Anda di halaman 1dari 3

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan karena

tubuh kekurangan yodium dalam jangka waktu yang lama. Gaky ini merupakan salah satu masalah
gizi utama di Indonesia. Gaky diketahui mempunyai kaitan yang erat dengan gangguan
perkembangan mental dan kecerdasan. Oleh karena itu, semakin besar angka prevalensi gaky, akan
semakin menurunkan potensi sumber daya manusia. Apabila di suatu wilayah dijumpai penderita
gondok 10%, maka daerah itu dinyatakan daerah gaky dan harus dilakukan tindakan pengaggulangan
gaky.

Pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan, di mana makanan yang
dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang
tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium rendah.

Masalah gangguan akibat kekurangan yodium merupakan masalah yang serius mengingat
dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualita manusia. Kelompok
masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi yodium adalah wanita usia
subur (WUS), ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah.

Pada tingkat ringan pembesaran kelenjar gondok akibat kekurangan yodium merupakan masalah
keindahan belaka yang mengurangi kecantikan, tetapi perkembangan yang lebih besar akan
menimbulkan keluhan-keluhan sesak napas, kesulitan menelan. Pada tingkat yang lebih berat dapat
berakibat denyut jantung lebih meningkat dan merasa cepat lelah. Pada wanita dapat terjadi
gangguan kesuburan, menstruasi tidak teratur, dan keguguran. Pada tingkat berat terjadi bayi lahir
kretin, yaitu bayi lahir terdapat dua atau lebih jenis kelainan.

Penyebab Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Penyebab Langsung

Akibat Kekurangan Zat Yodium

Kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Pada umumnya wanita dan anak
perempuan lebih mudah kena penyakit gondok daripada laki-laki. Masa paling peka terhadap
kekurangan yodium pada waktu usia meningkat dewasa (puber).

Bila tubuh kekurangan yodium, kadar tiroksin dalam darah menjadi rendah. Kadar tiroksin yang
rendah akan merangsang kelenjar pituitary untuk memproduksi lebih banyak hormon yang disebut
TSH (tyroid stimulating hormone). Hormon TSH menyebabkan kelenjar tiroid membesar karena
jumlah dan ukuran sel-sel epitel membesar.

Pembesaran kelenjar tiroid dengan produksi hormon yang rendah disebut gondok sederhana atau
non-goiter. Bila keadaan tersebut banyak dijumpai pada daerah tertentu, gondok sederhana itu
disebut gondok endemis.

Kretinisme juga merupakan gejala kekurangan yodium, yaitu kekurangan yodium di intrauterin pada
masa awal setelah bayi dilahirkan. Biasanya terjadi di daerah gondok endemis. Pertumbuhan bayi
tersebut sangat terhambat, kulitnya menjadi tebal, kering, dan sering kali mengeriput, lidahnya
membesar, bibirnya tebal dan selalu terbuka.
Gejala-gejala awal kretinisme tidak mudah dikenali sampai usia tiga atau empat bulan setelah lahir.
Bila gejala dapat diketahui dalam keadaan dini dan diberi pengobatan dengan baik, keadaan dapat di
ubah kembali menjadi normal.

Bahan Goitrogenik

Adanya zat goitrogenik pada bahan makanan merupakan faktor lain yang ikut mempengaruhi
terjadinya GAKY di suau daerah. Beberapa jenis bahan makanan yang mempunyai sifat goitrogenik
adalah kubis, kedelai mentah, dan singkong yang belum dimasak. Cara kerja zat goitrogenik ini
adalah secara kompetisi dengan menghambat penangkapan yodium oleh sel kelenjar gondok dan
menggangu proses iodisasi pad pembentukan hormon tiroksin.

Sayur-sayuran khususnya jenis lobak dan kubis mengandung proguitrin, dan dengan bantuan suatu
zat proguitrin ini diubah menjadi potrin yang merupakan zat antitiroid yang aktif. Proguitrin yang
terdapat dalam sayuran ini tidak tahan panas, akan tetapi dala usus karena adanya aktivor (sejenis
bakteri) mengakibatkan goitrin yang akan tetap terbentuk meskipuntelah dimasak.

Dalam diet normal tidak akan membahayakan, tetapi bila yang dikonsumsi hanya sayuran saja dan
dalam jangka waktu yang lama akan timbul gondok akibat konsumsi kubis yang berlebihan. menurut
jenis asalnya ada zat goitrogenik yang alami dan non-alami. Yang dimaksud dengan zat goitrogenik
alami adalah linamarin pada singkong, getah pada labu siam, kulit ari kacang tanah, kubis, dan
belerang dari gunung berapi. Adapun zat goitrogenik non-alami meliputi goittrogenik dari bahan
pencemar, yaitu kelebihan pupuk urea, pestisida, dan bakteri E. Coli. Kemudian, di samping itu
konsumsi litium dan yodium dalam jumlah yang berlebihan dapat pula bersifat goitrogenik.

Zat Gizi yang Berkaitan dengan Zat Yodium

Fungsi dan Peranan Zat Yodium

Yodium adalah bahan bakar esensial untuk hormon tiroid. Yodium yang akan dikonsumsi akan
diserap oleh usus. Organ utama yang akan memanfaatkan yodium adalah kelenjar tiroid dan ginjal
yang akan mengeluarkannya melalui urin. Kecepatan normal untuk sintesis dan sekresi hormon
tiroid diperlukan waktu 120 µg/hari. Kelenjar tiroid mengeluarkan 80 µg/hari sebagai yodium didifusi
masuk ke cairan ekstraseluler. Kemudian triiodotironin dan tiroksin akan dimetabolisir dalam hati
dan jaringan lain, dan selanjutnya akan dilepaskan 60 µg yodium ke dalam cairan ekstraseluler.
Sebagian derivat hormon tiroid dikeluarkan empedu dan sebagian yodium lagi diserap kembali. Akan
tetapi ada sejumlah yodium yang dibuang melalui tinja, yaitu 20 µg/hari dan melalui urin 480
µg/hari.

Yodium yang telah disimpan dalam kelenjar tiroid mengalami peroksidasi, di mana yodium akan
melekat pada residu tiroksin dari tiroglobulin, dan hipotalamus yang akan memonitor pembebasan

Bahan Makanan Sumber Zat Yodium

Goitrin merupakan senyawa antitiroid, terdapat pada tanaman dalam bentuk calon (prekursor) yang
disebut progoitrin yang dapat berubah menjadi goitrin dengan pertolongan kerja enzim. Progoitrin
ditemukan dalam biji mustard dan bagian yang dapat dimakan dari kol, kale, dan sayuran sebangsa
kubis dan turnip. Pada umumnya progoitrin mudah rusak oleh panas atau pemasakan.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Dengan
demikian, diharapkan untuk mengkonsumsi pangan yang beraneka ragam sehingga dapat memenuhi
kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh kerja tubuh.

Di negara-negara berkembang, konsumsi yodium paling banyak diperoleh dari makanan yang berasal
dari laut, mengingat air laut mengandung yodium cukup tinggi. Rumput laut dapat digunakan
sebagai bahan substitusi dalam pengembangan produk sumber yodium antara lain berupa:
kelompok produk makanan selingan/makanan jajanan; kelompok produk lauk-pauk; kelompok
produk sayur-sayuran.

Sumber yodium dalam bahan makanan dan minuman berasal dari laut, sayur-sayuran, buah-buahan
dan air minum. Kadar yodium dalam bahan makanan/minuman berbeda-beda pada setiap tempat.
Sumber yodium untuk dikonsumsi manusia rata-rata berasal dari tanaman pangan/sayuran (80%),
air minum (19%), dan lain-lain dari hewani nonlaut (10%). Makanan yang berasal dari laut
mengandung yodium lebih banyak dibandingkan dengan bahan makanan dari darat. Kandungan
yodium berkisar 0,7-5,4 g/kg bahan, sedangkan tanaman darat berkisar 0,001 g/kg bahan.

Kandungan yodium dalam bahan makanan dapat hilang atau berkurang melalui proses pengolahan.
Menurut hasil beberapa penelitian, ternyata bahwa kandungan yodium pada ikan yang hilang 35%
pada penggorengan, 25% pada proses pemanggangan/pembakaran, dan 70% pada proses
perebusan.

Kebutuhan dan Kecukupan Zat Yodium

Dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100-150 µg/hari. Yodium di
ekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam µg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi < 50 µg/g
kreatinin sudah menjadi indikator kekurangan intake. Konsumsi yodium sangat bervariasi antar
berbagai wilayah di dunia, diperkirakan sekitar 500 µg/hari di USA (sekitar 5 x RDA). Adapun
kecukupan yodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain:

1) Umur 0-9 tahun kebutuhannya sebesar 50-120 µg


2) Umur 10-59 dan > 60 tahun sebesar 150 µg (pria dan wanita)
3) Wanita hamil mendapat tambahan + 25 µg
4) Wanita laktasi 0-12 bulan sebesar + 50 µg

Khusus bagi kelompok ibu hamil, tambahan sebagian dapat digunakan untuk keperluan aktivitas
kelenjar tiroid dan sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin khususnya
perkembangan otak. Bagi ibu hamil yang mengkonsumsi yodium tidak mencukupi kebutuhan, maka
bayi atau janin yang dikandung akan mengalami gangguan perkembangan otak (berat otak
berkurang), gangguan perkembangan fetus dan pascalahir, kematian perinatal (abortus) meningkat.

Kemudian, setelah bayi dilahirkan mempunyai berat lahir rendah (BBLR) dan terdapat gangguan
pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet, sedangkan bagi tubuh ibu hamil akan
mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid. Pada kondisi ini tubuh akan mengalami penyesuaian
yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang dikenal dengan sebutan
gondok.

Anda mungkin juga menyukai