Xenia adalah gejala genetik berupa pengaruh langsung serbuk sari (pollen)
pada fenotipe biji dan buah yang dihasilkan tetua betina. Pada kajian pewarisan
sifat, ekspresi dari gen yang dibawa tetua jantan dan tetua betina diasumsikan
baru diekspresikan pada generasi berikutnya. Dengan adanya xenia, ekspresi gen
yang dibawa tetua jantan secara dini sudah diekspresikan pada organ tetua betina
(buah) atau generasi berikut selagi masih belum mandiri (embrio dan/atau
endospermia).
Xenia bukanlah penyimpangan dari Hukum Pewarisan Mendel, melainkan
konsekuensi langsung dari pembuahan berganda (double fertilisation) yang terjadi
pada tumbuhan berbunga dan proses perkembangan embrio tumbuhan hingga biji
masak. Embrio dan endospermia merupakan hasil penyatuan dua gamet (jantan
dan betina) dan pada tahap perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan
endospermia berekspresi dan memengaruhi penampilan biji, bulir, atau buah.
Beberapa alasan diajukan untuk menjelaskan mekanisme gejala ini, antara lain:
a. Teori dosis alel;
b. Imprinting, sebuah mekanisme yang mengatur ekspresi gen;
c. Transposon, urutan DNA yang dapat bergerak keposisi yang berbeda dalam
genom dari satu sel ke sel lain yang menyebabkan terjadinya mutasi; dan
d. Paramutasi
Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilakn butir jagung
dengan kadar minyak tinggi. Selain itu, efek xenia ini juga dapat digunakan untuk
meningkatkan kadar protein dalam biji jagung. Efek xenia dapat diartika sebagai efek
pollen dari tetua jantan dari persilangan jantan dengan betina yang berkembang pada biji.
♂ ♀
+ =