Review Buku Orba
Review Buku Orba
11171120000082
Tahun : 2003
Buku ini merupakan kajian komprehensif atas fenomena yang terjadi antara
cendikiawan Indonesia dengan pemerintahan Orde Baru. Buku ini melalui riset
kritis menggunakan metode discourse analysis atau analisis wacana. Dengan
menggunakan pendekatan tersebut Daniel tidak mengkaji cendikiawan layaknya
buku-buku dengan tema yang sama. Jika buku lain lebih menekankan pada
pembahasan biografi dan pemikiran cendikiawan, maka buku ini lebih menekankan
pada hubungan kaum cendikiawan dengan pemerintah, yang tidak bisa lepas dari
modal, kekuasaan dan kebudayaan. Seperti yang tampak dalam wacana politik yang
direproduksikan. Kekuasaan dilihat sebagai kemampuan mengubah sesuatu secara
transformatif ketika kekuasaan mengubah medan kecendekiaan dan cendikiawan
mengubah kekuasaan itu sendiri. Kekuasaan muncul dalam dua wajah sekaligus,
yaitu wajah destruktif dan produktif. Kekuasaan membunuh jutaan orang, namun
kekuasaan juga memproduksikan modal, buruh, dan bahasa. Hal-hal ini yang
menjadikan buku ini menarik, serius, tajam, dan debatable.
Adapun isi dari buku dijabarkan dalam beberapa bab, Bab I memeriksa
komplikasi teoritis pembahasan masalah cendekiawan. Cendekiawan,
kecendikiawaan, kaum cendekiawan adalah relasi, dan bukan definisi, yang keluar
sebagai akibat dari hubungan modal, kekuasaan, dan kebudayaan, dan karena itu
hampir tidak ada definisi yang mungkin berdaulat atas definisi lain. Bab II
memeriksa wacana politik dalam bentuk “politik etis” sebagai resultante
pertarungan modal, kekuasaan negara kolonial, dan pertarungan kebudayaan
antara Inlander versus Nederlands. Bab III memeriksa perubahan besar dalam
masyarakat Indonesia yang terjadi pada tahun 1965. Bab IV memeriksa lembaga-
lembaga cendekiawan Orde Baru yang memegang peran penting di dalam Orde
Baru. Bab V mengarahkan perhatian kepada suatu lembaga lain yaitu media Orde
Baru dan alat utamanya adalah bahasa. Bab VI memeriksa pergulatan dan
pertarungan agama dan kekuasaan.
Bab I
Bab II
Bab II
Pada awal pembahasan ini disajikan teori tentang siapa yang mendalangi
peristiwa kudeta 1 Oktober 1965. Terdapat lima teori yang dipaparkan dalam
pembahasan ini. Pertama teori “resmi” militer yang memaparkan bukti-bukti bahwa
dalang dari peristiwa 1 Oktober 1965 adalah PKI, tidak. Teori yang kedua adalah
teori yang dikembangkan Benedict Anderson, yang menyatakan bahwa kudeta
dijalankan oleh kelompok perwira muda dalam angkatan darat khususnya sayap
militer dengan basis divisi Diponegoro di Semarang. Teori ketiga adalah yang
mengatakan bahwa peristiwa tesebut didalangi oleh CIA (Central Intelligence of
America), yang sudah lama membina hubungan dengan angkatan darat. Teori yang
keempat dibahas penulis adalah versi Professor Wertheim yang mengatakan bukan
PKI dan bukan perwira muda menengah angkatan darat, akan tetapi Soeharto
sendirilah yang menjadi otak kudeta tersebut. Teori yang terakhir adalah versi
Wieringa yang mengajukan “tesis dua kudeta”, yaitu kudeta pertama dilakukan oleh
perwira menengah Angkatan Darat, dan kudeta kedua yang dikerjakan oleh
Soeharto sendiri ketika dia menumpas para pelaku kudeta yang membunuh enam
jenderal dan seorang perwira. Kudeta tesebut mencapai puncaknya pada kudeta
kedua ketika Soekarno menyerahkan “kekuasaan” dengan surat perintah sebelas
Maret 1966.
Bab IV
Hal yang sama berlaku untuk pers dengan pengawasan ketat sehingga surat
kabar tidak bisa melepaskan dirinya. Surat kabar sudah ditentukan untuk diterbitkan
dengan jumlah halaman tertentu.
BAB V
BAB VI
Kesimpulan