PENDAHULUAN
1
BAB II
RINGKASAN BUKU
2.1 IDENDITAS BUKU
Buku Utama
Buku Pembanding
2
2.2 RINGKASAN ISI BUKU UTAMA
A. Hakikat Pendidikan
Pengertian pendidikan – Secara Etimologi atau asal-usul, kata pendidikan dalam bahasa
inggris disebut dengan education, dalam bahasa latin pendidikan disebut dengan educatum yang
tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam
ke luar atau dari sedikit banyak, sedangkan Duco berarti erkembangan atau sedang berkembang.
Jadi, Secara Etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri
sendiri dan kekuatan individu. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Lalu apa pengertian dari pendidikan yang selama ini dijalani manusia. Menurut KBBI
kata pendidikan datang dari kata “didik” dengan memperoleh imbuhan “pe” serta akhiran “an”,
yang artinya langkah, sistem atau perbuatan mendidik. Kata pendidikan secara bahasa datang
dari kata “pedagogi” yaitu “paid” yang artinya anak serta “agogos” yang artinya menuntun, jadi
pedagogi yaitu pengetahuan dalam menuntun anak. Sedang secara istilah pengertian pendidikan
adalah satu sistem pengubahan sikap serta perilaku seorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia atau peserta didik lewat usaha pengajaran serta kursus.pengertian
pendidikan, Pendidikan dapat diperoleh baik secara formal dan non formal. Pendidikan secara
formal diperoleh dengan mengikuti program-program yang telah direncanakan, terstruktur oleh
suatu insititusi, departemen atau kementtrian suatu negara seperti di sekolah pendidikan
memerlukan sebuah Kurikulum untuk melaksanakan perencanaan penganjaran. Sedangkan
pendidikan non formal adalah pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari dari
berbagai pengalaman baik yang dialami atau dipelajari dari orang lain.
Tujuan Pendidikan
1. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
2. Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk
pancasilai sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan
UUD 1945 dan isi UUD 945.
3
3. Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen) 1) Pasal 31, ayat 3
menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” 2) Pasal 31, ayat
5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia.”
4. Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal
3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
5. Tujuan Pendidikan Menurut Unesco Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa,
tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari
pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United
Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar
pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know,
(2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat
pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.
Pilar Pendidikan
Menurut organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) untuk
menciptakan suatu Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan atau biasa
dikenal dengan istilah PAKEM,
ada 4 Pilar yang menjadi acuan pendidikan.
1. Learning to know (Belajar mengetahui)
Secara implisit Learning to know bermakna :
Belajar Sepanjang Masa (life long of education)
Belajar untuk mengetahui bagaimana caranya belajar (learning how to learn)
Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui
apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan.
Tenaga kependidikan (Guru, pelatih, instruktur, dll) harus menjadi inspirator dalam
pengembangan, perencanaan, dan pembinaan pendidikan dan pembelajaran. Hal ini juga secara
eksplisit di cantumkan dalam PP No 19 tahun 2005, yaitu Guru sebagai Agent Pembelajaran
harus menjadi Fasilitator, Pemacu, Motivator, dan Inspirator bagi peserta didik. Di samping itu
4
guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka
mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.
B. Learning to Do (Belajar untuk melakukan)
Learning to do adalah belajar untuk berkarya. Setelah peserta didik itu belajar
mengetahui, belajar untuk mencari hal-hal yang ingin diketahuinya, maka peserta didik tersebut
diiringi dengan potensi yang dimilikinya, ia harus harus bisa menghasilkan suatu karya dari
potensi yang dimilikinya. Belajar merupakan suatu proses untuk mengembangkan diri individu,
khususnya belajar di sini yaitu dalam pendidikan formal (lingkungan sekolah).
Didalam sebuah pembelajaran ada prinsip aktivitas (kegiatan) yang harus dicapai, Diantaranya :
Hard Skills : Keterampilan yang menuntut fisik
Soft Skills : Keterampilan yang menuntut Intelektual
2. Empirisme
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri =
pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi yang dibawa lahir manusia.
Dengan kata lain bahwa manusia itu lahir dalam keadaan suci, tidak membawa apa-apa. Karena
itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor
5
lingkungan. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini, seorang pendidik
memegang peranan penting terhadap keberhasilan peserta didiknya. Menurut Redja
Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini berpandangan behavioral, karena menjadikan perilaku
manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dengan tetap menekankan bahwa
perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
3. Naturalisme
Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya pembawaan dan juga milieu
(lingkungan). Namun demikian, ada dua pandangan besar mengenai hal ini. Pertama
disampaikan oleh Rousseau yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia baik, namun jika
ada yang jahat, itu karena terpengaruh oleh lingkungannya. Kedua, disampaikan oleh Mensius
yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu jahat. Ia menjadi manusia yang baik karena
bergaul dengan lingkungannya (Ahmadi dan Uhbiyati, 1991: 296).
Lingkungan Pendidikan
Sertain, seorang ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
lingkungan melipti semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan,atau life processes kita kecuali gen-gen. Menurut
defenisi di atas ternyata bahwa di dalam lingkungan atau di sekitar manusia tidak hanya terdapat
sejumlah faktor pada suatu saat, tetapi terdapat pula faktor faktor yang lain yang banyak sekali,
yang secara potensial sanggup atau dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku
individu.
Yang di sebut lingkungan pendidikan adalah semua lingkungan yang memberikan
pengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Ada pengaruh yang bersifat langsung,
ada pula berpengaruh yang bersifat tidak langsung. Lingkungan pendidikan dapat di bagi atas
lingakungan yang bersifat sosial(yang berhubungan dengan manusia ) dan ada lingkungan yang
bukan manusia tetapi alam, diantaranya, keadaan geografis ( daerah perkotaan, daerah pedesaan,
dan pedalaman, daerah pegunungan, daerah pantai), iklim ( tropis, musim hujan, musim
kemarau, daerah dingin), lapangan kehidupan ( pertanian, kelautan, industri, dan perdagangan).
Sedangkan lingkungan manusia dapat di bagi menjadi tiga yakni, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
B. PENDIDIKAN KARAKTER
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
6
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Aqib dan Sujak (
2011 : 2), menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian di luar negeri bahwa kesuksesan seseorang
tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis saja, tetapi lebih ditentukan
oleh kemampuan mengolah diri dan orang lain. Bila dilihat dari kacamata pendidikan, bahwa
keadaan sekarang adalah merupakan gambaran pelaksanaan pendidikan pada masa yang silam,
puluhan tahun yang lalu.
C. HAKIKAT MANUSIA
Manusia adalah ciptaan Tuhan dan makhluk yang mempunyai pola, ulah, dan tingkah laku
dan banyak keinginan dan dorongan nafsu lainnya seperti dorongan untuk berkuasa, dorongan
untuk terkenal, dan dorongan seks. Sehingga pada manusia terdapat atau perlu pengaturan
hukum, adat-istiadat, tata tertib, agama, pendidikan, dan juga perlu adanya nilai dan norma.
Pada sisi lain manusia adalah makhluk yang sangat hebat dan dapat berkata-kata,
berbahasa, bersopan santun, dapat menemukan dan memanfaatkan sesuatu baik dari alam
maupun dari lingkungannya, dapat berlaku jujur, dan dapat menyanyangi dan berkorban kepada
sesama.
Hakikat manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, sebab manusia dilahirkan dengan potensi untuk
menjadi baik dan buruk. Dengan begitu manusia dapat menghindarkan atau setidak-tidaknya
mengontrol keburukan dan mewujudkan kebaikan. Manusia juga merupakan makhluk sosial
yang berarti tidak dapat hidup sendiri. Sehingga manusia mau tak mau harus dapat hidup
berkelompok dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar serta mengarahkan
kehidupannya sendiri.
EKSISTENSI MANUSIA
Tidak ada manusia yang dilahirkan persis sama walaupun pada anak kembar sekalipun.
Jadi dari lahir masing-masing sudah ada pembawaanya, tidak ada duanya. Demikian juga dengan
apa yang mereka alami dari lingkungan. Anak kembar yang berasal dari satu telur pun tidak ada
memiliki kepribadian yang persisi sama.
7
Setiap orang ingin mengaktualisasi dirinya, artinya mengembangkan potensi-potensi yang
ada pada dirinya sendiri. Dia mengalami banyak pengaru hyang tidak di sengaja dan banyak pula
pengaruh yang di sengaja. Akan tetapi, anak itu juga mengambil jarak, memilih ,
mempertahankan diri dan sebagainya. Dalam pendidikannya yang sengaja itu, pendididk harus
berjaga-jaga agar ia tidak terlalu ingin memaksakan kemauannya, karena pribadinya sendiri.
Pendidik seyognyanya menghormmati individualutas anak, kepribadiannya, keunikan, dan
martabatnya. Namun untuk perkembangan dirinya, mengaktualisasikam dirinya sebagai individu,
anak memerlukan pendidikan.
B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Anak menemukan akunya,membedakan antara akunya dan akuorang lain yang ada di
sekitarnya dalam pergaulan. Manusia itu adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk individu,
sebagai manusia dia kedua-duanya dalam kesatuannya sebagai suatu pribadi. Untuk sebgaian,
tujuan pendidikan adalah membantu perkembangan sosial dari anak, agar dia mendapat tempat,
menyesuaikan diri, serta mampu berperan sebagai makhluk sosial, maka ini berarti bahwa anak
pada hakikatnya tidak dipengaruhi dan karena itu tidak dapat dididik, janganlah sekali-kali
dilupakan, bahwa pendidikan adalah suatu peristiwa sosial.
C. Manusia Sebagai Makhluk Susila
Telah dikemukakan bahwa manusia dapat membedakan antara baik dan jahat. Manusia
susila adalah manusia yang memiliki, menghayati, dan melakukan nilai-nilai
kemanusiaan.Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai. Isi pendidin ialah
tindakan-tindakan yang membawa anak didik mengalami dan menghayati nilai-nilai
kemanusiaan, menghargai dan menyakininya, sehin gga anak didik membangun nilai-nilai
kemanusiaan itu ke dalam kepbribadiannya. Dilihat dari segi lain, pendidikan adalah usaha
dalam membantu anak dalam menajamkan kata hatinya. Bagaimanapun kita mengatakannya
yang jelas adalah, bahwa pendidikan itu adalah suatu peristiwa yang normla. Esensi dari
pendidikan adalah moral.
D. Manusia Sebagai Makhluk Religius
Manusia pada dasarnya adala homo religioso( makhluk religigus). Tugas dari pendidikan
adalah menemukan dan mendalami yang baik itu berdasarkan penkajian ajaran agama, dan
mengajarkan anak-anak untuk mengetahui da mengikutinya. Arbi (1988, 135-136)
mengemukakan bahwa yang mungkin menjadi persoalan bagi orang adalah apakah sekolah akan
mengajarkan sesuai pengetahuan belaka atau juga sampai inisiasi, penerimaan atau pemantapan
dan penguatan penerimaan pernyataan-pernyataan dan sistem kepercayaan agama tertentu.
8
1. Pengembangan Dimensi-Dimensi Manusia Dalam Proses Pendidikan
A. Pengembangan Diri Sebagai Makhluk Individu
Pengembangan diri sebagai makhluk individu berarti, pendidik membantu anak itu
menjadi dirinya sendiri, mengapa perlu dikembangkan keindivididuan itu, karena anak harus
mempunyai kepribadian yang membedakan dia dengan pribadi lainnya.
Pendidik harus berusaha mengembangkan peserta didik untuk mampu menolong dirinya sendiri,
untuk memupuk rasa tangggung jawab, untuk itu perlu mendapatkan berbagai pengalaman
didalam pengembangan konsep, prinsip, generalisasi, intelek, inisiatif, kreatifitas, kehendak,
perasaan, dan keterampilan, semua ini hanya diperoleh melalui pendidikan dan pembelajaran.
B. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhlukyang selalu berinterksi dengan sesamanya, tidak mencapai apa yang
diinginkannya seorang diri saja. Kehidupan sosial antara manusia yang satu dengan manusia
lainnya dimungkinkan tidak saja oleh kebutuhan pribadi tetapi juga karena adanya sebagai alat
medium komunikasi yaitu bahasa.
C. Pengembangan Manuisa Sebagai Makhluk Susila
Melalui pendidikan kita harus mengusahakan peserta didik menjadi manusia pendukung
norma, kaidah, dan nilai susila yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pentingnya pengetahuan
dan tingkah laku susila secara nyata di dalam masyarakat mempunyai dua alasan pokok yaitu :
1. Untuk kepentingan dirnya sebagi individu
Apabila individu tidak menyesuaikan diri dan tingkah lakunya dengan norma maka nilai
dan kaidah yang ada di dalam masyarakat dimana ia hidup, tidak dapat penerimaan dari
masyarakat.
2. Upaya kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat
Norma, nialai dan kaidah merupakan hasil persetujuan bersama untuk dilaksanakan
dalam kehidupan bersama untuk mencapai tujuan bersama.
D. Pengembangan manusia sebagai makhluk religius
9
Jadi pendidikan agama harus dapat mengusahakan agar peserta didik mengetahui,
memahami, menghayati dan menginternalisasikan ajaran agama itu ke dalam dirinya dan
mengamalkannya melalui iabadah-ibadahnya dalam kehidupannya.
D. HAKIKAT MASYARAKAT
Perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat Indonesia yang tidak dapat di putar
kembali jarum jamnya, semuanya diarahkan kepada suatu tujuan untuk membangun suatu
masyarakat Indonesi baru. Oerubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat tidak terlepas dan bahkan merupakan hasil dari proses penyelenggaraan pendidikan.
Proses pendidikan menghasilkan perkembangan dan pertumbuhan hidup dan kehidupan manusia
sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu dan teknologi serta munculnya teknokrat-teknokrat
hasilproses pendidikan yang merancang dan melaksanakan pembangunan dalam setiap aspek
kahidupan manusia.
Demikian juga pengaruh globalisasi sejalan dengan perkembangan teknologi seolah-olah
tidak ada lagi batas waktu sekat antar negara. Teknologi informasi telah menembus batas daerah,
negara, regional dan bahkan global atau internasional, sehingga perubahan yang terjadi menuju
masyarakat modern.
E. HAKEKAT PESERTA DIDIK
Pendidikan menyediakan alternative pilihan, begitu peserta didik telah memutuskan
untuk memilih satu alternative, pendidikan siap membantu, siap merangsang dan menjauhkan
hal-hal yang dapat menggangu jalannya proses pendidikan. Aktivitas yang dilakukan
dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuan atau potensi yang dimiliki. Sasaran aktivitas yang dilakukan adalah peserta didik,
yang berarti bahwa peserta didiklah yang menentukan bentuk dan arah kegiatan yang dilakukan.
Dalam proses pendidikan harus disadari bahwa peserta didik bukan manusia dewasa
dalam bentuk jasmanin kecil, akan tetapi peserta didik memang manusia yang sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Kemampuan berpikir,
merasa, menganalisa, mengemukakan pendapat, berbahasa, sosial memang masih belum
berkembang, masih memerlukan bantuan dari luar dirinya untuk mewujudkannya.
F. HAKEKAT GURU ATAU PENDIDIK
Pelaksana pendidikan atau pembimbing ditiga lembaga pendidikan tersebut disebut
sebagai tenaga pendidik. Orang tua di keluarga atau rumah, guru di sekolah, dan tokoh atau
pemuka masyarakat, alim ulama, pemimpin seluruhnya disebut sebagai pendidik. Karena itu
diharapkan agar para pendidik ditiga lembaga pendidikan tersebut memperhatikan nilai an
norma-norma susila sehingga setiap perilaku dan tindakannya memancarkan tindakan yang patut
10
ditiru dan dicontoh atau diguguh peserta didik yang dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dirancang khusus untuk membantu keluarga
membimbing dan mengembangkan kepribadiannya, dan segala potensi yang dimiliki perserta
didik, memiliki peran yang sangat penting. Guru sebagai tenaga professional telah dipersiapkan
dengan sadar dan sengaja untuk mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
dengan pembelajaran yang dilakukan terhadap didik disekolah.
G. HAKEKAT PEMBELAJARAN
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Sadar atau tidak, kegiatan belajar sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Learning is a
relatevely permanent change in behavior due to experience (Ormrod, 2003: 188). Belajar
ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan perubahan
tingkah laku berlangsung lama atau relatif permanen.
Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menimbulkan
perubahan perilaku. Kegiatan mental yang terjadi oleh karena adanya interaksi individu yang
bersangkutan dengan lingkungan yang disadari.Secara psikologis,belajar dapat untuk
didenfisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan.belajar
merupakan suatu kekuatan atau sumber daya yang tumbuh dari dalam indivindu (Munir, 2008:
146).
Proses pembelajaran yang dirancang seorang guru untuk mengembangkan kreativitas,
guna dapat meningkatkan kemampuan berpikir, bersikap, bersosial, dan emosional peserta didik
serta dapat meningkat mengkronstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkat penguasaan
yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang oleh guru
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru dalam proses
yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan
belajar mengajar.
11
Cirri-Ciri Umum Pendidikan, Belajar, Dan Kematangan
12
H. LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN
1. Landasan Agama
Manusia diciptakan oleh tuhan yang maha esa memiliki kemampuan dan potensi diri
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kemampuan dan potensi yang dimiliki manusia
itu dibatasi oleh kesempatan, usaha, dan kreativitas manusia itu sendiri. Manusia mampu
mengembangkan dan memenuhi kebutuhannya melalui potensi yang terdapat dalam dirinya.
Pada dasarnya agama harus dijadikan landasan pendidikan baik dilingkungan keluarga,
hingga tingkat pendidikan formal, mulai dari TK (Taman Kanak-kanak) hingga perguruan tinggi.
Ajaran dan nilai agama menjadi dasar dalam pelaksanaan pendidikan, proses pendidikan yang
mencakup tujuan, materi, metode, sistem, pengelolaan dan pembangunan pendidikan. Dengan
landasan agama diharapkan seseorang memiliki kemampuan intelektual tinggi, spiritual tinggi,
dan kecerdasan emosional tinggi.
2. Landasan Filsafat
Landasan filsafat merupakan landasan yang di pegang teguh dalam dunia pendidikan.
Landasan ini berkenaan dengan sistem nilai, yaitu pandangan seseorang tentang sesuatu terutama
yang berkaitan dengan arti kehidupan, sehingga filsafat disebut sebagai pandangan hidup.
Filsafat sebagai pandangan hidup setiap indiviu, sehingga akan menghasilkan pandangan hidup
yang berbeda-beda antara satu individu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu pandangan yang
berbeda-beda ini tidak dapat diterapkan dalam sistem pendidikan.
3. Landasan Sosiologi
Sekolah sebagai lembaga pendidikan secara historis dibentuk atau didirikan oleh dan
untuk masyarakat. Guru dipilih oleh anggota masyarakat untuk mendidik dan membimbing
peserta didik agar menjadi generasi penerus yang berguna di masyarakat kelak. Sekolah dapat
dikatakan sebagai bagian atau sub sistem dari sistem sosial. Sebagai suatu sistem sosial sekolah
mempunyai struktur, sistem, proses, dan pelaku-pelaku kegiatan serta pola-pola interaksi yang
semuanya itu akan menentukan jalanya aktivitas yang dilakukan di sekolah. Sekolah sebagai
suatu sub sistem memiliki pola-pola interaksi yaitu :
Interaksi guru dan murid, murid dan murid, guru dengan guru, dan dengan staf
administrasi sekolah.
Adanya dinamika kelompok
Adanya struktur dan fungsi sistem pendidikan di sekolah tersebut.
13
4. Landasan Hukum
Setiap warga negara memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan. Oleh sebab itu pelaksanaan pendidikan harus memiliki ketentuan hukum yang diatur
oleh pemerintah dan negara. Penyelenggaraan pendidikan termasuk pendidik atau guru harus
memahami betul landasan hukum pelaksanaan pendidikan. Dengan memahami landasan hukum
maka mereka lebih siap menerima penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan dan kemungkinan
dapat diadakan inovasi pendidikan. Pancasila seperti yang tercantum di UUD 1945 merupakan
kepribadian, tujuan dan pandangan hidup bangsa Indonesia, oleh karena itu landasan hukum
pendidikan beracuan pada landasan sistem pendidikan nasional, yaitu pancasila.
5. Landasan Moral
Moral (Ahklak) mulia itu harus terintegrasi dalam totalitas kehidupan manusia itu yang
meliputi mulia dalam berucap, mulia dalam berbisnis, mulia dalam bergagasan, mulia dalam
berpolitik, mulia dalam bergaul dan mulia dalam bermasyarakat. Penanaman moral pada diri
seseorang tidak berjalan dengan waktu yang singkat melainkan harus dimulai sejak usia dini
sampai dewasa. Pembinaan perilaku, sikap yang berbudi luhur harus mengikuti proses mental
dan psikologi secara bertahap sesuai dengan usia. Kondisi moral bangsa sekarang ini dapat
dikatakan sedang tidak baik. Kemerosotan moral di tengah-tengah masyarakat marak terjadi,
baik dilingkungan keluarga, sekolah dan lingkunan bermain. Seorang peserta didik semakin jauh
dari keteladanan dan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian cenderung kepada hal yang
tidak memberi dampak posistif sebagai generasi penerus bangsa.
I . ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan orang dewasa untuk membimbing dan
mendidik peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk mengembangkan
segala bakat atau potensi yang dimiliki. Pengembangan segala bakat atau potensi yang dimiliki
peserta didik tidak akan dapat berlangsung stimultan melainkan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai dengan perkembangannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendidikan
harus menerapkan asas-asas yang sesuai. Selanjutnya asas-asas tersebut akan diuraikan berikut
ini.
1. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horizontal.
14
a.Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
b.Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
2. Asas Kasih Sayang
Dalam proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, terjadi interaksi diantara semua
anggota masyarakat di sekolah. Interaksi tersebut harus dibangun dengan asas kasih sayang yang
terarah pada pembentukan kepribadian, dengan menanamkan nilai-nilai yang bermakna dalam
kehidupan. Kasih sayang, hakikatnya mengabdi atau berkorban demi kebahagiaan orang lain,
seseorang bukan lagi berpikir dan berbuat hanya untuk dirinya sendiri akan tetapi sebahagian
dari hidupnya adalah untuk orang lain. Interaksi yang terjadi dalam proses pendidikan harus
didasarkan pada beberapa hal berikut ini;
a. Kelemah lembutan
b. Kemurahan hati
c. Kesabaran
d. Kesederhanaan
e. Ketulusan
f. Kejujuran
3. Asas Demokrasi
Pada awalnya konsep istilah demokrasi digunakan dalam pemerintahan atau politik,
namun pada saat ini istilah demokrasi tidak hanya sebatas dalam bidang itu saja, namun juga
menyangkut hal-hal dibidang sosial, ekonomi, hukum, dan HAM. Demokrasi merupakan suatu
sikap dan cara hidup baik di dalam lingkungan terbatas maupun dalam lingkungan bernegara.
(H.A.R. Tilaar. 2002; 28). Pada dasarnya hakikat demokrasi adalah kesetaraan hak dan
kewajiban sebagai umat manusia serta upaya bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama.
4. Asas Keterbukaan dan Transparansi
Keterbukaan sebagai fenomena yang berkenaan dengan prilaku manusia yang terkait
dengan hati nurani, kebijakan, dan suatu keputusan (Nursid Sumaatmadja). 2002: 63).
Keterbukaan mengandung makna bahwa apa yang dilakukan dan apa yang ada dalam diri
seseorang dapat dan harus diketahui orang lain, tidak ada yang tersembunyi atau rahasia dalam
dirinya. Beban yang ada pada diri dinyatakan dengan terbuka pada orang lain sehingga dapat
dengan segera di temukan solusi atau cara pemecahan untuk mengatasi masalah yang dihadapi,
dengan demikian hidup menjadi ringan dan tehindar dari kehidupan yang steres.
15
Dengan adanya keterbukaan dalam menetapkan sesuatu yang berkitan dengan
pengambilan keputusan, akan mengurangi dan bila mungkin meniadakan timbulnya kecurigaan
dalam pihak yang menerima keputusan. Keputusan yang di ambil merupakan hasil kesepakatan
atau sekurang-kurangnya, orang atau subyak yang dikenai keputusan telah mengetahui criteria
yang digunakan dalam pengambialan keputusan itu. Hal ini merupakan jaminan terjadinya
tanggung jawab dan sekaligus akan menimbulakan dan meningkatkan rasa memiliki (sense of
belonging) dari semua pihak yang terlibat dalam kebijakan tersebut. Selain untuk membina
adanya tanggung jawab dan rasa memiliki pada semua pihak yang terkait, tidak kalah pentingnya
5. Asas Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya fungsi menerima
pembebanan sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain (Fajri dan senja Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia). Tanggung jawab berkaitan dengan kewajiban seseorang terhadap tugas atau
perbuatan yang dilakukan. Perbuatan yang harus dilakukan harus dapat dipertanggung jawabkan
dari segi tujuan dan konsekuensi lain yang ditimbulkannya aktivitas. Sesuatu aktivitas atau
perbuatan yang dilakukan tanpa tanggungjawab akan terjadi secara tidak terarah dan mungkin
asal-asalan saja dan akibatnya adalah menimbulkan masalah atau hal-hal yang tidak diharapkan.
Jika perbuatan, prilaku, dan tindakan yang dilakukan dilandasi oleh tangggungjawab kepada
segala pihak yang berhadapan dengan orang tersebut, maka orang itu akan selalu berada di jalan
yang benar.
6. Asas Kualitas
Asas kualitas berkaitan dengan mutu hasil pendidikan yang akan dicapai. Kualitas hasil
akan bergantung atau dipengaruhi oleh kualitas proses pelaksanaan yang mencakup materi,
metode, strategi, pelaksanaan, hubungan pendidik dengan peserta didik, pengelolaan, sampai
pada evaluasi hasilnya sebagaimana dijelaskan diatas. Dengan demikian asas kualitas dalam
proses dan kegiatan pendidikan, dapat dikatakan sebagai muara dari asas-asas pendidikan
sepanjang hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan dan transparansi, serta tanggungjawab.
7. Panca Darma Taman Siswa
Ki Hajar Dewantara menerapkan lima asas yang disebut panca darma taman siswa pada
perguruan yang beliau dirikan yaitu perguruan Taman Siswa.
a. Asas Kodrat Alam
b. Asas Kemerdekaan
c. Asas Kebudayaan
d. Asas Kebangsaan
e. Asas Kemanusiaan
16
Seluruh dharma, usaha atau pengabdian manusia di tengah perjalanan hidup ini, pada
hakikatnya adalah untuk kepentingan harkat dan martabat kemanusiaan. Sebagai layaknya
manusia baik secara individual maupun sosial, ia akan berupaya sekuat tenaga agar hajat dan
kebutuhan hidup manusiawinya terpenuhi secukupnya. Selama kebutuhan manusiawi tersebut
belum terpenuhi, maka perjuangan akan terus berlangsung. Padahal, kebutuhan manusiawi jenis
dan ragamnya banyak sekali, termasuk di dalamnya pemenuhan harkat kemanusiaan.
8. Dasar-Dasar Pendidikan Mohammad Sjafei
Menurut tokoh pendidikan yang mendirikan “ Ruang Pendidikan INS” Dasar- Dasar
Pendidikan Republik Indonesia adalah
a. Ke- tuhanan yang maha esa
b. Ke – manusiaan
c. Ke- sosialan
d. Ke- rakyatan
e. Ke- bengasaan
f. Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan
g. Percaya pada diri sendiri disebelah pada tuhan
h. Berakhlak (bersusila) setinggi mungkin
i. Bertanggung jawab akan kesemangatan nusa dan bangsa
j. Berjiwa aktif positif dan aktif negatif
k. Mempunyai daya cipta
l. Cerdas, logis dan rasional
m. Berperasaan tajam, halus dan estetis
n. Gigih atau ulet yang sehat
o. Correct atau tepat
p. Emosional dan terharu
q. Jasmani sehat dan kuat
r. Bahasa indonesia, inggris dan arab
s. Sanggup hidup sederhana dan bersusah- susah
t. Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan alat serba kurang
u. Sebanyak mungkin memakai kebudayaan nasioanal waktu mendidik
v. Sebanyak mungkin waktu mengajar para guru menjadi objek dan murid- murid menjadi
subjek.
w. Sebanyak mungkin para guru menyontohkan pelajaran- pelajarannya, tidak hanya pandai
menyuruh saja
17
x. Diusahakan supaya pelajar mempunyai dara ksatria. Berani karena benar.
y. Mempunyai jiwa konsentrasi
z. Pemeliharaan (perawatan) sesuatu usaaha
2.3 Ringkasan Isi Buku Pembanding
HAKIKAT PENDIDIKAN
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yang diadopsi oleh orang Arab dengan
mengalami sedikit perubahan bunyi, yaitu falsafat dan oleh orang Indonesia disebut dengan
filsafat.Dalam bahasa Yunani istilah filsafatdikenal dengan philosopia yang berasal dari dua
unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan kata Sophia yang berarti kearifan, hikmah,
kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan yang benar. Dengan itu filsafat secara harfiah
berarti cinta akan kebenaran dan atau kebijaksanaan.Sulit ditemukan kesepakatan para ahli
mengenai makna dan hakikat filsafat, namun paling tidak dapat ditemukan pemahaman umum,
bahwa aktivitas filsafat selalu selalu ditandai dengan adanya upaya berpikir kritis, sungguh-
sungguh dan berhati-hati melalui sistem dan tata cara tersendiri dalam mencari dan memahami
berbagai realitas dengan sedalam-dalamnya dan menyeluruh menuju suatu kesimpulan yang baik
dan komprehensif.
2. Ruang Lingkup
Berdasarkan objek kajiannya, kajian filsafat biasanya dibagi kedalam tiga bidang permasalahan,
yaitu :
1. Metafisika
2. Epistemologi
3. Aksiologi
Filsafat dengan karakteristiknya seperti telah dibahas di atas, menjadikan dirinya sebagai
ilmu pengetahuan, kendatipun keduanya adalah dua tata cara manusia untuk memperoleh
kebenaran. Bahan filsafat tidaklah sama seperti bahan-bahan yang ada pada ilmu pengetahuan.
Bahan pada filsafat bersifat universal, sedangkan ilmu terbatas hanya pada bidang-bidang
tertentu, sifatnya parsial. Filsafat diarahkan pada keseluruhan capaian hakikat-hakikat dalam
keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang menunjukkan pada sesuatu yang menjadi focus
kajian, sedangkan ilmu pengetahuan pun akan berbeda.
18
Hal lain membedakan dunia filasafat dari ilmu pengetahuan adalah aktivitasnya. Filsafat
memulai kerjanya dengan langkah yang tidak memberikan kepemihakan. Seorang filsuf mestilah
membebaskan diri dari berbagai penerimaan pendirian tertentu sebagai suatu yang benar. Dan di
sinilah makna universalitasnya. Lain halnya dengan pengetahuan yang memiliki nilai kebenaran
yang bersifat parsial, maka dalam aktivitas pencariannya, ia mesti mengabaikan aspek-aspek
yang lain, kendatipun ilmuwan menyadari bahwa hubungan interdependensi antar-realitas itu
tidak dapat dielakkan.
John Locke (1632-1704 M), seorang filsuf Inggris, menyebutkan bahwa pengetahuan adalah
bukti nyata realitas manusia dalam mengisi kehidupannya, dan karenanya mestilah pula
mendapat tempat teratas dalam keseluruhannya problematika dunia filsafat. Pengetahuan pada
hakikatnyaakan selalu bersifat relasional, yaitu adanya hubungan interpendensi antara subjek dan
objek. Dengan mengetahui, subjek akan menjadi manunggal dengan objek. Kemanunggalan
bukanlah dalam bentuk yang ekstrinsik di mana ada jarak yang membatasi hubungan keduanya.
Hubungan sungguh-sungguh mendalam, sifatnya instrinsik di mana hubungannya tidak sekadar
pertemuan antara subjek dan objek, tetapi benar-benar menyatu dalam suatu kesatuan yang tidak
terlepaskan.Sedangkan kebenaran secara bahasa sehari-hari selalu dipertentangkan dengan
kebohongan atau dusta; Sesuatu yang memiliki celah salah, keliru dan ketidakvalidan. Dalam
konteks filsafat, istilah kebenaran lebih lazim dipertentangkan dengan kekeliruan atau
kekhilafan. Di antara keduanya adalah asumsi-asumsi dan atau praduga-praduga yang
kendatipun berada antara benar dan keliru, namun eksistensinya selalu diperlukan untuk
menghantarkan seseorang pemikir atau filsuf menuju pada titik terang yang bernilai benar dan
oleh karenanya bermakna bagi terwujudnya kebenaran.
Dalam konteks kajian filsafat pengetahuan, paling tidak ada enam teori kebenaran, yaitu :
1. Teori korespondensi;
2. Teori konsistensi;
3. Teori pragmatism;
4. Teori relativisme;
5. Teori Empirisme;
6. Teori relijius;
19
Sistematika Berpikir Filsafat
Berpikir secara sederhana adalah upaya yang dilakukan seseorang dalam
menghubungkan berbagai fakta dalam keseluruhan realitas, baik dalam bentuk ide, konsep,
ataupun berbagai pengalaman indrawi kita, sehingga muncul gagasan, pikiran dan atau idea yang
jelas tentang sesuatu persoalan. Bagaimana berpikir dapat menghantarkan kita pada suatu titik
yang akan menjadi pengetahuan kita? Bagaimana kita dapat meyakini bahwa apa yang telah
menjadi kesimpulan dan keputusan kita tempuh agar kita dapat membangun pemikiran yang
benar-benar dapat meyakini kita?Ada tiga hal yang berhubungan langsung dengan sistematika
berpikir filsafat, yaitu bagaimana seseorang itu berupaya membentuk dan membangun suatu ide,
pengertian dan atau konsep; bagaimana prosedur yang dapat ditempuh seseorang dalam
membuat keputusan; dan bagaimana pula system yang dapat dipedomani dalam upaya penuturan
dan atau pengungkapan apa yang tengah subjek pikirkan. Ketiga aktivitas ini dapat dipisahkan
satu sama lainnya dalam kegiatan filsafat. Ketiga dimensi ini berkenaan langsung dengan logika.
Sedemikian rupa sehingga aktivitas selalu diidentikkan secara nyata dengan bahasa.
Realitas-realitas kependidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain
menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan :
1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.
2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan berbuat dalam
tatanan hidup suatu masyarakat.
3. Hakikat tujuan kependidikan sebagai arah bangun pengembangan pola dunia pendidikan.
4. Hakikat pendidikan dan anak didik sebagai subjek-subjek yang terlihat langsung dalam
pelaksanaan proses edukasi.
5. Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktivitas
pendidikan.
6. Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses kependidikan
menuju peraihan tujuan-tujuan.
7. Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan penumbuhkembangan
potensi subjek didik.
8. Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber daya manusia baik
menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat pendukung peraihan tujuan.
20
9. Keterkaitan dunia pendidikan dengan lembaga-lembaga lain dalam lingkup masyarakat,
seperti pendidikan dan dunia politik, pendidikan dan sistem pemerintahan, pendidikan, tata
hukum dan adat dalam masyarakat.
10. Keterkaitan dunia kependidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup dalam masyarakat.
11. Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan berbagai ragam
problem kependidikan.
12. Keterkaitan pendidikan sebagai suatu lembaga dengan ideologi yang dianut dan yang
berkembang dalam suatu masyarakat.
Hakikat Manusia
Jika dilihat bagaimana manusia berada di dunia selalu berkenaan dengan hokum tiga
tahap, yaitu tahap estetis, etis, dan relijius. Pada tahap pertama, seseorang itu mengekspresikan
dirinya dalam pengembangan aspek naluri insaniyah yang cenderung pada peraihan kesenangan
dan kenikmatan yang semata-mata mengandalkan penilaian dari hasil pengamatan indrawi yang
terikat pada tendensi ruang dan waktu. Pada tahap kedua manusia telah mengarahkan pola
hidupnya pada upaya pencarian nilai-nilai yang baik dan yang terbaik bagi dirinya, masyarakat,
dan alam semesta. Dalam konteks ini, manusia telah memosisikan dirinya sebagai pencari dan
penentu nilai, sehingga ia pun hidup dengan tanggungjawab. Pada tahap ketiga (tahap relijius),
manusia telah mampu melihat dengan mempertimbangkan dan memutuskan bahwa dirinya bisa
berbuat atas dasar hukum-hukum Tuhan yang teratur dan abadi. Pada tahap ini, manusia
menyadari bahwa ada ketentuan tetap yang telah diatur Tuhan untuk manusia, sehingga manusia
dapat menentukan dan memutuskan secara arif dan bertanggung jawab hal-hal yang dihadapinya
di dunia. Dalam konteks ini manusia telah menempatkan rasionya, alam jagad raya, dan Tuhan
sebagai hal yang tidak bisa dipisahkan.
Manusia memiliki fungsi sebagai mu’abbid, khalifah fi al-ardh, dan ‘immaraf fi al-ardh
akan terjelma dalam sejauhmana manusia mampu menjelmakan sifat-sifat Ilahiah ke dalam
dirinya yang akan terwujud dalam bentuk tindakan moral. Dengan demikian, moralitas adalah
lambang humanitas tertinggi dan karenanya mesti senantiasa dipelihara dan diaktualisasikan
dalam tindakan-tindakan senyatanya. Mengingat moralitas sarat dengan kebaikan dan kebajikan
itu, meniscayakan seseorang untuk tetap teguh menjalankan semua perintah dan menjauhkan
segala larangan agama. Pendeknya kepatuhan terhadap agama adalah lambang humanitas
21
tertinggi, sehingga dapat pula dikatakan perealisasian nilai-nilai keagamaan tidak lain adalah
perealisasian jati diri manusia sejati.
22
PENGETAHUAN DAN NILAI
Epistemologi merupakan sesuatu yang amat penting dalam pengambangan humanitas manusia.
Hal ini mengingat bahwa dunia ini sarat dengan berbagai aliran dan ideology yang secara
niscaya tentu berlandaskan pada bagaimana pola caranya memandang realitas, baik hakikat
maupun strategi dan system yang digunakan yang kesemua ini tidak lain tentu berdasarkan pada
landasan epistemology. Dari sudut pandang guru, suatu perbedaan yang paling penting yang
dibuat dalam epistemology ini adalah bagaimana membedakan antara tipe-tipe pengetahuan yang
berbeda-beda baik dalam hakikat maupun prosedur. Dalam bahasan ini, akan diungkap tipe-tipe
pengetahuan ini dan kemudian melihat umum lagi aliran-aliran epistemology yang ada dalam
filsafat.
1. Tipe-tipe Pengetahuan
1. Pengetahuan Wahyu
2. Pengetahuan Intuitif
3. Pengetahuan Rasional
4. Pengetahuan Empiris
5. Pengetahuan Otoritatif
6. Epistemologi Idealisme tentang Pendidikan
Plato sebagai tokoh penting dalam idealism mengarahkan perhatiannya pada empat fakta utama,
yaitu :
1. Ajarannya yang berkenaan dengan jiwa dan segala unsur yang menyangkut kesemua varian
personality manusia.
2. Ajaran pokoknya tentang masyarakat.
3. Ajaran filsafat tentang hubungan individu dan masyarakat.
4. Pendasaran pendidikan pada hal-hal sebelumnya.
Epistemologi idealism ini meniscayakan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan pun lebih
berfokus pada isi yang secara objektif menyediakan beragam pengalaman belajar sebanyak-
23
banyak pada subjek didik untuk mampu menggerakkan jiwanya pada ragam realitas yang akan
memperkukuh cara berpikir dan analisisnya terhadap keseluruhan realitas pengalamannya.
Pribadi idealism adalah pribadi yang peka terhadap realitas di sekitarnya, sehingga tidak satupun
kejadian yang dilihat dan didengarnya luput dari pikirannya. Sedemikian rupa sehingga
memunculkan kepribadian yang cermat dan tangkas dalam mencerna keseluruhan realitas yang
terbangun dari ruang ideanya.
Beberapa tokoh aliran tersebut diantaranya: Aristoteles, John Amos Comenius, Francis Bacon,
John Locke, Galileo, David Hume, dan John Stuart Mill.
Kaum pragmatisme meyakini bahwa pikiran manusia bersifat aktif dan berhubungan langsung
dengan upaya penyelidikan dan penemuan. Menurut kaum ini, seorang anak selalu belajar secara
alamiah karena memang ia adalah makhluk yang secara natural selalu ingin tahu tentang sesuatu.
Ia senantiasa akan mempelajari apa pun yang ia rasakan dan atau apa yang ia pikirkan. Oleh
karena itu, guru harus menghidupkan spirit inquiri ini agar tampil realitas pembelajaran. Tugas
penting guru adalah menolong para subjek didiknya agar mempelajari apa yang ia rasakan dan
merangsang jiwa ingin tahunya selalu tumbuh, seperti sains, sastra, sejarah, dan lain sebagainya.
Kaum pragmatism meyakini bahwa subjek didik harus belajar dari keingintahuan, sementara
guru merangsang keingintahuan itu tampil dalam proses inquiry.
24
5. Epistemologi Islam tentang Pendidikan
Pendidikan menempati posisi penting dalam pemanusiaan, tidak saja karena eksistensinya
sebagai pembentukan kepribadian, tetapi juga karena berkenaan dengan misi kemanusiaan
sebagai subjek yang memiliki tanggung jawab atas peradaban dan pengembangan serta
pembangunan dunia seperti tercermin dalam fungsinya sebagai khalifah dan ‘immarah di muka
bumi.
Mengingat pendidikan berkenaan dengan misi sedemikian, maka segala upaya kependidikan
mesti pula diarahkan untuk perealisasian misi humanitas tersebut. Bahkan Islam menekankan
bahwa strategi edukasi apa pun yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang hendaklah
dibangun di atas nilai-nilai luhur manusia dalam kaitannya dengan dirinya, alam, dan Tuhan.
Kendatipun nilai berada pada wilayah pikiran manusia, tetapi eksistensinya dibutuhkan manusia
untuk menjadi standar bagi sebuah perilaku yang diinginkan. Oleh karena itu, karena pendidikan
erat kaitannya dengan perubahan perilaku manusia kearah kesempurnaan dan kebaikan
meniscayakan dirinya bersentuhan dengan persoalana nilai. Berikut dikemukakan hubungan
pendidikan dan nilai dalam konteks aliran-aliran filsafat yang ada sebagai bahan pertimbangan
dan analisis setiap pendidik dan calon pendidik untuk membangun arah dan orientasi
pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
Plato sebagai tokoh utama idealism meyakini, bahwa nilai-nilai kebaikan dan kebijakan
bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan seperti mengajarkan pengetahuan sains tetapi lebih pada
pembiasaan-pembiasaan dan penyontohan-penyontohan antar individu dalam masyarakat. Oleh
karenanya membangun individu yang bernilai, mestilah dengan mengikut sertakan keterlibatan
secara keseluruhan aspek terkait dengan pembentukannya. Pendidikan nilai mesti dimulai
dengan membangun tatanan dan system yang sarat nilai.
Berbeda dengan aliran realism relijius, kelompok realism saintifik justru mengajarkan bahwa
sesuatu yang benar dan yang salah adalah produksi akal manusia dalam memahami realitas,
25
bukan dari prinsip-prinsip penelitian ilmiah yang telah menunjukkan kemanfaatannya kepada
manusia sebagai makhluk yang paling tinggi. Penyakit adalah sesuatu yang tidak diharapkan dan
disukai semua orang, karena sifatnya baik. Kita mesti meningkatkan dengan ukuran
meningkatnya konstitusi genetic kita dan menundukkan hal-hal yang tidak diinginkan dengan
upaya meningkatkan lingkungan di mana kita hidup. Jadi, dapat dipahami bahwa nilai moral
selalu muncul dari upaya penyelidikan seseorang akan nilai kebenarannya dan karenanya dapat
dibuktikan secara alamiah.
Pertanyaan tentang apa dasar moral kelompok pragmatis, Willian James membentangkan
doktrinnya, kelompok pragmatis sesungguhnya tidak memiliki praanggapan apa pun, tidak ada
dogma yang menghalangi, tidak ada aturan-aturan rigid. Orang pragmatis itu benar-benar ramah.
Dia akan mengajukan hipotesis-hipotesis dia akan memperhatikan bukti-bukti. Satu-satunya
pengujian kebenaran yang mungkin yang dimilikinya adalah sesuatu karya yang terbaik. Apa
yang cocok dari setiap bagian kehidupan yang terbaik, dan kumpulan-kumpulan pengalaman, tak
satupun yang dihilangkan. Anda lihat bagaimana demokrasinya orang pragmatis. Sikapnya
beragam dan fleksibel, sumbernya kaya dan tidak akan habis dan kesimpulannya sama
simpatiknya dengan kesimpulan yang sesungguhnya.
Dalam nilai ini, terlihat bahwa kesadaran adalah kata kunci bagi perealisasian nilai-nilai, dan
oleh karena itu, maka dalam pembelajaran Islam, penanaman nilai mestilah pula dengan
menumbuhkan kesadaran kepada subjek didik bahwa suatu nilai berguna bagi realitas
kehidupannya, terutama dalam kaitan dirinya dengan alam dan Tuhan. Ini berarti, bahwa
pendidikan erat kaitannya dengan penyadaran akan nilai-nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan
itu benar-benar dapat diwujudkandalam alam realitas manusia.
26
Jika subjek didik berupaya untuk berperilaku benar, guru akan memberikan reward yang lebih
atas usaha subjek didiknya.
Ketika aktivitas kependidikan dalam keseluruhan aspeknya bernilai estetis, tentu akan
melahirkan suasana yang tidak menjenuhkan dan menegangkan yang akan memunculkan
kecemasan-kecemasan yang tentu dan pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan begitu saja, tidak saja karena aktivitasnya yang membutuhkan nilai estetis, tetapi juga
mengingat entitasnya yang memang juga akan membangun nilai-nilai estetis dalam diri subjek
didik.
27
Progresivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencari tahu dan
meneliti, sehingga ia tidak mudah menerima begitu saja suatu pandangan atau pendapat sebelum
ia benar-benar membuktikan kebenarannya secar empiris. Ilmu pengetahuan lahir berdasarkan
pada pembuktian-pembuktian eksperimentasi di dunia empiris.
28
Pandangan Filosofis Esensialisme
Immanuel Kant seorang tokoh idealism modern mengemukakan bahwa asas dasar
tindakan moral atas hokum moral adalah apa yang disebutnya sebagai categorical-imperative,
yaitu rasa kewajiban atas tugas tanpa syarat dan predikat seperti taat atau loyal terhadap suatu
norma. Dalam hokum moral, setiap manusia harus melakukan sesuatu yang oleh semua orang
wajib melakukannya di mana dan kapan pun, sebab kebaikan senantiasa bersifat universal.
29
Dialog Antar-Aliran
Berbagai pemikiran yang ditampilkan oleh masing-masing aliran filsafat di atas bangunan
epistemology masing-masing. Dengan demikian mereka akan memiliki kemandirian dalam
pengambilan sikap berdasarkan cara-cara yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Berbagai ragam ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bukti nyata bagi fungsionalitas
kemampuan manusia dalam memecahkan problem-problem kehidupannya, dan sekaligus akan
menjadi modal bagi pengembangan kearah pengetahuan dan teknologi baru yang adalah juga
akan menjadi langkah kemajuan-kemajuan selanjutnya tanpa henti.
30
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KRITISI BUKU
Sebagai buku pembelajaran filsafat pendidikan yang ditujukan kepada mahasiswa bahwa
filasat merupakan hal yang biasa, tidak jauh berbeda dengan ilmu-ilmu yang lain dan dapat
dialami dan dilakukan oleh semua orang yang dapat berfikir normal. Materinya dipilih hanya
mengenain pokok-pokok yang menyangkut kasus yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
Sehingga mahasiswa dengan mudah melihat nilai praktis dan meteri filsafat pendidikan. Namun
tidak mengurangi karekteristik filsafat yang memang menuntut kegiatan berpikir yang sungguh-
sungguh.
Pembahasan pertama pada buku ini mengenai pemahaman dan pengertian filsafat, yang
menjelaskan pengertian filsafat ditinjau dari asal kata, pengertian filsafat menurut para filosof,
pengertian filsafat menurut beberapa penulis buku filsafat, pengertian filsafat menurut kamus,
dan pemaduan arti filsafat. Selanjutnya pembahasan buku ini tentang filsafat ditengah-tengah
berbagai karya budaya karena filsafat merupakan salah satu kegiatan atau hasil kegiatan yang
menyangkut aktifitas oelh budi manusia. Selanjutnya pembahasan tentang aliran dan cabang
filsafat yang berisi aliran-aliran dan cabang filsafat dari berbagai toko dan aliran dalam filsafat.
Pembahasan dan bab sudut pandang filosofi pendidikan berkaitan antara filsafat dan
pendidikan yang lebih di konkretkan lagi, yaitu dengan mempertemukan cabang-cabang filsafat
dan aliran-aliran filsafat dengan komponen-komponen pendidikan. Dan juga berisi aliaran-aliran
filsaat dalam pendidikan untuk pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan visi dan misi
pendidikan. Pembahasan buku ini membahas tentang filsafat pendidikan Pendidikan yang berisi
tentang menyatunya filsafat dengan pendidikan menghasilkan cabang filsafat yang disebut
filsafat pendidikan. Sesuai dengan salah satu karakter filsafat yang melahirkan aliran-aliran,
maka ada tiga aliran utama dalam filsafat pendidikan yaitu Progresivisme, Eksensialisme dan
Paranealisme.
Pemakaian bahasa dalam buku filsafat pendidikan secara keseluruhan menggunakan
bahasa EYD yang benar karena banyaknya materi dari berbagai toko filsafat. Materi mudah
dipahami tentang penjelasan-penjelasan aliran-aliran dalam filsafat pendidikan lansung ke pokok
materi dan menyangkut kasus yang terjadi pada kehidupan sehari-hari sehingga mahasiswa
mudah memahami.
Kelebihan buku filasafat pendidikan materi yang dijalaskan hanya mengenai pokok-
pokok terutama yang menyangkut kasus yang terjadi pada kehidupan sehari-hari sehingga
mahasiswa dengan mudah melihat nilai praktis dari materi filsafat pendidikan. Kekurang buku
31
filsafat pendidikan menuntut kegiatan berfikir yang sungguh-sungguh dan harus memahami
pengertian menurut para filosof dan berbagai tokoh
Kelemahan buku ini Materi sulit dipahami tentang penjelasan-penjelasan aliran-aliran
dalam filsafat pendidikan langsung ke pokok materi dan tidak menyangkut kasus yang terjadi
pada kehidupan sehari-hari sehingga pembaca sulit memahami.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB V, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar
memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai manusia, manusia utuh. Hakikat
pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran,pembersihan dan
pembiasaan,dan kompetensi dengan memperhatikan kompetensi paedagogi berupa
profesi, kepribadian dan sosial. Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin,
karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-
pisahkan.
Pendidikan selalu dihubungkan dengan karakter karena evaluasi karakter ini sangat
mendukung seklai untuk perkembangan bakat pendidik dan pada hakekat pendidikan ini
harus memperdulikan pendidikan karakter untuk hal-hal mengenai potensi perilaku murid
atau peserta didik.
Masyarakat dan lingkungan berperan penting terhadap berhasilnya pesrta didik dalam
menunjang pendidikan hal ini berpengaruh bagaimana peserta didik menerima sikap
sosialis yg terbuka dan termotivasi dalam pengembangan bakat yang ada pada diri
peserta didik itu
Hakekat peserta didik, yaitu sebagai seorang manusia yang sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Baik potensi
berpikir, merasa, menganalisa, mengemukakan pendapat, berbahasa, sosial.
Hakekat pedidik/guru yaitu Guru sebagai tenaga professional telah dipersiapkan dengan
sadar dan sengaja untuk mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
dengan pembelajaran yang dilakukan terhadap didik disekolah. Profesi guru merupakan
bidang pekerjaan khusus yang memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus sesuai
dengan bidangnya.
Hakekat pembelajaran, yaitusuatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas, guna dapat meningkatkan kemampuan berpikir, bersikap,
bersosial, dan emosional peserta didik serta dapat meningkat mengkronstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkat penguasaan yang baik terhadap materi
pelajaran.
33
Pelaksanaan pendidikan pada dasarnya harus memiliki falsafah atau landasan. Pendidikan
di Indonesia harus berlandaskan nilai-nilai luhur pancasila dan kebangsaan. Setidaknya
ada beberapa niai-nilai yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pendidikan yaitu nilai
agama, filsafat, moral, dan hukum.
Dalam pengembangan kemampuan peserta didik dilakukan secara bertahap, oleh sebab
itu penting untuk memahami beberapa asas dalam pendidikan, diantara nya asas
pendidikan sepanjang hayat, kasih sayang, asas demokrasi, asas transparansi, asas,
tanggung jawab, asas kualitas, dan lain sebagainya.
4.2 Saran
Dewasa ini dalam pelaksanaan pendidikan belum sepenuhnya diterapkan landasan
pendidikan sebagaimana mestinya. Di mana banyak dari pendidik/guru yang belum sepenuh nya
melakukan pembelajaran dengan landasan moral, contohnya banyak guru yang merokok ketika
pelaksanaan pembelajaran dikelas. Hal itu menjadi contoh yang tidak baik bagi peserta didik.
Oleh sebab itu pemakalah menyarankan agar para pendidik lebih memahami dan
mengaplikasikan landasan pendidikan sebagaimana mestinya didalam kegiatan pembelajaran.
34
DAFTAR PUSTAKA
35