Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan anti-streptolisin O merupakan suatu uji laboratorium
(rapid) untuk menentukan ada atau tidaknya antibodi streptolisin O dalam
serum baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Infeksi ini disebabkan oleh
bakteri Streptococcus beta hemolytic , streptolisin O ini marupakan salah satu
eksotoksin yang dilepaskan oleh bakteri yang merangsang pembentukan
antibodi streptolisin O. Reagen lateks ASTO merupakan suspensi yang stabil
dari partikel lateks polystiren yang telah dilapisi oleh streptolisin O. Ketika
lateks ini dicampur dengan serum yang mengandung antibodi streptolisin O,
makan akan terjadi aglutinasi. Sensitivitas dari reagen ASTO ini telah
disesuaikan untuk menghasilkan aglutinasi ketika nilai antibodi lebih besar
dari 200 IU/ml. Sebaiknya serum yang digunakan adalah serum dari darah
yang segar, dan tidak boleh menunjukan adanya fibrin. Pada suhu 28° C
masih dapat stabil selama 48 jam dan jika ditunda dalam waktu yang lama
sebaiknya disimpan pada suhu 20° C (Anis, 2012).
Streptolysin O adalah suatu toksin yang terdiri protein dengan berat
molekul 60.000 dalton, aktif dalam suasana aerob yaitu melisiskan sel darah
merah juga, platelet dan organella subsel. Streptolisin O bersifat meracuni
jantung. Streptokokus grup A (Streptokokus beta hemolitik) dapat
menghasilkan berbagai produk ekstraseluler yang mampu merangsang
pembentukan antibodi. Antibodi itu tidak merusak kuman dan tidak
mempunyai dampak perlindungan, tetapi adanya antibody itu dalam serum
menunjukkan bahwa didalam tubuh baru saja terdapat streptokokus yang
aktif. Antibodi yang dibentuk adalah Anti-streptolisin O (ASO),
Antihialuronidase, antidesoksiribonuklease B (AND B), dan anti nikotinamid
adenine dinukleotidase (anti-NADase) (Handojo, 2010).
Penetapan ASO umumnya hanya memberi petunjuk bahwa telah
terjadi infeksi oleh streptokokus. Yang lebih penting diperhatikan adanya
kenaikan titer. Meskipun semula titer rendah tetapi bila terjadi peningkatan
dan tetap tinggi pada pemeriksaan berikutnya, adanya infeksi oleh
streptokokus (Anis, 2012).
Oleh karena itu yang melatar belakangi praktikum ini adalah untuk
mengetahui ada dan tidaknya antibodi streptolisin dalam darah pasien yang
diperiksa .
B. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya antibodi streptolisin dalam serum dengan
metode kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan terdapat di
dalam sistem peredaran darah tertutup dan sangat penting untuk kelangsungan
hidup manusia. Darah berfungsi memasukkan oksigen dan bahan makanan
keseluruh tubuh serta mengambil karbondioksida dan metabolik dari jaringan.
Mengetahui golongan darah seseorang sangat penting di ketahui untuk
kepentingan medis yaitu salah satunya untuk transfusi (Oktari dan Nida, 2016).
Menurut Yayuningsih, dkk. 2014 bahwa darah mempunyai beberapa fungsi
berikut :
1. Fungsi yang menyangkut respirasi, yaitu mengangkut O2 dari paru ke
jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru.
2. Fungsi yang menyangkut nutrisi, yaitu mengangkut sari makanan yang
diserap dari usus halus ke seluruh tubuh.
3. Fungsi yang menyangkut ekskresi, yaitu mengangkut zat sisa metabolisme sel
tubuh menuju alat ekskresi.
4. Fungsi yang menyangkut pertahanan dan kekebalan tubuh, yaitu terkait
dengan darah yang didalamnya terkandung leukosit, antibodi dan substansi
protektif lainnya.
Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Didalam serum
terdapat dua protein yaitu albumin dan globulin. Antibodi berada di dalam serum
dikarenakan antibodi golongan darah merupakan protein globulin, yang
bertanggung jawab sebagai kekebalan tubuh alamiah untuk melawan antigen
asing. Komposisi serum sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein dan 0,9%
mineral. Akan tetapi didalam serum tidak ada faktor pembekuan (fibrinogen).
Dikarenakan serum tidak tidak diberi antikoagulan (Oktari dan Nida, 2016).
Pemeriksaan antobodi streptokokus mendeteksi adanya antibodi terhadap
