FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
Pola Klinis Pneumonia Komunitas Dewasa di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Nur Muhamad Arjanardi1, Banteng Hanang Wibisono2
Latar Belakang : Pneumonia komunitas (PK) merupakan penyakit infeksi saluran
napas bagian bawah yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi,
terutama pada pasien lanjut usia dan pasien dengan komorbiditas tertentu. Dengan
memahami pola klinis penyakit PK diharapkan dapat sebagai evaluasi dan acuan
dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
Hasil : Dari 561 pasien didiagnosis pneumonia periode Juli 2012 – Juli 2013
didapatkan sebanyak 215 sampel yang terpilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
Pasien dengan usia ≥ 65 tahun dan jenis kelamin perempuan banyak ditemukan.
Penyakit komorbid terbanyak adalah penyakit jantung. Demam, batuk, sesak napas,
ronki basah, dan suara dasar paru bronkial adalah gejala dan tanda klinis yang sering
muncul. Leukositosis ditemukan paling banyak. Letak infiltrat terbanyak pada
gambaran radiologis adalah di paru kanan sisi bawah dan paru kiri sisi bawah. bakteri
golongan gram negatif merupakan isolat mikroorganisme terbanyak dari kultur
sputum. Terapi yang sering dipakai adalah Cephalosporin. Komplikasi terbanyak
adalah sepsis. Pasien pulang sembuh atau perbaikan lebih banyak dibandingkan
pasien meninggal.
Kata kunci : pola klinis, pneumonia komunitas, infeksi saluran napas bawah akut
1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Abstract
Aim : To obtain the data related to the clinical pattern of CAP in patient who
administred to Dr. Kariadi Semarang Hospital from July 2012 – July 2013
Methods : This study is a descriptive research using secondary data from a medical
record inpatient Dr. Kariadi Semarang Hospital from July 2012 – July 2013
Result : During study period, there were 561 patients administred to inpatient care
unit. Out of 561, 215 sample were selected according to the inclusive and exclusive
criteria. Patients with age ≥65 years and female gender were the most prevalent
patients. The most comorbid disease in sample is heart disease. Fever, cough,
shortness of breath, wet crackles, and bronchial lung sounds are clinical signs and
symptoms that often arise. Leukocytosis was the most prevalent. The location of
infiltrates the most found in the radiological picture was on the lower side of the right
lung and left lung. Gram – negative class bacteria were the most common
microorganisms isolated from sputum culture. Therapy that was often used is
Cephalosporin. Sepsis was the common occurred complication. Patients cured or
improved is higher than patients dead at treatment.
Pola klinis pasien pneumonia komunitas telah banyak diteliti di berbagai negara, baik
dalam lingkup komunitas maupun rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan informasi mengenai pola klinis pneumonia komunitas di bagian rawat
inap RSUP Dr.Kariadi Semarang periode Juli 2012 – Juli 2013.
METODE
Pasien pneumonia komunitas sebagian besar juga menderita penyakit jantung, diikuti
penyakit diabetes mellitus dengan presentase sebesar 29.30% dan 17.21%. Pasien
pneumonia komunitas disertai penyakit jantung didominasi oleh pasien jenis kelamin
perempuan dengan presentase sebesar 15.81%. Pasien pneumonia komunitas disertai
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan penyakit Diabetes Mellitus didominasi
oleh pasien jenis kelamin laki-laki dengan presentase sebesar 9.77% untuk kedua
penyakit komorbid tersebut.
Deskripsi Gejala dan Tanda Klinis
Tabel 5 Distribusi frekuensi gejala dan tanda klinis pada sampel penelitian
Gejala Klinis Jumlah (n) Presentase (%)
Sesak napas 131 60.93
Batuk 118 54.88
Demam 104 48.37
Sputum purulen 31 14.42
Nyeri dada 16 7.45
Tanda Klinis Jumlah (n) Presentase (%)
Ronki basah 145 67.44
Suara paru bronkial 98 45.58
Gejala klinis yang paling banyak ditemukan pada sampel penelitian adalah demam,
batuk, dan sesak napas. Tanda klinis yang paling banyak ditemukan pada sampel
penelitian adalah ronki basah dan suara paru bronkial, seperti terlihat pada tabel 5.
