Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKAAN
2.1 Pengertian
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakam salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
Yosep, 2009).
dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh rangsang dari luar yang
terjadi pada semua system pengindraan dan hanya dirasakan oleh klien tetapi tidak
dapat dibuktikan dengan nyata dengan kata lain objek tersebut tidak ada secara
stimulus yang nyata, member persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu
tanpa objek/ rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk
8
9
panorama yang luas dan komplek, bisa yang menyenangkan atau menakutkan.
Biasamya prilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempay tertentu,
menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat (Trimelia, 2011).
gambar, orang atau panorama luas dan komplek yang mana sebenarnya tidak ada.
1. Halusinasi pendengaran:
2. Halusinasi penglihatan
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan fenomena yang luas dan
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk
3. Halusinasi penghidu: ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau
seperti parfum.
2.3 Etilologi
1. Faktor Perkembangan
dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat
3. Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran
4. Faktor Biologis
5. Faktor Genetik
klien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah
satu anggota keluarganya mengalami skizifrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua
keluarga, perpisahan dengan orang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
2. Faktor Biokimia
halusinasi.
3. Faktor psikologis
4. Faktor Prilaku
Prilaku yang perlu di kaji pada klien dengan orientasi realitas berkaitan
Menurut Stuart & Sundeen (1998) dikutip oleh Trimeilia (2011), data
Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi
Penglihatan Penurunan Minat
Merawat Diri
Isolasi Sosial
Isolasi sosial
Keterangan gambar:
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
tersebut.
- Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih ada dalam batas
kewajaran.
15
- Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
- Ilusi adalah mis interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
lain.
- Reaksi emosi adalah emosi yang diekpresikan dengan sikap yang tidak
sesuai.
- Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajiban.
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
- Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
berikut:
Karakteristiknya:
dan lain-lain).
pemecahan masalah.
Karakteristiknya:
17
tersebut.
Perilaku yang muncul adalah menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai,
mengasyikkan.
Karakteristiknya:
Mulai berusaha untuk menjaga jarak antara dirinya dan objek sumber
dan menarik dir dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
Karakteristiknya:
psikotik).
Karakteristiknya:
terancam.
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri, klien tidak
Klien berada dalam dunia menakutkan dalam waktu yang singkat atau
bisa juga beberapa jam atau beberapa hari atau selamanya/ kronis (terjadi
sebagai berikut:
2.8.1 Pengkajian
1. Faktor Perkembangan
dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat
3. Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran
4. Faktor Biologis
1. Biologis
maladaftif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi dan adanya abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
rangsangan.
2. Pemicu gejala
1) Kesehatan seperti, gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi, obat system
3. Perilaku
a. Fungsi kognitif :
6. Isi pikir terganggu, yaitu tidak mampu memproses stimulus internal dan
tujuan.
tujuan pembicaraan.
23
topic lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai
pada tujuan.
kehidupan.
2. Afek adalah ekspresi emosi, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh dan
2) Afek datar, yaitu tidak tampak ekspresi, suara menoton, tidak ada
3) Afek tidak sesuai, yaitu emosi yang tidak sesuai/ bertentangan dengan
kejadian.
bersamaan.
24
c. Fungsi Motorik
2. Tik adalah gerakan gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol.
3. Grimasen adalah gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat
dikontrol klien.
4. Tremor adalah jari-jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan tangan
sebagainya.
d. Fungsi Sosial
1. Kesepian: seperti perasaan terisolasi, terasing, kosong dan merasa putus asa,
2. Isolasi sosial: terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dari
lingkungan.
3. Harga diri rendah: individu mempunyai perasaan yang tidak berharga, tidak
hubungan interpersonal.
25
Tabel 1.2
Gangguan TUM: Setelah interaksi klien Bina hubungan saling percaya dengan Dalam membina
Persepsi Klien dapatmenunjukkan tanda-tanda percaya menggunakan prinsip komunikasi hubungan saling percaya,
Sensori: mengontrol kepada perawat: terapeutik: perawat harus konsisten
Halusinasi halusinasinya. 1. Ekpresi wajah bersahabat. 1. Sapa klien dengan baik dan ramah bersikap terapeutik
Penglihatan TUK I: 2. Menunjukkan rasa sayang. 2. Perkenalkan nama lengkap dan nama kepada klien. Pendekatan
Klien dapat membina 3. Ada kontak mata. panggilan perawat yang konsisten akan
4. Mau berjabat tangan. 3. Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan saling membuah hasil. Bila
5. Mau menjawab salam. 4. Tunjukkan sikap empati dan menerima
percaya 6. Mau menyebut nama. klien apa adanya klien sudah percaya
7. Mau berdampingan dengan 5. Beri perhatian kepada klien dan penuhi dengan perawat, maka
perawat. kebutuhan klien asuhan keperawatan akan
8. Mau mengutarakan masalah mudah dilaksanakan.
yang dihadapi.
TUK II: Setelah berinteraksi dengan klien: 1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku Dengan memberikan hal-
Klien dapat mengenal 1. Klien dapat menyebutkan isolasi sosial dan tanda-tandanya hal yang dapat membantu
halusinasinya waktu, isi dan frekuensi 2. Adakan kontak singkat dan sering klien mengenal
timbulnya halusinasi secara bertahap
halusinasinya, klien akan
2. Klien dapat mengungkapkan 3. Observasi prilaku verbal dan nonverbal
perasaan terhadap yang berhubungan dengan bisa mengenal
halusinasinya halusinasinya halusinasinya serta bisa
4. Terima halusinasi sebagai hal yang mengatasi halusinasinya.
nyata bagi klien dan tidak nyata bagi
perawat
5. Identifikasi bersama klien tentang
waktu munculnya halusinasi, isi
halusinasi dan frekuensi timbulnya
halusinasi
6. Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan ketika halusinasi muncul
7. Diskusi dengan klien mengenai
perasaannya saat terjadi halusinasi
8. Berikan reinforcement positif atau
pujian terhadap kemampuan klien
dalam mengungkapkan perasaannya.
TUK III: Setelah berinteraksi dengan klien: 1. Identifikasi bersama klien tindakan Dengan mengidentifikasi,
Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan yang biasa dilakukan jika halusinasi merencanakan kegiatan,
mengontrol tindakan yang biasanya muncul diskusi cara mencegah
dilakukan untuk 2. Beri pujian dan penguatan terhadap
halusinasinya halusinasi, mendorong
mengendalikan halusinasinya tindakan yang positif
3. Bersama klien merencanakan kegiatan klien memilih cara untuk
2. Klien dapat menyebutkan cara
baru untuk mengontrol untuk mencegah terjadinya halusinasi menghadapai halusinasi
halusinasinya 4. Diskusi cara mencegah timbulnya serta memberikan pujian
3. Klien dapat memilih cara halusinasi dan mengontrol halusinasi terhadap tindakan yang
mengatasi halusinasinya 5. Dorong klien untuk memilih cara yang positif maka klien dapat
4. Klien dapat memilih cara digunakan dalam menghadapi mengontrol
mengendalikan halusinasinya halusinasi
6. Beri pujian dan penguatan terhadap halusinasinya.
pilihan yang benar
7. Diskusi bersama klien hasi upaya yang
telah dilakukan
TUK IV: Setelah berinteraksi dengan 1. Bina hubungan saling percaya dengan Dengan membina
Klien mendapat keluarga klien: keluarga (ucapkan salam, perkenalkan hubungan saling percaya
dukungan keluarga 1. Keluarga dapat saling percaya diri, sampaikan tujuan, buat kontrak dengan keluarga dan
dengan perawat dan eksplorasi perasaan)
atau memanfaatkan diskusi dengan anggota
2. Keluarga dapat menjelaskan 2. Diskusi dengan anggota keluarga
sistem pendukung tentang: keluarga tentang
perasaannya
untuk mengendalikan 1) Perilaku halusinasi halusinasi serta
3. Keluarga dapat menjelaskan
halusinasinya cara merawat klien halusinasi 2) Akibat yang akan terjadi jika memberikan pujian
4. Klien dapat perilaku halusinasi tidak positif kepada keluarga
mendemonstrasikan cara ditanggapi maka keluarga bisa
perawatan klien halusinasi di 3) Cara keluarga menghadapi klien mengendalikan
rumah halusinasi
halusinasi yang ada pada
5. Keluarga klien dapat 4) Cara keluarga merawat kien
halusinasi anggota keluarganya.
berpartisipasi dalam
perawatan klien halusinasi 5) Dorong anggota keluarga untuk
memberika dukungan kepada klien
untuk mengontrol halusinasinya
3. Anjurkan anggota keluarga secara rutin
dan bergantian menjenguk klien,
minimal satu minggu sekali
4. Berikan reinforcement positif atau
pujian terhadap hal-hal yang telah
dicapai keluarga
TUK V: Setelah berinterkasi dengan klien: 1. Diskusikan dengan klien tentang dosis, Memahami prinsip-
Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan frekuensi serta manfaat minum obat prinsip tentang obat serta
memanfaatkan obat manfaat, dosis, dan efek 2. Anjurkan klien minta sendiri obat bisa memanfaatkan obat
dengan baik samping obat perawat dan merasakan manfaatnya dengan baik, halusinasi
2. Klien dapat 3. Anjurkan klien berbicara dengan dokter
pada klien akan bisa
mendemonstrasikan tentang manfaat dan efek samping obat
penggunaan obat dengan 4. Diskusikan akibat berhenti minum obat terkontrol.
benar tanpa konsultasi dengan dokter
3. Klien mendapatkan informasi 5. Bantu klien menggunakan obat dengan
tentang efek samping obat dan prinsip lima benar
akibat berhenti minum obat 6. Berikan reinforcement positif atau
4. Klien dapat menyebutkan pujian
prinsip lima benar
penggunaan obat
2.11 Implementasi
Tabel 1.3
No implementasi Tindakan
1 Bina hubungan saling percaya. 1. Mengucapkan salam terapeutik setiap kali berinteraksi dengan klien.
Dalam membina hubungan saling 2. Berjabat tangan.
percaya perlu dipertimbangkan 3. Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang disukai, tanyakan nama dan
nama panggilan klien.
agar pasien merasa aman dan
4. Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
nyaman saat berinteraksi dengan 5. Membuat kontrak: apa yang akan dilakukan bersama klien, berapa lama klien akan dikerjakan dan
perawat. tempatnya dimana.
6. Menjelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi.
7. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien.
8. Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan.
perlu membuat strategi pelaksanaan tindakan untuk klien dan keluarganya seperti
berikut:
a. SP I
b. SP II
c. SP III
d. SP IV
teratur.
a. SP I
terjadinya halusinasi.
b. SP II
halusinasi.
c. SP III
2.12 Evaluasi
muncul.
minum obat.
Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Yosep, Iyus. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT Refika Aditama.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Hartanto, Dwi. 2014. Riskesdas prevalensi gangguan jiwa di Indonesia. Di akses
http://eprints.ums.ac.id/30909/3/4_BAB_I.pdf