REMEDIAL
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SMAN 91 JAKARTA
DISUSUN OLEH :
MUTIARA KHAIRUNNISA
X MIPA 2
1. Pengendalian Diri (Muj𝑎ℎ𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑎𝑛 − 𝑁𝑎𝑓𝑠)
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujahadah an-Nafs) adalah menahan diri dari segala
perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, seperti serakah atau tamak. Dalam
literatur Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah 𝑎𝑠́ − 𝑠́ 𝑎𝑢𝑚, atau puasa. Puasa adalah
salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang
artinya adalah “ Wahai golongan pemuda! barangsiapa dari antaramu mampu menikah,
hendaklak dia nikah, yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat memelihara
kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia puasa,karena (puasa) itu
menahan nafsu baginya.” (H.R. Bukhari).
Siapa pun yang gemar menuruti apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya, maka
sesungguhnya ia telah tertawan dan diperbudak oleh nafsunya itu. Hal inilah yang menjadi salah
satu alsan mengapa Nabi Saw menegaskan bahwa jihad melawan nafsu lebih dahsyat daripada
jihad melawan musuh (qital).
Pertama, mempunyai kecenderungan negatif dan positif dalam dirinya. Dan setan (iblis) selalu
melakukan berbagai upaya agar seseorang lebih didominasi oleh kecenderungan negatif dalam
dirinya.
Kedua, Penetapan seseorang untuk menempati sesuatu didahului dengan studikelayakan dan
pertimbangan.
Segala sesuatu yang menimpa kita yang diperoleh telah tercatat di Lauh Mahfuzh dan telah
diketahui Allah sebelum sesuatu terjadi.
Artinya : “ Dan bersegaralah kamu kepada ampunan tuhan mu & kepada surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (yaitu) orang orang yang mempu
menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang atau sempit & orang-orang yang berbuat kebajikan.
Q.S Ali Imran (3) : 133-134
Artinya : “ Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang
perkasa adalah orang yang mengendalikan dirinya ketika marah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Prasangka baik atau ℎ̂𝑢𝑠𝑛𝑢𝑧̇ 𝑧̇𝑎𝑛 berasal dari kata Arab, yaitu ℎ̂𝑢𝑠𝑛𝑢 yang artinya baik, dan 𝑧̇ 𝑎𝑛
yang artinya prasangka. Jadi, prasangka baik atau positive thinking dalam teminologi Islam dikenal
dengan istilah ℎ̂𝑢𝑠𝑛𝑢𝑧̇ 𝑧̇𝑎𝑛. Istilah ℎ̂𝑢𝑠𝑛𝑢𝑧̇ 𝑧̇𝑎𝑛 adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap
apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (s𝑢′𝑢𝑧̇ 𝑧̇𝑎𝑛), yaitu
menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.
Husnudzan adalah sikap mental dan cara pandang seseorang yang membuatnya melihat sesuatu
secara positif. Seseorang yang memiliki sikap Husnudzan akan mempertimbangkan sesuatu dengan
pikiran jernih. Sebaliknya, seseorang yang pikirangnnya yang senantiasa dijejali oleh sikap suudzan akan
memandang sesuatu selalu jelek. Seolah-olah tidak ada sedikitpun kebaikan dalam pandangannya.
Pikirannya telah dijejali oleh sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya.
Dalam ilmu akhlak ℎ̂𝑢𝑠𝑛𝑢𝑧̇ 𝑧̇𝑎𝑛 dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu ℎ̂𝑢𝑠𝑛𝑢𝑧̇ 𝑧̇𝑎𝑛 kepada
Allah Swt. ℎ̂𝑢𝑠𝑛𝑢𝑧̇ 𝑧̇𝑎𝑛 kepada diri sendiri, dan ℎ̂𝑢𝑠𝑛𝑢𝑧̇ 𝑧̇𝑎𝑛 kepada orang lain.
Husnudzan terhadap sesama baik berupa sikap, ucapan, dan perbuatan yang hendaknya kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut.
Tidak iri hati terhadap nikmat Allah SWT yang diterima orang lain.
Tidak berprasangka buruk kepada orang lain.
Bekerja sama dengan orang lain dalam hal kebaikan.
MEMBIASAKAN PERILAKU HUSNUDZAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sebagai orang yang beriman dan bertakwa, hendaknya kita membiasakan diri berprilaku
husnudzan baik kepada Allah SWT, diri sendiri, dan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku husnudzan dapat ditunjukkan oleh setiap muslim sebagai berikut.
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara
kamu yang mengunjing sebagian yang lain. Apakah ada sebagian kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Penerima Tobat Lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Hujuraat/49:12)
Artinya : “Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah
perkataan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari)
3. Persaudaraan (ukhuwwah)
Persaudaraan yang di ikat oleh jiwa kemanusiaan, maksudnya kita sebagai manusia harus
dapat memposisikan atau memandang orang lain dengan penuh rasa kasih sayang, selalu melihat
kebaikannya bukan kejelekannya.
Ukhuwah Wathoniyah
Ukhuwah Wathoniyah merupakan bentuk persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme
tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat dan budaya dan aspek-aspek yang
lainnya.
Ukhuwah Islamiyah
Pengertian ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allaah
kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang,
persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah.
MANFAAT UKHUWWAH
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari ukhuwah Islamiyah yakni :
Artinya :“Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua
saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.”
(Q.S. al-Hujurat 49:10).
Hadis Tentang Persaudaraan
Artinya : “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling
menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada semua
organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan merasa demam.” (H.R Muslim)