TUBERKULOSIS (TBC)
Dosen Pengampu:
Ns. Wasisto Utomo, M.Kep.,Sp.KMB
Kelompok 4:
Anisatul Muntamah (1811112198) Muthiara Ihsan (1811112406)
Annisa Ramadhani (1811112392) Natasya Raisha Alfi (1811110882)
Delvi Sa’idah (1811112543) Nur Annisa (1811113551)
Dinar Rafif K (1811112898) Nur Grianing Putri (1811110471)
Fajri Disfa Madhani (1811110273) Safira Nur Hasikin (1811125347)
Herliana Safitri (1811112729) Seri (1811110592)
Keness PurnaniGrat (1811112659) Ulandari (1811110841)
Khoiriah Nasution (1811110593) Tania Sepriani (1811113334)
Mirna Nuralita Sari (1811113725) Yanni Rizkia Amlina (1811112407)
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Kelompok 4.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi TBC
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberkulosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. (Depkes, 2008)
merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis yang
dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar
paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering
disebut dengan ekstrapulmonal TBC. (Chandra,2012)
adalah penyakit radang pareknim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosa. paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan
oleh M. Tuberculosa. (Darmanto, 2014)
Menurut Sulianti (2004) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang yang mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberkulosis
complex yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi. Mycobacterium tuberkulosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi.
Penyakit ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh
bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya
terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. (PDPI, 2011)
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium tuberkulosis compleks, antara lain : M.
tuberkulosis, Varian Asian, Varian African I, Varian African II, M. bovis, M. leprase
2
3
dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri
Mycobacterium selain Mycobacterium tuberkulosis yang bisa menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberkulosis) seperti M. kansasi, M. avium, M. intra cellularre, M. scrofulaceum,
M.malmacerse, M. xenopi yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis
dan pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan
identifikasi terhadap Mycobacterium menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.
2. TB mudah menular melalui udara yang tercemar oleh bakteri micro bacterium
tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TB paru batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB paru dewasa.
3. Penyakit TB dapat disembuhkan secara tuntas dengan minum obat secara rutin
dan teratur, minimal selama 6 bulan dibantu oleh Pengawasan Minum Obat
(PMO).
4. Imunisasi BCG adalah salah satu alternatif pencegahan TB.
5. Segera lakukan pencegahan penularan penyakit TB bila telah terdiagnosa.
C. Pemeriksaan TBC
Berikut pemeriksaan untuk mendiagnosis TB menurut Depkes 2014:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai pengobatan
yang telah dilakukan, dan menentukan potensi penularan TB. Dilakukan dengan
mengumpulkan tiga spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari berupa
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
a. S (Sewaktu): Dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama
kali dan pada saat pulang diberi sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak
pagi di pagi kedua
b. P (Pagi): Dikumpulkan di rumah pada hari kedua di pagi hari. Pada saat
bangun tidur segera dikumpulkan dan diserahkan sendiri ke petugas di
Fasyankes.
c. S (Sewaktu): Dikumpulkan di hari kedua pada saat mengumpulkan dahak pagi.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Tuberkulin Intradermal (Mantoux): Dilakukan dengan cara penyuntikan
pada intrakutan. Bila positif, menunjukkan adanya infeksi TB. Namun, uji
tuberkulin dapat negatif pada anak TB berat dengan energi (malnutrisi,
penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif, dan lain-lain). (Raharjoe dan
Setyanto, 2008)
b. Reaksi cepat BCG (Bacille Calmette-Guerin): Disuntikkan ke kulit. Bila dalam
penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan
5
indurasi > 5 mm, maka orang tersebut telah terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberkulosis. (Depkes RI, 2005)
c. Pemeriksaan Radiologi: Pada pemeriksaan ini sering menunjukkan adanya TB,
tetapi hampir tidak dapat mendiagnosis karena hampir semua manifestasi klinis
TB dapat menyerupai penyakit-penyakit lainnya. (Price danStandridge, 2005)
d. Pemeriksaan Bakteriologik: Pada pemeriksaan ini yang paling penting adalah
pemeriksaan sputum. (Price dan Standridge, 2005)
D. Klasifikasi TBC
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Paru dalah yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
b. Ekstra paru adalah yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada:
a. Paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
2) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran
3) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif
4) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
6
e. Kasus Pindahan (Transfer In) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Catatan:TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami
kambuh, gagal.
berbicara, bernyanyi, atau bahkan tertawa — dan kemudian dihirup oleh orang lain.
Kuman yang keluar pengidap TBC dapat bertahan di udara lembab yang tidak
terpapar sinar matahari selama berjam-jam. Akibatnya, setiap orang yang berdekatan
dan berinteraksi dengan penderita TBC secara langsung berpotensi menghirupnya
sehingga akhirnya tertular.
Menurut data milik Kemenkes RI dalam Pedoman Nasional Pengendalian , untuk
satu kali batuk seseorang biasanya bisa menghasilkan sekitar 3.000 percikan air liur.
Kuman penyebab TB umumnya dapat bertahan hidup di udara bebas selama satu
sampai dua jam, tergantung dari ada tidaknya paparan sinar matahari, kelembapan,
dan ventilasi. Kuman yang terpapar sinar ultraviolet langsung akan mati dalam
beberapa menit. Namun, kuman dapat terus hidup hingga satu minggu jika tinggal di
dahak yang berada pada suhu di antara 30-37 derajat celcius. Pada kondisi gelap,
lembap, dan dingin, kuman TB dapat bertahan berhari-hari — bahkan sampai
berbulan-bulan. Daya penularan TB dari pengidap ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari paru, yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan dahak. Makin
tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, maka makin menular pasien
tersebut.
Faktanya, kebanyakan orang telah terpapar kuman TB selama hidupnya, namun
hanya 10% orang yang terinfeksi TB akan menderita penyakit ini. Salah satu faktor
penentu seseorang bisa terkena TB atau tidak adalah sistem imun tubuhnya. Semakin
kuat daya tahan tubuh Anda, semakin kecil kemungkinannya untuk tertular TB.
Orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah biasanya cenderung lebih
mudah terinfeksi. Lansia, orang dengan HIV atau AIDS, penderita kanker, diabetes,
ginjal, dan penyakit autoimun lainnya berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TBC
karena sistem imunnya tidak mampu melawan pertumbuhan bakteri.
TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki (60%) daripada perempuan (40%).
Proporsi kasus terbanyak tahun 2016 ditemukan pada kelompok usia produktif (25-
34 tahun) yaitu sebesar 18,07%, diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar ,25
persen. Kasus TBC juga paling banyak ditemukan pada golongan penduduk yang
tidak bekerja dan yang tidak sekolah.
9
G. Komplikasi TBC
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema,laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut:
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang
lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1)
2) Riwayat penyakit sekarang.
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan paru antara lain ISPA efusi pleura serta paru
yang kembali aktif.
4) Riwayat penyakit keluarga.
Mencari diantara anggota keluarga pada paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
5) Riwayat psikososial.
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita paru yang lain (dr. Hendrawan
Nodesul, 1996).
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996)
b) Pola nutrisi dan metabolik.
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
c) Pola eliminasi.
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi.
11
b) Pemeriksaan laboratorium
(1)Darah
Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putting yang meningkatkan
serta laju endap darah meningkat terjadi pada proses aktif. (Head Al
Sagaff. 1995. Hal 91)
(2)Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang
terdapat pada penderita paru yang biasanya diambil pada pagi hari.
(DR. Dr. Soeparman dkk, 1998. Hal 719, Barbara. T. long. Long. Hal
447, th 1996)
(3)Test
Test memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami
infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan
yaitu : Old (OT) dan Purifled Protein Derivative (PPD) yang
diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 – 26, dengan
cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan
dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna
jika diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 – 9 mm dianggap
meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama 48 –
72 jam disuntikkan. (DR. Dr. Soeparman, 1998, hal 721, Sylvia. A.
price, 1995, hal 755, Barbara. C. long, 1996, hal 446)
b. Analisa data.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan
masalah klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada,
nafsu makan menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur,
gangguan harga diri.
c. Diagnosa keperawatan.
Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah
kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan keperawatan (H. Lismidar,
14
1990, 12). Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan pada klien dengan paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :
1) Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen
dano kurangnya upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999)
2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan
keletihan, anorerksia atau dispnea. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
3) Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang resiko potongan. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
4) Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah.
5) Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret
kental, kelemahan dan upaya untuk batuk. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
6) Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan
penurunan permukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar –
kapiler. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
7) Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan
nyeri dada. (lynda, J. Carpenito, 1998)
2. Perencaaan
Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan Diagnosa
keperawatan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap
perencanaan ini meliputi 3 menentukan prioritas diagnosa keperawatan,
menentukan tujuan merencanakan tindakan keperawatan.
Dan diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai
berikut: ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan dengan sekresi
mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.
a. Tujuan : pola nafas efektif
b. Kriteria hasil :
1) klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif
2) frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 – 20 kali/menit)
3) dipsnea berkurang
c. Rencana tindakan
15
b. Ethionamide
Setelah penemuan isoniazid beberapa turunan pyridine lainnya telah diuji
dan ditemukan ethionamide dan prthionamide memperlihatkan aktifitas
antimikobakteri2. Mekanisme kerjanya sama seperti isoniazid, yaitu
menghambat sintesis asam mikolat. In-viro kedua turunan pyridine ini bersifat
bakterisid, tetapi resistensi mudah terjadi. Dosis harian adalah 500-1000 mg,
terbagi dua dosis. Efek samping utama adalah gangguan saluran cerna,
hepatotoksisitas (4.3% penderita); ethionamide memperlihatkan kekerapan
efek samping yang sedikit lebih rendah dari efek samping prothioamide. Efek
samping yang lain adalah neuritis, kejang, pusing, dan ginekomastia.
Untungnya, basil yang sudah resisten terhadap isoniazid masih rentan dengan
ethioamide, walaupun keduanya berasal dari senyawaan induk yang sama yaitu
asam nikotinat. Antara ethionamide dan prothionamide terjadi resistensi
silang.
c. Aminoglikosida dan Capreomycin
Kelompok obat suntik ini mempunyai mekanisme kerja mengikat ribosom
di subunit 30S, yang selanjutnya berakibat pengambatan sistesiprotein6. Obat
ini harus dapat melintasi dinding sel supaya tempat kerjanya di ribosom. Pada
pH rendah yaitu di dalam kavitas dan abses, penetrasi obat meliwati dinding sel
mikobakteri terhalang, dan ini dapat menerangkan kekurangmanjuran
aminoglikosida sebagai antitiberkulosis. Lebih lanjut aminoglikosida tak dapat
melintasi dinding sel, sebab itu tak berkhasiat terhadap mikobakteri intrasel.
Aminoglikosida berkhasiat bakterisid hanya terhadap mikobakteri yang
sedang membelah dan sedikit sekali efeknya terhadap basil yang tak sedang
membelah. Oleh karena itu aminoglikodsida hanya bermanfaat pada
pengobatan fase induksi, ketika mikobakteri dalam jumlah besar sedang
membelah diri, sedangkan pada pengobatan fase lanjut yang diperlukan adalah
OAT yang aktif terhadap mikobakteri intrasel yang sedang membelah diri
secara lambat.
e. Rifabutin
Rifabutin dan rifampisin adalah turunan rifamycin,resitensi silang dapat
terjadi antara keduanya, akan tetapi masih ada sekitar 15%
strain Mtuberkulosis yang sudah resisten dengan rifampisin ditemui masih
20
Keterangan:
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak.
Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.
Rifampisin 75 mg 150 mg 1.
tappering off dalam jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini
untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
A. Kesimpulan
B. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26