Tabel 6 Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan radiologi dada pada sampel penelitian
Letak Infiltrat Jumlah (n) Presentase (%)
Paru Kanan atas 27 12.56
Paru Kanan bawah 37 17.21
Paru Kanan tengah 24 11.16
Paru Kiri atas 26 12.09
Paru Kiri bawah 34 15.81
Multilobus 80 37.21
Gambaran radiologi dada yang paling banyak sering terjadi adalah letak infiltrat pada
paru kanan sisi bawah diikuti paru kiri sisi bawah, dengan presentase letak bercak
lebih dari satu lokasi ditemukan sebesar 37.21%, seperti terlihat pada tabel 6.
Hasil perawatan pasien pneumonia komunitas didapatkan pasien pulang lebih banyak
daripada pasien yang meninggal, dengan presentase sebesar 78.60% untuk pasien
yang pulang dan 21.40% untuk pasien yang meninggal saat perawatan, seperti terlihat
pada tabel 14
PEMBAHASAN
Pasien rawat inap usia dewasa dengan diagnosis pneumonia komunitas didapatkan
sebanyak 399 pasien, kemudian dinilai berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,
sehingga didapatkan sampel penelitian sebanyak 215 pasien.
Pasien pneumonia komunitas berdasarkan usia terbanyak adalah pada kategori usia
≥65 tahun. Kikuchi dkk., menyatakan bahwa aspirasi yang tidak teridentifikasi pada
pasien lansia memiliki peran yang penting dalam perkembangan penyakit pneumonia
9
komunitas. Kondisi penyakit komorbid, status nutrisi dan fungsional tubuh yang
memburuk, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya pneumonia komunitas.10
Ling,dkk di Taiwan.11,12 Hal ini mungkin dipengaruhi oleh karena adanya perbedaan
seperti kondisi ekonomi dan sosial, faktor demografis, dan gaya hidup yang berbeda
antar daerah satu dengan lainnya.
Gejala klinis paling banyak ditemukan adalah sesak napas, batuk – batuk, dan
demam. Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruiz M, dkk.
yaitu sesak napas, batuk, dan demam adalah gejala klinis yang sering muncul. 16
Tanda klinis yang sering muncul pada sampel penelitian adalah suara ronki basah,
diikuti dengan suara paru bronkial. Tidak jauh berbeda dengan penelitian Ruiz M,dkk
dan penelitian yang dilakukan oleh Bansal S dkk., yang mendapatkan suara ronki
16,17
basah dan paru bronkial merupakan tanda klinis yang sering muncul.
ringan.22
Length of Stay (LOS) pada pasien pneumonia komunitas ditemukan banyak yang
menjalani perawatan selama lebih dari 7 hari. Gutierrez K,dkk. mengungkapkan
bahwa penyakit pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab tingginya
19
rawat inap di rumah sakit. Rata - rata lama rawat inap pada pasien pneumonia
komunitas adalah sebesar 8,3 hari dengan nilai tengah yaitu 7 hari. Tidak jauh
berbeda oleh Kaplan dkk., yang menunjukkan rata – rata LOS pada pasien pneumonia
11
komunitas adalah sebesar 7.6 hari.
Hasil perawatan pneumonia komunitas pada penelitian ini menunjukkan hasil yaitu
pasien pulang dalam keadaan sembuh atau perbaikan lebih banyak dibandingkan
pasien meninggal saat perawatan. Komplikasi terbanyak adalah sepsis dan merupakan
komplikasi terbanyak penyebab kematian, tidak jauh berbeda dengan penelitian
sebelumnya 6,7
Penggunaan sistem skoring PSI atau CURB-65 memiliki banyak manfaat, antara lain
dapat menekan biaya perawatan yang dikeluarkan oleh rumah sakit dan pasien,
menekan angka LOS yang harus dijalani oleh pasien, meningkatkan keefektifan dan
efisiensi perawatan di rumah sakit, dan meminimalkan risiko terjadinya penyakit
yang didapat dari rumah sakit, seperti infeksi nosokomial.
KESIMPULAN
Hasil pengamatan sampel pada variabel usia, jenis kelamin, penyakit komorbid,
gejala dan tanda klinis, pemeriksaan jumlah leukosit, pemeriksaan radiologi dada,
manajemen terapi antibiotik, komplikasi, dan hasil perawatan didapatkan hasil yang
tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya, sedangkan pada variabel
pemeriksaan mikrobiologi ditemukan hasil yang cukup berbeda dibandingkan
penelitian sebelumnya
SARAN
Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan metode dan variabel yang berbeda
terutama dari sisi pemeriksaan penunjang, dengan disertai peningkatan kelengkapan
catatan rekam medik, sehingga memudahkan dalam pengambilan data dan melakukan
penelitian..