Anda di halaman 1dari 26

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai perwatan gigi memerlukan perekatan restorasi dan berbagai
perawatan ke gigi dengan bantuan bahan perekat. Di sinilah peran semen
dalam perawatan gigi. Semen adalah bahan perekat yang dibentuk sedemikian
rupa sehingga dapat menutup sebuah celah atau untuk menggabungkan dua
komponen menjadi satu. Semen ini bisa digunakan sebagai semen basis,
pelapik, dan bahan tambalan. Jenis semen yang digunakan dalam kedokteran
gigi da bermacam-macam (Robert, 2002).
Jenis semen ini mempunyai komposisi yang berbeda sehingga dalam sifat
mekanisnya dan fisik setiap semen ini berbeda. Oleh karenanya dalam
pemkaian semen operator harus mengtahui karaterustik dari masing-masing
semen sehingga tidak terjadi kesalahan dalam aplikasi ke pasien.Jenis-jenis
semen ada banyak, diantaranya semen seng fosfat, semen seng silikofosfat,
semen seng polikarboksilat, semen oksida seng eugenol, semen ionomer kaca,
semen berbasis resin, cermet, semen kalsium hidroksida (Anusavie, 2003).
Kegunaan dari semen secara umum adalah bahan perekat restorasi
ortodontik, restorasi sementara, restorasi gigi anterior, bahan tambal, pulp
capping, basis, pelapik kavitas, restorasi saluran akar. Selain itu kegunaan
lainnya adalah semen gigi dapat merekatkan gigi tiruan dan peralatan
ortodontik serta merakatkan post dan pasak untuk retensi retsorasi.Sebagian
besar semen dalam kedokteran gigi dipasok dalam 2 komponen yaitu bubuk
dan cairan (Anusavie, 2003).
Namun ada juga yang sediaanya sudah dalam bentuk pasta.Cairan semen
biasanya adalah larutan asam dan bubuknya adalah formula dasar yang terdiri
dari kaca atau non logam. Asam-basa inilah yang akan memicu terjadinya

1
2

reaksi kimia pada saat manipulasi, sehingga kemudian semen dapat


diaplikasikan dalam kedokteran gigi (Anusavie, 2003).
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas penulis menyusun
makalah dengan judul “ Material Semen Dalam Kedokteran Gigi “

1.2 Rumusan Masalah


Apakah material semen dapat diaplikasikan dalam kedokteran gigi
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, syarat, dan klasifikasi semen dalam
kedokteran gigi
2. Untuk mengetahui komposisi, manipulasi semen dalam kedokteran gigi
3. Untuk menegtahui pengaplikasian semen dalam kedokteran gigi
3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Semen

Semen kedoketran gigi adalah campuran powder dan liquid yang


merupakan reaksi kimia antara asam dan basa. Powder bersifat basa dan
liquid yang bersifat asam membentuk konsistensi berupa pasta kental yang
kemudian akan mengeras menjadi masa yang padat (Noel, 1998).

2.2 Syarat Semen kedokteran gigi

1. Tidak racun serta tidak mengiritasi pulpa dan jaringan lainnya


2. Tidak larut dalam saliva dan cairan lain yang dimasukkan ke dalam mulut
3. Sifat-sifat mekanis harus memenuhi persyaratan untuk tujuan penggunaan
bahan tersebut, misalnya semen untuk cavity lining haruslah menghasilkan
kekuatan yang cukup dalam waktu cepat untuk memungkinkan bahan
tambal dimasukkan dalam kavitet
4. Perlindungan jaringan pulpa terhadap pengaruh bahan restorasi lainnya :
a. Penghambat panas, lapisan semn diberi dibawah suatu restorasi besar
yang terbuat dari bahan logam (misal amalgam) untuk melindungi
pulpa terhadap perubahan suhu
b. Pelindung kimia, suatu semen haruslah dapat mencegah penetrasi
zaat kimia yang bersifat merusak dari bahan restorasi ke dalam pulpa
c. Penghambat arus listrik antara restorasi lohgam untuk mengurangi
pengaruh galvanis (disebabkan oleh 2 arus yang berbeda pada gigi
antagonis/ bersebelahan dengan tumpatan 2 macam logam berbeda
5. Dapat melekat pada enamel, dentin, porselen, akrilik, dan alloy, tetapi
tidak lengket pada alat kedokteran gigi
6. Bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri)
7. Tidak mengurangi sensitivitas dentin (Noel, 1998).

3
4

2.3 Sifat dan Karateristik Semen

1. Ketebalan dan konsistensi


Ketebalan semen sangat menetukan adaptasi restorasi dari gigi. Ketebalan
maksimum dari semen adalah 25υm. Semakin tebal onsitensi maka
semakin besar juga ketebalan semen yang mengakibatkan restorasi kurang
sempurna (Martin,2006).
2. Kekentalan
Konsistensi dari semen dapat ditentukan dengan mengukur kekentalan.
Peningkatan suhu dan waktu telah menujukan peningkatan kekentalaan
atau viskositas dari beberapa jenis semen (Martin,2006).
3. Setting time
Merupakan faktor yang penting delain viskositas atau kekentalan dari
semen. Waktu yang cukup harus disediakan setalah proses pencampuran
semen dilakukan agar hasilnya seuai dengan tujuan digunakannya semen
tersebut (Martin,2006).
4. Kekuatan (Compressive Streght)
ANSI/ADA spesifikasi no.96 menetapkan bahwa standar konsistensi
luting dari semen kedokteran gigi adalah sebesar 70 Mpa (Martin,2006).

2.4 Fungsi Semen Kedokteran Gigi

1. Luting Agent (bahan perekat)


Semen sebagai luting agent berfungsi untuk melekatkan restorasi
yang dilakukan di luar mulut dimana diharapkan perlekatan tersebut kuat
dan bertahan untuk waktu yang lama (Robert, 2002).

2. Basis

Basis adalah lapisan semen yang dittempatkan di bawah restorasi


permanen untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan melindungi
dari kerusakan. Kerusakan bisa dari thermal shock bila direstorasi dengan
bahan logam dan kerusakan karena iritasi kimia (Robert, 2002).
5

4. Liner dan Varnish


Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis
dan fungsi utamanya adalah untuk memberikan penghalang bagi iritasi
kimia. Varnish adalah rosin alami atau rosin sintetik yang dilarutkan
dalam pelarut seperti eter atau kloroform yang di oleskan disekeliling
kavitas (Robert, 2002).
5. Pelindung pulpa
Semen berfungsi untuk penemopatan restorasi, cavity liner denagn
low strenght base yang tidak mengiritasi pulpa (Robert, 2002).
6. Bahan restorasi
Semen berfungsi sebagai bahan restorasi permanen maupun
restorasi sementara (Robert, 2002).

2.5 Klasifikasi Semen Kedokteran Gigi

Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasarkan kegunaan yang digunakan


menurut Anusavice (2003) :

Semen Kegunaan Utama Kegunaan sekunder


Seng fosfat Bahan perekat untuk Restorasi jangka menengah,
restorasi dan peralatan basis penahan panas
orthodontik
Seng oksida eugenol Restorasi smentara dan Restorasi saluran akar,
menengah, bahan perekat penutup luka bedah
sementara dan permanen, periodontal
basis, penahan panas,
pelapik kavitas, penutup
pulpa
Polikarboksilat Bahan perekat untuk Bahan perekat untuk
restorsi, basis penahan peralatan orhtodontik,
panas restorasi jangka menegah
Silikat Restorasi gigi anterior Restorasi jangka menengah,
6

bahan perekat untuk


peralatan orthodontik
Silikofosfat Bahan perekat untuk
restorasi
Ionomer kaca Restorasi gigi anterior, Penutup ceruk dan fisura,
bahan perekat untuk basis penahan panas
restorasi dan peralatan
orthodontik, pelapik
kavitas
Ionomer kaca modifikasi Restorasi gigi posterior
logam konservatif, membangun
badan inti restorasi
Resin Bahan perekat untuk Restorasi sementara
restorasi dan peralatan
orthodontik
Kalsium Hidroksida Bahan penutup pulpa
(pulp capping), basis
penahan panas

2.6 Semen Seng fosfat (zinc phospate)

Gambar 1. Semen seng fosfat


7

1. Komposisi
Powder : oksida seng (zinc oxide) 90%, oksida magnesium 10%
Liquid : asam fosfor dan garam logam (Powers, 2006).

2. Sifat
a. PH rendah 1,6-3.6 mempunyai pengaruh pada pulpa
b. Insolator panas yang baik
c. Daya larut relatif rendah di dalam air
d. Keasaman semen cukup tinggi
e. Compresisive strenght yang tinggi
f. Iritatif pada pulpa (Powers, 2006).

3. Manipulasi
a. Siapkan perbandingn bubuk dan cairan sesuai kebutuhan
penggunaan klinis pada glass plate. Anjuran perbandingan p:w =
1,4 gram:0,5 ml
b. Proses pencampuran dan pengadukan bubuk dan cairan sedikit
demi sedikit dengan waktu pengadukan selama 15 detik setiap
penambahan bubuk
c. Gerakan mengaduk semen dengan seng fosfat memutar melawan
jarum jam dari spatula pada area yang luas
d. Penyelesaian pengadukan ± 1.5 menit (Powers, 2008).

4. Kelebihan dan Kekurangan semen fosfat


Kelebihan :
a. Penampilan semen yang baik
b. Kecepatan dan kemudahan penggunaan
c. Aliran cukup untuk membentuk lapisan tipis untuk
penyemenan mahkota, gigi rituan sebagaian dan inlay
d. Konduktivitas termal lebih rendah dibandingkan bahan
restorasi logam (Powers, 2006).
8

Kekurangan :

a. Kekuatan menghancurkan rendah yang bervariasi antara


12.000 dan 19.000 psi
b. Larut dalam cairan mulut meskipun dengan intensitas
rendah
c. Bahan yang opaque tidak cocok untuk daerah yang terlihat
(Powers, 2006).

2.7 Semen Oksida Eugenol (ZOE)

Gambar 2. Semen oksida eugenol

1. Komposisi
Powder : Zinc oxide 69,0% (Bahan utama)
White rosin 29,3% (mengurangi kerapuhan pada semen)
Zinc stearate 1,0% (akselerator, plasticizer)
Zinc acetate 0,7% (akselerator, menaambah kekuataan)
Magnesium oxide (ditambahkan pada bubuk, beraksi
dengan eugenol)

Liquid : Eugenol 85% (beraksi dengan zinc oxide)

Oliv oil 15,0% (plasticizer) (Powers, 2006).


9

2. Sifat
a. Sifat fisik
Rasio bubuk : cairan mempengaruhi kecepatan pengerasan
Temperatur alas aduk memepngaruhi kecepatan pengerasan
Kekuatan ZOE berkisar 3-55 Mpa
b. Sifat kimiawi
Komponen utamanya adalah oksida seng dengan eugenol jadi
reaksi pengerasan dan struktur mikronya pada dasarnya sama
dengan pasta cetak
c. Sifat biologi
ZOE mempunyai pH mendekati 7 yang cocok secara biologis
terhadap pulpa (Powers, 2006).

3. Klasifikasi Semen ZOE


a. ZOE tipe 1 > untuk semen sementara
b. ZOE tipe 2 > untuk semen permanen
c. ZOE tipe 3 > untuk restorasi sementara dan basis penahan panas
d. ZOE tipe 4 > untuk pelapik kavitas (Powers, 2006).

4. Manipulasi Semen ZOE


a. Bubuk : cairan 4:1 atau 6:1 diletakan pada glass plate
b. Siapkan stopwatch, bubuk dan cairan eugenol diaduk sampai
mencapai suatu tekstur seperti pasta kental, saat pencampuran
dimulai nyalakan stopwatch
c. Pasta yang tercampur akan dapat terpegang tanpa melekat di jari
d. Masukan ke kavitas catat waktu settingnya (Powers, 2008).

5. Kelebihan dan Kekurangan ZOE


Kelebihan :
a. Mempunyai working time yang cukup
b. Daya antibakteri
10

c. Memberikan perlindungan pulpa


d. Meminimalkan kebocoran mikro (Powers, 2006).

Kekurangan :

a. Adanya kandungan eugenol yang berisiko alergi pada pasien


b. Kekuatan yang kurang
c. Kurang tahan terhadap abrasi
d. Mudah larut dalam cairan mulut (Powers, 2006).

6. Indikasi Kontraindikasi
Indikasi :
a. Meredakan sakit
b. Basis insulatif
c. Tambalan sementara
d. Sementasi onlay, crown, dan bridge
e. Karies dentin

Kontraindikasi : kasus pulpa gangren atau mati (Powers, 2006).

2.8 Semen Polykarboksilat

Gambar 3. Semen polikarboksilat

1. Komposisi
Powder : Oksida seng (zinc oxide)
Oksida magensium (magnesium oxide)
Oksida stanium (dapat menggantikan oksida megnesium)
11

Liquid : Larutan air dari asam poliakrilat konsentrasi 40%


(Prihantini, 2011).

2. Sifat
a. Sifat mekanisnya : compresive strenght sekita 55 Mpa
b. Ketebalan lapisan nya mencapai 25υm atau kurang
c. Waktu kerja dan pengerasan lebih pendek dari seng fosfat yaitu 2,5
dari 5 menit seng fosfat
d. Daya larut dalam air memang rendah, namun jika terpajan asam
organik dengan pH 4,5 daya larut meningkat (Prihantini, 2011).

3. Manipulasi
a. Perbandingan powder/liquid 1:1 sampai 2:1
b. Teteskan liquid dan letakan powder pada glass plate
c. Siapkan stopwatch, campur powder dan liquid dalam waktu 30-60
detik
d. Campuran semen harus segera diaplikasikan ke kavitas (Prihantini,
2011).

4. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan : waktu pengerasan lebih cepat dari seng fosfat
Kekurangan : Tidak sekaku semen fosfat, modulus elastis kurang dari
setengah semen fosfat (Prihantini, 2011).

2.9 Semen Silikat

1. Komposisi
Powder : Kaca silika (SiO2)
Alumina (Al2O3)
Senyawa florida (NaF, CaF2)
Liquid : Asam fosfat 37% (Prihantini, 2011).
12

2. Sifat
a. Tensile strenght kurang baik
b. Daya larut semen dalam air rendah, namun mudah larut dalam asam yang
terdapat dalam plak yang melekat diatasnya
c. Terikat secara kimia dengan struktur gigi karena adanya fluoride
(Prihantini, 2011).

3. Manipulasi

Pencampuran bubuk dengan cairan harus dicampur dengan cepat dan


dibuat sekental mungkin. Ratio yang digunakan 1,6g/0,4 ml (Prihantini,
2011).

4.Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan :

a. Waktu pengerasan lebih cepat dari semen fosfat


b. Fluorida yang dilepaskan menghambat karies

Kekurangan :

a. Tidak sekaku semen fosfat


b. Modulus elastisitas kurang dari semen fosfat
c. Kecepatan larut yang tinggi sehingga usia tambalan sedikit
d. Cepat hilang bentuk anatominya
e. Terdegradasi bentuk tepinya (Prihantini, 2011).

2.10 Semen Silikofosfat

Gambar 4. Semen silikofosfat


13

1. Komposisi

Powder : Aluminosilicate glass 90%

Oksida seng + oksida megnesium 10%

Liquid : asam fosfat, air, seng dan aluminium salt (Prihantini, 2011).

2. Sifat

a. Sifat mekanis : compressive strenght 140-170 Mpa, tensile strenght


antara 8-13 Mpa, ketebalan lapisan 20-40υm, memiliki sifat
toughness yang tahan terhadap abrasive

b. Sifat fisis : anti karies karena adanya kandungan flourida, berbentuk


butiran kasar

c. Sifat kimia : ketahanan terhadap kelarutan dan disintegrasi di dalam


mulut

d. Sifat biologis : tingkat keasaman tinggi karena adanya kandungan


fosfat (Prihantini, 2011).

3. Manipulasi

a. Rasio bubuk dan cairan 2,2 gr : 1 ml

b. Tempat pencampuran bubuk dengan ciaran menggunakan glass slab


yang tebal dan dingin, juga menggunakan spatula dari bahan
plastik

c. Pengadukan dilaakukan dengan teknik memutar selama 1 menit

d. Bubuk dicampurkan kedalam cairan sedikit demi sedikit untuk


mendapatkan konsistensi yang diinginkan dengan baik (Powers,
2008).
14

4. Indikasi Kontraindikasi
Indikasi :
a. Basis
b. Sementasi untuk mulut yang angka karies nya tinggi

Kontraindikasi : kasus pulpa gaangren atau mati (Powers, 2008).

2.11 Semen Ionomer Kaca (SIK/GIC)

Gambar 5. Semen ionomer kaca

1. Komposisi
Powder : Kaca kalsium fluoroaluminosilikat
Liquid : Larutan dari asam poliakrilat konsentrasi 50% (Anusavie, 2003).

2. Sifat
a. Sifat fisis :
1) Anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi
lebih tahan tehdap karies
2) Tremal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
3) Tahan terhadap abrasi (Anusavie, 2003).

b.Sifat mekanis :

1) Compresive strenght 150 Mpa, lebih rendah dari silikat


15

2) Tensile strenght 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat


3) Hardness 4,9 KHN
4) Frakture toughness
c. Sifat kimia :
Dapat melekat dengan baik ke anamel dan dentin
d. Sifat bologis :
Biokompatibilitas terhadap jaringan baik (Anusavie, 2003).

3. Klasifikasi semen ionomer kaca


Berdasarkan kegunaanya :
a. Tipe I > Luting cements
b. Tipe II > Restorasi
c. Tipe III > Liners and bases
d. Tipe IV > Fissure Sealants
e. Tipe V > Orthodontik cements
f. Tipe VI > Core build up
g. Tipe VII > Fluoride releasing
h. Tipe VIII > ART (atraumatic restorative tecnique)
i. Tipe IX > Deciduous teeth restoration (Anusavie, 2003).

4 Manipulasi
a. Powder dan liquid dikeluarkan dengan jumlah yang tepat pada
paper pad
b. Bubuk dibagi menjadi 2 bagain dan salah satu bagain dicampur
dengan liquid
c. Manipulasi dilakukan dengan gerakan melipat searah. Hal
inidikarenakan bentuk molekul GIC yang kotak dan hanya bisa
tercampur dengan cara melipat
d. Sisa powder ditambahkan dan total waktu yang digunakan untuk
mencaampur adalah 30-40 detik, dengan setting time 4 menit
16

e. Setelah restorasi ditempatkan dan diukur konturnya dengan benar,


permukaan harus dilindungi dari kontaminasi saliva dengan
menggunakan varnish (Mount, 2003).

5. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
a. Potensi antikarsinogenik
b. Transluen
c. Biokompatibel
d. Melekat secara kimia dengan struktur gigi
e. Sifat fisik yang stabil
f. Mudah dimanipulasi

Kekurangan :

a. Compresive strenght kurang baik


b. Resistensi terhadap abrasi menurun
c. Estetik kurang baik
d. Warna tambalan lebih opaque (Mount, 2003).

2.12 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Logam

1. Komposisi :

Kaca ionomer dari komposisi semen ionomer kaca ditambahkan dengan


partikel logam sebagai bahan pengisi (Grag, 2010).

2. Sifat

a. Ketahanan terhadap fraktur


b. Ketahanan terhadap keausan
c. Pelepasan jumlah fluorida yang dalam jumlah besar (Grag,
2010).
3. Manipulasi
a. Preparasi permukaan
17

Menyiapkan permukaan yang bersih dan menghilangkan


lapisan yang terbentuk saat preparasi kavitas agar menghasilkan
adhesi yang baik (kondisioning)
b. Persipan Bahan

Yaitu menyiapkan bahan sesuai dengan rasio bubuk dan


cairan yang direkomendasikan pabrik

c. Penyelesaian permukaan dari bahan yang telah mengeras


d. Prosedur pasca restorasi
Yaitu melapisi dengan bahan pelindung untuk melindungi
sampai semen mencapai kematangan penuh (Grag, 2010).

4. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
a. Tahan menghadapi keausan di bandingkan dengan semen
ionomer kaca tanpa modifikasi
b. Lebih Kuat
c. Bisa sebagai alternative penggunaan amalgam yang saat ini
tidak boleh digunakan karena memiliki banyak kekurangan
d. Mengalami pelepasan fluoride sehingga memilki ketahanan
terhadap karies

Kekurangan :

Memiliki derajat penyusutan yang tinggi sebagai akibat dari


polimerisasi (Grag, 2010).

2.13 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin

1. Komposisi :

Powder : Ion leachable fluoro amino silikat glass partikel, Iniator for light
curing
18

Liquid : air, asam poliakrilat dengan metakrilat, monomer hidroksiatil


metakrilat (Grag, 2010).

2. Sifat

a. Sifat mekanis :kekuatan, kekakuan, merendahkan koefisien muai panas

b. Sifat fisik : ketebalan

c. Sifat biologi : tidak mengiritsi pulpa (Grag, 2010).

3. Manipulasi
a. Preparasi permukaan
menyiapkan permukaan yang bersih dan menghilangkan lapisan yang
terbentuk saat preparasi kavitas agar menghasilkan adhesi yang baik
(kondisioning)
b. Persipan Bahan
Yaitu menyiapkan bahan sesuai dengan rasio bubuk dan cairan yang
direkomendasikan pabrik
c. Penyelesaian permukaan dari bahan yang telah mengeras
d. Prosedur pasca restorasi
Yaitu melapisi dengan bahan pelindung untuk melindungi sampai
semen mencapai kematangan penuh (Grag, 2010).

4. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
a. Memilki kekutan tarik hgaris tengah yang lebih tinggi dari pada
semen ionomer kaca tanpa modifikasi atau konvensional
b. Mengatasi kepekaan terhadap cairan atau mengurangi kepekaan air
dari semen ionomer kaca
c. Mengatasi kekuatan wal yang rendah yang dimiliki semen ionomer
kaca
d. Bisa diterapkan sebagai pelapik, penutup fisura, basis, pembangun
badan inti, restorasi, adhesif untuk bracket ortodonti, bahan
19

perbaikan untuk tonjol amalgam yang rusak dan bahan pengisi


saluran akar retrogred

Kekurangan :

a. Memilki derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras akibat


polimerisasi
b. Sedikitnya kandungan air dan asam karboksilit mengurangi
kemampuan semen untuk membasahi substrat gigi
c. Ketika digunakan sebagai pelapik mempunyai rasio bubuk : cairan
yang lebih tinggi dan menunjukan kebocoran mikro yang lebih
banyak dibandingkan pelapik semen ionomer kaca konvensional

2.14 Semen Kalsium Hidroksida

1. Komposisi

Base pasta : calcium tungstate

Tribasic calcium phospate

Zinc oxide dalam gycol salycate

Katalis pasta : Calcium hydroxide

Zinc oxide

Zinc streate dalam ethylene toluen sulfonamide


(Robert,2002).

2. Sifat

a. Sifat biologi : biokompatibilitas baik

b. Sifat kimia : kalsium hidroksida bersifat basa sehingga dapat


menghambat pertumbuhan bakteri

c. Sifat mekanis : merangsang perbaikan apikal (Robert,2002).


20

3. Manipulasi

Kalsium hidroksida dimanipulasi dengan cara mencampur pasta


base dan katalis diatas paper pad dengan menggunakan metal spatel
atau ball-ended instrument ukuran kecil. Base dan katalis dibagi dalam
porsi yang sama dan dicampur sekitar 10 detik dengan waktu setting
dari 2-7 menit. Waktu setting bervariasi antara 2,5-5 menit
(Robert,2002).

4. Kelebihan dan kekurangan


Kelebihan :
a. Mempunyai efek bersifat bakterisidal dan disinfektan
b. Merangsang pembentukan jaringan keras
c. Mencegah resorpsi tulang
d. Tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi
e. Mengurangi kepekaan rasa neyri dentin terhadap rangsangan
dari luar dan dari dalam
f. Daya iritasi ringan (Robert,2002).

Kekurangan :

a. Tidak dapat menutup permukaan fraktur pada kasus injury


traumatik pada gigi vital
b. Dapat menghambat perlekatan fungsi sel-sel ligamen
periodontal serta menghambat proses penyembuhan
permukaan akar (Robert,2002).

5. Indikasi Kontraindikasi
Indikasi :
a. Pulpa yang terbuka dalam pilp capping dan pulpatomy
b. Leakage canal
c. Apexification, merangsang pembentukan apex
d. Membentuk jaringan keras gigi
21

e. Bahan tambalan sementara untuk infeksi saluran akar

Kontraindikasi :

a. Peradangan pulpa
b. Kasus gangren pulpa seperti abses (Robert,2002).
22

BAB 3
KONSEP MAPPING

3.1 Mapping

Semen

Klasifikasi

Asam Polimerisasi

Fungsi Komposisi Sifat Manipulasi

Syarat

Aplikasi

3.2 Hipotesa

Meterial semen dapat diaplikasikan dalam kedokteran gigi sebagai bahan


restorasi, bahan perekat, dan pelindung pulpa

20
23

BAB 4

PEMBAHASAN

Semen kedoketran gigi adalah campuran powder dan liquid yang merupakan
reaksi kimia antara asam dan basa. Powder bersifat basa dan liquid yang bersifat
asam membentuk konsistensi berupa pasta kental yang kemudian akan mengeras
menjadi masa yang padat. Semen di klasifikasikan berdasarkan reaksi asam dan
bahaan polimerisasinya. Sebagian besar semen berdasarkan reaksi asam (Noel,
1998).

Reaksi asam dari liquid dan bubuk yang membentuk reaksi asam-basa ketika
dimanipulasi. Sedangkaan menggunakan bahan polimerisasi adalah semen
ionomer kaca yang dimodifikasi resin. Menggunakan sinar untuk polmerisasi, dan
juga komposisi dari asam poliakrilik dengan metakrilat dan monomer hidroksiatil
metakrilat yang beraksi sehingga mengalami polimerisasi. Setiap klasifikasi
semen ini tentunya memiliki komposisi, sifat, cara manipulasi, serta fungsi yang
berbeda-beda.

Semen dalam kedokteran gigi ini di gunakan sebagai bahan restorasi, bahan
perekat, dan pemebrsih pulpa (luting, basis, varnish, liner). Semen fosfat
mempunyai oksida seng 90% sebagai bubuk utama dan asam fosfor sebagai
cairannya. Seng fosfat ini memiliki sifat modulus elastisitas 13 Gpa sehingga
cukup kaku namun memiliki nilai keasaman yang tinggi sebagai sifat biologi nya.
Setelah dimanipulasi dengan cara manual seng fosfat dapat di gunakan sebagai
bahan restorasi sementara, basis, dan pelapik, dan bahan perekat inlay (Powers,
2006).

Semen seng eugenol memiliki oksida seng 69%, dan komponen tambahan
lainnya seperti white rosin 29,3%,dll. Cairannya berupa eugenol 85%. Seng
eugenol memiliki sifat biologi yang baik karena pH nya 7 sehingga cocok
digunakan untuk pulpa, serta sifat kimia nya yaitu terjadi reaksi antara oksida

21
24

seng dengan eugenol. Seng oksida dapat digunakan sebagai bahan pengisi saluran
akar. (Powers, 2006).

Semen polikarboksilat merupakan semen pertama yang memiliki ikatan adhesif


dengan struktur gigi. Polikarboksliat ini dapat di gunakan sebagai mahkota dan
jembatan, bahan perekat pada komposit, dan amalgam. Silikat merupakan salah
satu semen kedokteran gigi yang hingga saat ini sudah jarang digunakan dalam
kedokteran gigi. Hal itu disebabkan karena munculnya komposit berbasis resin
untuk restorasi gigi anterior (Prihartini, 2011).

Selain itu sifat biologi dari semen silikat ini juga tidak cikup baik, dimana pH
dari semen ini adalah kurang dari 3 sehingga dapat mengiritasi pulpa. Semen
silikofosfat merupak semen yang komposisi nya merupakan gabungan dari semen
silikat dan fosfat. Semen ini memiliki sifat tahan terhadap abrasive yang lebih
tinggi dari semen seng fosfat, juga memiliki sifat antikaries karena kandungan
fluor dalam komposisinya. Semen ionomer kaca (SIK) slah satu semen yang
hingga sekarang paling banyak digunakan dalam kedokteran gigi (Mount, 2003).

Selain memilki sifat antikaries dari komposisinya, semen ini juga memilki
dapat melekat secara kimia dengan baik dengan struktur gigi, serta sifat fisik yang
stabil. Semen ionomer kaca kemudian berkembang lagi dengan di modifikasi
menggunakan logam dan resin. Semen kalsium hidroksida merupakan basis smen
saluran akar yaang di yakini memiliki beberapa keunggulan dalam hal dapat terjai
efek terapi yang dapat merangsang terbentuknya jaringan keras gigi (Robert,
2002).
25

BAB 5

KESIMPULAN

Semen dalam kedokteran gigi dikasifikasikaan berdasarkan reaksi asam-basa


dari powder dan liquid nya serta bahan polimerisasinya. Masing-masing semen
memiliki komposisi, sifat, fungsi, dan cara manipulasi nya sendiri, namun secara
keselurhan bahan semen dalam kedokteran gigi diaplikasikan sebagai bahan
restorasi, bahan perekat, dan perlindungan pulpa (luting, basis, varnish, dan liner).

23
26

DAFTAR PUSTAKA

Annusavie. 2003. Dental Materials Eleven Edition. Mosby

Crag.,Nisha.,Amit Garg. 2010. Textbook Of Operative Dentistry. New Delhi : J


aypee

Martin S.Spiller. 2006. Restorative Material. Mosby : Jaypee

Mount J.G.,Hewlett R.E. 2003. The Role Of Glass Ionomer Cemment In


Minimally Invasive Restorative Desntistry

Noel Ray. 1998. Dental Cements-2 : Resin Cements. University Dental scholl and
Hospital Wilton, Cork,Irland

Powers J.,Wataha J. 2008. Dental Materials Properties And Manipulation. Mosby

Powers J.M.,Sakaguchi R. 2006. Craig’s Restorative Dental Material, Twelth


Edition. Mosby Inc

Prihantini, Ardini. 2011. Sintesis dan Karateristik Semen Gigi Berbasis Zinc
Oxida. Surabaya : Universitas Airlangga Surabaya

th
Robert G. 2002. Craig and Jhon M. Powers, Restorative Dental Cement, 1 Ed.
Mosby Company

24

Anda mungkin juga menyukai