berbagai antigen yang dihasilkan oleh streptokokus grup A. Pemeriksaan ini
terdiri atas pemeriksaan kadar anti streptolisin O (ASO), kadar
antideoksiribonulease-β (anti Dnase-B) dan streptozyme test. Penetapan kadar
antistreptolisin O merupakan pemeriksaan utama untuk menentukan apakah
sebelumnya pernah terinfeksi oleh streptokokus grup A yang menyebabkan
komplikasi penyakit post streptokokus (Sudung, 2009).
Streptolisin O bersifat imunogenik dan axygen-labile, sedangkan
streptolisin S tidak imunogenik dan axygen-stabile. Streptolisin O berperan juga
dalam patogenesis demam reumatik pasca streptokokus dan disekresi juga oleh
streptokokus grup C dan G (Sudung, 2009).
Uji anti-streptolisin O didasarkan pada fakta bahwa pasien-pasien dengan
infeksi streptococcus pyogenes (streptokokus grup A) menghasilkan antibodi yang
menghambat aktivitas hemolitik streptolisin O. Antibodi tersebut biasanya
bertahan lama dan satu peningkatan liter bukanlah indikasi infeksi saat ini. Hanya
peningkatan titer empat kali lipat atau lebih pada serum yang diambil berurutan
dengan selang 10-14 hari yang mengindifikasikan adanya infeksi baru. Uji ini
terutama digunakan dalam diagnosis demam untuk rematik akut,
glomerulomefritis akut, dan penyakit pasca infeksi streptokokal lain (Diana.
2003).
Menurut Syarifuddin, 2012 mengemukakan bahwa ada dua jenis perangkat
uji anti streptolisi O yaitu :
1. Uji aglutinasi lateks ASO kaca objek digunakan dalam pemeriksaan skrining
serum untuk mengidentifikasi orang-orang dengan peningkatan titer ASO.
2. Uji tabung ASO adalah iji inhibisi hemolisis yang digunakan untuk
menentukan titer antibodi ASO dalam sampel serum yang positif pada uji
aglutinasi untuk menentukan titer antibodi kurang dari 50 IU tidak
memastikan diagnosis demam reumatik akut.
Demam tiroid merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis, dan
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat negara berkembang di dunia,
termasuk Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan kebersihan perorangan, senitasi
lingkungan yang kurang baik, serta persediaan air minum yang kurang memenuhi
persyaratan kesehatan. Diagnosis demam tiroid adalah ditemukan bakteri
penyebab demam tifoid yaitu Salmonella tybi. Selain itu ditunjang dengan analisis
keadaan leukosit pasien diagnosa dokter dapat ditegakkan (Farihatun, dkk. 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Prinsip
Partikel latex polystirene yang dilapisi streptolisin O sebagai antigen
akan bereaksi secara imunologis dengan antibodi anti streptolisin O yang
terdapat dalam serum sampel.
B. Pra Analitik
1. Alat
a. Centrifuge
b. Slide test
c. Tourniquet
2. Bahan
a. Darah vena
b. Tabung merah
c. Tusuk gigi
d. Serum
e. Reagen latex ASO
f. Control positif
g. Control negatif
h. Tissue
i. Plester
j. Alkohol swab 70%
k. Spoit 3 cc
C. Analitik
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dipasang tourniquet pada lengan pasien
3. Didesinfeksi di daerah penusukan menggunakan alkohol swab
4. Ditusuk di daerah penusukan menggunakan spoit 3 cc
5. Setelah darah masuk di dalam spoit di minta pasien melepas kepalan
tangan dan torniquetnya
6. Dilepas jarum secara perlahan dan di beri plester pada daerah penusukan
7. Dimasukkan darah ke dalam tabung merah sebanyak 2 ml
8. Disentrifuge sampel darah untuk memperoleh serum selama 10 menit
dengan kecepatan 3000 rpm
9. Diteteskan control negatif pada slide test 1 sebanyak satu tetes
10. Ditetskan control positif pada slide test 2 sebanyak satu tetes
11. Diteteskan serum pada slide 3 sebanyak satu tetes
12. Ditambahkan reagen ASO pada masing-masing slide sebanyak 1 tetes
13. Dihomogenkan menggunakan tusuk gigi dan digoyang-goyangkan
selama 2 menit
14. Diamati terbentunknya aglutinasi atau tidak
D. Paska Analitik
Pembacaan Hasil :
1. Hasil negatif : tidak terbentuk aglutinasi
2. Hasil positif : terbentuk aglutinasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

