PENDAHULUAN
hanya dialami atau menimpa bangsa Indonesia saja, melainkan hampir seluruh
bumi yang sangat tipis, untuk kemudian dipantulkan kembali ke luar angkasa
dalam bentuk sinar infra merah. Terjebaknya radiasi sinar infra merah kedalam
rata-rata temperatur udara dan air di dekat permukaan tanah di planet bumi dalam
lingkungan utama di dunia dan Indonesia. Dalam lingkungan dunia global ini,
sumber daya dan jumlah populasi adalah masalah utama. Lingkungan sangat
penting dengan dan perubahan iklim pada titik mana pun menyebabkan
untuk produk dan bahkan untuk sistem manajemen Lingkungan. Era utama adalah
meningkatnya permintaan dan terbatasnya pasokan. Lebih jauh, tren harga hampir
memproduksi dalam kisaran harga energi dan sumber daya yang besar. Salah satu
dilakukan pada produk. Atau, harga yang stabil dapat difasilitasi dengan
restoran. Dewasa ini wisatawan semakin cerdas dan selektif untuk memilih hotel
lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya hemat energi dan berbasis produk
lokal atau yang tergabung dalam green industry (Ecogreen Hotel, Eco Suites,
bagi para pengelola usaha kuliner dalam menjalankan bisnisnya karena konsep
green memiliki nilai investasi jangka panjang yang mampu menciptakan loyalitas
Limbah cair rumah makan adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah makan yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
rumah makan relatif sama dengan seperti pada pemukiman dan fasilitas tambahan
perusahaan akan mempunyai citra yang baik di mata pembeli, masyarakat dan
manusia, keuangan dan pemasaran. Green manufacturing tidak akan bisa berjalan
seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya
memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhadap berbagai macam
goncangan krisis ekonomi. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro
Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
badan usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro. Dan usaha yang termasuk kriteria
50.000.000,- dan tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Mempunyai
ekonomi nasional, baik dalam penyerapan tenaga kerja, penyedia berbagai produk
dan jasa yang dibutuhkan serta sebagai sumber pendapatan masyarakat. Meski
memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian, namun terkait dengan
limbah yang dihasilkan dalam berbagai bentuknya, proses produksi yang belum
efisien baik dalam penggunaan bahan baku, energi, serta penggunaan bahan
berbagai kementerian dan dinas terkait tengah berupaya mendorong agar UMKM
diharapkan dari perbankan berupa keberadaan ragam produk atau skim kredit
UMKM ramah lingkungan, serta rencana yang akan dilakukan pada waktu yang
lingkungan hidup. Dampak negatif yang disebabkan oleh UMKM terjadi mulai
dari upaya memperoleh bahan baku, proses produksi, dan limbah yang dihasilkan
baik pada saat produksi atau setelahnya. Upaya yang dilakukan oleh berbagai
Salah satu sumber penghasil air limbah di Kalimantan selatan adalah sumber
pencemar institusi yang terdiri dari kegiatan industri, perhotelan, rumah sakit,
rumah makan, mall, swalayan dan lainnya. Sampai sekarang besaran beban
menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah dengan
membuang limbah seperti tissue ke dalam selokan atau trotoar, begitu juga dengan
minyak dan hasil sisa sisa makanan yang sering kali di temui di selokan dan
trotoar yang dimana air di selokan berwarna hitam dan mengeluarkan bau yang
tidak sedap dan trotoar meninggalan bekas berwarna hitam akibat tumpahan
minyak goreng bekas yang tidak terkontrol saat melakukan proses produksi
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 163 tentang Kesehatan
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
lingkungan dalam hal ini pencemaran air sungai yang sebagian besar disebabkan
oleh limbah domesik yang berasal dari sisa-sisa pembuangan perhotelan, rumah
tangga dan restoran. Tercemarnya air sungai oleh limbah domestik ini tentu
menjadi permasalahan lingkungan yang serius mengingat visi pariwisata
Kalimantan Selatan yakni untuk menjadikan sungai Barito sebagai tujuan wisata
pengembangan fasilitas dan sarana pariwisata yang bebas dari limbah dan
pencemaran lingkungan.
masa depan, tekanan publik, tekanan dari rekanan, dan komitmen manajemen
puncak adalah faktor yang paling penting dari perspektif lingkungan; tekanan
publik dan komitmen manajemen puncak adalah faktor yang paling penting dari
perspektif sosial; dan dari perspektif ekonomi ada faktor insentif, penghematan
biaya, daya saing, permintaan pelanggan, teknologi, dan sumber daya organisasi.
terhadap tren ‘green’, akses terbatas pada literatur mengenai GM; kelangkaan
yang tidak efektif); penegakan hukum yang rendah; dan ‘trade off”.
Mittal & Sangwan (2014b, 2014a) dalam artikel yang lain juga membahas
sebagian orang menganggap sebagai istilah lain dari Green Manufacturing. Yang
menjadi faktor penghambat dibagi menjadi tiga bagian yaitu dari kebijakan
(penegakan hukum dan peraturan yang lemah, ketidakpastian aturan di masa yang
teknologi), dan ekonomi (biaya jangka pendek yang tinggi, rendahnya permintaan
konsumen, ketidakpastian manfaat yang akan diperoleh dan trade off). Hasil
perusahaan kecil dan menengah (studi kasus IKM di Malaysia). Faktor yang
penghambatan yang sangat sering terjadi berasal yang dihadapi oleh industri
adalah kurangnya alat yang diperlukan, keterampilan manajemen dan komitmen
hambatan internal dan eksternal, di mana hambatan internal termasuk biaya dan
pemasok yang buruk, dan hambatan spesifik industri itu sendiri. K. Lee (2009)
menemukan masalah bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) terhambat oleh
manufacturing. Satu faktor lagi yang masuk ke kerangka kerja adalah persyaratan
sumber daya keuangan terbatas dan biaya modal awal yang tinggi untuk
di Kalimantan Selatan”.
1.2. Rumusan Masalah
Kalimantan Selatan.
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Tabel. 2.1
Penelitian terdahulu
1. Pengertian
pada berbagai jenis bidang usaha seperti rumah sakit, perguruan tinggi, pabrik,
dan lain-lain, ini dikarenakan jenis usaha seperti yang disebutkan diatas
menghasilkan produk yang bisa berupa barang maupun jasa, yang mana untuk
antara lain:
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
kebutuhan konsumen.
Menurut Render dan Heizer (2016), diferensiasi, biaya rendah dan respons
yang cepat dapat dicapai saat manajer membuat keputusan efektif dalam sepuluh
tersebut.
dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan.
e. Perancangan tata letak. Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat
karyawan, keputusan teknologi dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata
letak.
yang integral dan mahal dari keseluruhan rancang sistem. Karenanya, kualitas
lingkungan kerja diberikan, bakat dan keahlian yang dibutuhan, dan upah yang
g. Manajemen rantai pasokan. Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat
dipertimbangkan.
dikembangkan.
yang diinginkan.
berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
dalam Undang-Undang.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
menjadi bagian baik langsung maupun tidak. langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
juta rupiah).
Di Negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda
mengenai UKM yang sesuai menurut karateristik masing – masing Negara, yaitu
sebagai berikut:
1. World Bank: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang,
pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.
3. Di Eropa: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan
pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang,
retail/service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥ 50 juta-
300 juta.
5. Di Korea Selatan: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang
6. Di beberapa Asia Tenggara: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja
10-15 orang (Thailand), atau 5–10 orang (Malaysia), atau 10-99 orang
besar sebagaimana perusahaan besar sehingga pembentukan usaha ini tidak sesulit
usaha besar. Kedua, tenaga kerja yang diperlukan tidak menuntut pendidikan
terbukti memiliki ketahanan yang kuat ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi.
dibidang ekonomi, sosial dan politik, maka saat ini perkembangan UMKM diberi
peranannya dalam penciptaan kesempatan kerja dan sebagai salah satu sumber
penting bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Usaha kecil juga
peranan cukup penting dalam penghasilan devisa negara melalui usaha pakaian
turis.
dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah, tetapi juga bagi konsumen
perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi. Selain itu, usaha kecil juga
menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan besar, termasuk
pemerintah lokal. Tujuan sosial dari UMKM adalah untuk mencapai tingkat
untuk meminimalisir sampah atau gas buang yang dihasilkan dari proses produksi
atau sering disebut “zero emission strategy”, yang memiliki konsep dasar “we
borrow the earth from our descendants”. Green manufacturing berkaitan erat
diperoleh dengan melakukan konsep green itu sendiri (Dornfeld, 2014). Menurut
(Dam & Petkova, 2014), green manufacturing merupakan kosep produksi yang
ekologis yang positif, seperti mendaur ulang dan menggunakan kembali produk.
produk, termasuk penjualan produk bekas, tidak terjual, atau produk kembali di
dampak lingkungan pada setiap tahap siklus hidup produk, dalam upaya
kegiatan operasional kuliner, membutuhkan energi dan sumber daya yang tidak
saat ini, rendah dan memberikan dampak lingkungan yang cukup besar. Dampak
negatif yang timbul lebih sering karena tingginya penggunaan sumberdaya yang
tidak terbaharui seperti air, bahan bakar minyak yang menimbulkan polusi bagi
udara, air dan tanah). Sementara itu wisatawan menginginkan banyak kemudahan
dan kepuasan dalam kegiatan wisatanya. Mereka memiliki ekspektasi yang tinggi
2014).
dapat memberikan manfaat bagi dirinya maupun daerah yang mereka kunjungi.
Sebagian dari wisatawan bahkan sudah mulai menjadikan parameter konsep dan
manajemen yang ramah lingkungan sebagai salah satu tolak ukur dalam memilih
masyarakat lokal, 85% menyatakan bahwa wisata tidak boleh merusak lingkungan
berwawasan lingkungan
insentif.
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik
secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat
secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat
Ruang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Mittal & Sangwan (2014b, 2014a) dalam artikel yang lain juga membahas
orang menganggap sebagai istilah lain dari Green Manufacturing adalah Aspek
a. Kurangnya Pengetahuan.
untuk memulai suatu bisnis yang memberikan dampak positif bagi lingkungan
utama pelaku usaha dengan bebas membuka dan melakukan kegiatan usaha tanpa
Pengetahuan dapat berisi tentang informasi penting yang diperlukan oleh setiap
dan pemahaman yang cukup, sehingga tidak dapat melakukan suatu hal dengan
benar. Jika dikaitkan dengan green manufacturing, maka pelaku bisnis yang
dikarenakan pelaku bisnis belum mengetahui secara pasti manfaat yang dapat
perbaikan atau pemulihan lingkungan menjadi sebab utama dalam kategori ini
b. Teknologi
yang berupa teknologi proses dan teknologi produk termasuk rancang bangunan,
industri.
industri atau usaha dapat memanfaatkan teknologi hasil dari penelitian dan
pengembangan, baik yang dilakukan pihak asing maupun pihak dalam negeri (PP
No. 41 tahun 2015 pasal 1 poin 25). Pemanfaatan tersebut dilakukan dengan
atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Berdasarkan PP No. 41 tahun 2015
pasal 19, perusahaan diwajibkan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara
lingkungan.
green manufacturing yang menjadi pilihan pelaku usaha dalam memulai bisnis
dengan basis ramah lingkungan. R&D, desain, dan pengujian yang tidak memadai
c. Biaya
perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat
penting dan tidak terpisahkan dalam menentukan harga pokok produksi. Dengan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Pengertian
biaya menurut Dunia dan Abdullah (2012:22) yaitu “Biaya adalah pengeluaran
atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk
masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode
“Cost adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa
yang diharapkan memberikan manfaat sekarang atau masa yang akan datang.”
manufacturing menjadi masalah yang serius di hadapi oleh pelaku usaha, dengan
para pelaku usaha dalam melakukan program green manufacturing, yang menjadi
tolak ukurnya adalah tingginya harga alat dan bahan ramah lingkungan serta
organisasi.
Akan tetapi yang menjadi permasalahan bagi pelaku usaha untuk tidak
penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini diuraikan
sebagai berikut.
kematangan intelektual yang baik pula, sehingga tindakan yang dilakukan juga
Penelitian yang dilakukan oleh Septifani, Achmadi dan Santoso (2014) bahwa
kepemilikan dan penyebaran sumber daya dan kemampuan perusahaan yang tepat.
Dengan demikian, manufaktur hijau dapat difasilitasi oleh SCCs yang sesuai (Liu
et.al, 2016). Misalnya, Klassen (1993) dalam Liu et al (2016) berpendapat bahwa
perusahaan. Hal demikian berarti bahwa makin tinggi pengetahuan yang dimiliki
menerapkannya dalam usaha kuliner juga makin tinggi, karena orang tersebut
telah mengetahui dampak positif maupun negatif yang dapat timbul dengan
keseharian. Oleh karena itu, teknologi akan terus mengalami perubahan dan
karyawan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan dapat mencapai
tujuan perusahaan, karena peraturan dibuat untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai perusahaan. Chairunisa (2018) dalam penelitiannya juga menemukan
terkait dengan isu-isu kesehatan dan keselamatan (Hui et al, 2001). Menurut Kari
dan Rajah (2008) salah satu cara untuk mewujudkan green manufacturing adalah
sumbernya.
Hal demikian berarti bahwa makin baik dan sesuai teknologi yang digunakan
ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau
yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Pengertian biaya menurut
Dunia dan Abdullah (2012) yaitu “Biaya adalah pengeluaran atau nilai
pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang
Sedangkan pengertian biaya menurut Siregar dkk (2014:23) yaitu “Cost adalah
biaya modal besar untuk memperoleh bahan dan alat teknologi, banyak penelitian
pembelian bahan baku ramah lingkungan, sumber energi yang lebih aman, dan
mesin tujuan khusus yang secara kolektif meningkatkan biaya keseluruhan dan
terbesar bagi praktik manufaktur berkelanjutan. Ini diikuti oleh pendanaan yang
tidak memadai sehingga yang sering menjadi keluhan para pelaku usaha apabila
biaya bahan baku, teknologi dan proses tergolong tinggi para pelaku usaha kecil
Hal ini berarti bahwa dengan biaya besar yang mampu memperoleh bahan,
alat teknologi untuk menunjang program green manufacturing menjadi lebih baik
Pengetahuan
Biaya
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian serta daerah ini memiliki jumlah usaha kuliner mikro yang cukup
banyak, dinamis, cepat tanggap serta peka terhadap perubahan. Selain itu,
informasi-informasi baru dapat dengan cepat diakses dan diterima oleh industri
kuliner tersebut.
3.2.1 Populasi
dari penelitian ini adalah pemilik usaha Kuliner mikro yang telah beroperasi lebih
3.2.2 Sampel
karena itu, diperlukan tata cara yang digunakan dalam memilih bagian sampel
populasinya.
operasi bisnis ekologis yang positif, seperti mendaur ulang dan menggunakan
kembali produk.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
manufacturing adalah :
a. Pengetahuan.
manufacturing.
b. Teknologi.
manufacturing.
green manufacturing.
c. Biaya.
manufacturing.
ramah lingkungan.
penulis menggunakan skala likert. Dalam hal ini penulis akan memberikan
pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban yang harus dipilih salah satu jawaban saja.
setiap pilihan jawaban pertanyaan yaitu nilai 4 untuk jawaban yang positif dan
nilai 1 untuk jawaban yang sangat negatif. Maka bentuk penilaiannya sebagai
berikut:
Yaitu data atau informasi yang diperoleh secara langsung dari responden
atau obyek penelitian. Data primer yang diperoleh dengan Kuesioner. Kuesioner
variabel. Kuisioner yang akan digunakan dan disajikan kepada responden terdiri
manufacturing.
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, yang di dapat dari
dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dengan mencatat data yang telah
Analisa deskriptif adalah analisa yang didasarkan pada hasil jawaban yang
diperoleh dari responden. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam
bentuk deskripsi dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling berhubungan,
keadaan (naik turunya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel dependen
Y = α+b1x1+b2x2+b3x3+e
Keterangan:
Y = Kinerja Operasional
X2 = Kualitas Informasi
X3 = Desain Produk
E = Standar error
a. Uji T
parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiann uji t atau uji signifikasi
individual adalah :
variabel dependen)
hipotesisnya adalah:
8. Membuat kesimpulan.
b. Determinasi (R²)
berarti variabel terikat dapat dijelaskan secara linear oleh variabel bebas. Jadi
semakin besar R² maka semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai alat
sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kecil. Secara umum
dapat dikatakan bahwa besarnya koefisien determinan ganda (R²) berada antara 0
Uji asumsi klasik dilakukan agar model yang diperoleh benar – benar telah
memenuhi asumsi - asumsi yang mendasari regresi. Model regresi yang diperoleh
linier tidak bias yang terbaik. Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa
meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal ataukah tidak
(Ghozali, 2012). Model regrsi yang baik adalah memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal (Ghozali, 2012). Uji normalitas dilakukan dengan melihat
kernomalan distribusi, jika nilai Asymp. Sig suatu variabel lebih besar dari Level
nilai Asymp. Sig dalam variabel itu lebih kecil dari Level of Significant 5% maka
2.Uji Multikolirieritas
Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) nilai variance inflation
factor (VIF) (Ghozali, 2012). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat (dependent) dan diregres
yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance)
Perhitungan nilai VIF dan Tolerance berdasarkan pada alat analisis yang
4. Pengambilan keputusan
3.Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
heteroskedastisitas.
Daftar Pustaka
Dam, L., & Petkova, B. N. (2014). The impact of environmental supply chain
sustainability programs on shareholder wealth. International Journal of
Operations & Production Management, 34(5), 586–609.
https://doi.org/10.1108/IJOPM-10-2012-0482
Diaz-Elsayed, N., Jondral, A., Greinacher, S., Dornfeld, D., & Lanza, G. (2013).
Assessment of lean and green strategies by simulation of manufacturing
systems in discrete production environments. CIRP Annals - Manufacturing
Technology, 62(1), 475–478. https://doi.org/10.1016/j.cirp.2013.03.066
Fukey, L. N., & Issac, S. S. (2014). Connect among Green , Sustainability and
Hotel Industry : A Prospective Simulation Study. International Journal of
Economics and Management Engineering, 8(1), 296–312.
Heizer, J., & Render, B. (2016). Operations Management (7th ed.). New Jersey:
Prentice-Hall.
Herjanto, E. (2007). Manajemen Operasi. (Grasindo, Ed.). Jakarta.
Hoek, R. I. Van. (1999). From reversed logistics to green supply chains. Supply
Chain Management, 4(3), 129–134.
Sinangjoyo, N. J. (2013). Green Hotel sebagai Daya Saing Suatu Destinasi. Green
Hotel Sebagai Daya Saing Suatu Destinasi, 5, 83–93.
Verma, V., & Chandra, B. (2017). Intention to Implement Green Hotel Practices:
Evidence from Indian Hotel Industry. International Journal of Management
Practice, 11(1), 1–20. https://doi.org/10.1504/IJMP.2018.10008645