Definisi TBC
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. (Depkes, 2008)
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan
organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang
sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC. (Chandra,2012)
Tuberkulosis adalah penyakit radang pareknim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu
pneumonia yang disebabkan oleh M. Tuberculosa. (Darmanto, 2014)
Menurut Sulianti (2004) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosa. Sebagian besar kuman ini menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang yang
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa
tahun.
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi.
Penyakit tuberkulosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal
biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. (PDPI, 2011)
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium tuberculosis compleks, antara lain :
M. tuberculosis, Varian Asian, Varian African I, Varian African II, M. bovis, M. leprase
dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri
Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan
pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis)
seperti M. kansasi, M. avium, M. intra cellularre, M. scrofulaceum, M.malmacerse, M.
xenopi yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB.
Untuk itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan identifikasi terhadap
Mycobacterium tuberkulosis menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.
C. Pemeriksaan TBC
Berikut pemeriksaan untuk mendiagnosis TB menurut Depkes 2014:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai pengobatan
yang telah dilakukan, dan menentukan potensi penularan TB. Dilakukan
dengan mengumpulkan tiga spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua
hari berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
a. S (Sewaktu): Dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali dan pada saat pulang diberi sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi di pagi kedua
b. P (Pagi): Dikumpulkan di rumah pada hari kedua di pagi hari. Pada saat
bangun tidur segera dikumpulkan dan diserahkan sendiri ke petugas di
Fasyankes.
c. S (Sewaktu): Dikumpulkan di hari kedua pada saat mengumpulkan
dahak pagi.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Tuberkulin Intradermal (Mantoux): Dilakukan dengan cara
penyuntikan pada intakutan. Bila positif, menunjukkan adanya infeksi
TB. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TB berat dengan
anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif, dan
lain-lain). (Raharjoe dan Setyanto, 2008)
b. Reaksi cepat BCG (Bacille Calmette-Guerin): Disuntikkan ke kulit. Bila
dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka orang tersebut telah terinfeksi
oleh Mycobacterium tuberculosis. (Depkes RI, 2005)
c. Pemeriksaan Radiologi: Pada pemeriksaan ini sering menunjukkan
adanya TB, tetapi hampir tidak dapat mendiagnosis karena hampir semua
manifestasi klinis TB dapat menyerupai penyakit-penyakit lainnya.
(Price danStandridge, 2005)
d. Pemeriksaan Bakteriologik: Pada pemeriksaan ini yang paling penting
adalah pemeriksaan sputum. (Price dan Standridge, 2005)
D. Klasifikasi TBC
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis paru dalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada:
a. Tuberkulosis paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif
2) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis
3) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
TB positif
4) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila
gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang
luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien
buruk.
b. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
1) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
2) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB
usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
Catatan:
Bila seorang pasien TB ekstra paru juga mempunyai TB paru, maka
untuk kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai
pasien TB paru.
Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ,
maka dicatat sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya
paling berat.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh,
gagal,
G. Komplikasi TBC
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi
dua, yaitu 17:
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema,laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut:
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut
adalah:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya
e. Rifabutin
Rifabutin dan rifampicin adalah turunan rifamycin,resitensi silang dapat
terjadi antara keduanya, akan tetapi masih ada sekitar 15%
strain Mtuberculosis yang sudah resisten dengan rifampicin ditemui
masih sensitif dengan rifabutin. Rifabutin lebih disukai dari rifampicin
pada pengobatan penderita tuberkulosis dengan HIV yang sedang diobati
dengan proteaseinhibitor, karena rifabutin
merupakan metabolic inducer yang lebih lemah daripada rifampicin.
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak
dan komposisi dari tablet KDT tersebut.Tabel berikut ini adalah contoh dari
dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150
mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg,
Keterangan:
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak.
Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.
Tabel Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak