Anda di halaman 1dari 8

Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik setelah Penerapan

Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) pada


Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Ermayanti, Dwi Sulisworo


Magister Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia
Jl. Pramuka No. 42, Yogyakarta 55164
Surat-e: Ermayanti7562@yahoo.com

Kemampuan berfikir kritis adalah hal yang sangat penting dalam capaian pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran dengan model STAD (student team achievement divisions). Subyek
penelitian adalah peserta didik kelas X di SMA Taman Madya Jetis, Yogyakarta pada materi
Hukum Newton. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dikumpulkan dengan memberikan
soal essay.Selain itu dalam penelitian ini juga dilihat tingkat kepuasan pembelajaran dengan
model ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis pada berbagai
indikator adalah sebagai berikut: memberi penjelasan sederhana (93,33 atau sangat tinggi),
membangun keterampilan dasar (96,67 atau sangat tinggi), menyimpulkan hasil (87,67 atau
sangat tinggi), menerapkan strategi dan teknik (76,76 atau tinggi), dan memberi penjelasan
lebih lanjut (63,67 atau sedang). Sedangkan untuk respon kepuasan pembelajaran, peserta
didik cenderung menyatakan setuju dengan penggunaan model pembelajaran tersebut
(75.92%).

Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, kepuasan pembelajaran, pembelajaran kooperatif, pendidikan fisika, STAD.

kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions


I. Pendahuluan (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan
teman-temannya. Model pembelajaran ini yang
Fisika dapat dipandang sebagai proses dan produk. menekankan pada aktivitas dan interaksi antar peserta
Sebagai suatu proses, untuk memahami berbagai gejala didik untuk saling memotivasi dan saling membantu
alam diperlukan suatu cara tertentu yang disebut metode dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi
ilmiah, sebagai suatu produk berupa prinsip, teori, yang maksimal. Pembelajaran dengan model STAD ini
hukum, konsep maupun fakta yang ditujukan untuk dilaksanakan dengan cara siswa dibuat beberapa
menjelaskan gejala alam. Siswa juga diajarkan untuk kelompok dan tiap kelompok bersaing bersaing menjadi
bereksperimen di dalam laboratorium sebagai proses terbaik, saling membantu antar anggota dan bertanggung
ilmiah untuk menguasai konsep-konsep fisika. jawab berjalannya kerja kelompok. Beberapa hal yang
Salah satu masalah dalam pembelajaran fisika di sekolah perlu diperhatikan dalam penggunaan model STAD, yaitu
adalah hasil belajar yang masih rendah. Rendahnya hasil 1). Penetapan tujuan, 2) keanekaragaman kelompok,
belajar dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian 3).Penggunaan waktu untuk kerja kelompok dan
Fisika kelas X SMA Taman Madya Jetis yang masih 4).Penghargaan kepada grup yang memenuhi kriteria. Jika
dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 62,4. Proses tim ingin mendapat penghargaan, semua anggota harus
pembelajaran cenderung guru ceramah aktif yaitu mengambil peran aktif dalam berpikir dan memahami
memberikan materi pelajaran, rumus, contoh soal dan materi yang diberikan.
latihan soal. Siswa cenderung untuk menghafal rumus dan Keterlibatan siswa dengan aktivitas berpikir selama
mengerjakan soal tanpa memahami konsep sehingga ada proses pembelajaran dengan model STAD berdampak
anggapan bahwa fisika sulit dan membosankan. pada pencapaian penguasaan konsep yang sedang
Untuk mengatasi masalah di atas, perlu suatu model dipelajari. Pada tahap kerja kelompok tiap anggota
pembelajaran yang tepat. Salah satu model yang kelompok dapat mengemukakan gagasan dan konsep yang
mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran dipahami untuk menjawah tugas dari guru.Pada tahap

Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan | 175


Prosiding Seminar Nasional Quantum 2016 Ermayanti, Dwi Sulisworo
ISSN: 2477-1511

presentasi, peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
memberi kritik, sehingga kelompok presenter menjawab pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
dan mempertahankan secara logis. Komponen utama dalam pembelajaran model STAD
Penguasaan materi fisika (Hukum Newton) menuntut adalah :
kemampuan berpikir kritis dan logis.Berpikir kritis a. Penyajian di kelas
merupakan keharusan dalam usaha memecahkan masalah, Penyajian di kelas merupakan penyajian yang
membuat keputusan, menganalisis asumsi dan penemuan dilakukan oleh pendidik secara klasikal, difokuskan
keilmuan.Berpikir kritis diterapkan siswa untuk belajar pada konsep-konsep dan materi yang dibahas. Setelah
memecahkan masalah secara sistematis dalam menghadapi penyajian materi, peserta didik bekerja pada
tantangan, memecahkan masalah. kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran
melalui tutorial, kuis atau diskusi
II. Kajian Pustaka b. Menetapkan siswa dalam kelompok
Pada model STAD ini, penetapan kelompok menjadi
Pembelajaran Fisika hal yang penting karena di dalam kelompok harus
tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
mencapai prestasi akademik yang diharapkan. Fungsi
individu. Cirinya perubahan tersebut secara sadar, terarah di bentuk kelompok adalah untuk saling meyakinkan
dan mencakup seluruh aspek tingkah laku.Pembelajaran bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama
pada dasarnya adalah interaksi timbal balik antara dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk
pendidik dengan peserta didik dalam situasi mempersiapkan semua anggota kelompok dalam
pendidikan.Interaksi berarti ada unsur memberi dan menghadapi tes individu. Kelompok belajar
menerima dari pendidik maupun peserta didik yang beranggotakan 4-5 peserta didik yang heterogen.
berkesinambungan.Tidak mungkin dilaksanakan dalam
c. Tes dan Kuis
waktu singkat dan dengan materi yang banyak melainkan Peserta didik melaksanakan satu atau dua kali
harus bertahap. Proses interaksi pembelajaran ini ditandai penyajian kelas dan bekerja serta berlatih pada
dengan unsure-unsur : a). tujuan yang akan dicapai, b).
kelompok.
pendidik dan peserta didik, c). bahan pelajaran, d). model d. Skor peningkatan individual
dan metode dan e). penilaian. Skor ini berguna untuk memotivasi agar bekerja lebih
Pembelajaran fisika merupakan suatu proses yang keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan
peserta didik tidak hanya menyerap informasi dari
hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual
pendidik, tetapi melibatkan berbagai kegiatan yang harus dihitung berdasarkan skor pre tes dan skor tes.
dilakukan, bila menginginkan hasil yang baik. Cara belajar e. Pengakuan kelompok
yang menekankan kegiatan dengan menggunakan
Pengakuan kelompok yaitu dengan memberikan
pendekatan tertentu kepada peserta didik sehingga siswa penghargaan atas usaha peserta didik dalam
terlibat aktif dalam pembelajaran. kelompok selama belajar.
Untuk mengetahui arti pembelajaran fisika secara tepat, f. Berpikir Kritis
sebelumnya harus mengetahui definisi materi pelajaran Berpikir kritis mengajarkan untuk menganalisis
fisika yaitu materi yang kajiannya meliputi zat dan energi. suatu gagasan atau ide menjadi lebih spesifik dan
Dari pengertian itu dapat diungkapkan bahwa berakhir pada suatu kesimpulan. Di dalam proses itu,
pembelajaran fisika tidak cukup hanya dengan
terjadi hal seperti membedakan secara tajam, berpikir
konvensional tetapi dengan melibatkan peran aktif peserta secara cermat, memilih yang terbaik,
didik dan pendidik mengidentifikasi, serta mengevaluasi dan
Dari uraian di atas dapat diungkapkan bahwa
mengembangkan idea tau gagasan tersebut menjadi
pembelajaran fisika hendaknya memberikan peluang yang lebih baik lagi.
lebih aktif kepada peserta didik bukan berpusat pada Berpikir kritis mengandung aktifitas mental dalam
pendidik. hal memecahkan masalah, menganalisis asumsi,
Model Pembelajaran Student Teams berpikir rasional, mengevaluasi, melakukan
Achievement Divisions (STAD) penyelidikan dan mengambil keputusan. Peserta didik
yang berpikir kritis akan mencari, menganalisis dan
Student Teams Achievement Divisions (STAD) mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan
merupakan model pembelajaran kooperatif yang berdasarkan fakta kemudian melakukan pengambilan
dikembangkan oleh R Slavin dan teman-temannya.Model keputusan.
pembelajaran STAD merupakan model yang menekankan Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan
pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling melalui proses pembelajaran. Di samping
pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif,

176 | Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan


Prosiding Seminar Nasional Quantum 2016 Ermayanti, Dwi Sulisworo
ISSN: 2477-1511

pembelajaran juga dapat mengembangkan 2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
keterampilan berpikir kritis peserta didik. Proses jalan mendemonstrasikan atau lewat bacaan
pembelajaran yang mengembangkan kemampuan 3. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5
berpikir kritis yaitu proses pembelajaran yang
siswa berdasarkan nilai ulangan harian (kelompok
mendorong diskusi dan banyak memberikan
kesempatan berpendapat, menggunakan gagasan, heterogen)
memberikan banyak kesepatan kepada peserta didik 4. Guru membimbing kelompok belajar pada saat
untuk mengekspresikan gagasan dalam tulisan dan mengerjakan tugas LKS yang diberikan
mendorong kerjasama. 5. Guru mengevaluasi hasil belajar atau masing-masing
Menurut Ennis (1985) indikator berpikir kritis kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
antara lain : Memberikan penjelasan sederhana, 6. Menghargai hasil belajar individu dan kelompok
Membangun keterampilan dasar, Menyimpulkan,
Memberikan penjelasan lebih lanjut, Mengatur Instrumen Penelitian
strategi dan teknik. Fahrudin Fais (2012)
menyatakan bahwa berpikir kritis setidaknya Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini
menuntut lima jenis keterampilan yaitu : adalah tes, angket dan lembar observasi. Tes berbentuk
1) Menganalisis uraian untuk mengukur kemampuan kritis peserta
Menganalisis adalah mengidentifikasi langkah- didik.Lembar observasi digunakan untuk mengetahui
langkah logis yang digunakan dalam proses kemampuan berpikir kritis peserta didik saat
berpikir hingga sampai pada suatu kesimpulan pembelajaran.
2) Sintesis
Sintesis adalah menggabungkan bagian-bagian Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
menjadi sebuah bentuk atau susunan yang baru. No Indikator Keterangan
3) Memahami dan memecahkan masalah Menuliskan kembali
Memberikan penjelasan
Menuntut siswa untuk memahami sesuatu 1.
sederhana
Menyebutkan
dengan kritis dan setelah aktivitas pemahaman Menjelaskan
selesai, ia mampu menangkapbeberapa pikiran Membangun keterampilan
2. Memahami
dasar
utama dan melahirkan ide-ide baru dari 3. Menyimpulkan Membuat kesimpulan
konseptualisasi pemahamannya Membuat penjelasan lebih
4. Menguraikan
4) Menyimpulkan lanjut
Menyimpulkan adalah kegiatan akal pikiran Menerapkan strategi dan Membenarkan/menghitung
5.
teknik dengan tepat
siswa berdasarkan pengertian/ pengetahuan
yang dimilikinya untuk mencapai
pengertian/pengetahuan yang baru. Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis
5) Mengevaluasi peserta didik, dilakukan penskoran terhadap jawaban
Mengevaluasi ini menuntut pemikiran yang peserta didik untuk tiap butir soal dari 10 soal.
matang dalam menetukan nilai sesuatu dengan Tabel 2. Pedoman Penskoran Materi Kemampuan Berpikir kritis
kriteria tertentu. Peserta Didik
No soal Aspek Kemampuan Skor
III. Metode Penelitian/Eksperimen 1. Memahami konsep kelembaman 2
2. Memahami konsep kelembaman 2
Jenis penelitian merupakan penelitian pendidikan Membuat grafik 3
dengan jenis data berbentuk kualitatif karena hasil data 3.
Menyimpulkan 3
tersebut dinyatakan dalam bentuk deskriptif. Memahami soal 2
4. Menuliskan rumus gaya total 2
Menghitung gaya total 2
Subjek Penelitian Memahami grafik 2
5. Menuliskan rumus 2
Subjek penelitian ini adalah siswa SMA sesuai dengan Menghitung massa benda 2
tempat tinggal peneliti yaitu siswa kelas X.A SMA Memahami soal 2
Taman Madya Jetis Yogyakarta. 6. Menuliskan rumus percepatan 2
Menghitung percepatan 2
Memahami soal 2
Rancangan Pembelajaran Menuliskan rumus percepatan benda 1 2
7. Menghitung massa benda 1 2
1. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin Menuliskan rumus percepatan benda 2 2
dicapai pada pelajaran tersebut Menghitung percepatan benda 2 2
8. Memahami soal 2

Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan | 177


Prosiding Seminar Nasional Quantum 2016 Ermayanti, Dwi Sulisworo
ISSN: 2477-1511

Menuliskan rumus hukum II Newton


Menghitung percepatan benda 1 dan 2
2
2
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Membandingkan percepatan benda 1 dan 2 2 Penelitian tentang kemampuan berpikir kritis dalam
9. Menjelaskan hukum III Newton 2
Menyebutkan contoh penerapan hukum III
pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran
10. 2 STAD mengambil materi tentang Hukum Newton pada
Newton
kelas X.A. Pembelajaran dilaksanakan selama 2 pertemuan
Jumlahskor dan 1 pertemuan untuk tes kemampuan berpikir kritis
Nilai  x100% peserta didik.
skormaksimal (1) Kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
Tabel 3.Kategori Persentase Kemampuan berpikir kritis model pembelajaran STAD yaitu pendahuluan, kegiatan
inti dan penutup.
Persentase (%) Kategori
81,25 < X ≤ 100 Sangat tinggi
71,50 < X ≤ 81,25 Tinggi Kegiatan Pendahuluan
62,50 < X ≤ 71,50 Sedang
43,75 < X ≤ 62,50 Rendah Pada kegiatan pendahuluan ini peneliti memberi salam
0 < X ≤ 43,75 Sangat rendah dan meminta salah satu peserta didik untuk memimpin
doa. Setelah berdoa peneliti mempresensi peserta didik
Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah dan menanggapi situasi kelas.Peneliti menyampaikan
angket tertutup untuk mengetahui respon peserta didik tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini.Peneliti
terhadap pembelajaran dengan menggunakan model memberikan motivasi kepada peserta didik dengan
pembelajaran STAD. Respon peserta didik terdiri dari 4 memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
kategori yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju Hukum I, II, III Newton.
(TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS).
Data angket dianalisis dengan menentukan skor total Kegiatan Inti
respon peserta didik tiap pernyataan.
Skor total respon = (banyaknya responden menjawab Pada kegiatan ini peneliti membentuk kelompok secara
SS x 4) + (banyaknya responden menjawab S x 3) + heterogen berdasarkan nilai mid semester gasal.Kelompok
(banyaknya responden menjawab TS x 2) + (banyaknya ini tidak membedakan suku, agama, ras dan jenis kelamin.
responden menjawab STS x 1). Peserta didik mengamati demonstrasi hukum I, II, III
Kemudian respon peserta didik dikategorikan Newton yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti
berdasarkan rentang sebagai berikut yang diperoleh dari menanyakan besaran-besaran apa saja yang terdapat pada
skor ideal jika jawaban peserta didik adalah SS: hukum Newton. Peserta didik berkelompok sesuai dengan
kelompoknya masing-masing, peneliti membagikan
lembar kerja siswa (LKS) dan alat untuk eksperimen.
STS TS S SS Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan besaran-
besaran apa saja yang terdapat dalam percobaan
18 36 54 72 sederhana. Peneliti membimbing peserta didik untuk
mengerjakan LKS yang telah diberikan. Peserta didik
berdiskusi mengerjakan tugas-tugas yang ada pada LKS.
Jika skor total berada di daerah antara dua kategori, Setelah semua kelompok selesai eksperimen dan
maka skor total masuk ke salah satu kategori, dengan mengerjakan tugas, masing-masing kelompok
syarat skor total ≤ setengah interval (jarak antara dua mempresentasikan hasil dari diskusi tadi di depan kelas.
kategori) termasuk dalam kategori yang sebelah kiri. Dan Kelompok lain diminta secara bergantian menanggapi
jika skor total pada daerah > setengah interval (jarak hasil pekerjaan LKSnya dan membandingkan hasilnya
antara dua kategori) termasuk dalam kategori yang dengan pekerjaan mereka.
sebelah kanan.
Untuk mengetahui tingkat persetujuan responden dapat Kegiatan Penutup
dilakukan dengan rumus:
Tingkat persetujuan = (Jumlah skor yang Setelah kegiatan presentasi selesai, peneliti membimbing
diperoleh/jml skor ideal/kriterium) x 100 peserta didik bersama-sama membuat kesimpulan. Peneliti
Jumlah skor ideal (kriterium) dalam penelitian ini meminta peserta didik untuk kembali ke tempat
adalah 9 x 4 x 18 = 648 duduknya masing-masing untuk mengerjakan kuis tentang
materi yang telah dipelajari saat itu.

178 | Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan


Prosiding Seminar Nasional Quantum 2016 Ermayanti, Dwi Sulisworo
ISSN: 2477-1511

Kemampuan berpikir kritis non tes diidentifikasi Indikator 3: menyimpulkan


selama proses pembelajaran, dan peneliti mengamati hal-
hal yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok. Pada indikator menyimpulkan, kemampuan berpikir
Dalam melakukan pengamatan atau pengumpulan kritis peserta didik sangat tinggi karena dengan model
informasi, banyak peserta didik yang bertanya jadi pembelajaran STAD, peneliti memberikan lembar kerja
keinginan untuk menjadi tahu besar. Dalam eksperimen siswa (LKS) untuk melakukan eksperimen secara
peserta didik dapat menyimpulkan berdasarkan fakta yang berkelompok. Dalam eksperimen akan didapatkan data
diperolehnya dengan bimbingan peneliti. Peserta didik tentang gaya dan massa benda. Dari data-data yang
juga dapat menggambarkan grafik hubungan antara gaya didapat selama eksperimen, peserta didik dapat
dengan massa benda. menggambarkan grafik hubungan antara gaya (F) dengan
Pada saat presentasi di depan kelas peserta didik aktif massa benda (m). Dari grafik yang didapat, peserta didik
bertanya dan kelompok presentasi menjawab pertanyaan. dapat menyimpulkan hasil eksperimen tersebut. Selain itu
peserta didik berpikir kritis dalam memberikan
Tabel 4. Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik per kesimpulan dari masalah yang diberikan dan mengajukan
Indikator pertanyaan kepada peserta didik yang sedang presentasi di
Indikator Kemampuan Persentase depan kelas. Hampir semua peserta didik sudah dapat
No Kategori
Berpikir Kritis (%) membuat kesimpulan sesuai dengan soal yang diberikan
1 Memberikan penjelasan dan sebagian yang belum bisa menyimpulkan secara
93,33 Sangat tinggi
sederhana tepat.Dengan persentase 87,67% dapat dikatakan bahwa
2 Membangun keterampilan
dasar
96,67 Sangat tinggi dengan menggunakan model pembelajaran STAD mampu
3 Menyimpulkan 87,67 Sangat tinggi membentuk kemampuan berpikir kritis peserta didik
4 Membuat penjelasan lebih
63,67 Sedang dalam menyimpulkan.
lanjut
5 Menerapkan strategi dan
teknik
76,76 Tinggi Indikator 4: membuat penjelasan lebih lanjut

Pada pembelajaran dengan model pembelajaran STAD


Kemampuan berpikir kritis peserta didik per indikator
dengan indikator membuat penjelasan lebih lanjut,
tersebar pada 3 kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi dan
kategorinya sedang.Peserta didik diberikan LKS untuk
sedang.Kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam
dikerjakan berkelompok. Peneliti telah memberikan
memberikan penjelasan sederhana, membangun
bimbingan kepada peserta didik untuk menyelesaikan
keterampilan dasar dan menyimpulkan dalam kategori
LKS dan menyajikan hasil penyelesaian pemecahan
sangat tinggi, menerapkan strategi dan teknik dalam
masalah.Pada saat tes evaluasi, hampir seluruh peserta
kategori tinggi dan membuat penjelasan lebih lanjut pada
didik dapat menuliskan rumus fisika dengan tepat hanya
kategori sedang.
penyelesaiannya yang tergesa-gesa sehingga belum
diselesaikan dengan benar. Meskipun dikategorikan
Indikator 1: memberikan penjelasan sederhana sedang, bukan berarti model pembelajaran STAD tidak
Berdasarkan tabel 3, sangat tingginya kemampuan mampu membentuk kemampuan berpikir kritis peserta
berpikir kritis peserta didik pada indikator memberikan didik karena dalam menentukan rumus yang tepat dalam
penjelasan sederhana karena pada kegiatan pembelajaran menyelesaikan soal peserta didik harus berpikir kritis.
peneliti mendorong peserta didik melalui lembar kerja
siswa (LKS) untuk melakukan eksperimen sehingga bisa Indikator 5 :menerapkan strategi dan teknik
menuliskan dalam kalimat dan contoh penerapan dalam
Berdasarkan tabel 3, tingginya menerapkan strategi dan
kehidupan sehari-hari.
teknik dengan model pembelajaran STAD karena peserta
didik secara berkelompok dengan bimbingan peneliti
Indikator 2: membangun keterampilan dasar mendiskusikan strategi-strategi yang dihasilkan setiap
Sangat tingginya kemampuan berpikir kritis peserta anggota kelompok untuk memilih strategi yang tepat
didik pada indikator membangun keterampilan dasar untuk menyelesaikan tugas yang ada di LKS diselesaikan
tidak lepas dari penggunaan model pembelajaran STAD dengan baik. Dalam menyelesaikan tes evaluasi, strategi
yang secara berkelompok melakukan eksperimen dengan yang digunakan hampir semua peserta didik sudah bias
botol minuman dan contoh penerapan dalam kehidupan menyelesaikan dengan baik. Jadi peserta didik terbiasa
sehari-hari dengan diskusi bersama kelompoknya. dengan soal-soal yang menggunakan rumus fisika. Namun
masih ada peserta didik yang kurang teliti dalam proses
berhitung, sehingga dalam penyelesaian perhitungan
hasinya belum benar.

Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan | 179


Prosiding Seminar Nasional Quantum 2016 Ermayanti, Dwi Sulisworo
ISSN: 2477-1511

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan Jumlah


melaksanakan proses pembelajaran dengan model No Pernyataan
Jawaban Skor Total Ket.
pembelajarn STAD mampu membentuk kemampuan responden
berpikir kritis peserta didik dalam menerapkan strategi STS TS S SS
tertantang untuk
dan teknik untuk menyelesaikan masalah. memecahkan
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa tidak peserta didik masalah
yang mempunyai kemampuan berpikir kritis yang rendah Saya merasa
atau sangat rendah.Kemampuan berpikir kritis peserta tertantang untuk
8 0 2 14 2 50 Setuju
mengajukan
didik yaitu sangat tinggi, tinggi dan sedang.Hal ini masalah
membuktikan bahwa dengan model pembelajaran STAD Cara guru
dapat membentuk kemampuan berpikir kritis peserta mengajar
didik. 9
membuat saya
0 0 14 4 58 Setuju
Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang tinggi mudah dalam
memahami
karena dengan penerapan model pembelajaran STAD materi
dituntut untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah Skor total 492
dan mengajukan masalah secara berkelompok. Hal ini
dapat dilihat dari lembar kerja siswa (LKS) yang Berdasarkan tabel 4 diperoleh bahwa peserta didik
diberikan pada masing-masing kelompok, dimana peserta memberikan respon setuju terhadap pembelajaran dengan
didik dalam setiap kelompok berdiskusi dalam menggunakan model pembelajaran STAD untuk no
memecahkan masalah. Dalam pembelajaran fisika dengan angket no. 1, 3, dan 4.Peserta didik memberikan respom
model STAD, peserta didik telah terbiasa mengajukan setuju untuk suasana belajar yang nyaman dengan
dan memecahkan masalah sehingga membentuk menggunakan model pembelajaran STAD yaitu angket
kemmapuan berpikir kritis. Peserta didik yang berpikir no.1. Peserta didik merasa tertantang untuk mengajukan
kritis adalah peserta didik yang mampu memberikan dan memecahkan masalah terdapat pada angket no.7,8 ,
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, serta peserta didik berpendapat bahwa dengan
menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut dan menggunakan model pembelajaran STAD peserta didik
menerapkan strategi dan teknik. mudah memahami materi yang dipelajarinya. Dengan
adanya LKS yang diberikan ke peserta didik, dapat
Tabel 5. Rekapitulasi Respon Siswa membantu peserta didik dalam memahami materi dimana
Jumlah setiap LKS peserta didik diminta untuk memecahkan
No Pernyataan
Jawaban Skor Total Ket.
masalah dan mengajukan masalah.
responden Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan
STS TS S SS bahwa peserta didik kelas X.A SMA Taman Madya Jetis
Saya menyukai Yogyakarta secara keseluruhan memberikan respon setuju
1 guru mengajar 0 0 14 4 58 Setuju
pada penerapan model pembelajaran STAD pada
Saya merasa pembelajaran fisika dengan tingkat persetujuan = (492 :
2
nyaman dengan
0 4 11 3 53 Setuju
648 ) x 100% = 75,92%
suasana belajar di
kelas
Cara guru V. Kesimpulan
mengajar
3 membuat 0 0 15 3 57 Setuju
Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X.A
suasana menjadi SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta dalam
lebih hidup pembelajaran fisika dengan model pembelajaran STAD
Cara guru pada tes evaluasi akhir perindikator tersebar dalam 3
mengajar kategori yaitu sangat tinggi, tinggi dan sedang. Untuk
4 0 2 14 2 54 Setuju
menarik bagi
saya kategori memberikan penjelasan sederhana, membangun
LKS yang keterampilan dasar dan menyimpulkan berada pada
5
diberikan guru
1 3 12 2 51 Setuju kategori sangat tinggi. Untuk indikator membuat
membantu saya penjelasan lebih lanjut berada pada kategori sedang dan
belajar
Saya tidak
indikator menerapkan strategi dan teknik pada kategori
merasa bingung tinggiPeserta didik kelas X.A SMA Taman Madya Jetis
6
dalam
1 3 13 1 50 Setuju
Yogyakarta memberikan respon setuju terhadap
mengerjakan penerapan model pembelajaran STAD dalam
LKS yang pembelajaran fisika.
diberikan
7 Saya merasa 0 0 11 7 61 Setuju

180 | Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan


Prosiding Seminar Nasional Quantum 2016 Ermayanti, Dwi Sulisworo
ISSN: 2477-1511

Bibliografi
[1] Dwijananti dan Yulianti.Pengembangan Kemampuan berpikir
kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based
Instruction Pada mata Kuliah Fisika Lingkungan, Jurnal
pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2010.
[2] Ennis, H.The Critical Thinking Skills , Allyn & Bacon, Boston,
1985.
[3] Faiz, F. Thinking Skill Pengantar Menuju Berpikir ,Kritis .Suka-
Press, 2012.
[4] Ferawati Hutapea dan Motlan, Pengaruh Model Pembelajaran
Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap
Keterampilan Proses Sains siswa SMA.Jurnal Pendidikan Fisika,
2015.
[5] Hartati, Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk
Meningkatkan Keterampulan Berpikir Kritis Siswa SMA, Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Negeri Semarang, 2010.
[6] Karim Normaya.Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran
Matematika dengan menggunakan Model Jucama di Sekolah
Menengah Pertama,Jurnal Pendidikan Matematika, 2015.
[7] Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif , Press
Group, Jakarta, 2013.
[8] Ratna Tanjung dan Habiba Ramadhani, Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Integrasi Karakter
terhadap Pembentukan Karakter dan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Pokok Listrik Dinamis di SMA Negeri 1 Stabat,
Prosiding Universitas Lampung, 2013.
[9] Sarwi dan Liliasari, Penumbuhkembangkan keterampilan berpikir
kritis calon guru fisika melalui penerapan strategi kooperatif
pemecahan masalah pada konsep gelombang,Jurnal Pendidikan
Univesitas Negeri Semarang, 2010.
[10]Slavin, R.Cooperative Learning Teori Riset dan
Praktik.Nusa Media.Bandung, 2010.
[11] Sugiyono,Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung,
1994.
[12] Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2016

Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan | 181


Prosiding Seminar Nasional Quantum 2016 Ermayanti, Dwi Sulisworo
ISSN: 2477-1511

182 | Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan

Anda mungkin juga menyukai