Alat dan Bahan Prose pengambilan darah

Dimasukkan darah ke Disentrifuge selama 10 menit


dalam tabung merah dengan kecepatan 3000 rpm

Diteteskan control positif, Dihomogenkan menggunakan


negatif dan sampel sebanyak tusuk gigi
satu tetes

Dirotasi selama 2 menit Hasil


B. PEMBAHASAN
Pada Praktikum kali ini di lakukan pada hari senin, 18 November
2019 pukul 08.00-selesai di laboratorium patologi gedung D lantai 2
Universitas Mega Rezky dengan judul praktikum Pemeriksaan Anti
Streptolisin O (ASO).
Streptolisin O adalah suatu antibodi yang di bentuk oleh tubuh
terhadap suatu enzim proteolitik. Streptolisin O yang diproduksi oleh
hemolitik Streptococcus A group A dan mempunyai aktivitas biologi merusak
dinding sel darah merah serta mengakibakan terjadinya hemolisis.
Streptolisin O adalah toksin yang merupakan dasar sifat β-hemolitik
organisme ini. Streptolisin O ialah racun sel yang berpotensimempengaruhi
banyak tipe sel termasuk netrofil, platelets dan organel sel,menyebabkan
respon imun dan penemuan antibodinya.
Anti-Streptolisin O bisa di gunakan secara klinis untuk menegaskan
infeksi yang baru saja. Antibodi itu tidak merusak kuman dan tidak
mempunyai dampak perlindungan, tetapi adanya antibody itu dalam serum
menunjukkan bahwa di dalam tubuh baru saja terdapat streptokokus yang
aktif. Antibody yang dibentuk adalah Antistreptolysin O (ASO),
Antihialuronidase (AH), Antistreptokinase (anti SK), antidesoksiribonuklease
B (AND B), dan anti nikotinamid adeninedinukleotidase (anti-NADase).
Hal pertama yang dilakukan disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian mengambil darah vena dengan melakukan flebotomi.
Sebelum penusukan dipasang tourniquet dan didesinfeksi pada daerah yang
akan ditusuk menggunakan alkohol 70% yang berfungsi untuk
menghilangkan kontaminasi atau organisme. Setelah itu dimasukkan darah
pada tabung merah sehingga darah akan membeku karena pada tabung
tersebut tidak ada antikoagulan, dimana disini bertujuan agar darah membeku
dan cepat untuk disentrifuge.
Kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm
yang bertujuan untuk memperoleh serum. Setelah disentrifuge dan
memperoleh serum, diteteskan control negatif pada slide test 1, kontrol
negatif merupakan reagen standar yang tidak mengandung Streptolisin O.
Lalu diteteskan kontrol positif pada slide test 2, kontrol positif merupakan
reagen standar yang positif mengandung streptolisin O. Kedua serum ini
berfungsi sebagai pembanding sehingga lebih mudah menginterpretasikan
reaksi yang terjadi pada sampel yang diuji (apakah positif atau negatif),
aglutinasi yang terjadi pada sampel dibandingkan dengan serum kontrol
positif dan kontrol negatif.
Setelah itu diteteskan sampel pada slide test 3, kemudian diteteskan
reagen latex sebanyak satu tetes pada masing-masing slide. Reagen dan
control mengandung kurang lebih 0.1 % sodium acid sebagai bahan
pengawet. Dihomogenkan dengan menggunakan tusuk gigi, usahakan
menggunakan tusuk gigi yang berbeda agar tidak mempengaruhi hasil
kemudian plate digoyangkan selama 2 menit. Plate digoyangkan agar
tercampur sempurna, untuk melihat ada atau tidaknya aglutinasi.
Interpretasi hasilnya yaitu apabila terdapat aglutinasi berarti serum
yang mengandung Ag ASO jika ditambahkan Ab latex maka akan terbentuk
kompleks Ag-Ab. Apabila serum tidak mengandung Ag maka tidak terbentuk
Ag-Ab, adanya ikatan antigen dengan antibodi diketahui dengan adanya
reaksi aglutinasi.
Berdasarkan praktikum didapatkan hasil pada pasien Tn “A” bahwa
serum pada kontrol positif dan latex terjadi aglutinasi. . Hal ini dikarenakan
terbentuk ikatan Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO – ASO). Sedangkan
pada kontrol negatif tidak terjadi aglutinasi karena kontrol negatif merupakan
pembanding.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil adalah reagen yang
telah kadaluarsa, dan cara menghomogenkan dengan tidak mengganti
pengaduk yang digunakan sehingga akan mempengaruhi hasil.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pemeriksaan anti-streptolisin O didapatkan hasil pada pasien Tn “A” positif
(+) karena terjadi aglutinasi.
A. SARAN
Pada praktikum selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode
lain seperti menggunakan uji streptolisin tabung agar praktikan dapat
mengetahui lebih luas tentang ASO dan menggunakan APD yang lengkap
agar terhindar dari kecelakaan kerja saat bekerja di dalam laboraturium.
DAFTAR PUSTAKA
Anis Purbani, Syafitriani. 2012. ”ASTO Anti-Streptolisin O”. Jakarta: EGC
Diana, Susanto. 2011. “Prosedur Laboraturium Dasar Untuk Bakteriologi Klinis,
Ed.2”. Jakarta : EGC
Oktari, Anita dan Nida Daeninur Silvia.2016. Vol.5.No.2.”Pemeriksaan Golongan
Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah
A,B,O”. Bandung : UI

Sudung, Pardede. 2009. “ Struktur Sel Streptokokus dan Patogenesis


Glomerulonefritis Akut Pascastreptokokus”. Jakarta : Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM

Yayuningsih Dewi.dkk. 2017. “Hematologi”. Jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai