap adanya trauma jaringan. Edema terjadi jika
pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik maka tubuh akan meningkatkan
aliran darah pada lokasi tersebut dengan cara vasodilatasi pembuluh darah dan
meingkatkan tekanan sehingga cairan interestial akan berpindah ke ekstraseluler
sehingga terjadi edema jaringan otak.
Bertambah nya masa pada otak seperti adanya perdarahan atau edema otak akan
meningkatkan tekanan intracranial yang ditandai adanya deficit neurologi seperti
adanya gangguan motorik , sensorik , nyeri kepala , gangguan kesadaran.
Peningkatan tekanan intracranial yang tinggi dapat mengakibatkan herniasi
serebral yang dapat mengancam kehidupan.
4. Aspirasi
Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentang terhadap
adanya aspirasi karena tidak adanya reflleks batuk dan menelan.
A. Pengkajian
Menurut (M. Clevo Rendi. 2012) pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien dengan baik mental, sosial dan lingkungan.
a. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan
tingkat kesadaran.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar, selain
gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes milletus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan persistem:
1. Sistem persepsi dan sensori
2. Sistem persarafan
3. Sistem pernafasan
Batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas,
serta perubahan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Adanya ronchi akibat
peningkatan produksi sekret dan penurunan kemampuan untuk batuk akibat
penurunan kesadaran klien. Pada klien yang sadar baik sering kali tidak
didapati kelainan pada pemeriksaan sistem respirasi.
4. Sistem kardiovaskuler
Dapat terjadi hipotensi atau hipertensi, denyut jantung irreguler, adanya
murmur
5. Sistem gastrointestial
Adanya keluhan sulit menelan, nafsu makan menurun, mual dan muntah pada
fase akut. Mungkin mengalami inkontinensia alvi atau terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
Adanya gangguan pada saraf V yaitu pada beberapa keadaan stroke
menyebabkan paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah pada sisi
ipsilateral dan kelumpuhan seisi otot-otot pterigoideus dan pada saraf IX dan X
yaitu kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
6. Sistem intergumen
(nilai warna, tugor kulit, tekstur dari kulit pasien).
7. Sistem reproduksi
8. Sistem perkemihan
terjadi inkontinensia urine
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola aktivitas dan latihan:
Tanda: lemas, pusing, kelelahan otot, dan kesadaran menurun.
Gejala: umumnya mengelami penurunan kesadaran.
b. Pola nutrisi dan metabolisme:
Tanda: mual, muntah pada fase akut.
Gejala: adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun.
c. Pola eliminasi:
Tanda: pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguria.
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK, misalnya inkontinentia
urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
Gejala: Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat, urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
Intervensi:
1. Kaji kemampuan klien untuk perawatan diri.
2. Pantau kebutuhan klien untuk alat bantu dalam mandi, berpakaian, makan dan
toileting.
3. Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat mandiri.
4. Dukung klien untuk menunjukan aktivitas normal sesuai kemampuan.
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.
d. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik, kerusakan
neuromuskuler.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat berkomunikasi.
2. Lisan, tulisan, dan non verbal meningkat.
3. Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara): ekspresi pesan verbal atau non verbal
yang bermakna.
4. Gerakan terkoordinasi: mampu mengkoordinasi gerakan dalam menggunakan
isyarat.
Intervensi:
1. Kaji dan dokumentasi kemampuan untuk berbicara.
2. Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan alat bantu bicara.
3. Konsultasi dengan dokter tentang kebutuhan terapi wicara.
4. Dorong atau ajari pasien untuk berkomunikasi secara perlahan.
5. Berikan penguatan positif dengan sering.
D.Evaluasi/ Noc
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Cerebrovaskular accident atau stroke adalah kerusakan jaringan otak yang
disebabkan karena berkurangnya atau terhentinya suplay darah secara tiba-tiba. Etiologi
cerebrovaskular accident terdiri: Infark otak (80%), perdarahan intraserebral (15%),
Perdarahan subaraknoid (5%), perdarahan subaraknoid (5%), penyebab lain (dapat
menimbulkan infark atau perdarahan). Klasifikasi stroke berdasarkan keadaan patologis
terdiri: stroke iskemik dan stroke hemorogik. Klasifikasi stroke berdasarkan perjalanan
penyakit terdiri: transient iskemik attack (tia), progresif (stroke in evolution), stroke
lengkap (stroke complete).
3.2 SARAN
Semoga materi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Semoga dengan adanya
materi konsep dan asuhan keperawatan tentang CVA ini bisa menunjang pembelajaran
dan diskusi di dalam kelas. Bagi masyarakat agar menanyakan tentang penyakit CVA
dan pengobatannya serta konsultasi langsung pada dokter di rumah sakit atau puskesmas
terdekat serta tidak takut dalam mengkonsumsi obat karena itu semua untuk kesehatan
masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Handika, M. D. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Ny. R dengan stroke non hemorogik
diruang matahari RSUD kajen kabupaten pekalongan . Stikes Muhammadiyah Pekajangan .
Rendi, M. C. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika.