9 - Editing
9 - Editing
1. SHOT
Definisi Saat Shooting (Produksi) adalah gambar yang diambil dengan kamera
dari camera on hingga camera off yang mempertimbangkan mise en scene,
sinematografi / videografi, editing dan suara yang sesuai dengan ide, konsep
cerita ataupun skenarionya.
Definisi Saat Editing (Pasca Produksi) adalah sebuah gambar yang panjangnya
dari cut in hingga cut out yang memiliki kesesuaian dengan ide, konsep cerita
ataupun skenarionya. Selain itu juga mempertimbangkan mise en scene,
sinematografi / videografi dan suara yang sesuai dengan scene.
2. SCENE
Scene yaitu peristiwa atau kejadian atau adegan, dimana pengertiannya
adalah kumpulan shot-shot yang peristiwa di dalamnya terjadi pada satu ruang dan
satu waktu.
3. SEQUENCE
Sedangkan sequence kita mengenal seperti dalam Teater yaitu babak.
Sebenarnya ada banyak pengertian dari sequence ini, beberapa di antaranya adalah:
Susunan urutan dari berbagai peristiwa yang terjadi di dalam film.
Berbagai shot yang saling berhubungan dan berurutan, yang dikembangkan
dengan memberikan subyek di dalamnya.
4. EDITING
Sesungguhnya definisi tentang editing sangatlah beragam, namun rangkuman
secara mendasar definisi editing yaitu suatu koordinasi satu shot dengan shot lain
sehingga menjadi satu-kesatuan utuh yang sesuai dengan ide, konsep cerita ataupun
skenarionya dan dengan mempertimbangkan mise en scene, sinematografi /
videografi, editing dan suara.
Sedangkan yang dimaksud dengan koordinasi adalah menyeleksi atau memilih
materi, memotong dan menyambung materi, serta yang terakhir adalah menyusun
materi sesuai dengan cerita / narasi.
a. Dimensi grafis
Setiap pembuat film cenderung akan mengolah grafis ini secara
berkesinambungan (graphical continuity) ataupun terpadu (graphical match)
bahkan bila unsur-unsur tersebut saling berlawanan (graphic contrast).
b. Dimensi Ritmis
Sebuah shot yang disambung dengan shot lain pasti akan membentuk
sebuah hubungan ritmis (ritme). Misalnya pembuat film cenderung akan
memotong sebuah shot karena sebuah gerak subyek atau kamera berhenti
atau ketika sebuah suara tertentu yang sedang berbunyi berhenti. Kecuali
pada beberapa kasus pembuat film memotong berdasarkan suasana hatinya
(mood).
Sedangkan ritme dalam sendiri yang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Ritme internal : yaitu ritme yang ada di dalam setiap shot itu sendiri terjadi di
setiap shot karena di setiap shot itu ada:
Frame Size/Type Of Shot (Ukuran Besar Gambar/Frame)
Gerak (gerak subyek, gerak kamera atau kombinasi keduanya)
Suara (dialog, efek dan musik)
Ritme eksternal : yaitu ritme yang dihasilkan oleh persambungan 2 shot atau
lebih terjadi ketika ada sambungan dan dipengaruhi oleh durasi shot (panjang
pendeknya shot). Dengan Metode penyambungan (cut-to-cut atau optical
effect) Ritme Eksternal ini bisa kita buat berbagai jenis dengan mengatur
panjang-pendeknya shot. Jenis-jenis ritme tersebut adalah:
Ritme Konstan : shot-shot yang disambung
berukuran (berdurasi) sama
Ritme Dipercepat (Akselerasi) : shot-shot yang disambung
ukurannya makin lama makin pendek.
Ritme Diperlambat : shot-shot yang disambung
ukurannya makin lama makin panjang
Ritme Tak Beraturan : shot-shot yang disambung
ukurannya berubah-ubah secara tak beraturan
Keempat jenis ritme yang dihasilkan oleh durasi ini, mungkin saja bisa
dilakukan juga oleh shot itu sendiri, misalnya dengan gerak kamera, tetapi
tentu tidak semudah yang dilakukan oleh mengatur durasi shot
2. Metode Penyambungan
Editing sendiri ketika membicarakan hubungan antar shot, sebenarnya ada
tindakan secara fisik yang dilakukan oleh pembuatnya. Sehingga ada beberapa
metode dalam yang dilakuakn pembuat film saat memotong sebuah shot dan
kemudian menyambungnya.
a. Cut To Cut
Yang terbagi menjadi :
Match Cut : Dimana dalam shot kedua atau selanjutnya masih ada
elemen-elemen visual shot yang pertama atau sebelumnya yang
bertujuan untuk penekanan atau memberi informasi yang lebih luas.
Cut Away : dimana dalam shot kedua atau selanjutnya tidak ada
elemen-elemen visual shot yang pertama atau sebelumnya hal ini
bertujuan untuk memberi informasi yang lebih banyak kepada
penonton.
b. Optical Effect
Fade : dimana dalam sebuah shot dapat terlihat dari gelap yang
secara gradual muncul gambar (fade in) atau sebaliknya (fade out).
Dissolve : dimana dalam penyambungan dua shot, shot pertama
secara gradual menghilang dan secara gradual pula digantikan oleh
shot kedua.
Wipe : shot pertama secara langsung di hapus oleh shot kedua
menggunakan efek tertentu seperti pintu yang bergeser, jendela
terbuka, kertas menggulung, jarum jam berputar dll.
Metode Editing adalah sebuah cara atau pendekatan dari seorang editor
dalam melakukan penyambungan dan penyusunan shot-shotnya. Hal ini banyak
berkaitan dengan aktivitas fisik maupun pemikiran sang editor.
Sebaiknya, metode editing ini sudah dipersiapkan sejak awal pembuatan film
sehingga saat di lapangan, juga terus-menerus diingatkan kepada sutradaranya.
T
e
k
n
i
k
p
a
d Gambar 2.1 Contoh Gambar 2.2 Contoh
a Match cut Match cut
g
(Sumber: Film Hachiko
a
Dog Story,
m
TC 01:18:00 - 01:18:19)
b
T a
e r
k
d
i
a
t Gambar 2.3 Contoh
a Match Cut
s n
dapat menunjukkan bagaimana perpindahan musim saat anjing sedang
berada disana.
Jump Cut
Suatu pergantian shot dimana kesinambungan waktunya terputus karena
lompatan dari shot yang lain berbeda waktunya; misalnya pergantian scene
dari malam menjadi pagi hari.
Gambar 3.5 Contoh jump cut Gambar 3.6 Contoh jump Cut
Dalam gambar merupakan satu kesatuan shot panjang alur sebuah kota
yang kemudian dipotong menjadi satu kesatuan yang lebih pendek,
Contrast Cut
Proses pemotongan gambar untuk menperlihatkan kontradiksi dua
adegan.
Pada adegan ini, shot pertama memperlihatkan lemari dan suara teriakan
wanita kemudian shot selanjutnya memperlihatkan keberadaan wanita
tersebut.
(Sumber: Film
Radio Galau FM,
TC 00:27:26 -
00:27:33 )
Gambar 6.3
Contoh Form cut
Dalam gambar diatas menggunakan teknik form cut ketika adegan telfon
diatas kasur. Tidak ada pergerakan kamera, tetapi objeknya terus bergerak
dari duduk, tidur, hingga duduk lagi kemudian akan dicut menggunakan
teknik form cut yang mengambil durasi tertentu saja.
7. Parallel Editing Cut
Pemotongan gambar yang memperlihatkan dua adegan yang mempunyai
persamaan waktu, yang dirangkai silih berganti.
2. Dissolve
Perpindahan gambar A ke gambar B menggunakan transisi seperti
memudar sehingga gambar akan terlihat menumpuk secara halus. Transisi ini
dapat digunakan untuk adegan membayangkan sesuatu.
3. Wipe
Efek perpindahan gambar dimana satu frame disapu oleh frame
berikutnya sehingga tampak terdorong keluar dari layar dan digantikan oleh
shot berikutnya.
Transisi wipe digunakan pada video musik ini sebagai pendukung adegan
lucu, diiringi musik yang up beat.
1. Sinkronisasi
Sinkronisasi gambar dan suara, proses ini umumnya digunakan apabila
perekaman gambar dan suara terpisah. Misalnya menggunakan bahan baku
seluloid untuk perekaman gambar dan pita ¼ inchi untuk perekaman suaranya.
2. Screening Rushes / Menonton Materi
Istilah ini sebenarnya diambil dari film dimana pada dasarnya seorang
pembuat film harus menonton seluruh materi yang akan diedit (wajib!). Sebab
kita hampir tidak mungkin menghafal atau tahu persis materi kita bila tidak kita
lihat lagi.
3. NG (No Good) Cutting Dan Selection Shot
Logging
Sebelum memilih shot-shot yang akan kita gunakan, kita harus membuat
catatan yang komprehensif shot-shot tersebut agar dapat memudahkan kita
dalam mencari materi yang diperlukan
Pemilihan Shot
Setelah melakukan logging, kita melakukan pemilihan shot yang akan kita
gunakan dalam film kita.
Contoh Logging :
Film Cerita / Iklan / Iklan Layanan Masyarakat (PSA)
Judul : Mencari Cacing Tidur
Sutradara : Jaya Wijaya
Reel / Roll :4
Tanggal : 19 Januari 2093
4. Assembly
Pada film cerita / Iklan dan Iklan Layan Masyarakat, diartikan sebagai
pengurutan seluruh shot yang ada secara numerik. Umumnya slate / klep masih
terlihat. Assembly ini berfungsi untuk melihat struktur global film kita.
Pada dokumenter lebih cenderung mengumpulkan dalam 1 scene atau 1 sequence
dari shot-shot yang akan kita edit.
5. Rough Cut
Kita sudah melakukan pemotongan dan penyambungan shot-shot dalam film,
editing ini masih kasar sehingga masih memungkinkan untuk berubah baik
cutting, struktur maupun plotnya. Pada pengerjaannya rough cut ini kita dapat
melakukannya sebanyak yang kita perlukan. Artinya masih mungkin untuk
mendapatkan rough cut 1, rough cut 2 dst. Bentuk fisik dari rough cut adalah
setiap pemotongannya masih dibuat lebih panjang sedikit dari cutting point-nya
agar bisa member kemungkinan kepada editor. Pada masa sekarang tahapan ini
sudah jarang dipakai karena pada non-linear editing kesalahan potong bisa materi
dikembalikan lagi seperti semula.
6. Fine Cut & Trimming
Pada tahapan ini kita sudah memotong dan menyambung shot-shot sesuai
dengan apa yang kita harapkan dan bila tidak ada masalah, maka kita tinggal
membuat penajaman (trimming). Kalaupun ada perubahan jumlahnya sedikit.
Biasanya sudah tidak ada lagi perubahan mengenai struktur.
7. Final Edit / Picture Lock
Hasil akhir dari sebuah editing, sebenarnya istilah off-line secara tepat adalah
pada tahapan ini sebab tahapan ini merupakan kesepakatan final antara
sutradara, produser dan editor.
catatan :
- Dari tahapan assembly hingga trimming, sutradara baru boleh masuk ruangan
editing ketika satu tahapan selesai. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu
kerja editor yang nantinya akan memperlama pekerjaan.
- Sampai pada tahap ini semua pemotongan masih menggunakan Cut To Cut
8. On – Line Editing
Pada tahapan ini kita sudah dapat membuat Opening Sequence (Main Title)
dan Credit Title. Selain itu kita juga dapat menambahkan optical effect (dissolve,
fade & wipe) sesuai dengan kebutuhan film serta memperindah gambar dengan
color grading. Penambahan lain yang juga sesuai dengan tuntutan ide, script atau
konsep adalah visual effect & animasi.
Materi dikutip dari “Teori Dasar Editing Film”, Kusen Doni Hermansyah, 2009.
Disunting guna memenuhi materi diklat #15 KINEKLUBUMM, tahun 2014.