Anda di halaman 1dari 19

Editing

(Tim Editing Diklat Dasar #15 Kine Klub UMM)

BAGIAN I: SEJARAH SINGKAT EDITING


Motion picture film diciptakan baru di abad ke-19. Film pertama kali ada dan
dibuat, tidak melalui proses editing video maupun audio sama sekali. Hanya terdiri
dari satu kali pengambilan gambar (single shot) yang dilakukan secara
berkesinambungan. Editing seperti yang kita ketahui secara perlahan-lahan baru
dikembangkan kemudian.
Pada saat Lumiere bersaudara Louis dan Auguste Lumiere mulai membuat
film dan diputar untuk pertama kalinya pada 28 desember 1895 di sebuah ruang
yang diproyeksikan ke sebuah layar. Lumiere bersaudara menyewa sebuah ruangan
bilyar tua di bawah tanah di Boulevard des Capucines, Paris yang kemudian dikenal
sebagai ruangan bioskop pertama di dunia, yang kemudian tempat itu dikenal
dengan nama Grand Café. Pada saat itu, editing belum menjadi salah satu bagian
dari proses pembuatan film. Film pada saat itu masih terdiri dari satu buah shot
(single shot) dengan panjang durasi yang sama dengan kejadian sesungguhnya (real
time) dan belum ada manipulasi waktu, seperti pada film La sortie des usines (1895),
film ini dibuat dengan shot dan kamera yang statis. Kebanyakan film pada saat itu
masih berupa sebuah rekaman dari kejadian sebenarnya/nyata. Pada saat itu cerita
dibentuk secara spontan hingga akhimya menghasilkan cerita yang tak memerlukan
adanya pemotongan film sama sekali. Hal ini terus terjadi hingga pada suatu saat
pembuat film menyadari, bahwa film tersebut bisa dipotong dan mampu
menggabungkan beberapa pengambilan gambar yang terpisah menjadi satu
gabungan yang mampu menciptakan kesan terjadinya sebuah cerita, pada saat itu
editing mulai dikenal.
Film yang bercerita dengan editing yang dilakukan masih sangat sederhana
pertama kali diperkenalkan oleh Georges Méliès. Film Le Voyage Dans la Lune – A
Trip to the Moon (1902) film pertamanya yang menggambarkan perjalanan orang ke
bulan hanya menggunakan editing untuk kesinambungan bercerita (cutting to
continuity). Editing yang dilakukan Melies hanya terdiri dari satu shot untuk tiap-tiap
adegan yang disambungnya.
Georges Meliès juga mengenalkan ide akan cerita naratif, plot,
pengembangan karakter, ilusi, dan fantasi kepada film. Dalam film Le Voyage Dans la
Lune Melies juga mengembangkan penggunaan efek khusus (special effects) pada
film generasi awal, termasuk double exposure, penampilan para aktor dalam
beberapa gambar yang terpisah, dan dissolve, fade-out. “magic tricks” ini
dikembangkan menjadi dasar suatu bahasa film: fade-in untuk menandakan
permulaan, transisi dissolve antara satu shot ke shot yang lain dan fade-out untuk
menandakan berakhir. Ia juga menjadi pelopor dari seni editing film. Le Voyage Dans
La Lune mempunyai semua unsur yang menandai genre film sci-fi (fiksi ilmiah),
petualangan para ilmuwan, perjalanan ruang angkasa masa depan, special effects
seperti super impose, dan makhluk asing di tempat yang sangat jauh. Gambar dari
pendaratan kapsul di Bulan dalam film Le Voyage Dans La Lune menjadi
pemandangan mengesankan dan diakui secara luas dalam sejarah film.
Film Edwin S. Porter juga menggunakan kamera untuk merekam berita.
Filmnya yang berjudul The life of an American Fireman (1903) diedit secara dramatis
dengan menggabungkan shot asli dan shot rekonstruksi.
Pada waktu yang sama, Edwin S. Porter membuat The Great Train Robbery
(1903), film dianggap sebagai permulaan editing modern. Porter mengembangkan
teknik jumping pada points of view yang berbeda dan teknik penyambungan gambar
berbeda tempat, dengan babak kronologis serta menggunakan editing cross cutting
atau parallel action yang revolutioner. Porter berhasil membuat terobosan baru
dalam teori editing, yaitu teknik teknik paralel (menggabungkan shot-shot dari dua
kejadian berbeda lokasi, tapi masih dalam waktu yang sama). Dengan kombinasi dari
editing film dan cerita naratif, Porter membuat film yang sangat penting dan
berpengaruh yang mengungkap kemungkinan akan cerita fiksi dalam film. Film
tersebut dibuat dengan standar artistik yang tidak jauh berbeda dengan sekarang.
Seiring dengan perkembangan jaman, editing juga mengalami perubahan.
Sebuah film tidak lagi terdiri dari satu shot untuk tiap adegannya. Kita juga kemudian
mengenal adanya tipe shot. Sehingga editing memegang peranan yang cukup
penting dalam pembuatan dalam sebuah film. Dengan adanya editing, kita akhirnya
mengenal adanya film time, waktu yang terjadi dalam film. Editing dapat melakukan
manipulasi waktu dalam film. Sehingga waktu yang diciptakan bisa menjadi lebih
singkat, atau malah sebaliknya menjadi lebih lambat.
Editing tidak lagi hanya sekadar kebutuhan kesinambungan cerita, melainkan
sudah menjadi kebutuhan kesinambungan gambar (continuity editing) yang
kemudian lebih dikenal dengan istilah “Classical Hollywood”. Gaya ini pertama kali
dikembangkan oleh D.W. Grifftih dalam filmnya The Birth of a Nation (1915). D.W.
Griffith mengambil konsep editing selangkah lebih maju. Tidak hanya sebuah cerita
epik berlatar perang saudara, tetapi juga mempunyai durasi yang panjang (sekitar 2
jam) format sensasional cerita dua keluarga, nasib mereka adalah nasib bangsa. Di
film ini Griffith mengembangkan cerita dan meningkatkan emosi dengan memakai
tekhnik cross cutting, clasical editing, close up, two shot dengan berdialog (Rule
180%), variasi angle (termasuk bird angle), ekstreme long shot dan pengunaan efek
cahaya. Film ini berhasil membuat penonton terdiam menonton dan terbawa
dramatisasi emosi yang dibuat Griffith yang membuat film ini sangat sukses di
pasaran.
Filmmaker Rusia Sergei Eisenstein mengambil teknik Griffith’S dan
mengembangkan lebih jauh, seperti dalam film The Battleship Potemkin (1925).
Berangkat dari persepsi editing Porter dan Griffith sineas Rusia Vsevolod Poedovkin
mencoba membuat sebuah film Mother (1926), dan membangun sebuah teori yang
dia sebut sebagai editing kontruktif (constructive editing), yang dibangun dari urutan
sejumlah shot. Dari metode yang dibangun Poedovkin ini dapat dipahami bahwa
seorang editor dapat mengubah-ubah urutan shot sesuai keinginannya untuk
mempengaruhi atau berpengaruh pada makna pesan yang akan disampaikan melalui
filmnya.
Pada tahun 1929 orang-orang Rusia yang lain, Dziga Vertov yang melihat
dunia melalui mata kameranya dengan statementnya yang sangat terkenal tentang
“the man with the movie camera” membuat eksperimen, mendokumentasikan
kehidupan sehari-hari di Rusia dengan tehknik fast-cutting untuk menciptakan
kekuatan dan kehebatan. Dengan dipengaruhi visi Dziga Vertov, menyadarkan
bahwa proses kerja produksi karyanya di meja editing, dengan begitu peran editor
sangat penting dalam menentukan baik dan buruknya hasil akhir.
Kebanyakan dari film bisu diiringi oleh musik secara langsung, mulai dari
piano atau organ sampai orkestra seutuhnya. Efek suara secara kasar dicocokkan
dengan adegan di layar. Sebagai tambahan, sejak awal perfilman, para investor
berusaha menggabungkan gambar secara mekanis untuk menghasilkan suara,
biasannya melalui rekaman phonograph. Sistem ini cukup sukses sebelum
pertengahan 1920-an, umumnya karena suara dan gambar terbukti sulit untuk
disinkronkan juga dikarenakan pengeras suara yang tidak memadai untuk ruangan
yang besar.
Pada tahun 1913 Edisson menemukan sistem suara film. Pengenalan
terhadap sinkronisasi suara ditetapkan pada 1927, ketika Warner Bros mengeluarkan
The Jazz Singer (1927) yang sangat sukses. Tetapi proses penemuan dan penyebaran
tekhnologi suara ini terjadi ditingkat berbeda dalam negara yang berbeda dan
meliputi banyaknya sistem kompetisi dan hak paten.
Penemuan sinkronisasi suara menambahkan keseluruhan tingkatan
kesempurnaan yang baru dalam pembuatan film, dan pembentukan awal ini
dicontohkan oleh Orson Welles’ Citizen Kane (1941), yang mana digunakan off-
screen dialogue, voice-over, overlapping dialogue dan musik untuk meningkatkan
suasana dan kekuatan dari cerita. Gaya dan teknik editing terus mengalami
perkembangan sampai saat ini.

BAGIAN II : BEBERAPA ISTILAH DASAR

1. SHOT
 Definisi Saat Shooting (Produksi) adalah gambar yang diambil dengan kamera
dari camera on hingga camera off yang mempertimbangkan mise en scene,
sinematografi / videografi, editing dan suara yang sesuai dengan ide, konsep
cerita ataupun skenarionya.
 Definisi Saat Editing (Pasca Produksi) adalah sebuah gambar yang panjangnya
dari cut in hingga cut out yang memiliki kesesuaian dengan ide, konsep cerita
ataupun skenarionya. Selain itu juga mempertimbangkan mise en scene,
sinematografi / videografi dan suara yang sesuai dengan scene.

2. SCENE
Scene yaitu peristiwa atau kejadian atau adegan, dimana pengertiannya
adalah kumpulan shot-shot yang peristiwa di dalamnya terjadi pada satu ruang dan
satu waktu.

3. SEQUENCE
Sedangkan sequence kita mengenal seperti dalam Teater yaitu babak.
Sebenarnya ada banyak pengertian dari sequence ini, beberapa di antaranya adalah:
 Susunan urutan dari berbagai peristiwa yang terjadi di dalam film.
 Berbagai shot yang saling berhubungan dan berurutan, yang dikembangkan
dengan memberikan subyek di dalamnya.

4. EDITING
Sesungguhnya definisi tentang editing sangatlah beragam, namun rangkuman
secara mendasar definisi editing yaitu suatu koordinasi satu shot dengan shot lain
sehingga menjadi satu-kesatuan utuh yang sesuai dengan ide, konsep cerita ataupun
skenarionya dan dengan mempertimbangkan mise en scene, sinematografi /
videografi, editing dan suara.
Sedangkan yang dimaksud dengan koordinasi adalah menyeleksi atau memilih
materi, memotong dan menyambung materi, serta yang terakhir adalah menyusun
materi sesuai dengan cerita / narasi.

BAGIAN II : HUBUNGAN ANTAR SHOT

Pembahahasan dari hubungan antar shot ini adalah dimensi-dimensi dari


sebuah editing. Sedangkan inti dari Dimensi Editing adalah adanya Keterhubungan
dimana bila sebuah shot disambung dengan shot lain, maka pasti kedua shot
tersebut memiliki keterkaitan, baik secara grafis (gambar), ritmis (ritme), spasial
(ruang) dan temporal (waktu). Umumnya penyambungan shot-shot dalam film-film
naratif (cerita) dan dokumenter memiliki keempat dimensi/hubungan tersebut,
sementara dalam film-film abstrak atau film-film non-figuratif (tak ada tokohnya, jadi
tak bercerita) hanya memiliki dimensi grafis dan ritmis saja, misalnya iklan dan video
klip.

1. Hubungan antar shot A dan Shot B

a. Dimensi grafis
Setiap pembuat film cenderung akan mengolah grafis ini secara
berkesinambungan (graphical continuity) ataupun terpadu (graphical match)
bahkan bila unsur-unsur tersebut saling berlawanan (graphic contrast).
b. Dimensi Ritmis
Sebuah shot yang disambung dengan shot lain pasti akan membentuk
sebuah hubungan ritmis (ritme). Misalnya pembuat film cenderung akan
memotong sebuah shot karena sebuah gerak subyek atau kamera berhenti
atau ketika sebuah suara tertentu yang sedang berbunyi berhenti. Kecuali
pada beberapa kasus pembuat film memotong berdasarkan suasana hatinya
(mood).
Sedangkan ritme dalam sendiri yang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Ritme internal : yaitu ritme yang ada di dalam setiap shot itu sendiri terjadi di
setiap shot karena di setiap shot itu ada:
 Frame Size/Type Of Shot (Ukuran Besar Gambar/Frame)
 Gerak (gerak subyek, gerak kamera atau kombinasi keduanya)
 Suara (dialog, efek dan musik)
Ritme eksternal : yaitu ritme yang dihasilkan oleh persambungan 2 shot atau
lebih terjadi ketika ada sambungan dan dipengaruhi oleh durasi shot (panjang
pendeknya shot). Dengan Metode penyambungan (cut-to-cut atau optical
effect) Ritme Eksternal ini bisa kita buat berbagai jenis dengan mengatur
panjang-pendeknya shot. Jenis-jenis ritme tersebut adalah:
 Ritme Konstan : shot-shot yang disambung
berukuran (berdurasi) sama
 Ritme Dipercepat (Akselerasi) : shot-shot yang disambung
ukurannya makin lama makin pendek.
 Ritme Diperlambat : shot-shot yang disambung
ukurannya makin lama makin panjang
 Ritme Tak Beraturan : shot-shot yang disambung
ukurannya berubah-ubah secara tak beraturan
Keempat jenis ritme yang dihasilkan oleh durasi ini, mungkin saja bisa
dilakukan juga oleh shot itu sendiri, misalnya dengan gerak kamera, tetapi
tentu tidak semudah yang dilakukan oleh mengatur durasi shot

c. Dimensi Spatial (Ruang)


Film adalah media yang paling efektif dalam menciptakan ruang yang
sesuai dengan yang ingin dibentuk oleh pembuat filmnya. Melalui editing bisa
dihubungkan Ruang Dalam Realita dengan Ruang Dalam Film (ruang
buatan/artifisial). Juga antara yang interior dan eksterior. Ketersambungan
antara 2 shot atau lebih yang bisa menciptakan ruang baru yang ada di dalam
kepala penonton itu disebut sebagai koeksistensi spasial (ruang yang
berdampingan). Untuk dapat mewujudkannya pembuat film harus menguasai
benar Mise en Scene (Elemen Visual), Angle Kamera dan Type Of Shot.

d. Dimensi Temporal (Waktu)


Waktu dalam film merupakan salah satu aspek yang tersulit, sebab
banyak pembuat film yang seringkali luput dalam mengelola waktu, misalnya
film Janji Joni yang memiliki kesalahan dalam menyelaraskan antara waktu
yang dilalui dengan peristiwa-peristiwa yang menimpa tokoh. Sehingga
pembuat film seharusnya dapat memperkirakan waktu kejadian itu
berlangsung atau dalam persitilahan dalam film disebut dengan Story Time /
Real Time (Durasi Peristiwa Yang Terjadi Dalam Film). Untuk dapat
memadatkan atau merenggangkan waktu yang terjadi maka film juga
memiliki apa yang disebut dengan Film Time yang terbagi atas :
 Time Elipsis : pengurangan waktu dari waktu yang sebenarnya
 Time Expand : pemanjangan waktu dari waktu yang sebenarnya
 Temporal Overlap : pemanjangan waktu dari waktu yang sebenarnya
dengan menggunakan gerak tokoh yang diulang, misalnya pada film–
film laga yang dibintangi Jacky Chan.

2. Metode Penyambungan
Editing sendiri ketika membicarakan hubungan antar shot, sebenarnya ada
tindakan secara fisik yang dilakukan oleh pembuatnya. Sehingga ada beberapa
metode dalam yang dilakuakn pembuat film saat memotong sebuah shot dan
kemudian menyambungnya.
a. Cut To Cut
Yang terbagi menjadi :
 Match Cut : Dimana dalam shot kedua atau selanjutnya masih ada
elemen-elemen visual shot yang pertama atau sebelumnya yang
bertujuan untuk penekanan atau memberi informasi yang lebih luas.
 Cut Away : dimana dalam shot kedua atau selanjutnya tidak ada
elemen-elemen visual shot yang pertama atau sebelumnya hal ini
bertujuan untuk memberi informasi yang lebih banyak kepada
penonton.
b. Optical Effect
 Fade : dimana dalam sebuah shot dapat terlihat dari gelap yang
secara gradual muncul gambar (fade in) atau sebaliknya (fade out).
 Dissolve : dimana dalam penyambungan dua shot, shot pertama
secara gradual menghilang dan secara gradual pula digantikan oleh
shot kedua.
 Wipe : shot pertama secara langsung di hapus oleh shot kedua
menggunakan efek tertentu seperti pintu yang bergeser, jendela
terbuka, kertas menggulung, jarum jam berputar dll.

BAGIAN III : METODE

Metode Editing adalah sebuah cara atau pendekatan dari seorang editor
dalam melakukan penyambungan dan penyusunan shot-shotnya. Hal ini banyak
berkaitan dengan aktivitas fisik maupun pemikiran sang editor.
Sebaiknya, metode editing ini sudah dipersiapkan sejak awal pembuatan film
sehingga saat di lapangan, juga terus-menerus diingatkan kepada sutradaranya.

1. Metode Editing Dasar


a. Intercut
Penyambungan secara berselang-seling beberapa shot dimana adegan
tersebut masih satu ruang dan satu waktu.
b. Parallel Editing
Penyambungan secara berselang-seling dua peristiwa atau lebih yang
terjadi di ruang yang berbeda namun penonton merasa bahwa waktu
terjadinya bersamaan.
c. Cross Cutting
Penyambungan secara berselang-seling dua peristiwa atau lebih
dimana ruang dan waktu terjadinya berbeda. Umumnya dihubungkan oleh
tema.

2. JENIS CUTTING, PENJELASAN, DAN CONTOHNYA


 Straight Cut
Pemotongan dasar; misalnya shot A tiba-tiba berakhir dan shot B tiba-
tiba mulai tanpa interupsi dan transisi.

Gambar 1.2 Contoh


Gambar 1.1 Contoh straight cut
straight cut
(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:01:49 - 00:01:50)
Perpindahan gambar dari extreme long shot menjadi long shot, hasil yang
didapat dari teknik ini adalah dapat memperlihatkan kedetailan adegan.

Gambar 1.3 Contoh Gambar 1.4 Contoh


straight cut straight cut
(Sumber: Film 99 Cahaya dilangit Eropa Part 1, TC 00:04:48 - 00:04:51 )
Perpindahan gambar dari close up menjadi long shot, hasil yang didapat
dari teknik ini adalah dapat memperlihatkan suasana / establish.
 Match Cut
PenggabGabungan dua shot dengan frame yang sama bersama-sama;
misalnya shot bola mata yang di match cut menjadi jam dinding bentuk
lingkaran dengan syarat objek dalam shot besarnya sama sehingga dapat
benar-benar menyembunyikan transisi dari penonton.

T
e
k
n
i
k

p
a
d Gambar 2.1 Contoh Gambar 2.2 Contoh
a Match cut Match cut
g
(Sumber: Film Hachiko
a
Dog Story,
m
TC 01:18:00 - 01:18:19)
b
T a
e r
k
d
i
a
t Gambar 2.3 Contoh
a Match Cut
s n
dapat menunjukkan bagaimana perpindahan musim saat anjing sedang
berada disana.
 Jump Cut
Suatu pergantian shot dimana kesinambungan waktunya terputus karena
lompatan dari shot yang lain berbeda waktunya; misalnya pergantian scene
dari malam menjadi pagi hari.

Gambar 3.1 Contoh Gambar 3.2 Contoh


Jump cut Jump cut
(Sumber: Film The Raid 2, TC 01:01:48 - 01:01:59)
Perpindahan gambar dari scene malam ke scene pagi . Teknik seperti ini
dapat memperlihatkan perbedaan tempat dan waktu tanpa harus
menggunakan transisi, karena film action sangat jarang banyak
menggunakan transisi.

PENGERTIAN YANG LAIN : Pemotongan gambar yang dilakukan pada saat


aksi sedang berlangsung dalam ruang yang sama sehingga timbul kesan
melompat dlm waktu yg berbeda.

Gambar 3.5 Contoh jump cut Gambar 3.6 Contoh jump Cut

Gambar 3.3 Contoh Gambar 3.4 Contoh


jump cut jump cut

Sumber: Film DIVERGENT, TC 00:01:45 - 00:01:56 )

Dalam gambar merupakan satu kesatuan shot panjang alur sebuah kota
yang kemudian dipotong menjadi satu kesatuan yang lebih pendek,
 Contrast Cut
Proses pemotongan gambar untuk menperlihatkan kontradiksi dua
adegan.

Gambar 4.1 Contoh Gambar 4.2 Contoh


Contrast cut Contrast cut
(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:14:32 - 00:15:08)
Pada shot pertama terlihat suasana yang sepi kemudian shot selanjutnya
langsung menampilkan adegan gaduh dan kekacauan

Gambar 4.3 Contoh Gambar 4.4 Contoh


Contrast cut Contrast Cut

(Sumber: Film BARBIE,


TC 00:04:47 –
00:04:53 )

Gambar 4.5 Contoh


Contrast Cut

Dalam adegan 4.3 digambarkan anak-anak yang sedang berperan seolah


orang dewasa yang tengah berpesta, kemudian sang ibu datang pada
gambar 4.4 untuk menanyai anaknya, selanjutnya pada gambar 4.5 ternyata
sang anak sedang bermain sendirian. Kontras sekali dengan adegan
sebelumnya.
 L Cut
Teknik editing yang menghasilkan potongan yang terjadi pada waktu
yang berbeda untuk audio daripada untuk video. Sebagai contoh, kita
mungkin mendengar suara-suara karakter 'beberapa detik sebelum kita
melihat mereka di film’. Dalam rangka untuk mencapai efek ini, editor harus
membuat cut berbentuk L pada filmstrip itu sendiri. Bahkan saat ini dengan
munculnya sistem editing non-linear terkomputerisasi, representasi digital
film dalam program masih membutuhkan penampilan berbentuk L.

Gambar 5.1 Contoh L cut Gambar 5.2 Contoh LCut

(Sumber: Film ATM Aka


er Rak Eror, TC
01:22:54 sampai
01:23:01)

Gambar 5.3 Contoh L


Cut

Pada adegan ini, shot pertama memperlihatkan lemari dan suara teriakan
wanita kemudian shot selanjutnya memperlihatkan keberadaan wanita
tersebut.

Gambar 5.4 Contoh L cut Gambar 5.5 Contoh L cut


(Sumber: Film Negeri Tanpa Telinga, TC 00:05:47- 00:05:52)
Pada adegan dalam gambar 5.4 ditunjukkan sebuah pamflet besar
seorang pemimpin partai, disusul dengan suara seseorang yang sedang
berbicara kemudian muncul pelaku yang sedang melakukan pembicaraan
tadi seperti pada gambar 5.5
 Form Cut
Perpindahan objek dalam satu frame yang sama, dengan posisi kamera
yang tidak berubah.

Gambar 6.1 Gambar 6.2


Contoh Form cut Contoh Form cut

(Sumber: Film
Radio Galau FM,
TC 00:27:26 -
00:27:33 )

Gambar 6.3
Contoh Form cut
Dalam gambar diatas menggunakan teknik form cut ketika adegan telfon
diatas kasur. Tidak ada pergerakan kamera, tetapi objeknya terus bergerak
dari duduk, tidur, hingga duduk lagi kemudian akan dicut menggunakan
teknik form cut yang mengambil durasi tertentu saja.
 7. Parallel Editing Cut
Pemotongan gambar yang memperlihatkan dua adegan yang mempunyai
persamaan waktu, yang dirangkai silih berganti.

Gambar 7.1 Contoh Gambar 7.2 Contoh


Parallel Editing Parallel Editing
Cut Cut

Gambar 7.3 Contoh Gambar 7.4 Contoh


Parallel Editing Parallel Editing
Cut Cut

Gambar 7.1,7.2,7.3,7.4. Contoh Parallel Editing Cut


(Sumber: Film ATM Aka er Rak Eror, TC 00:17:43 - 00:18:02)
Dalam adegan ini menggunakan teknik parallel editing cut karena memperlihatkan adegan
dari dua subyek yang memiliki persamaan waktu dan disusun secara silih berganti.
Gambar 7.5,7.6,7.7,7.8. Contoh Parallel Editing Cut
(Sumber: Film Itu Cinta Ini Kita, TC 00:00:50 – 00:00:59)
Dalam adegan ini menggunakan teknik parallel editing cut karena
memperlihatkan adegan dari dua subyek yang sedang berbincang melalui
telepon seluler memiliki persamaan waktu dan disusun secara silih berganti.

3. JENIS TRANSITION, PENJELASAN, DAN CONTOHNYA


Transisi terbagi menjadi :
1. Fade In/Out
Pergantian antar gambar yang satu dengan gambar yang lainnya melalui
blank. Fade in adalah suatu shot yang bermula dari keadaan gelap kemudian
secara perlahan muncul gambar (visual) hingga normal. Sedangkan fade out
adalah dari gambar terang (normal) berangsur secara perlahan menjadi
gelap.

Gambar 1.1 Contoh Gambar 1.2 Contoh


Fade In Fade In
(Sumber: First Love ( A Little Thing Called Love ), TC 00:00:34 sampai
00:00:35)

Gambar 1.6 Contoh Fade Gambar 1.7 Contoh


out Fade out
(Sumber: First Love ( A Little Thing Called Love), TC 00 01:53:00 - 01:54:01)
Fade out digunakan untuk closing pada saat film telah berakhir dan
sebelum credit tittle.

Gambar 1.8 Contoh Gambar 1.9 Contoh


Fade Out Fade Out

(Sumber: Film SEBELAH,


TC 00:05.22 –
00:05:26 )

Gambar 1.10 Contoh


Fade Out

Fade out pada adegan ini digunakan untuk memanipulasi waktu,


memberi kesan bahwa hari telah berlalu dari senja menuju ke malam hari.

2. Dissolve
Perpindahan gambar A ke gambar B menggunakan transisi seperti
memudar sehingga gambar akan terlihat menumpuk secara halus. Transisi ini
dapat digunakan untuk adegan membayangkan sesuatu.

Gambar 2.1, 2.2, 2.3.


Contoh Dissolve
(Sumber: Film Rectoverso,
TC 00:15:29 - 00:15:43)
Adegan ini menggunakan
dissolve untuk transisi
perpindahan tempat dari
dalam ruangan menuju
suasana pantai. Gambarnya
seperti ditumpuk dengan
perpindahan yang halus.
Gambar 2.4, 2.5, 2.6, Contoh Dissolve)
(Sumber: Film SEBELAH, TC 00:03:47 - 00:03:52)

Gambar diatas menggunakan transisi dissolve menunjukkan perpindahan


dedaunan dari pengambilan gambar medium shot menuju ke close up daun
dengan perpindahan yang halus. Menunjukkan detail.

3. Wipe
Efek perpindahan gambar dimana satu frame disapu oleh frame
berikutnya sehingga tampak terdorong keluar dari layar dan digantikan oleh
shot berikutnya.

Gambar 3.1, 3.2, 3.3, Contoh Dissolve


(Sumber: Video Musik ONE DIRECTION, TC 00:00:27-00:00:31 )

Transisi wipe digunakan pada video musik ini sebagai pendukung adegan
lucu, diiringi musik yang up beat.

BAGIAN VI : TAHAPAN PROSEDUR EDITING

1. Sinkronisasi
Sinkronisasi gambar dan suara, proses ini umumnya digunakan apabila
perekaman gambar dan suara terpisah. Misalnya menggunakan bahan baku
seluloid untuk perekaman gambar dan pita ¼ inchi untuk perekaman suaranya.
2. Screening Rushes / Menonton Materi
Istilah ini sebenarnya diambil dari film dimana pada dasarnya seorang
pembuat film harus menonton seluruh materi yang akan diedit (wajib!). Sebab
kita hampir tidak mungkin menghafal atau tahu persis materi kita bila tidak kita
lihat lagi.
3. NG (No Good) Cutting Dan Selection Shot
 Logging
Sebelum memilih shot-shot yang akan kita gunakan, kita harus membuat
catatan yang komprehensif shot-shot tersebut agar dapat memudahkan kita
dalam mencari materi yang diperlukan
 Pemilihan Shot
Setelah melakukan logging, kita melakukan pemilihan shot yang akan kita
gunakan dalam film kita.
Contoh Logging :
Film Cerita / Iklan / Iklan Layanan Masyarakat (PSA)
Judul : Mencari Cacing Tidur
Sutradara : Jaya Wijaya
Reel / Roll :4
Tanggal : 19 Januari 2093

SLATE SCENE SHOT TAKE TYPE OF NG/OK DESKRIPSI SHOT


SHOT
1 1 3 3 MS NG Adi mencari sekop
2 1 4 4 MS OK Ibu sedang memasak
3 2 2 5 LS NG Halaman belakang
rumah
4 2 3 6 CU NG Lubang cacing

4. Assembly
Pada film cerita / Iklan dan Iklan Layan Masyarakat, diartikan sebagai
pengurutan seluruh shot yang ada secara numerik. Umumnya slate / klep masih
terlihat. Assembly ini berfungsi untuk melihat struktur global film kita.
Pada dokumenter lebih cenderung mengumpulkan dalam 1 scene atau 1 sequence
dari shot-shot yang akan kita edit.
5. Rough Cut
Kita sudah melakukan pemotongan dan penyambungan shot-shot dalam film,
editing ini masih kasar sehingga masih memungkinkan untuk berubah baik
cutting, struktur maupun plotnya. Pada pengerjaannya rough cut ini kita dapat
melakukannya sebanyak yang kita perlukan. Artinya masih mungkin untuk
mendapatkan rough cut 1, rough cut 2 dst. Bentuk fisik dari rough cut adalah
setiap pemotongannya masih dibuat lebih panjang sedikit dari cutting point-nya
agar bisa member kemungkinan kepada editor. Pada masa sekarang tahapan ini
sudah jarang dipakai karena pada non-linear editing kesalahan potong bisa materi
dikembalikan lagi seperti semula.
6. Fine Cut & Trimming
Pada tahapan ini kita sudah memotong dan menyambung shot-shot sesuai
dengan apa yang kita harapkan dan bila tidak ada masalah, maka kita tinggal
membuat penajaman (trimming). Kalaupun ada perubahan jumlahnya sedikit.
Biasanya sudah tidak ada lagi perubahan mengenai struktur.
7. Final Edit / Picture Lock
Hasil akhir dari sebuah editing, sebenarnya istilah off-line secara tepat adalah
pada tahapan ini sebab tahapan ini merupakan kesepakatan final antara
sutradara, produser dan editor.
catatan :
- Dari tahapan assembly hingga trimming, sutradara baru boleh masuk ruangan
editing ketika satu tahapan selesai. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu
kerja editor yang nantinya akan memperlama pekerjaan.
- Sampai pada tahap ini semua pemotongan masih menggunakan Cut To Cut
8. On – Line Editing
Pada tahapan ini kita sudah dapat membuat Opening Sequence (Main Title)
dan Credit Title. Selain itu kita juga dapat menambahkan optical effect (dissolve,
fade & wipe) sesuai dengan kebutuhan film serta memperindah gambar dengan
color grading. Penambahan lain yang juga sesuai dengan tuntutan ide, script atau
konsep adalah visual effect & animasi.

Materi dikutip dari “Teori Dasar Editing Film”, Kusen Doni Hermansyah, 2009.
Disunting guna memenuhi materi diklat #15 KINEKLUBUMM, tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai